BAB I PENDAHULUAN. bentuk simpanan giro, tabungan, dan deposito. Biasanya sambil diberikan balas

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Universitas Indonesia

BAB 1 PENDAHULUAN. Perbankan syariah pada dasamya merupakan suatu industri keuangan yang

BAB I PENDAHULUAN. Muamalat pada tahun Setelah terbukti mampu bertahan pada masa krisis

BAB I PENDAHULUAN. imbalan dan penetapan beban yang dikenal dengan bunga. Selain itu,

BAB I PENDAHULUAN. penentuan return yang akan diperoleh para depositornya. Bank syariah tidak hanya

BAB I PENDAHULUAN. Bank merupakan salah satu lembaga keuangan yang mempunyai peranan

BAB I PENDAHULUAN. 7 tahun 1992 tentang Perbankan, yang secara eksplisit menetapkan bahwa

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. bagi hasil. Balas jasa atas modal diperhitungkan berdasarkan keuntungan atau

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. konsumtif sehingga pertumbuhan ekonomi dapat terwujud.

BAB I PENDAHULUAN. untuk meminjam uang atau kredit bagi masyarakat yang membutuhkannya.

BAB I PENDAHULUAN. membutuhkan bank sebagai mitra dalam mengembangkan usahanya.

ANALISIS PERBANDINGAN BAGI HASIL DEPOSITO MUDHARABAH PADA BANK SYARIAH MANDIRI DENGAN BUNGA DEPOSITO PADA BANK KONVENSIONAL

BAB I PENDAHULUAN. Islam di Tanah Air sebenarnya sudah dimulai secara formal dan informal jauh

BAB I PENDAHULUAN. (Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2008). Ditinjau dari segi imbalan atau

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan dari waktu ke waktu. Diawali dengan berdirinya bank syariah di

sejak zaman Rasulullah, seperti pembiayaan, penitipan harta, pinjam-meminjam uang, bahkan pengiriman uang. Akan tetapi, pada saat itu, fungsi-fungsi

BAB I PENDAHULUAN. terutama untuk membiayai investasi perusahaan. 1 Di Indonesia terdapat dua jenis

BAB I PENDAHULUAN. mendalam. Bank syariah yang berfungsi sebagai lembaga intermediasi keuangan, hasil, prinsip ujoh dan akad pelengkap (Karim 2004).

BAB I PENDAHULUAN. tersebut diatur dengan rinci landasan hukum serta jenis jenis usaha yang dapat

BAB I PENDAHULUAN. perekonomian yang berbasis nilai-nilai dan prinsip syariah untuk dapat diterapkan

BAB I PENDAHULUAN. manufaktur dan jasa. Sedangkan sektor moneter ditumpukan pada sektor

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. suatu badan usaha atau institusi yang kekayaannya terutama dalam bentuk

BAB I PENDAHULUAN. konvensional yang tumbuh berkisar 8%. (Otoritas Jasa Keuangan, 2015).

BAB I PENDAHULUAN. Pertumbuhan kelembagaan perbankan syariah di Indonesia mengalami

BAB I PENDAHULUAN. pinjaman pada dunia perbankan dan inilah yang terjadi pada perekonomian

BAB I PENDAHULUAN. prinsip keadilan dan keterbukaan, yaitu Perbankan Syariah. operasional bisnisnya dengan sistem bagi hasil.

BAB I PENDAHULUAN. akhibat krisis moneter yang melanda pada pertengahan Penyebab dari

BAB I PENDAHULUAN. Perbankan syariah merupakan salah satu representasi aplikasi dari

BAB I PENDAHULUAN. mengalami peningkatan yang cukup pesat dan memberikan pengaruh yang cukup

BAB I PENDAHULUAN. Saat ini kehidupan perekonomian di dunia tidak dapat dipisahkan dengan

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan pesat. Di Indonesia sendiri perbankan syariah menunjukkan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian

BAB 1 PENDAHULUAN. Perkembangan industri perbankan syariah yang saat ini sedang

BAB I PENDAHULUAN. dalam menghimpun maupun menyalurkan dana, hal ini terjadi karena adanya

BAB I PENDAHULUAN. kelebihan dana dengan masyarakat yang kekurangan dana, sedangkan bank

I. PENDAHULUAN. keberadaan bank sebagai lembaga keuangan telah bertansformasi menjadi dua

1. PENDAHULUAN. dimana kegiatan utamanya adalah menerima simpanan giro, tabungan, dan

BAB I PENDAHULUAN. pengaruh besar dalam roda perekonomian masyarakat. Dimana bank adalah

BAB I PENDAHULUAN. nasional Indonesia menganut dual banking system yaitu, sistem perbankan. konvensional menggunakan bunga (interest) sebagai landasan

BAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini hampir semua kegiatan perekonomian. dilakukan oleh lembaga keuangan, misalnya bank, lembaga keuangan non bank,

BAB I PENDAHULUAN. (riba), serta larangan untuk berinvestasi pada usaha usaha berkategori terlarang

BAB I PENDAHULUAN. perbankan nasional. Bank Islam telah berkembang pesat pada dekade terakhir

BAB I PENDAHULUAN. perbankan syariah di Indonesia. Ini berarti secara yuridis empiris keberadaannya

BAB I PENDAHULUAN. Bank syariah adalah bank yang beroperasi sesuai dengan prinsip-prinsip syariah

Bank Kon K v on e v n e sion s al dan Sy S ar y iah Arum H. Primandari

BAB I PENDAHULUAN. menggunakan bunga baik tabungan, deposito, pinjaman, dll.

BAB I PENDAHULUAN. Bank merupakan lembaga kepercayaan yang berfungsi sebagai lembaga

BAB 1 PENDAHULUAN. proses dalam melaksanakan kegiatan usahanya. prinsip bagi hasil dan risiko (profit and loss sharing). Sebagai bagian dari sistem

hidup rakyat (Anshori:2009:226). Mengingat semakin berkembangnya zaman

BAB I PENDAHULUAN. harus dipenuhinya, baik kebutuhan primer, sekunder maupun tersier. Ada kalanya

BAB I PENDAHULUAN. Pertumbuhan bank syariah di dunia, baru dimulai di Mesir pada tahun

BAB I PENDAHULUAN. menurunkan defisit transaksi berjalan ke tingkat yang sustainable. Dari sisi

BAB I PENDAHULUAN. yang sehat dan stabil. Sistem keuangan negara Indonesia sendiri terdiri dari tiga

BAB IV PEMBAHASAN. Implementasi Sistem Bagi Hasil dan Risiko Berdasarkan Prinsip. Mudharabah Di Bank Jabar Banten Syariah

BAB I PENDAHULUAN. ditawarkan, khususnya dalam pembiayaan, senantiasa menggunakan underlying

BAB I PENDAHULUAN. Di samping itu, bank juga dikenal sebagai tempat untuk menukarkan uang,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. mana didasarkan pada Undang-undang Nomor 7 tahun 1992 sebagai landasan

BAB I PENDAHULUAN. menghimpun dana dari masyarakat dan menyalurkan kembali dana. tersebut ke masyarakat serta memberikan jasa bank lainnya (Kasmir,

BAB I PENDAHULUAN. Perbankan Syari ah atau Bank Islam yang secara umum pengertian Bank Islam

BAB I PENDAHULUAN. dengan negara Indonesia ini. Sistem keuangan negara Indonesia sendiri terdiri

BAB I PENDAHULUAN. Bank memiliki peran sebagai lembaga perantara antara unit-unit yang memiliki

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Tinjauan Terhadap Obyek Studi Gambaran Umum Bank BNI dan Unit Usaha Syariah

BAB 1 PENDAHULUAN. mikro maupun makro. Terbukti dari semakin banyak munculnya usaha baru yang

BAB II LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. pertama kali yang berdiri di Indonesia yaitu Bank Muamalat dapat membuktikan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

PRODUK PERHIMPUNAN DANA

BAB I PENDAHULUAN. pengiriman uang. Di dalam sejarah perekonomian kaum muslimin, pembiayaan

BAB I PENDAHULUAN. mengandalkan sistem bagi hasil atau profit sharing (Kasmir, 2006:23).

BAB I PENDAHULUAN. perantara jasa keuangan (financial intermediary), memiliki tugas pokok yaitu

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. dari masyarakat; kedua, penyaluran dana (financing) merupakan kegiatan

BAB I PENDAHULUAN. mempunyai peranan penting dalam perekonomian. Keberadaan perbankan

BAB 1 PENDAHULUAN. Tabel 1.1 Indikator Utama Perbankan Syariah (dalam milyar rupiah)

BAB 1 PENDAHULUAN. Walaupun kerjasama ini dapat menjadi peluang untuk menyetarakan diri dengan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. lainnya dalam rangka meningkatkan taraf hidup rakyat.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pemilihan Judul

BAB I PENDAHULUAN. memiliki fungsi intermediasi yaitu menghimpun dana dari masyarakat yang

BAB 1 PENDAHULUAN. Bank merupakan lembaga keuangan yang sangat penting dalam menjalankan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Bank syariah dalam perbankan nasional mulai dikembangkan sejak tahun

BAB I PENDAHULUAN. kontroversi praktik bunga bank yang dilakukan pada bank bank konvensional

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian. Bank merupakan salah satu lembaga keuangan yang berfungsi sebagai financial

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Keberadaan bank syariah di Indonesia membawa angin segar bagi para

BAB I PENDAHULUAN. diantara prinsip-prinsip tersebut yang paling utama adalah tidak

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pemilihan Judul

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. popular bukan hanya di negara-negara Islam tapi bahkan juga di negara-negara

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Perbankan Islam pertama kali muncul di Mesir tanpa menggunakan

BAB I PENDAHULUAN. pihak yang membutuhkan dana (defisit unit). Bank syariah secara resmi

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan tersebut tidak lepas dari peran bank sebagai lembaga keuangan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Pertumbuhan dan perkembangan ekonomi di Indonesia umumnya

Analisis Sumber Dan Penggunaan Dana Pada Bank Jabar Banten Syariah

Created by Simpo PDF Creator Pro (unregistered version)

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perbankan adalah salah satu lembaga yang melaksanakan tiga fungsi utama yaitu menerima simpanan uang, meminjamkan uang, dan memberikan jasa-jasa lainnya. Menurut UU RI No 10 1998 tanggal 10 November 1998 tentang perbankan, dapat disimpulkan bahwa usaha perbankan meliputi tiga kegiatan, yaitu menghimpun dana,menyalurkan dana, dan memberikan jasa bank lainnya. Kegiatan menghimpun dan menyalurkan dana merupakan kegiatan pokok bank sedangkan memberikan jasa bank lainnya hanya kegiatan pendukung. Kegiatan menghimpun dana, berupa mengumpulkan dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan giro, tabungan, dan deposito. Biasanya sambil diberikan balas jasa yang menarik seperti, bunga dan hadiah sebagai rangsangan bagi masyarakat. Kegiatan menyalurkan dana, berupa pemberian pinjaman kepada masyarakat. Sedangkan jasa-jasa perbankan lainnya diberikan untuk mendukung kelancaran kegiatan utama tersebut. Dunia perbankan di Indonesia saat ini semakin maju dan berkembang. Produk perbankan saat ini sudah semakin banyak dan beragam menawarkan Jasa layanannya. Produk yang beragam ini tidak hanya dari indrustri perbankan konvensional namun juga dari perbankan syariah. Saat ini perbankan syariah tumbuh semakin pesat dan berkembang, selain itu produk yang ditawarkannya juga semakin beragam. Masyarakat Indonesia saat ini tidak kesulitan dalam memilih produk jasa perbankan terutama yang sesuai dengan prinsip syariah.

Bank Indonesia memperkirakan pangsa pasar bank syariah bisa tumbuh 10 persen atau dua kali lipat dan menyaingi bank konvensional lima tahun mendatang (www.tempo.co, 2012). Perkembangan perbankan syariah yang cukup pesat ini juga tidak terlepas dari karakteristik perbankan syariah yang memiliki ketahanan dari krisis. Di tengah deraan krisis global, perbankan syariah masih bisa bertahan dibandingkan dengan perbankan konvensional. Alasannya, perbankan syariah melakukan aktivitas riil yang lebih aman, sementara perbankan konvensional banyak menggunakan produk dengan tingkat spekulasi dan derivative. Ekonomi syariah lebih tahan terhadap guncangan inflasi. Inflasi disumbangkan dari tiga hal utama yaitu penawaran, permintaan dan impor. Sementara ekonomi syariah membutuhkan adanya jaminan (underlying asset). Kemungkinan inflasi disumbangkan dari suplai dan impor. "Underlying asset mengurangi kemungkinan inflasi (Vianews.com, 2009). Keberadaan bank syariah dalam sistem perbankan Indonesia berawal dari hasil loka karya yang membahas tentang bunga bank dan perbankan di Cisarua Bogor tanggal 19-22 Agustus 1990. Secara formal keberadaan bank syariah di Indonesia dimulai sejak tahun 1992 yaitu dengan berdirinya Bank Muamalat. Bank Muamalat merupakan Bank Syariah pertama di Indonesia. Pada awal pendiriannya, keberadaan bank syariah ini belum mendapat perhatian yang optimal dalam industri perbankan nasional serta belum dikenal secara meluas di kalangan masyarakat Indonesia. Perbankan syariah di Indonesia memiliki landasan hukum. Landasan hukum operasional bank yang menggunakan sistem syariah ini hanya dikategorikan

sebagai bank dengan sistem bagi hasil, dan tidak terdapat suatu rincian landasan hukum yang jelas serta yang membahas tentang jenis usahanya. Sangat jelas tercermin dalam Undang-Undang No.7 tahun 1992, dimana pembahasan perbankan dengan sistem bagi hasil hanya diuraikan sepintas lalu. Kemudian sejak tahun 1998, disahkan Undang-Undang No.10 tahun 1998 tentang perubahan atas Undang-Undang No.7 tahun 1992 tentang perbankan, yang mengizinkan bank konvensional untuk membuka unit usaha syariah atau mengkonversi diri menjadi bank syariah, menjadi pendorong pertumbuhan perbankan syariah nasional. Pada era ini pula mulai berlaku dual banking system, yaitu bank konvensional dan bank syariah bisa beroperasi secara bersama-sama di dunia perbankan Indonesia. Landasan hukum perbankan syariah di Indonesia yang komprehensif baru muncul pada bulan Juli tahun 2008 ketika disahkannya Undang-Undang No.21 2008 Tentang Perbankan Syariah. Bank Syariah adalah lembaga keuangan yang usaha pokoknya memberikan pembiayaan dan jasa-jasa lainnya dalam lalu lintas pembayaran serta peredaran uang yang pengoperasiannya disesuaikan dengan syariat Islam (Muhammad, 2005:13). Hal yang menjadi perbedaan utama antara bank syariah dengan bank konvensional adalah bank syariah tidak menerapkan sistem bunga dalam operasionalnya, melainkan penerapan bagi hasil. Penerapan bagi hasil ini sesuai dengan kaidah hukum syariah (Islam). Penerapan prinsip bagi hasil pada bank syariah berlaku pada seluruh produk yang ditawarkan, baik berupa produk penghimpunan dana, maupun produk penyaluran dana berupa pembiayaan. Produk-produk itulah yang ditawarkan oleh bank syariah kepada nasabah atau calon nasabah dalam menggunakan jasa perbankan syariah di Indonesia. Bagi

hasil adalah bentuk return (perolehan kembaliannya) dari kontrak investasi, dari waktu ke waktu, tidak pasti dan tidak tetap. Besar-kecilnya perolehan kembali itu bergantung pada hasil usaha yang benar-benar terjadi. Dapat dikatakan bahwa sistem bagi hasil merupakan salah satu praktik perbankan syariah (Adiwarman Karim, 2004, 191). Praktek perbankan secara garis besar memiliki jenis kegiatan usaha bank syariah dapat dibagi ke dalam tiga kategori utama yaitu penghimpunan dana (funding), penyaluran dana (lending), dan pelayanan jasa. a. Penghimpunan Dana (Funding) Dalam penghimpunan dana, bank syariah melakukan mobilisasi dan investasi tabungan untuk membangun perekonomian dengan cara yang adil sehingga keuntungan dijamin bagi semua pihak. Tujuan mobilisasi dana merupakan hal penting karena islam secara tegas mengutuk penimbunan tabungan dan menuntut pengunaan sumber dana secara produktif dalam rangka mencapai tujuan sosial ekonomi islam. Dalam hal ini bank syariah melakukannya tidak dengan prinsip bunga (riba), melainkan dengan prinsip-prinsip yang sesuai dengan syariat islam, terutama mudharabah (bagi hasil) dan wadiah (titipan). Sumber dana bank syariah selain dari kegiatan penghimpunan dana, tentunya juga dari modal disetor sehingga secara keseluruhan sumber dana bank syariah dapat dibagi menjadi (Antonio, 2001:15) : 1. Modal 2. Rekening giro 3. Rekening tabungan 4. Rekening investasi umum

5. Rekening investasi khusus dan 6. Obligasi syariah b. Penyalualuran Dana (Lending) Dalam menyalurkan dana, bank syariah dapat memberikan berbagai bentuk pembiayaan. Pembiayaan yang diberikan oleh bank syariah mempunyai lima bentuk utama, yaitu mudharabah dan musyarakah (dengan pola bagi hasil), murabahah dan salam (dengan pola jual beli), dan ijarah (dengan pola sewa operasional maupun finansial). Selain kelima bentuk pembiayaan ini, terdapat berbagai bentuk pembiayaan yang merupakan turunan langsung atau tidak langsung dari kelima bentuk pembiayaan di atas. Bank syariah juga memiliki bentuk produk pelengkap yang berbasis fee-based service seperti qardh dan jasa keuangan lainnya. c. Jasa Pelayanan Selain menjalankan transaksi untuk mencari keuntungan, bank syariah juga melakukan transaki yang tidak untuk mencari keuntungan. Transaki ini tercakup dalam jasa pelayanan fee based income. Beberapa bentuk layanan jasa yang disediakan oleh bank Syariah untuk nasabahnya, antara lain jasa keuangan, agen, dan jasa non keuangan. Termasuk dalam jasa keuangan, antara lain Wadi ah yad dhamanah atau titipan (dalam bentuk giro dan tabungan), wakalah (pelimpahan kekuasaan kepada bank untuk bertindak mewakili nasabah), kafalah (jaminan yang diberikan seseorang untuk menjamin pemenuhan kewajiban pihak kedua), hiwalah (pengalihan dana atau utang dari depositor atau ke penerima atau kreditur), rahn (pinjaman dengan jaminan atau gadai atau mortgage), shorf (jual beli mata uang).

Produk penghimpunan dana merupakan salah satu produk penting bagi bank syariah dalam memperoleh sumber dana dan untuk mendukung fungsinya sebagai lembaga intermediasi. Salah satu produk penghimpunan dana adalah deposito Mudharabah. Deposito Mudharabah adalah suatu akad kerjasama atau persetujuan kongsi usaha antara dua pihak dimana pihak pertama (shahibul maal) menyediakan seluruh dana (100%) dan pihak kedua (mudharib) bertanggung jawab atas pengelolaan usaha dimana keuntungannya dibagikan sesuai dengan rasio bagi hasil yang telah disepakati bersama (Adiwarman Karim, 2008: 205). Berikut ini adalah tabel berupa komposisi dana pihak ketiga Bank Umum Syariah dan Unit Usaha Syariah. Hal ini menggambarkan perkembangan perbankan syariah dari tahun ke tahun. Tabel. 1.1. Komposisi dana pihak ketiga bank umum syariah dan unit usaha syariah (miliar rupiah) No Produk 2008 2009 2010 2011 Desember 2012 1 Giro ib- Akad Wadiah 4,238 6,202 9,056 12,006 17,708 2 Tabungan Ib 12,471 16,475 22,908 32,602 45,072 a. Akad Wadiah 958 1,538 3,338 5,394 7,449 b. Akad Mudharabah 11,513 14,937 19,570 27,208 37,623 3 Deposito ib- Akad Mudharabah 20,143 29,595 44,072 70,806 84,732 a. 1 bulan 14,325 19,794 31,873 50,336 53,700 b. 3 bulan 1,919 4,544 6,165 10,629 17,653 c. 6 bulan 1,827 1,758 2,294 4,186 6,421 d. 12 bulan 2,066 3,497 3,738 5,609 6,953 e. > 12 bulan 6 1 3 49 5 Sumber: Statistik Perbankan Syariah, Bank Indonesia, 2013

Komponen dana pihak ketiga bank syariah ada tiga jenis produk, yaitu tabungan deposito yang menerapkan prinsip mudharabah serta giro yang menerapkan prinsip wadi ah. Pada Tabel 1.1 menunjukkan komposisi dana pihak ketiga perbankan syariah periode tahun 2008 sampai Desember 2012. Berdasarkan tabel tersebut diatas komponen terbesar dalam dana pihak ketiga bank syariah adalah deposito mudharabah. Pertumbuhan deposito mudharabah pada bank syariah di Indonesia lebih rinci ditampilkan dalam Tabel 1.2. Tabel 1.2. Persentase pertumbuhan deposito mudharabah pada bank syariah di Indonesia (2008 2012) Deposito Mudharabah Growth % 2008 20,143-2009 29,595 46.92% 2010 44,072 48.92% 2011 70,806 60.66% 2012 73,320 3,55% Sumber: Statistik Perbankan Syariah, BI (data telah diolah) Pada Tabel 1.2 menggambarkan persentase pertumbuhan deposito mudharabah periode tahun 2008 sampai Desember 2012 dimana pada tahun 2011 mengalami growth yang cukup significant. Pada tahun 2011 meningkat sebesar 60,66%, namun pada tahun 2012 growth pertumbuhan deposito mudharabah mengalami penurunan.

90000 Giro ib- Akad Wadiah 80000 Tabungan ib 70000 a. Akad Wadiah 60000 b. Akad Mudharabah 50000 40000 Deposito ib- Akad Mudharabah a. 1 bulan 30000 b. 3 bulan 20000 c. 6 bulan 10000 d. 12 bulan 0 2008 2009 2010 2011 Des-12 e. > 12 bulan Sumber: Statistik Perbankan Syariah, Bank Indonesia, 2013 Gambar 1.1. Pertumbuhan dana pihak ketiga perbankan syariah Gambar 1.1. menunjukkan perbandingan sumber dana pihak ketiga bank syariah di Indonesia periode tahun 2008 sampai Desember 2012. Terlihat jelas deposito mudharabah menunjukkan pencapaian yang tertinggi dibandingkan dana pihak ketiga lainnya. Komponen terbesar dalam deposito mudharabah adalah deposito mudharabah berjangka 1 (satu) bulan. Ada hal yang tetap menjadi perhatian, bahwa pertumbuhan deposito pada tahun 2012 mengalami penurunan. Berdasarkan Tabel 1.2, pertumbuhan tertinggi dicapai pada tahun 2011 yaitu mencapai 60,66% pertahun. Pada periode sebelumnya, yaitu periode tahun 2009-2010, pertumbuhan deposito mudharabah rata-rata hanya 48,92% pertahun. Penurunan growth yang cukup signifikan terjadi

pada tahun 2012 yaitu sebesar 57,11% dari sebesar 60,66% pada tahun 2011 menjadi sebesar 3,55% pada tahun 2012. Artinya adalah walaupun secara absolute deposito mudharabah mengalami peningkatan, namun secara growth terjadi penurunan persentase. Hal ini mengindikasikan terdapat penurunan yang cukup signifikan pertumbuhan deposito mudharabah pada tahun 2012 dibandingkan dengan periode tahun-tahun sebelumnya. Pertumbuhan deposito mudharabah tidak terlepas dari tingkat bagi hasil. Seperti diketahui return atas simpanan deposito yang diberikan bank kepada deposan lebih besar dibandingkan dengan tabungan maupun giro sehingga ini menjadi daya tarik deposan untuk menyimpan dananya pada instrumen deposito. Berikut disajikan tabel tingkat bagi hasil deposito mudharabah. Tabel. 1.3. Ekivalen tingkat imbalan/bagi hasil/fee/bonus bank umum syariah dan unit usaha syariah No Produk 2008 2009 2010 2011 Desember 2012 1 Giro ib- Akad Wadiah 1,18% 0,96% 1,20% 2,04% 0,92% 2 Tabungan ib 3,61% 2,76% 3,06% 3,21% 2,37% 3 Deposito ib- Akad Mudharabah a. 1 bulan 8,22% 6,92% 6,90% 7,14% 6,06 % b. 3 bulan 9,10% 7,25% 6,68% 7,71% 6,17% c. 6 bulan 8,67% 8,44% 7,15% 8,95% 6,76% d. 12 bulan 8,34% 9,06% 7,32% 6,30% 6,27% e. > 12 bulan 8,63% 8,63% 9,65% 48,14% 6,49% Sumber: Statistik Perbankan Syariah, Bank Indonesia, 2013 Tabel 1.3 menunjukkan rata-rata ekuivalen tingkat imbalan/bagi hasil/fee bonus bank umum syariah dan unit usaha syariah. Tingkat imbalan/bagi hasil/fee

bonus yang besar adalah dari deposito mudharabah. Ekuivalen adalah indikasi tingkat imbalan dari suatu penanaman dana atau penghimpunan bank pelapor. Tingkat bagi hasil tertinggi adalah pada tahun 2011 untuk deposito dengan jangka waktu lebih 12 bulan, bagi hasil yang diberikan adalah sebesar 48,14% dan deposito jangka waktu 1 bulan sebesar 7,14%. Pada bulan Desember 2012 terjadi penurunan persentase bagi hasil yang cukup signifikan untuk deposito dengan jangka waktu lebih 12 bulan, bagi hasil yang diberikan sebesar 6,49% dan deposito jangka waktu 1 bulan sebesar 6,06%. Terlihat jelas bahwa tingkat bagi hasil bank umum syariah dan unit usaha syariah terjadi penurunan persentase bagi hasil pada bulan Desember 2012 Menurut hasil analisis Ulfah (2010), kenaikan jumlah dana pihak ketiga disebabkan karena beragamnya produk-produk yang dimiliki perbankan syariah dan pelayanan yang relatif baik. Pertumbuhan jumlah DPK juga menunjukan semakin banyaknya masyarakat yang menyimpan dananya di bank-bank syariah. Hal ini juga menunjukan tingkat kepercayaan masyarakat pada bank syariah. 1999 memang merupakan tahun yang penuh tantangan dalam sistem keuangan, baik global maupun domestik. Krisis finansial yang bermula tahun 1998 telah mengganggu stabilitas sistem keuangan dan berdampak negatif terhadap pertumbuhan ekonomi nasional. Hal ini menandakan bahwa perbankan syariah sendiri masih cukup rentan kinerja dan performanya terhadap perbankan konvensional dan variabel-variabel makroekonomi seperti inflasi, jumlah uang beredar, Sertifikat Bank Indonesia, serta investasi lain seperti saham. Hal ini didukung oleh penelitian Haron dan Azmi (2005) yang menggunakan variabel-variabel makro seperti base lending rate, inflasi, indeks

komposit, GDP, dan jumlah uang beredar dalam pengaruhnya terhadap dana pihak ketiga. yang menunjukkan bahwa inflasi berhubungan negatif dengan deposito yang dihimpun bank. Penghimpunanan dana pihak ketiga merupakan benchmark dalam penilaian kinerja bagi perbankan syariah. Banyak faktor yang mempengaruhi kinerja perbankan syariah. Menurut Hasibuan (2006:87) menyatakan bahwa selain dipengaruhi oleh faktor-faktor internal bank itu sendiri, kinerja perbankan syariah juga dipengaruhi oleh indikator indikator moneter dan finansial lainnya. Untuk pelaksanaan fungsi intermediasi sendiri, bank syariah masih baik dengan posisi financing to deposit ratio (FDR) yang tinggi. Sehingga, hal ini turut mempengaruhi penghimpunan dana pihak ketiga (DPK). Berikut disajikan tabel 1.4 nilai FDR bank umum syariah dari tahun 2008 sampai dengan tahun 2012. Tabel. 1.4 Nilai FDR bank umum syariah dan unit usaha syariah Financing Deposit Ratio (FDR) Pertumbuhan 2008 103,65-2009 89,70-13,45 % 2010 89,67-0,03 % 2011 88,94-0,81 % 2012 97,16 9,24 % Sumber: Statistik Perbankan Indonesia, Bank Indonesia, 2013 Berdasarkan tabel 1.4 diatas diketahui bahwa nilai FDR perbankan syariah teritinggi pada tahun 2008 yaitu sebesar 103,65% dan pada tahun 2012 mengalami peningkatan pertumbuhan sebesar 9,24% dari 88,94% pada tahun 2011 menjadi

97,16%. Pertumbuhan sudah memenuhi batas ketentuan nilai minimal likuiditas rasio dalam hal ini BI yaitu batas bawah 78% dan batas atas sebesar 100%. Artinya FDR perbankan syariah sudah pada range yang sesuai dengan ketentuan. Hal ini membuktikan bahwa perbankan syariah dapat menjalankan fungsi intermediasi dan juga mengelola resiko likuiditas. Tetapi jika dilihat dari sisi lain FDR yang tinggi dapat juga dikatakan bahwa perbankan syariah mengalami likuiditas yang sangat ketat. Likuiditas yang sangat ketat akan menimbulkan risiko likuiditas yang tinggi. Resiko likuiditas yang tinggi ini sangat beresiko jika perbankan syariah tidak bisa mengelolanya dengan baik. Likuditas ini salah satu sumbernya adalah dari dana pihak ketiga. Penghimpunan dana pihak ketiga bank syariah yang paling besar adalah dari deposito mudharabah. Tingginya tingkat persaingan dalam menghimpun dana dari masyarakat karena masyarakat masih familiar dengan bank konvensional yang menjanjingan bunga yang tinggi. Meskipun demikian, seperti yang telah diketahui bahwa tren meningkatnya suku bunga konvensional menyebabkan adanya peningkatan risiko displacement fund (pengalihan dana dari bank syariah ke bank konvensional) yang dihadapi oleh bank syariah. Hal ini menyebabkan pertumbuhan dana pihak ketiga (DPK) perbankan syariah mengalami sedikit kemunduran (Oktaviana, 2007). Berdasarkan hal tersebut diatas bahwasannya terdapat tren meningkatknya suku bunga konvensional menyebabkan adanya pengalihan dana dari bank syariah. Berikut disajikan tabel suku bunga rata-rata dana pihak ketiga bank umum dari tahun 2008 sampai dengan tahun 2012.

Tabel. 1.5 Suku bunga rata-rata DPK bank umum No Produk 2008 2009 2010 2011 Desember 2012 1 Giro 2,90 % 2,39 % 2,23 % 2,22 % 2,12% 2 Tabungan 3,11% 2,79 % 2,92 % 2,45 % 1,91% 3 Simpanan Berjangka a. 1 bulan 10,71 % 6,77 % 6,64 % 6,71 % 5,59 % b. 3 bulan 11,17 % 7,45 % 6,94 % 7,06 % 5,90 % c. 6 bulan 10,32 % 7,89 % 7,07 % 7,13 % 6,04 % d. > = 12 bulan 10,34% 9,54 % 7,65 % 6,99 % 6,05 % Sumber: Statistik Perbankan Indonesia, Bank Indonesia, 2013 Berdasarkan tabel 1.5 diatas bahwa suku bunga bank konvensional relative lebih rendah. Pada bulan Desember tahun 2012 suku bunga deposito untuk jangka waktu 1 bulan sebesar 5,59% sementara jangka waktu lebih sama dengan 12 bulan sebesar 6,05% relative tidak jauh berbeda dengan tahun sebelumnya tahun 2011 sebesar 6,99%. Secara keseluruhan perkembangan perbankan syariah di Indonesia beberapa tahun terakhir ini berkembang cukup pesat termasuk pertumbuhan dana pihak ketiga. Sampai akhir bulan Desember 2012 total deposito mudharabah adalah sebesar Rp 73,320 milyar. Total Asset pada akhir bulan Desember 2012 sebesar Rp 195,018 (Statistik Perbankan Syariah 2012). Perkembangan ini karena dapat dikatakan penghimpunan dana dari masyarakat seperti deposito mudharabah dapat dikatakan relatif lebih mudah jika dibandingkan dengan sumber dana lainnya, selain itu dapat dilakukan secara efektif dengan memberikan bagi hasil yang relatif lebih tinggi dan memberikan berbagai fasilitas yang menarik lainnya dan pelayanan yang memuaskan. Keuntungan lain dari dana yang bersumber dari masyarakat adalah jumlahnya

yang tidak terbatas, baik berasal dari perseorangan (rumah tangga), perusahaan maupun lembaga masyarakat lainnya. Sedangkan kerugiannya adalah biayanya relatif lebih mahal jika dibandingkan dengan dana dari modal sendiri, misalnya untuk biaya promosi. Deposito mudharabah memiliki porsi terbesar dalam komponen dana pihak ketiga yang dihimpun oleh bank syariah di Indonesia. Bisa dikatakan bahwa deposito mudharabah ini menjadi produk unggulan dalam menghimpun dana pihak ketiga bagi bank syariah di Indonesia. Jumlah besaran nominal deposito mudharabah pada bank syariah di Indonesia tidak terlepas dari peran masyarakat sebagai deposan. Sebagai deposan, masyarakat dapat memilih untuk menempatkan uang yang dimilikinya pada produk simpanan yang beragam, yaitu deposito di bank syariah. Deposito mudharabah mengalami pertumbuhan positif dari tahun ke tahun, namun secara growth terjadi penurunan pada 2012. Terjadinya penurunan growth ini dapat memberikan pengaruh dalam jangka panjang bagi perbankan syariah. Terutama dalam hal likuiditas, bila bank syariah kesulitan dalam hal likuiditas maka hal ini akan menjadi kendala dalam menjalankan fungsinya sebagai lembaga intermediasi yakni menyalurkan kembali dana tersebut kepada masyarakat dalam bentuk pinjaman atau pembiayaan yang sesuai dengan syariah.. Pembiayaan tersebut diharapkan dapat menggerakkan usaha sektor riil yang sdan meningkatkan roda perekonomian bangsa dan kesejahteraan bagi masyarakat. Mayoritas masyarakat Indonesia adalah muslim tentu menjadi nilai tambah bagi perbankan syariah.

Berdasarkan uraian latar belakang masalah diatas maka penulis bermaksud untuk melakukan penelitian dengan judul Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Deposito Mudharabah Bank Syariah Di Indonesia. 1.2. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang masalah di atas, rumusan masalahnya adalah sebagai berikut : a. Apakah tingkat inflasi berpengaruh terhadap bagi hasil deposito mudharabah berjangka 1 bulan? b. Apakah suku bunga deposito bank konvensional berjangka 1 bulan berpengaruh terhadap bagi hasil deposito mudharabah berjangka 1 bulan? c. Apakah Finance to Deposit Ratio bank syariah berpengaruh terhadap bagi hasil deposito mudharabah berjangka 1 bulan? d. Apakah Produk Domestik Bruto berpengaruh terhadap bagi hasil deposito mudharabah berjangka 1 bulan? e. Apakah tingkat bagi hasil berjangka 1 bulan berpengaruh terhadap volume deposito mudharabah berjangka 1 bulan? f. Apakah tingkat inflasi berpengaruh terhadap volume deposito mudharabah berjangka 1 bulan? g. Apakah suku bunga deposito bank konvensional berjangka berpengaruh terhadap volume deposito mudharabah berjangka 1 bulan? h. Apakah Finance to Deposit Ratio bank syariah berpengaruh terhadap volume deposito mudharabah berjangka 1 bulan.

i. Apakah Produk Domestik Bruto berpengaruh terhadap volume deposito mudharabah berjangka 1 bulan. 1.3. Manfaat Penelitian Permasalahan di atas menuntut untuk sebuah manfaat dari penelitian ini yang mungkin manfaat ini dapat diperoleh antara lain : a. Memberikan pengetahuan bagi masyarakat umum bahwa ekonomi syariah melalui perbankan syariah adalah suatu pilihan utama menyimpan dananya yang banyak memberikan manfaatnya bagi masyarakat. b. Memberikan masukan berupa informasi dan mungkin juga saran kepada pihak-pihak yang berkompeten dalam hal perbankan syariah, maupun masyarakat umum mengenai suku bunga, inflasi, FDR, PDB dan bagi hasil terhadap volume deposito mudharabah di Bank syariah. c. Memberikan pengetahuan dan pemahaman pada penulis tentang perbankan syariah khususnya pengaruh bagi hasil, suku bunga, inflasi, FDR, PDB terhadap deposito mudharabah di Bank syariah. d. Bagi akademisi, hasil penelitian ini diharapkan menambah referensi untuk penelitian sejenisnya, pemasyarakatan ilmu ekonomi syariah dan memacu motivasi untuk melakukan penelitian sejenis. 1.4. Tujuan Penelitian Adapun tujuan dari penelitian ini adalah : a. Menganalisis apakah tingkat inflasi berpegaruh terhadap bagi hasil deposito mudharabah.

b. Menganalisis apakah bunga bank konvensional berpengaruh terhadap bagi hasil deposito mudharabah c. Menganalisis apakah FDR berpengaruh terhadap bagi hasil deposito mudharabah. d. Menganalisis apakah PDB berpengaruh terhadap bagi hasil deposito mudharabah. e. Menganalisis apakah tingkat inflasi berpegaruh terhadap volume deposito mudharabah. f. Menganalisis apakah tingkat bunga bank konvensional berpegaruh terhadap volume deposito mudharabah. g. Menganalisis apakah FDR berpengaruh terhadap volume deposito mudharabah. h. Menganalisis apakah PDB berpengaruh terhadap volume deposito mudharabah. i. Menganalisis apakah tingkat bagi hasil berpengaruh terhadap volume deposito mudharabah.