BAB II TINJAUAN PUSTAKA

dokumen-dokumen yang mirip
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Tabel 4.1. Hasil Randemen Arang Tempurung Kelapa

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Tabel 4.1 Hasil Uji Proksimat Bahan Baku Briket Sebelum Perendaman Dengan Minyak Jelantah

Karakterisasi Biobriket Campuran Kulit Kemiri Dan Cangkang Kemiri

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB III METODE PENELITIAN

TINJAUAN PUSTAKA. Suprihatin (1999) dan Nisandi (2007) dalam Juhansa (2010), menyatakan

PEMBUATAN BRIKET BIOARANG DARI ARANG SERBUK GERGAJI KAYU JATI

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA

PEMANFAATAN LIMBAH SEKAM PADI MENJADI BRIKET SEBAGAI SUMBER ENERGI ALTERNATIF DENGAN PROSES KARBONISASI DAN NON-KARBONISASI

BAB III METODE PENELITIAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Tabel 4.1 Nilai densitas pada briket arang Ampas Tebu. Nilai Densitas Pada Masing-masing Variasi Tekanan Pembriketan

BAB I PENDAHULUAN. yang ada dibumi ini, hanya ada beberapa energi saja yang dapat digunakan. seperti energi surya dan energi angin.

Pemanfaatan Kulit Buah Kakao Menjadi Briket Arang Menggunakan Kanji Sebagai Perekat

SEMINAR TUGAS AKHIR. Oleh : Wahyu Kusuma A Pembimbing : Ir. Sarwono, MM Ir. Ronny Dwi Noriyati, M.Kes

KARAKTERISTIK CAMPURAN BATUBARA DAN VARIASI ARANG SERBUK GERGAJI DENGAN PENAMBAHAN ARANG TEMPURUNG KELAPA DALAM PEMBUATAN BRIKET

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Studi Kualitas Briket dari Tandan Kosong Kelapa Sawit dengan Perekat Limbah Nasi

ANALISA KUALITAS BRIKET ARANG KULIT DURIAN DENGAN CAMPURAN KULIT PISANG PADA BERBAGAI KOMPOSISI SEBAGAI BAHAN BAKAR ALTERNATIF

LAPORAN HASIL PENELITIAN PEMBUATAN BRIKET ARANG DARI LIMBAH BLOTONG PABRIK GULA DENGAN PROSES KARBONISASI SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN. Kebutuhan energi semakin meningkat seiring dengan laju pertumbuhan

Pemanfaatan Limbah Tongkol Jagung dan Tempurung Kelapa Menjadi Briket Sebagai Sumber Energi Alternatif dengan Proses Karbonisasi dan Non Karbonisasi

PEMANFATAN LIMBAH SERBUK GERGAJI ULIN DAN KAYU BIASA SEBAGAI ENERGI ALTERNATIF PENGGANTI BAHAN BAKAR MINYAK

Analisa Karakteristik Pembakaran Briket Tongkol Jagung dengan Proses Karbonisasi dan Non- Karbonisasi

Aditya Kurniawan ( ) Program Studi Teknik Mesin, Fakultas Teknik, Universitas Muhammadiyah Yogyakarta

Karakteristik Pembakaran Briket Arang Tongkol Jagung

BAB I PENDAHULUAN. I. 1. Latar Belakang. Secara umum ketergantungan manusia akan kebutuhan bahan bakar

III. METODOLOGI PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. terpenting di dalam menunjang kehidupan manusia. Aktivitas sehari-hari

Pemanfaatan Limbah Sekam Padi Menjadi Briket Sebagai Sumber Energi Alternatif dengan Proses Karbonisasi dan Non-Karbonisasi

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Lampiran 1. Perbandingan nilai kalor beberapa jenis bahan bakar

RANCANG BANGUN ALAT PENCETAK BRIKET ARANG PADA PEMANFAATAN LIMBAH CANGKANG BIJI BUAH KARET

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

A. Lampiran 1 Data Hasil Pengujian Tabel 1. Hasil Uji Proksimat Bahan Baku

ANALISIS PENGARUH PEMBAKARAN BRIKET CAMPURAN AMPAS TEBU DAN SEKAM PADI DENGAN MEMBANDINGKAN PEMBAKARAN BRIKET MASING-MASING BIOMASS

Ratna Srisatya Anggraini ( )

Dylla Chandra Wilasita Ragil Purwaningsih

PERBANDINGAN PEMBAKARAN PIROLISIS DAN KARBONISASI PADA BIOMASSA KULIT DURIAN TERHADAP NILAI KALORI

EFFEKTIFITAS BRIKET BIOMASSA. Jl Raya Solo Baki km 2 Kwarasan Grogol Solobaru Sukoharjo. *

STUDI MUTU BRIKET ARANG DENGAN BAHAN BAKU LIMBAH BIOMASSA

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Pembuatan Biobriket dari Tempurung Kemiri sebagai Bahan Bakar Alternatif

PENGARUH PERBANDINGAN MASSA ECENG GONDOK DAN TEMPURUNG KELAPA SERTA KADAR PEREKAT TAPIOKA TERHADAP KARAKTERISTIK BRIKET

PEMBUATAN BIOBRIKET DARI CAMPURAN BUNGKIL BIJI JARAK PAGAR (Jatropha curcas L.) DENGAN SEKAM SEBAGAI BAHAN BAKAR ALTERNATIF

BAB I PENDAHULUAN. energi untuk melakukan berbagai macam kegiatan seperti kegiatan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. 1 Universitas Sumatera Utara

ANALISIS THERMOGRAVIMETRY DAN PEMBUATAN BRIKET TANDAN KOSONG DENGAN PROSES PIROLISIS LAMBAT

KARAKTERISTIK PEMBAKARAN BIOBRIKET CAMPURAN BATUBARA DAN SABUT KELAPA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

TINJAUAN PUSTAKA. merupakan perumusan yang lebih luas daripada pengertian-pengertian mengenai

STUDI BANDING PENGGUNAAN PELARUT AIR DAN ASAP CAIR TERHADAP MUTU BRIKET ARANG TONGKOL JAGUNG

BAB I PENDAHULUAN. bahan bakar, hal ini didasari oleh banyaknya industri kecil menengah yang

Gambar 4.1 Grafik nilai densitas briket arang ampas tebu

BRIKET ARANG DARI SERBUK GERGAJIAN KAYU MERANTI DAN ARANG KAYU GALAM

PENGARUH VARIASI KOMPOSISI BIOBRIKET CAMPURAN ARANG KAYU DAN SEKAM PADI TERHADAP LAJU PEMBAKARAN, TEMPERATUR PEMBAKARAN DAN LAJU PENGURANGAN MASA

PIROLISIS Oleh : Kelompok 3

BRIKET KULIT BATANG SAGU (Metroxylon sagu) MENGGUNAKAN PEREKAT TAPIOKA DAN EKSTRAK DAUN KAPUK (Ceiba pentandra) Nurmalasari, Nur Afiah

Briket dari Char Hasil Pirolisa Tempurung Kelapa (Coconut Shells)

III. METODELOGI PENELITIAN. Penelitian ini telah dilaksanakan pada bulan Desember 2009 sampai Februari

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA

Jurnal Penelitian Teknologi Industri Vol. 6 No. 2 Desember 2014 Hal :

RANCANG BANGUN TUNGKU PIROLISA UNTUK MEMBUAT KARBON AKTIF DENGAN BAHAN BAKU CANGKANG KELAPA SAWIT KAPASITAS 10 KG

KARAKTERISTIK PEMBAKARAN BIOBRIKET CAMPURAN AMPAS AREN, SEKAM PADI, DAN BATUBARA SEBAGAI BAHAN BAKAR ALTERNATIF

(Maryati Doloksaribu)

BAB I PENDAHULUAN. pemikiran untuk mencari alternatif sumber energi yang dapat membantu

BAB I PENDAHULUAN. minyak ikan paus, dan lain-lain (Wikipedia 2013).

Arang Tempurung Kelapa

KARAKTERISTIK PEMBAKARAN BRIKET CAMPURAN ARANG KAYU DAN JERAMI

Analisis Variasi Suhu Tekan Pada Karakteristik Briket Arang Ampas Tebu sebagai Bahan Bakar Alternatif

KARAKTERISTIK CAMPURAN CANGKANG DAN SERABUT BUAH KELAPA SAWIT TERHADAP NILAI KALOR DI PROPINSI BANGKA BELITUNG

Mengapa Air Sangat Penting?

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA ANALISIS BAHAN MAKANAN ANALISIS KADAR ABU ABU TOTAL DAN ABU TIDAK LARUT ASAM

STUDI PEMBUATAN ARANG AKTIF DARI TIGA JENIS ARANG PRODUK AGROFORESTRY DESA NGLANGGERAN, PATUK, GUNUNG KIDUL, DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PENDAHULUAN

TINJAUAN PUSTAKA. atau gaya untuk berbuat sesuatu. Definisi ini merupakan perumusan yang lebih

BAB I PENDAHULUAN. Banyaknya jumlah kendaraan bermotor merupakan konsumsi terbesar pemakaian

PENGARUH KOMPOSISI DAN UKURAN SERBUK BRIKET YANG TERBUAT DARI BATUBARA DAN JERAMI PADI TERHADAP KARAKTERISTIK PEMBAKARAN

Jurnal Einstein 4 (1) (2016): Jurnal Einstein. Available online

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang.

PENGARUH VARIASI JUMLAH CAMPURAN PEREKAT TERHADAP KARAKTERISTIK BRIKET ARANG TONGKOL JAGUNG

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

PEMANFAATAN BIOMASSA LIMBAH JAMUR TIRAM SEBAGAI BAHAN BAKAR ALTERNATIF UNTUK PROSES STERILISASI JAMUR TIRAM

BAB II LANDASAN TEORI

ANALISA PROKSIMAT BRIKET BIOARANG CAMPURAN LIMBAH AMPAS TEBU DAN ARANG KAYU

Pembuatan Briket Hasil Pemanfaatan Eceng Gondok dan Sampah Plastik HDPE Sebagai Energi Alternatif

EKO-BRIKET DARI KOMPOSIT SAMPAH PLASTIK HIGH-DENSITY POLYETHYLENE (HDPE) DAN ARANG SAMPAH ORGANIK KOTA

BAB 1 PENDAHULUAN. yang diperoleh dari proses ekstraksi minyak sawit pada mesin screw press seluruhnya

Gambar 3.1 Arang tempurung kelapa dan briket silinder pejal

EKO-BRIKET DARI KOMPOSIT SAMPAH PLASTIK HIGH DENSITY POLYETHYLENE (HDPE) DAN ARANG SAMPAH ORGANIK KOTA ECO-BRIQUETTE FROM COMPOSITE HIGH DENSITY

Transkripsi:

4 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Biomassa sebagai Sumber Energi Biomassa adalah campuran material organik yang kompleks, biasanya terdiri dari karbohidrat, lemak, protein dan mineral lain yang jumlahnya sedikit seperti sodium, fosfor, kalsium dan besi (Silalahi, 2000). Energi biomassa dapat menjadi sumber energi alternatif pengganti bahan bakar fosil karena sifatnya yang dapat diperbaharui (renewable resources), dan relatif tidak mengandung unsur sulfur sehingga tidak menyebabkan polusi udara dan juga dapat meningkatkan efisiensi pemanfaatan sumber daya hutan dan pertanian (Widarto dkk, 1995). Penggunaan biomassa sebagai sumber energi sangat baik bagi lingkungan karena biomassa merupakan sumber energi dengan jumlah CO2 yang lebih sedikit dibandingkan dengan penggunaan bahan bakar fosil (Eddy dkk, 2014). 2.2. Briket Briket didefinisikan sebagai bahan bakar yang berwujud padat dan berasal dari sisa-sisa bahan organik yang telah mengalami proses pemampatan dengan daya tekan tertentu. Briket dapat menggantikan penggunaan kayu bakar dan batu bara yang mulai meningkat konsumsinya. Selain itu harga briket relatif murah dan terjangkau oleh masyarakat (Hambali dkk, 2007). Pembuatan briket dapat dilakukan dengan menambah bahan perekat, dimana bahan baku diarangkan terlebih dahulu kemudian ditumbuk, dicampur perekat, dicetak dengan sistem hidrolik ataupun manual dan selanjutnya dikeringkan. Briket arang yang baik diharapkan memiliki kadar karbon yang tinggi. Kadar karbon sangat dipengaruhi oleh kadar zat mudah menguap dan kadar abu. Semakin besar kadar abu akan menyebabkan turunnya kadar karbon briket tersebut. Secara keseluruhan nilai densitas (kerapatan partikel) briket arang antara 0,45 g/cm 3 sampai 0,59 g/cm 3, kadar air antara 3,57% sampai 4,75%, kadar abu

5 3,56%, dan nilai kalor berkisar antara 6198,99 kal/g sampai 6522,84 kal/g (Hendra dkk, 2000). Tabel 2.1 Standar Kualitas Briket Bioarang No Sifat-Sifat Briket arang Jepang * Inggris * USA * Eropa ** 1 Kadar air (%) 6-8 3-6 6 15 2 Zat mudah menguap (%) 15-30 16,4 19-28 - 3 Kadar abu (%) 3-6 5,9 8,3 3 4 Kadar karbon terikat (%) 60-80 75,3 60-5 Nilai kalori (kal/gram) 6000-7000 7289 6240 3576 6 Kerapatan (g/cm 3 ) 1,0-1,2 0,46 1-7 Keteguhan tekan (kg/cm 2 ) 60-65 12,7 62 - Sumber: *Badan Penelitian dan Pengembangan Kehutanan (1994) **COFORD (2010) Briket dengan kualitas yang baik diantaranya memiliki sifat seperti tekstur yang halus, tidak mudah pecah, aman bagi manusia dan lingkungan serta memiliki sifat-sifat penyalaan yang baik. Sifat penyalaan ini diantaranya adalah mudah menyala, waktu nyala cukup lama, tidak menimbulkan jelaga, asap sedikit dan cepat hilang serta nilai kalor yang cukup tinggi. Lama tidaknya menyala akan mempengaruhi kualitas dan efisiensi pembakaran, semakin lama menyala dengan nyala api konstan akan semakin baik (Jamilatun, 2008). Standar briket yang digunakan untuk melihat kualitas briket arang tidak hanya menggunakan standar dari Indonesia tetapi juga menggunakan standar briket dari negara lain seperti Jepang, Inggris, USA, dan Eropa. Hal ini digunakan karena standar briket di Indonesia masih rendah jika dibandingkan dengan standar briket di negara lain. 2.3. Bahan Baku (Plastik LDPE dan Tempurung Kelapa) Plastik Low Density Poly Ethylene (LDPE) adalah termoplastik yang terbuat dari minyak bumi. Pertama kali diproduksi oleh Imperial Chemical Industries

6 (ICI) pada tahun 1933 menggunakan tekanan tinggi dan polimerisasi radikal bebas. LDPE dicirikan dengan densitas antara 0.910-0.940 g/cm³ dan tidak reaktif pada temperatur kamar, kecuali oleh oksidator kuat dan beberapa jenis pelarut dapat menyebabkan kerusakan. LDPE dapat bertahan pada temperatur 90ºC dalam waktu yang tidak terlalu lama.titik leleh plastik ini adalah 248 F atau 120 C dengan kekuatan tensile1700 psi dan specifik gravitynya 0.92. Tempurung kelapa merupakan bagian keras yang melindungi daging buah kelapadengan ketebalan 3 5 mm dan bobot 19 20% dari massa kelapa itu sendiri. Tempurung kelapa tersusun atas 26,6% selulosa, 27,7% pentosane, 29,4% lignin 0,6% abu, 4,2% solven ekstraktif, 3,5% uronantan hidrat, 0,11% nitrogen dan 8% air (Soekardi, 2012). Tempurung kelapa memiliki nilai kalor tinggi dan banyak dijadikan sebagai bahan bakar seperti briket arang. Tempurung kelapa memiliki kemampuan tinggi dalam mengadsorpsi gas dan zat warna dan dalam bentuk karbon aktif bisa dipakai sebagai pengisi masker gas beracun. 2.4. Pirolisis Pirolisis adalah proses pemanasan suatu zat tanpa adanya oksigen sehingga terjadi penguraian komponen-komponen penyusun kayu keras. Istilah lain dari pirolisis adalah penguraian yang tidak teratur dari bahan-bahan organik yang disebabkan oleh adanya pemanasan tanpa berhubungan dengan udara luar atau oksigen (Tahir, 1992). Proses ini disebut juga proses karbonasi atau proses untuk memperoleh karbon atau arang pada suhu 450 o C-550 o C. Dalam proses pirolisis dihasilkan gasgas seperti CO, CO2, CH4, H2, dan hidrokarbon ringan. Jenis gas yang dihasilkan bermacam-macam tergantung dari bahan baku. Salah satu contoh pada pirolisis dengan bahan baku batubara menghasilkan gas seperti CO, CO2, NOx, dan SOx. Yang dalam jumlah besar gas-gas tersebut dapat mencemari lingkungan dan membahayakan kesehatan manusia baik secara langsung maupun tidak langsung. Proses pirolisis dipengaruhi faktor-faktor antara lain: ukuran partikel, suhu,

7 tumpukan bahan baku dan kadar air. Pirolisis adalah metode pembakaran tidak sempurna pada material yang menyebabkan senyawa karbon kompleks tidak teroksidasi menjadi senyawa karbon dioksida. Pirolisis terbagi 2, yaitu: 1. Pirolisis primer Pirolisis primer adalah proses pembentukan arang yang terjadi pada suhu 150 o C 300 o C. Proses pengarangan ini terjadi karena adanya energi panas yang mendorong terjadinya oksidasi sehingga molekul karbon yang komplek terurai sebagian menjadi karbon dan arang. 2. Pirolisis sekunder Pirolisis sekunder adalah proses perubahan arang atau karbon menjadi karbon monoksida, gas hidrogen dan gas gas hidrokarbon. Proses pirolisis dihasilkan dari tiga penggolongan produk antara lain: 1) Gas-gas yang dikeluarkan pada proses karbonisasi ini sebagian besar berupa gas CO2 dan sebagian lagi berupa gas-gas yang mudah terbakar seperti CO, CH4, H2 dan hidrokarbon tingkat rendah lain. 2) Destilat berupa asap cair dan tar. Komposisi utama dari produk yang tertampung adalah metanol dan asam asetat. Bagian lainnya merupakan komponen minor yaitu fenol, metil asetat, asam format, asam butirat dan lain-lain. 3) Karbon sampah anorganik dan organik mempunyai komponen-komponen yang hampir sama (Tahir, 1992). 2.5. Faktor yang mempengaruhi proses pembuatan briket Dalam proses pembuatan briket, ada beberapa hal yang harus diperhatikan untuk mengetahui kekuatan suatu briket, yang dapat dilihat dua faktor pendukung yaitu kuat tekan pada saat pengempaan dan jenis bahan perekat yang digunakan. 2.5.1 Tekan Pengempaan Tekanan pengempaan diberikan untuk menciptakan kontak antara permukaan bahan yang direkat dengan bahan perekat. Setelah bahan perekat

8 dicampurkan dan tekanan mulai diberikan maka perekat yang masih dalam keadaan cair akan mulai mengalir membagi diri ke permukaan bahan baku. Pada saat yang bersamaan dengan terjadinya aliran maka perekat juga mengalami perpindahan dari permukaan yang diberi perekat ke permukaan yang belum terkenan perekat (Kirana, 1985). Kekuatan briket lebih tinggi ketika ada tekanan yang lebih tinggi. Kekuatan briket meningkat menjadi batas kekuatan material pemadatan. Pemadatan tekanan dilihat dari sudut pandang analisis kompleks atau penelitian adalah parameter yang sangat menarik dan sangat rumit. Berbagai parameter yang berdampak pada tekanan kompaksi misalnya jenis material, suhu ruangan, suhu material dan tentu juga panjang diameter dan cara pembuatan briket. Briket kemudian memiliki konsisten bentuk dan volume tanpa retak dan goresan (Krizan, 2007). 2.5.1.Bahan Perekat Pembriketan pada tekanan rendah membutuhkan bahan perekat untuk membantu pembentukan ikatan di antara partikel briket. Penambahan perekat dapat meningkatkan kekuatan briket. Perekat yang biasa digunakan untuk membuat briket dapat dikelompokkan menjadi dua jenis, yaitu: 1. Perekat organik merupakan perekat yang efektif, tidak terlalu mahal dan menghasilkan abu yang sedikit. Contoh perekat organik adalah tetes tebu, kanji, resin. 2. Perekat anorganik merupakan perekat yang dapat menjaga ketahanan briket dalam proses pembakaran, sehingga briket menjadi tahan lama. Selain itu perekat ini juga memiliki daya lekat yang kuat dibandingkan perekat organik, tetapi biaya yang dikeluarkan lebih tinggi dan menghasilkan abu yang lebih banyak dibandingkan perekat organik. Perekat pabrik seperti lem yang tersedia di pasaran merupakan salah satu perekat anorganik. Penggunaan bahan perekat adalah untuk menarik air dan membentuk tekstur yang padat atau mengikat dua substrat yang akan direkatkan. Dengan adanya

9 bahan perekat, maka susunan partikel akan semakin baik, teratur dan lebih padat sehingga dalam proses pengempaan keteguhan tekan dari arang briket akan semakin baik (Silalahi, 2000). Tabel 2.2. Komposisi Kimia Tepung Tapioka Komposisi Jumlah (%) Air 8-9 Proton 0,3-1,0 Lemak 0,1-0,4 Abu 0,1-0,8 Serat Kasar 81-89 Sumber : Kirk dan Othmer (1967) 2.6. Karakteristik Briket Suatu briket dengan kualitas yang baik harus memiliki karakteristik briket sebagai berikut: 1. Nilai kalornya tinggi 2. Mudah dinyalakan 3. Menghasilkan bara api yang baik 4. Tidak berasap 5. Tidak menimbulkan bau 6. Tidak mudah pecah 7. Kadar abu rendah 8. Kadar zat mudah menguap rendah 9. Kadar karbon terikat tinggi 10. Tidak cepat habis terbakar 11. Emisi gas COx, NOx, dan SOx rendah 12. Dapat disimpan dalam jangka waktu lama Menurut Irlanda Palupi (2012), metode standar dalam perhitungan batubara pada umumnya yaitu: - ASTM (American Society for Testing and Materials). - ISO (International Organizaation for Standarisation).

10 - BS (BritishStandards). - AS (Australia Standards), dan lain sebagainya. Metode di atas juga digunakan sebagai panduan untuk menentukan kualitas dan klasifikasi dari briket, khususnya metode ASTM yang paling popular yaitu: 2.6.1.Kadar Air Kadar air adalah perbandingan berat air briket dengan berat kering briket setelah diovenkan. Kadar air dapat berpengaruh pada kualitas briket arang, semakin rendah kadar air maka semakin tinggi nilai kalor dan daya pembakarannya. Arang mempunyai kemamapuan menyerap air yang sangat besar dari udara disekelilingnya. Kemamapuan menyerap air dipengaruhi oleh luas permukaan dan pori-pori arang dan dipengaruhi oleh kadar karbon terikat yang terdapat pada briket tersebut. Dengan demikian semakin kecil kadar karbon terikat pada briket arang, kemampuan briket arang menyerap air dari udara sekililingnya semakin besar (Rustini, 2004). Tingginya kadar air akan menyebabkan penurunan nilai kalor. Hal ini disebabkan karena panas yang tersimpan dalam briket terlebih dahulu digunakan untuk mengeluarkan air yang ada sebelum kemudian menghasilkan panas yang dapat dipergunakan sebagai panas pembakaran (Hendra dkk, 2000). Briket dengan kadar air yang tinggi, menyebabkan kualitas briket menurun ketika penyimpanan karena pengaruh mikroba. Kadar air yang tinggi juga dapat menimbulkan asap yang banyak saat pembakaran (Riseanggara, 2008). 2.6.2.Kadar Zat Mudah Menguap (Volatile Matter) Zat mudah menguap adalah zat yang dapat menguap sebagai hasil dekomposisi senyawa-senyawa didalam arang selain air. Kandungan kadar zat mudah menguap yang tinggi didalam briket arang akan menimbulkan asap yang lebih banyak pada saat briket dinyalakan. Hal ini disebabkan oleh adanya reaksi antara karbon monoksida dengan turunan alkohol (Hendra dkk, 2000).

11 Zat mudah menguap terdiri dari gas-gas yang mudah terbakar seperti hidrogen, karbon monoksida dan metana akan tetapi kadang-kadang terdapat juga gas-gas yang tidak terbakar seperti CO2 dan H2O. Kadar volatile matter ± 40 % pada pembakaran akan memperoleh nyala yang panjang dan akan memberikan asap yang banyak. Sedangkan untuk kadar volatile matter rendah antara 15 25% asap yang dihasilkan sedikit. Semakin banyak kandungan kadar volatille matter pada briket maka akan semakin mudah briket untuk terbakar dan menyala, sehingga laju pembakaran semakin cepat. Kadar zat mudah menguap ditentukan oleh kesempurnaan proses karbonisasi. Semakin besar suhu pada waktu pengarangan maka semakin banyak zat mudah menguap yang terbuang selama proses pengarangan sehingga kandungan zat menguap akan semakin kecil. Pada briket arang diharapkan memiliki kadar zat menguap yang serendah mungkin (Tampubolon, 2001). 2.6.3.Kadar Abu Kadar abu briket dipengaruhi oleh kandungan abu, silika, bahan baku serbuk dan kadar perekat yang digunakan. Salah satu unsur utama penyusun abu adalah silika dan pengaruhnya kurang baik terhadap nilai kalor briket arang yang dihasilkan. Semakin tinggi kadar abu maka semakin rendah kualitas briket karena kandungan abu yang tinggi dapat menurunkan nilai kalor briket arang sehingga kualitas briket arang tersebut turun (Lubis, 2008). 2.6.4.Kadar Karbon Terikat (Fixed Carbon) Kadar karbon terikat adalah karbon dalam arang selain fraksi abu, zat mudah menguap dan air. Kandungan kadar karbon terikat adalah kandungan karbon tetap yang terdapat pada bahan bakar padat yang berupa arang (Erikson, 2011). Kadar karbon terikat didalam briket arang dipengaruhi oleh nilai kadar abu dan kadar zat mudah menguap. Kadar karbon terikat akan bernilai tinggi apabila nilai kadar abu dan kadar zat menguap briket arang tersebut rendah. Briket arang

12 yang baik diharapkan memiliki kadar karbon terikat yang tinggi. Kadar karbon terikat berpengaruh terhadap nilai kalor bakar briket. Semakin tinggi kadar karbon terikat pada arang menandakan arang tersebut adalah arang yang baik. Hal ini disebabkan pada proses pembakaran membutuhkan karbon yang bereaksi dengan oksigen untuk menghasilkan kalor (Bahri, 2007). 2.6.5. Nilai Kalor Nilai kalor adalah besarnya panas yang diperoleh dari pembakaran suatu jumlah tertentu bahan bakar. Semakin tinggi berat jenis bahan bakar, maka semakin tinggi nilai kalor yang diperolehnya. Nilai kalor perlu diketahui dalam pembuatan briket karena untuk mengetahui nilai panas pembakaran yang dapat dihasilkan oleh briket sebagai bahan bakar. Semakin tinggi nilai kalor yang dihasilkan oleh bahan bakar briket maka akan semakin baik pula kualitas briket yang dihasilkan. Nilai kalor juga dipengaruhi oleh kadar air dan kadar abu yang ada dalam briket arang, semakin rendah kadar air dan kadar abu dalam briket arang maka akan meningkatkan nilai kalor bakar briket arang yang dihasilkan (Koesoemadinata, 1980). Faktor jenis bahan baku juga sangat mempengaruhi besarnya nilai kalor bakar briket yang dihasilkan dan dalam setiap jenis bahan baku briket memiliki kadar karbon terikat yang berbeda sehingga mengakibatkan nilai kalor bakar yang berbeda. Bahan baku yang memiliki kadar karbon terikat yang rendah akan menghasilkan nilai kalor bakar briket yang tinggi. (Hendra dkk, 2003). 2.6.6.Uji Nyala Api Kerapatan menunjukkan perbandingan antara berat dan volume briket. Kerapatan briket juga berpengaruh terhadap kualitas briket, kerena kerapatan yang tinggi dapat meningkatkan nilai kalor briket. Briket dengan kerapatan yang terlalu rendah dapat mengakibatkan briket cepat habis dalam pembakaran karena bobot briketnya lebih rendah (Hendra dkk, 2003).

13 Permasalahan yang sering muncul pada uji nyala api dapat dilihat pada tabel 2.3 berikut: Tabel 2.3. Beberapa Permasalah Uji nyala Api Permasalahan Faktor Penyebab Cara Mengatasi Nyala api sebentar Bahan penyala minim Tambahkan bahan penyala Bara sebentar Pengempaan minim Tambahkan pengempaan Superkarbon sulit menyala Briket kurang kering benar Pengeringan maksimal Asap terlalu banyak Briket masih basah Pengeringan maksimal Abu mudah rontok Bahan perekat minim Tambahkan bahan perekat Sumber : Kurniawan dan Marsono (2008) Semakin lama nyala api yang dimiliki oleh suatu briket maka kualitas briket tersebut semakin baik. Faktor ini juga merupakan salah satu yang akan menjadi acuan untuk mengetahui seberapa banyak briket yang dibutuhkan untuk memasak air. Sehingga dapat mengetahui briket yang dihasilkan efektif atau tidak sebagai alternatif bahan bakar yang ekonomis jika dibanding dengan bahan bakar lainnya. Kecepatan pembakaran dipengaruhi oleh struktur bahan, kandungan karbon terikat dan tingkat kepadatan bahan. Jika briket memiliki kandungan kadar volatile yang tinggi, maka briket akan mudah terbakar dengan kecepatan pembakaran tinggi (Jamilatun, 2008). 2.7. Penelitian Briket Berikut ini beberapa penelitian yang dijadikan acuan dan dapat di lihat pada tabel 2.4 Tabel 2.4. Penelitian-Penelitian Tentang Briket Bioarang No. Peneliti Judul Penelitian Hasil Penelitian Pembuatan Briket dari Briket terbaik adalah 1. Faisol Asip campuran Limbah Plastik persentase pencampuran dkk 2014 LDPE, Tempurung Kelapa dan plastik LDPE:Cangkang Cangkang Sawit Sawit:Tempurung Kelapa

14 No. Peneliti Judul Penelitian Hasil Penelitian Penelitian menggunakan beberapa macam persentase pencampuran LP:TK:CS yaitu 10:45:45 10:50:40 20:40:40 20:45:35 30:35:35 30:40:30 sebesar 10%:50%:40% dengan nilai kalor 7508 kal/g, kadar air 4,30%, kadar abu 3,95%, kadar zat mudah menguap 26,78%, dan kadar karbon terikat 64,97%. Pembuatan dan Analisis mutu briket arang ditinjau dari kadar Kadar air 4,6% Kadar abu 7,49-9,94%, 2. Suarez I. dkk kanji Kadar zat yang hilang 2,86-2014 Penelitian ini menggunakan 4,77% variasi tapioka yaitu 1%,2%,3%4%,5%,6%,7%,8% Pembuatan briket arang Briket terbaik diperoleh tempurung kelapa dari sisa dengan pencampuran perekat bahan bakar pengasapan ikan tapioka 20% dan ukuran mesh Kelurahan Bandarharjo 20 3. Lafas Hanandito dkk Semarang Penelitian ini menggunakan variasi jenis perekat Hasil uji proksimat didapatkan Nilai kalor 6748.69 kal/gram Shutter index 20% (tapioka,terigu,molasses,silikat), dengan konsentrasi perekat (10%, 15%, 20%) dan ukur an mesh (20, 30, 40). Pengaruh Kadar Perekat dan Kadar air (7,349% - 11,130%), Tekanan Kempa terhadap Sifat Berat jenis (0,584-0,706), Fisis dan Kimia Briket Arang Nilai kalor (5000,683 kal/g - 4. Etikawati N dkk 2013 dari Serasah Daun (Acacia mangium Wild). 7141,685 kal/g), Kadar abu (16,447% - 21,764%), Menggunakan variasi tekanan Kadar zat mudah menguap sebesar (1.250 psi, 1.750 psi, (21,869% - 34,275%), dan dan 2.250 psi) Kadar karbon terikat

15 No. Peneliti Judul Penelitian Hasil Penelitian Dan variasi jumlah perekat (3%, (37,592% - 47,455%). 6%, and 9%) dengan 5 kali pengulangan. 5 Ronny Kurniawan dkk 2007 Pembuatan briket dari tempurung kelapa dengan penambahan polietilen Penelitian ini menggunakan persentase perbandingan polietilen sebesar 5%, 10%, 15% dari berat tempurung kelapa dan mengunakan variasi temperatur 300,400,450ºC Hasil terbaik diperoleh pada temperatur pirolisis 350ºC dengan komposisi polietilen 15%. Nilai kalor 7344,185 kal/gram