PENDAHULUAN Latar Belakang Pembentukan bahan tanah dari bahan induk tanah berlangsung dengan proses pelapukan, dekomposisi, dan/atau mineralisasi lebih lanjut, disertai dengan proses sintesis senyawa baru. Pembentukan tubuh tanah berlangsung dengan dua proses perkembangan tanah makro, yaitu horisonisasi dan haploidisasi. Kedua proses tersebut bekerja saling bertumpang tindih secara berlawanan. Horisonisasi membuat tubuh tanah tersegregasi menjadi berbagai bagian yang beragam. Bagian-bagian tersebut biasanya berbentuk lapisan-lapisan yang terletak lebih kurang searah dengan permukaan tanah dan disebut horison. Maka kejadiannya dinamakan horisonisasi. Segregasi tubuh tanah berlangsung lewat alihragam dan alihtempat bahan tanah. Alihragam bahan yang terjadi sejak pembentukan bahan induk tanah, membuat bahan tanah tersusun atas berbagai komponen dengan sifat fisika dan kimia yang beda-beda. Sifat fisik dan kimia yang berbeda menyebabkan tiap komponen bahan tanah menjalani alihtempat yang berbeda. (Notohadiprawiro, 1998). Sifat fisika dan kimia tanah yang berbeda-beda dapat juga terjadi karena pengaruh bahan organik. Pengaruh bahan organik pada ciri fisika tanah antara lain kemampuan menahan air meningkat, warna tanah menjadi coklat hingga hitam, merangsang granulasi agregat dan memantapkannya, menurunkan plastisitas, kohesi dan sifat buruk lainnya dari liat. Pengaruh bahan organik pada kimia tanah antara lain meningkatnya daya jerap (kapasitas simpan) dan kapasitas tukar kation, kation yang mudah dipertukarkan meningkat unsur N, P, S diikat dalam 1
2 bentuk organik atau dalam tubuh mikroorganisme, sehingga terhindar dari pencucian, kemudian tersedia kembali dan pelarutan sejumlah unsur hara dari mineral oleh asam humus. Pengaruh bahan organik pada biologi tanah antara lain yaitu jumlah dan aktivitas metabolik organisme tanah meningkat, dan kegiatan jasad mikro dalam membantu dekomposisi bahan organik juga meningkat menjadikan tanah lebih subur (Hakim, dkk., 1986). Tanah yang subur merupakan tempat hidup mikroorganisme yang sangat baik. Hal ini ditunjukkan oleh jumlah dan berat biomassa yang sangat besar. Karena juga sebagai sumber unsur hara yang dibutuhkan tanaman. Berdasarkan fungsi spesifik di dalam tanaman ada 16 unsur hara yang mutlak dibutuhkan tanaman dan disebut dengan unsur hara essensial. Dari 16 unsur hara essensial tersebut ada 13 unsur yang diambil tanaman dari tanah, sedangkan lainnya yaitu C, H, dan O diambil dari udara dan air. Ketigabelas unsur tersebut bervariasi dan berubah-ubah berdasarkan tempat dan waktu. Tanah juga merupakan media yang sangat baik untuk mendaur ulang dan mengurangi sifat beracun bahan-bahan organik serta mendaur ulang banyak unsur dan gas-gas global (Winarso, 2005). Sumber bahan organik yang paling umum bersumber dari vegetasi penutup tanah, sisa-sisa vegetasi, limbah atau kotoran ternak dan sebagainya. Tanah yang seluruh permukaannya tertutup dengan baik oleh vegetasi, apakah tanamannya itu berupa rumput-rumputan, tanaman legum, semak-semak ataupun berbagai pohon-pohonan yang merupakan sebagai sumber bahan organik. Tanah ini merupakan tanah yang berada dalam kondisi yang ideal pada ketahanannya terhadap pengikisan dan penghanyutan oleh aliran permukaan serta sangat baik dalam absorbsinya bagi tata air di dalam tanah. Tanaman-tanaman penutup tanah
3 tersebut kenyataannya dapat berfungsi melindungi permukaan tanah dari tumbukan butir-butir hujan yang mempunyai kemampuan pemecahan dan penghancuran terhadap agregat-agregat tanah. Memperlambat kecepatan lajunya aliran air permukaan, dengan demikian daya kikisnya dapat dikurangi. Memperkaya bahan organik dalam tanah serta menambah besarnya porositas tanah (Kartasapoetra, 1989) Vegetasi penutup tanah umumnya dibudidayakan pada perkebunan besar, seperti perusahaan BUMN, perkebunan asing, perkebunan swasta yang memiliki usaha tanaman produksi berupa kelapa sawit dan karet. Karet merupakan kebutuhan yang vital bagi kehidupan manusia sehari-hari, hal ini terkait dengan mobilitas manusia dan barang yang memerlukan komponen yang terbuat dari karet seperti ban kendaraan, conveyor belt, sabuk transmisi, dock fender, sepatu dan sandal karet. Pertumbuhan ekonomi dunia yang pesat pada sepuluh tahun terakhir, terutama China dan beberapa negara kawasan AsiaPasifik dan Amerika Latin seperti India, Korea Selatan dan Brazil, memberi dampak pertumbuhan permintaan karet alam yang cukup tinggi, walaupun pertumbuhan permintaan karet di negara-negara industri maju seperti Amerika Serikat, Eropa Barat dan Jepang relatif stagnan. Karet merupakan komoditi ekspor yang mampu memberikan kontribusi dalam upaya peningkatan devisa Indonesia (Fauzi, 2008). Ekspor karet Indonesia selama 20 tahun terakhir terus menunjukkan adanya peningkatan dari 1.244.950 ton pada tahun 1994 menjadi 1.874.261 ton pada tahun 2004 dan 2.701.995 ton pada tahun 2013. Pendapatan devisa dari komoditi karet pada tahun 2013 mencapai US$ 6.906.952.000 (Nurbahar, 2014).
4 Tanaman karet dapat tumbuh pada berbagai jenis tanah baik pada tanahtanah vulkanis muda ataupun vulkanis tua, aluvial bahkan tanah gambut. Tanahtanah vulkanis umumya memiliki sifat-sifat fisika yang cukup baik terutama dari segi struktur, tekstur, solum, kedalaman air tanah, aerasi dan drainasenya. Akan tetapi sifat-sifat kimianya umumnya sudah kurang baik, karena kandungan haranya relatif rendah. Tanah-tanah aluvial umumnya cukup subur, tetapi sifat fisisnya terutama drainase dan aerasinyaa kurang baik. Pembuatan saluran-saluran drainase akan menolong memperbaiki keadaan tanah ini (Setyamidjaja, 1993) Salah satu wilayah perkebunan karet di Indonesia adalah di Sumatera Utara. Saat ini luas perkebunan karet di Sumatera Utara adalah 575.236,03 Ha yang meliputi 93.282,58 Ha milik perusahaan BUMN, 41.258,37 milik perusahaan swasta asing, 62.271,64 Ha milik perusahaan swasta nasional, dan 378.423,44 Ha perkebunan rakyat, (Dinas Perkebunan Sumatera Utara, 2013) Salah satu perkebunan karet di Sumatera Utara milik perusahaan BUMN adalah PT. Perkebunan Nusantara III Sarang Giting Kecamatan Dolok Masihul Kabupaten Serdang Bedagai. Pada awal penanaman karet di kebun Sarang Giting menggunakan tanaman penutup tanah berupa kacang-kacangan yang memiliki sifat tidak tahan terhadap adanya naungan karena tanaman tersebut sangat memerlukan sinar matahari. Dengan bertambahnya umur tanaman karet maka tajuk tanaman semakin berkembang sehingga menghalangi sinar matahari yang masuk, akibatnya tanaman kacang-kacangan semakin berkurang dan akhirnya mati. Berkurangnya tanaman kacang-kacangan di lahan tersebut terutama pada tanaman karet yang sudah menghasilkan mendorong munculnya vegetasi lain seperti rumput-rumputan, pakis, dan bahkan tanah menjadi terbuka atau tanpa
5 penutup tanah. Munculnya vegetasi lain dan tanah terbuka dapat mempengaruhi sifat fisik dan kimia tanah sehingga perlu adanya kajian terhadap sifat fisika dan kima lahan karet yang telah menghasilkan. Tujuan Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji sifat fisika dan kimia tanah pada lahan karet yang menghasilkan dengan beberapa jenis vegetasi penutup tanah yang yang tumbuh di kebun PT. Perkebunan Nusantara III Sarang Giting. Kegunaan Penelitian 1. Bagi penulis yaitu sebagai bahan untuk menyusun skripsi yang merupakan syarat untuk dapat menyelesaikan pendidikan di Program Studi Keteknikan Pertanian Fakultas Pertanian. 2. Bagi mahasiswa yaitu sebagai informasi pendukung untuk melakukan penelitian lebih lanjut mengenai pengaruh tanaman penutup tanah terhadap sifat fisika dan kimia tanah. 3. Bagi masyarakat yaitu sebagai informasi mengenai sifat fisika dan kimia tanah pada lahan karet dengan beberapa jenis vegetasi yang tumbuh dikebun PT. Perkebunan Nusantara III Sarang Giting.