DIAGNOSTIK POTENSI PESERTA DIDIK

dokumen-dokumen yang mirip
BAGAIMANA MELEJITKAN 10 POTENSI KECERDASAN ANAK?

PP No 19 Tahun 2005 (PASAL 19, AYAT 1)

PERSPEKTIF PENDIDIKAN BERKUALITAS BAGI ANAK

MATA KULIAH PERKEMBANGAN PESERTA DIDIK

ANAK BERBAKAT MATERI 6 MATA KULIAH DETEKSI DINI DALAM PERKEMBANGAN

BAB I PENDAHULUAN. dapat meningkatkan kualitas sumber daya manusia. pesan-pesan konstitusi serta suasana dalam membangun watak bangsa (nation

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. meningkatkan sumberdaya manusia yang berkualitas. Dengan pendidikan. mengukur, menurunkan, dan menggunakan rumus-rumus matematika

BAB I PENDAHULUAN. Anak sebagai makhluk individu yang unik dan memiliki karakteristik yang

BAB I PENDAHULUAN. dapat meraih hasil belajar yang relatif tinggi (Goleman, 2006).

BAB I PENDAHULUAN. salah satu cara untuk mengubah sikap dan perilaku seseorang atau kelompok

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan dan perubahan yang terjadi dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara tidak

BAB I PENDAHULUAN. Seyogyanya belajar IPS Terpadu menjadikan siswa lebih kreatif, komunikatif,

BAB I PENDAHULUAN. Masa sekarang masyarakat dihadapkan pada masalah-masalah kehidupan

ARIS RAHMAD F

TAHUN PELAJARAN 2013/2014 NASKAH PUBLIKASI. Guna Memenuhi Sebagian Persyaratan Mencapai Derajat Sarjana S-1 Pendidikan Anak Usia Dini.

BAB I PENDAHULUAN. prestasi belajarnya. Namun dalam upaya meraih prestasi belajar yang. memuaskan dibutuhkan suatu proses dalam belajar.

I. PENDAHULUAN. mampu berkompetensi baik secara akademik maupun non akademik. Memenuhi kebutuhan pendidikan yang mampu mengembangkan akademik

I. PENDAHULUAN Latar Belakang. Usia dini merupakan periode awal yang paling penting dan mendasar

2014 PEMBELAJARAN SENI TARI BERBASIS PENDEKATAN SCIENTIFIC UNTUK MENINGKATKAN KECERDASAN MATEMATIKA-LOGIS SISWA

BAB I PENDAHULUAN. Pelaksanaan proses pembangunan suatu negara ditentukan oleh banyak

BAB I PENDAHULUAN. sengaja, teratur dan berencana dengan maksud mengubah atau. perubahan-perubahan dalam diri seseorang. Untuk mengetahui sampai

I. PENDAHULUAN. berbeda-beda baik itu kecerdasan intelektual, kecerdasan emosional, dan

3/22/2012. Definisi Intelek : Kekuatan mental manusia dalam berpikir Kecakapan (terutama kecakapan berpikir) Pikiran dan intelegensi

Bentuk-bentuk Gejala Jiwa dan Implikasinya dalam Pendidikan

OPTIMALISASI KEMAMPUAN SOSIAL EMOSIONAL ANAK MELALUI MEDIA GAMBAR DI TK KARTIKA 1-18 AMPLAS. Yenni Nurdin 1) dan Umar Darwis 2) UMN Al Washliyah

BAB 1 PENDAHULUAN. kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan,

BAB I PENDAHULUAN. Masa usia sekolah dasar merupakan masa akhir kanak-kanak yang. berkisar antara enam tahun sampai dua belas tahun, dimana anak mulai

I. PENDAHULUAN. timbul pada diri manusia. Menurut UU RI No. 20 Tahun 2003 Bab 1 Pasal 1

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

MEMAHAMI KECERDASAN MAJEMUK ANAK GUNA MENGOPTIMALKAN STRATEGI PEMBELAJARAN YANG SESUAI DENGAN PERKEMBANGANNYA MELALUI IDENTIFIKASI DINI

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan hal yang terpenting dalam kehidupan kita,

BAB I PENDAHULUAN. terhadap apa yang dilihat, didengar, dan dirasakan. Anak seolah-olah tidak

BAB I PENDAHULUAN. pertumbuhan yang terjadi ternyata menampakkan andalan pada. kemampuan sumber daya manusia yang berkualitas, melebihi potensi

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan proses membantu mengembangkan dan. yang lebih baik, pendidikan ini berupa pembelajaran.

BAB I PENDAHULUAN. baru. Hasil dari proses belajar tersebut tercermin dalam prestasi belajarnya. Namun dalam

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah suatu usaha atau kegiatan yang dijalankan dengan sengaja, teratur dan berencana

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan bagi bangsa Indonesia merupakan kebutuhan mutlak yang harus

BAB I. penting dalam melanjutkan kehidupan manusia. Kita tentunya berharap, anakanak

SESI 1: HAKIKAT KEBERBAKATAN. Konsep, Oleh Drs.Yuyus Suherman,M.Si

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan manusia. Pendidikan dijadikan sebagai dasar manusia untuk. yang timbul dalam diri manusia. Pembelajaran matematika

PROGRAM PENGEMBANGAN KOMPETENSI SOSIAL UNTUK REMAJA SISWA SMA KELAS AKSELERASI

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Sebagaimana telah kita ketahui bersama bahwa pemerintah sedang giat-giatnya

BAB I PENDAHULUAN. dan pendidikan tinggi ( Mengenyam pendidikan pada

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan jasmani merupakan bagian dari proses pendidikan secara

BAB I PENDAHULUAN. para siswa mencapai tujuan pendidikan yang telah ditetapkan. Dalam upaya

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Syifa Zulfa Hanani, 2013

PEMBELAJARAN DI TK AL AZHAR SOLO BARU DITINJAU DARI SUDUT PANDANG MULTIPLE INTELLIGENCES SKRIPSI

PENDAHULUAN Latar Belakang

PENGARUH IKLIM SEKOLAH DAN KECERDASAN EMOSIONAL TERHADAP PRESTASI BELAJAR

BAB I PENDAHULUAN. rangkaian dari tingkat dasar, menengah dan tinggi. Pendidikan tinggi sebagai

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Anak adalah Tunas harapan bangsa. Mereka ibarat bunga yang tengah

NASKAH PUBLIKASI. SKRIPSI Untuk memenuhi sebagian persyaratan Guna mencapai derajat Sarjana S-1 Program Studi Pendidikan Biologi

BAB PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan syarat utama kemajuan suatu bangsa. Sejarah. dunia membuktikan, bangsa-bangsa besar dan yang pernah berkuasa di

BAB I PENDAHULUAN. layanan pendidikan diperoleh setiap individu pada lembaga pendidikan secara

Keterkaitan Kecerdasan Emosional dengan Kinerja SDM

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN TEORI. Kecerdasan atau inteligensi adalah kombinasi sifat-sifat manusia yang

PENGEMBANGAN RANCANGAN PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) BERBASIS MULTIPLE INTELLIGENCE. Oleh. Isniatun Munawaroh,M.Pd*)

OTAK DAN BERAGAM KECERDASAN

BAB I PENDAHULUAN. pelajaran sains yang kurang diminati dan membosankan. Banyak siswa yang

BAB I PENDAHULUAN. arah yang positif baik bagi dirinya maupun lingkungannya. Pendidikan bukan

HUBUNGAN ANTARA PARTISIPASI KEIKUTSERTAAN DALAM EKSTRAKURIKULER BOLA BASKET DENGAN TINGKAT KECERDASAN EMOSIONAL

BAB II KAJIAN TEORITIK. 1. Kemampuan Berpikir Kreatif Matematis

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. manusia seutuhnya. Tujuan ini tertera pada Garis Besar Haluan Negara

BAB I PENDAHULUAN. No. Daftar 1 : 185/S/PGSD-Reg/8/Agustus/2014

PENDAHULUAN Latar Belakang

PERAN PERMAINAN TRADISIONAL DALAM PEMBELAJARAN ANAK USIA DINI (Studi di PAUD Geger Sunten, Desa Suntenjaya) Iis Nurhayati. STKIP Siliwangi Bandung

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pengembangan sumber daya manusia merupakan faktor kunci

BAB I PENDAHULUAN. salah satunya adalah Taman Kanak-Kanak (TK). Undang-undang tentang. sistem Pendidikan Nasional Pasal 28 Ayat (3) menyebutkan bahwa

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Rini Restu Handayani, 2013

PENGARUH KECERDASAN EMOSIONAL (EQ) TERHADAP. PRESTASI KERJA KARYAWAN PADA PT. PLN (Persero) APJ DI SURAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. gelar tinggi belum tentu sukses berkiprah di dunia pekerjaan. Seringkali mereka

Psikologi Pendidikan SETIAWATI

BAB I PENDAHULUAN. segala bidang, serta mempunyai peran penting dalam berbagai disiplin ilmu

BAB I PENDAHULUAN. Memasuki ambang millennium ketiga, masyarakat Indonesia mengalami

BAB I PENDAHULUAN. meningkatkan dan mengembangkan kualitas sumber daya manusia. Pendidikan dalam

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan seni tari seyogyanya mengarah pada pencapaian tiga domain

BAB 1 PENDAHULUAN. individu terutama dalam mewujudkan cita-cita pembangunan bangsa dan negara.

BAB I PENDAHULUAN. buruknya masa depan bangsa. Jika sejak usia dini anak dibekali dengan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. masa depan dengan segala potensi yang ada. Oleh karena itu hendaknya dikelola baik

BAB I PENDAHULUAN. juga dirasa sangat penting dalam kemajuan suatu negara karena berhubungan

Pengelolaan Pendidikan Kelas Khusus Istimewa Olahraga. menuju tercapainya Prestasi Olahraga

PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. adalah kualitas guru dan siswa yang mesing-masing memberi peran serta

BAB 1 PENDAHULUAN. karena remaja tidak terlepas dari sorotan masyarakat baik dari sikap, tingkah laku, pergaulan

SANGAT CERDAS, MEMANG BERKEBUTUHAN KHUSUS

PENDIDIKAN ANAK DG POTENSI KECERDASAN & BERBAKAT ISTIMEWA. Oleh: H i d a y a t (Dosen PLB & Psikologi FIP UPI Bandung)

BAB I PENDAHULUAN. Usia kanak-kanak yaitu 4-5 tahun anak menerima segala pengaruh yang diberikan

BAB I PENDAHULUAN. Ada kecenderungan perbedaan kemampuan antara pria dan wanita dalam

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

HUBUNGAN ANTARA KECERDASAN EMOSI DAN KEYAKINAN DIRI (SELF-EFFICACY) DENGAN KREATIVITAS PADA SISWA AKSELERASI

Menstimulasi Kecerdasan Kinestetik dan Musikal pada Anak-anak Prasekolah

Transkripsi:

DIAGNOSTIK POTENSI PESERTA DIDIK Risnita 1 Al- Ulum; Vol. 1, Tahun 2012 Abstraksi Pembelajaran menempatkan peserta didik sebagai subjek bukan sebagai objek. Menurut Piaget sejak lahir peserta didik mengalami tahap-tahap perkembangan Kognitif. Setiap tahapan perkembangan kognitif tersebut mempunyai karakteristik yang berbeda-beda. Berdasarkan Intelegeni Wechsler peserta didik berbakat intelektual tergolong sangat unggul (IQ 130 keatas) berjumlah 2,2% dan tergolong unggul (IQ 120-129) berjumlah 6,7% dari populasinya. Peserta didik bagaikan aneka macam bunga elok di taman sari yang indah. Mereka memiliki pesonanya masing-masing sehingga tidak bisa diseragamkan begitu saja atau dipangkas sama rata. Kata kunci : multiple intelegences A. Pendahuluan Potensi hanya dapat digali dan dikembangkan serta dipupuk secara effektif melalui strategi pendidikan dan pembelajaran yang terarah dan terpadu, dikelola secara serasi dan seimbang dengan memperhatikan pengembangan potensi pesera didik secara utuh dan optimal. Oleh karena itu, strategi manajemen pendidikan perlu secara khusus memperhatikan pengembangan potensi peserta didik yang memiliki kemampuan dan kecerdasan luar biasa (unggul), yaitu dengan cara penyelenggaraan program pembelajaran yang mampu mengembangkan keunggulankeungulan tersebut, baik dalam hal potensi intelektual maupun bakat khusus yang bersifat keterampilan (gifted and talented). Strategi pembelajaran yang dilaksanakan selama ini masih bersifat massal, yang memberikan perlakuan dan layanan pendidikan yang sama kepada semua peserta didik. Padahal mereka berbeda tingkat kecakapan, kecerdasan, minat, bakat, dan kreativitasnya. Strategi pelayanan pendidikan seperti ini memang tepat dalam konteks pemerataan kesempatan, akan tetapi kurang menunjang usaha mengoptimalkan pengembangan potensi peserta didik secara cepat. Peserta didik yang memiliki kemampuan dan kecerdasan luar biasa merupakan kelompok kecil. Berdasarkan Intelegeni Wechsler peserta didik berbakat intelektual tergolong sangat unggul (IQ 130 keatas) berjumlah 1 Dosen Fakultas Tarbiyah IAIN STS Jambi 89 90 2,2% dan tergolong unggul (IQ 120-129) berjumlah 6,7% dari populasinya. Jumlah ini memang masih tergolong kecil, namun secara potensial mereka unggul dalam salah satu atau beberapa bidang yang meliputi bidang-bidang intelektual umum dan akademis khusus, berpikir kreatif-produktif, kepemimpinan, seni dan psikomotorik. B. Memahami Peserta Didik Mengajar atau teaching adalah membantu peserta didik memperoleh informasi, ide, keterampilan, nilai, cara berpikir, sarana untuk mengekspresikan dirinya, dan cara-cara belajar bagaimana belajar (Joyce dan Well, 1996). Sedangkan pembelajaran adalah upaya untuk membelajarkan peserta didik. Secara implisit dalam pembelajaran terdapat kegiatan memilih, menetapkan mengembangkan metode untuk mencapai hasil pembelajaran yang diinginkan. Pemilihan, penetapan, dan pengembangan metode didasarkan pada kondisi pembelajaran yang ada. Kegiatan-kegiatan tersebut pada dasarnya merupakan inti dari perencanaan pembelajaran. Konsep pembelajaran adalah bagaimana membelajarkan peserta didik, dan bukan pada apa yang dipelajari peserta didik. Dengan demikian pembelajaran menempatkan peserta didik sebagai subjek bukan sebagai objek. Oleh karena itu agar pembelajaran dapat mencapai hasil yang optimal guru perlu memahami karakteristik peserta didik. C. Tahap-tahap Perkembangan Peserta Didik Menurut Piaget sejak lahir peserta didik mengalami tahap-tahap perkembangan Kognitif. Setiap tahapan perkembangan kognitif tersebut mempunyai karakteristik yang berbeda-beda. Perkembangan peserta didik sesuai dengan tugas-tugas perkembangannya baik dalam aspek kognitif maupun aspek non kognitif, melalui tahap-tahap sebagai berikut : 1. Perkembangan kemampuan peserta didik usia sampai 5 tahun (TK). Pada usia ini, anak (peserta didik) berada dalam periode praoperasional yang dalam menyelesaikan persoalan, ditempuh melalui tindakan nyata dengan jalan memanipulasi benda atau objek yang bersangkutan. Peserta didik belum mampu menyelesaikan persoalan melalui cara berpikir logik sistematik. Kemampuan mengolah informasi dari lingkungan belum cukup tinggi untuk dapat menghasilkan tranformasi yang tepat. Demikian juga perkembangan moral peserta didik masih berada pada tingkatan moralitas yang baku. Peserta didik belum sampai pada pemilihan kaidah moral sendiri secara naral. Perkembangan nilai dan sikap sangat dipengaruhi oleh situasi yang berlaku dalam keluarga. Nilai-nilai yang berlaku dalam

keluarga akan diadopsi oleh peserta didik melalui proses imitasi dan identifikasi. Keterkaitan peserta didik dengan suasana dan lingkungan keluarga sangat besar. 2. Perkembangan Kemampuan peserta didik usia 6-12 tahun (SD). Pada usia ini peserta didik dalam periode operasional konkrit yang dalam menyelesaikan masalah sudah mulai ditempuh dengan berpikir, tidak lagi terlalu terikat pada keadaan nyata. Kemampuan mengolah informasi lingkungan sudah berkembang sehingga transformasi yang dihasilakan sudah lebih sesuai dengan kenyataan. Demikian juga perkembangan moral anak sudah mulai beralih pada tingkatan moralitas yang fleksibel dalam rangka menuju ke arah pemilihan kaidah moral sendiri secara nalar. Perkembangan moral perserta didik masa ini sangata dipengaruhi oleh kematangan intelektual dan interaksi dengan lingkungannya. Dorongan untuk keluar dari lingkungan rumah dan masuk ke dalam kelompok sebaya mulai nampak dan semakin berkembang. Pertumbuhan fisik mendorong peserta didik untuk memasuki permainan yang membutuhkan otot kuat. 3. Perkembangan kemampuan peserta didik usia 13-15 tahun (SLTP). Pada usia ini peserta didik memasuki masa remaja, periode formal operasional yang dalam perkembangan cara berpikir mulai meningkat ke taraf lebih tinggi, abstrak dan rumit. Cara berpikir yang bersifat rasional, sistematik dan eksploratif mulai berkembang pada tahap ini. Kecendrungan berpikir mereka mulai terarah pada hal-hal yang bersifat hipotesis, pada masa yang akan datang, dan pada hal-hal yang bersifat abstrak. Kemampuan mengolah informasi dari lingkungan sudah semakin berkembang. D. Bakat dan Kecerdasan Peserta Didik Bakat dan kecerdasan merupakan dua hal yang berbeda, namun saling terkait. Bakat adalah kemampuan yang merupakan sesuatu yang melekat (inherent) dalam diri seseorang. Bakat peserta didik dibawa sejak lahir dan terkait struktur otaknya. Secara genetik struktur otak telah terbentuk sejak lahir, tetapi berfungsinya otak sangat ditentukan oleh cara peserta didik berinteraksi dengan lingkungannya. Biasanya kemampuan itu dikaitkan dengan intelegensi atau kecerdasan, dimana kecerdasan atau intelegensi (Intelligence Quotient) merupakan modal awal untuk bakat tertentu. Potensi bawaan peserta didik sampai menjadi bakat berkaitan dengan kecerdasan intelektual (IQ) peserta didik. Tingkat intelektalitas 91 92 peserta didik berbakat biasanya cendrung di atas rata-rata. Namun peserta didik yang intelektualitasnya tingi tidak selalu menunjukkan peserta didik berbakat. Bakat seni dan olahraga misalnya, keduanya memerlukan strategi, taktik, dan logika yang berhubungan dengan kecerdasan. Dengan demikian, umumnya peserta didik berbakat memang memiliki tingkat intelegensi di atas rata-rata. Peserta didik berbakat adalah peserta didik yang mampu mencapai prestasi yang tinggi karena mempunyai kemampuan-kemampuan unggul. Kemampuan-kemampuan tersebut meliputi : 1. Kemampuan intelektual umum (kecerdasan intelegensi) 2. Kemampaun akademik khusus 3. Kemampuan berpikir kreatif-poduktif 4. Kemampuan memimpin 5. Kemampuan dalam salah satu bidang seni 6. Kemampuan psikomotor (seperti dalam olah raga). Faktor lain yang juga menentukan perkembangan potensi peserta didik menjadi bakat, yakni Kecerdasan Emosional (Emotional Quetient). Bakat yang dimiliki peserta didik tidak terbatas pada satu keahlian. Jika bakat tersebut dikembangkan bisa menjadi lebih dari dua keahlian yang saling berkaitan. Misal jika peserta didik suka menyanyi tak jarang pula ia akan berbakat menari. Jika peserta didik suka baca puisi biasanta peserta didik akan punya bakat seni peran. Bakat yang dimiliki peserta didik juga berkaitan dengan bakat orang tua. Sekitar 60% bakat peserta didik diturunkan dari orang tua, selebihnya dipengaruhi faktor lingkungan. Bakat turunan bisa dideteksi dengan cara membandingka peserta didik dengan peserta didik lain. Peserta didik berbakat lebih cepat berkembang ketimbang peserta didik lain seusianya, misalnya mereka lebih cepat dalam hal berhitung soal matematika, menari, atau menghafal lagu jika dibandingkan dengan peserta didik lainnya. 1. Tanda-tanda Bakat Peserta Didik a. Mempunyai ingatan yang kuat, contoh : sanggup mengingat letak benda-benda, tempat-tempat penyimpanan, lokasi-lokasi dsb. b. Mempunyai logika dan keterampilan analitis yang kuat. Contoh sanggup menyimpulkan, menghubung-hubungkan satu kejadian dengan kejadian lainnya. c. Mampu berpikir abstrak, contoh: membayangkan sesuatu yang tidak tampak, kemampuan berimajinasi dan asosiasi, Misal membayangkan keadaan di bulan, di luar angkasa, atau tempat lain yang belum pernah dikunjungi.

d. Mampu membaca tata letak (ruang). Contoh: menguasai rute jalan, kemana harus berbelok, menyebutkan bentuk ruang. e. Mempunyai keterampilan mekanis, contoh: pintar bongkar pasang benda yang rumit. f. Mempunyai bakat musik dan seni g. Luwes dalam atletik dan menari h. Pintar bersosialisasi, contoh: mudah bergaul, mudah beradaptasi i. Mampu memahami perasaan manusia, contoh: pandai berempati, baik dan peduli pada orang lain. j. Mampu memikat dan merayu, contoh : penampilannya selalu membuat orang tertarik, mampu membuat orang mengikuti kemauannya. Selain memiliki tanda-tanda keunggulan di atas peserta didik berbakat mempunyai karakteristik negatif diantaranya : a. Mampu mengaktualisasikan pernyataan secara fisik berdasarkan pemahaman pengetahuan yang sedikit. b. Dapat mendominasi diskusi c. Tidak sabar untuk segera maju ke tingkat berikutnya d. Suka ribut e. Memilih kegiatan membaca dari pada berpartisipasi aktif dalam kegiatan masyarakat, atau kegiatan fisik f. Suka melawan aturan, petunjuk-petunjuk atau prosedur tertentu g. Frustasi disebabkan tidak jalannya aktivitas sehari-hari h. Menjadi bosan karena banyak hal yang diulang-ulang i. Menggunakan humor untuk memanipulasi sesuatu. j. Melawan jadwal yang (hanya) didasarkan atas pertimbangan waktu saja bukan atas pertimbangan tugas. Peserta didik yang unggul dalam bidang tertentu belum tentu unggul di bidang yang lain. Misalnya ada peserta didik yang unggul di bidang matematika, namun ia kurang mampu menyanyi di depan kelas atau menggambar. Sebaliknya peserta didik yang sudah sering tampil menyanyi di layar televisi, mungkin kurang tangkas ila harus memecahkan soal-soal matematika yang rumit di kelas. Kondisi semacam ini harus dipahami oleh guru. Kelebihan dan kelemahan yangada pada peserta didik hendaknya diperlakukansecara seimbang. Dengan demikian potensi yang dipunyai peserta didik akan tumbuh dan berkembang selaras dengan perkembangan ilmu yang mereka terima melalui pembelajaran di seolah maupun di lingkungannya. Keberhasilan pendidikan terkait dengan kemampuan orang tua dan guru dalam hal memahami peserta didik sebagai individu yang 93 94 unik. Peserta didik harus dilihat sebagai individu yang memiliki berbagai potensi yang berbeda satu sama lain, namun saling melengkapi dan berharga. Mungkin dapat diibaratkan sebagai bungabunga aneka warna di suatu taman yang indah, mereka akan tumbuh dan merekah dengan keelokannya masing-masing. 2. Kecerdasan Peserta Didik Menurut Gardner, kecerdasan seseorang meliputi unsur-unsur kecerdasan matematika-logika, kecerdasan bahasa, kecerdasan musikal, kecerdasan visual spasial, kecerdasan kinestetik, kecerdasan interpersonal, kecerdasan intrapersonal dan kecerdasan naturalis. Secara rinci masing-masing kecerdasan tersebut dijelaskan sebagai berikut : 1. Kecerdasan Matematika Logika Menunjukkan kemampuan seseorang dalam berpikir secara induktif dan deduktif, berpikir menurut aturan logika, memahami dan menganalisis pola angka-angka, serta memecahkan masalah dengan menggunakan kemampuan berpikir. 2. Kecerdasan Bahasa Menunjukkan kemampan seeorang untuk menggunakan bahasa dan kata-kata, baik secara tertulis maupun lisan, dalam berbagai bentuk yang berbeda untuk mengekspresikan gagasangagasannya. 3. Kecerdasan Musikal Menunjukkan kemampuan seeorang untuk peka terhadap suarasuara nonverbal yang berada disekelilingnya, termasuk dalam hal ini adalah nada dan irama. 4. Kecerdasan Visual-Spasial Menunjukkan kemampuan seseorang untuk memahamai secara lebih mendalam hubungan antara objek dan ruang. 5. Kecerdasan Kinestetik Menunjukkan kemampuan seseorang untuksecara aktif menggunakan bagian-bagian atau seluruh tubuhnya untuk berkomunikasi dan memecahkan berbagai masalah. 6. Kecerdasan Interpersonal Menunjukkan kemampuan seseorang untuk peka terhadap perasaan orang lain. Mereka cendrung untuk memahami dan berinteraksi dengan orang lain sehingga mudah bersosialisasi dengan lingkungan di sekelilingnya.

7. Kecerdasan Intrapersonal Menunjukkan kemampuan seseorang untuk peka terhadap dirinya sendiri. Ia cendrung mampu mengenali berbagai kekuatan maupun kelemahan yang ada pada dirinya. 8. Kecerdasan Naturalis Menunjukkan kemampuan seseorang untuk peka terhadap lingkungan alam, misalnya yang berada di lingkungan alam yang terbuka seperti pantai, gunung, cagar alam, atau hutan. Howard Gardner pakar psikologi perkembangan berupaya menciptakan teori baru tentang pengetahuan yang dikenal dengan teori Multiple Intelegences atau kecerdasan majemuk/ganda. Kecerdasan tidak terbatas pada kecerdasan intelektual yang diukur dengan menggunakan beberapa tes intelegensi, atau sekedar melihat prestasi yang ditampilkan peserta didik melalui ulangan maupun ujian di sekolah, tetapi kecerdasan juga menggambarkan kemampuan peserta didik pada bidang lain, seperti : seni, spasial, olah-raga, berkomunikasi, dan cinta akan lingkungan. Daniel Goleman melalui bukunya Emotional Intellegence atau Kecerdasan Emosional, mengembangkan dan melengkapi teori Gardner, dari delapan spektrum kecerdasan yang dikemukakan oleh Gardner, Goleman memberikan tekanan pada aspek kecerdasan interpersonal atau antar pribadi. Inti kecerdasan ini mencakup kemampuan untuk membedakan dan menanggapi dengan tepat suasana hati, tempramen, motivasi dan hasrat keinginan orang lain. Namun menurut Gardner, kecerdasan antar pribadi ini lebih menekankan pada aspek kognisi atau pemahaman, sementara faktor emosi atau perasaan kurang diperhatikan. Menurut Goleman faktor emosi ini sangat penting dan memberikan suatu warna yang kaya dalam mencerdaskan pribadi dalam bentuk kecerdasan emosional. Lima wilayah kecerdasan pribadi dalam bentuk kecerdasan emosional menurut Goleman adalah : a. Kemampuan Mengenali Emosi Diri. Adalah kemampuan seseorang dalam mengenali perasaannya sendiri sewaktu perasaan atau emosi itu muncul. Ini sering dikatakan sebagai dasar dari kecerasan emosional. b. Kemampuan Mengelola Emosi Adalah kemampuan seseorang untuk mengendalikan perasannya sendiri sehingga tidak meledak dan akhirnya dapat mempengaruhi perilakunay secara salah. E c. Kemampuan Memotivasi Diri. Adalah kemampuan memberikan semangat kepada diri sendiri untuk melakukan sesuatu yang baik dan bermanfaat. d. Kemampuan Mengenali Emosi Orang Lain Adalah kemampuan utuk mengerti perasaan dan kebutuhan orang lain sehingga orang lain akan merasa senang karena dimengerti perasaannya. e. Kemampuan Membina Hubungan Adalah kemampuan untuk mengelola emosi orang lain sehingga tercipta keterampilan sosial yang tinggi dan membuat pergaulan seseorang menjadi lebih luas. Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan betapa pentingnya kecerdasan emosional dikembangkan pada diri peserta didik. Kecerdasan emosional perlu lebih dihargai dan dikembangkan pada peserta didik sejak usia dini karena hal inilah yang mendasari keterampilan seseorang di tengah masyarakat kelak sehingga akan membuat seluruh potensinya dapat berkembang secara lebih optimal. Banyak dijumpai peserta didik yang begitu cerdas di sekolah, begitu cemerlang prestasi akademiknya, namun tidak mampu mengelola emosinya, seperti mudah marah, mudah putus asa, atau angkuh dan sombong, sehingga prestasi tersebut tidak banyak bermanfaat untuk dirinya. Pendapat lain dikemukakan oleh Robert Coles, menurutnya di samping IQ ada suatu kecerdasan yang disebut sebagai kecerdasan moral yang juga memegang peranan amat penting bagi kesuksesan seseorang dalam hidupnya. Hal ini ditandai dengan kemampuan seorang peserta didik untuk bisa menghargai dirinya sendiri maupun diri orang lain, memahami perasaan terdalam orang-orang di sekelilingnya, dan mengikuti aturan-aturan yang berlaku, yang semuanya ini merupakan kunci keberhasilan bagi seorang peserta didik di masa depan. Namun sebagai makhluk Tuhan peserta didik mempunyai kewajiban untuk selalu taat menjalankan perintah agamanya (Emotionally and Spritual Quotien). Oleh karena itu harus dijaga hubungan yang seimbang antara diri individu (IQ), sosial (EQ), dan hubungan dengan Tuhan (ESQ). Identifikasi Potensi Peserta Didik 1. Ciri-ciri (indikator) Keberbakatan Peserta Didik. Bakat dan minat berpengaruh pada prestasi mata pelajaran tertentu. Dalam satu kelas, bakat dan minat peserta didik yang satu berbeda dengan bakat dan minat peserta didik lainnya. Namun setiap 95 96

peserta didik diharapkan dapat menguasai semua materi pelajaran yang diajarkan oleh guru di sekolah. Munandar mengungkapkan ciri-ciri (indikator) peserta didik berbakat sbb: a. Indikator intelektual/belajar b. Indikator kreativitas c. Indikator motivasi 2. Kecendrungan Minat Jabatan Peserta Didik a. Realistik b. Penyelidik c. Seni d. Sosial e. Suka Usaha f. Tidak mau berubah 3. Proses Identifikasi Potensi Peserta Didik Ada dua cara untuk mengidentifikasi anak berbakat a. Identifikasi melalui penggunaan data objektif, 1). Skor tes intelegensi individ 2). Skor tes intelegensi kelompok 3). Skor tes akademik 4).Skor tes kreativitas b. Identifikasi melalui penggunaan data subjektif 1). Ceklis prilaku 2). Nominasi oleh guru 3). Nominasi oleh orang tua 4). Nominasi oleh teman sebaya 5). Nominasi oleh diri sendiri. Diagram 1 : Diagram Pemanfaatan Hasil Penjaringan Potensi Peserta Didik dalam Bimbingan Karir. Mata Pelajaran/Kelompok Skala Prestasi Mata Pelajaran 0 Rata-rata 10 Matematika * Sains * Pengetahuan Sosial * Bahasa * F. Peranan Guru dalam Mengembangkan Potensi Peserta Didik. Dalam Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional pasal 39 ayat (2) menyebutkan pendidik merupakan tenaga profesional yang bertugas merencanakan dan melaksankan proses pembelajaran, menilai hasil pembelajaran, melakukan pembimbingan dan pelatihan, serta melakukan penelitian dan pengabdian kepada masyarakat, terutama bagi pendidik pada perguruan tinggi. Sedangkan dalam pasal 32 ayat (1) disebutkan bahwa pendidik khusus merupakan pendidikan bagi peserta didik yang memiliki tingkat kesulitan dalam mengikuti proses pembelajaran karena kelainan fisik, emosional, sosial dan/atau memiliki potensi kecerdasan dan bakat istimewa. Dalam pembelajaran guru sebagai pendidik berinteraksi dengan peserta didik yang mempunyai potensi beragam. Untuk itu pembelajaran hendaknya lebih diarahkan kepada proses belajar kreatif dengan menggunakan proses berpikir divergen (proses berpikir ke macam-macam arah dan menghasilkan banyak alternatif pnyelesaian) maupun proses berpikir konvergen (proses berpikir mencari jawaban tungal yang paling tepat). Dalam konteks ini guru lebih banyak berperan sebagai fasilitator dari pada pengarah yang menentukan segala-galanya bagi peserta didik. Sebagai fasilitator guru lebih banyak mendorong peserta didik (motivator) untuk mengembangkan inisiatif dalam menjajagi tugas-tugas baru. Guru harus lebih terbuka menerima gagasan-gagasan peserta didik dan lebih berusaha menghilangkan ketakutan dan kecemasan peserta didik yang menghambat pemikiran dan pemecahan masalah secara kreatif. G. Penutup Peserta didik adalah individu unik yang mempunyai eksistensi, yang memiliki jiwa sendiri, serta mempunyai hak untuk tumbuh dan berkembang secara optimal sesuai dengan iramanya masing-masing yang khas. Peserta didik bagaikan aneka macam bunga elok di taman sari yang indah. Mereka memiliki pesonanya masing-masing sehingga tidak bisa diseragamkan begitu saja atau dipangkas sama rata. Mereka sunguh memerlukan perlakuan khusus dan individual selain sekedar perlakuan kolektifikasi. DAFTAR BACAAN Bimbingan Belajar Bimbingan karir Amstrong, Thomas. (1994). Multiple Intelligence in the Classroom, Alexandria, Virginia :ASCD 97 98

Balitbang Depdikbud, (1994). Kurikulum Peserta Didik yang Memiliki Kemampuan dan Kecerdasan Luar Biasa, pada Pendidikan Dasar dan Menengah, Jakarta: Departemen Penidikan dan Kebudayaan. Coles, Robert. (1997). The Moral Intelligence of Children. New York: Random House, Inc Gardner, Howard. (1993). Multiple Intelligence. New York: Basic Books Harper Collins Publ. Inc Holland, John L. (1985). Making Vocational Choices, A Theory of Vocational Personalities and Work Enviroments. New Jersy : Prentice-Hall, INC Kamaluddin, Laode. (1993). Pengembangan Pendidikan Nilai Sebagai Upaya Peningkatan Kualitas Sumber Daya Manusia. Maklah Seminar Nasional: Jakarta Hilton Convenntion Centre. Moeljadi. (1993). Pokok-pokok Pengelolaan Sekolah Menengah. Jakarta: Lincah Store. Munandar, Utami. S.C. (1992). Mengembangkan Bakat dan Kreativitas Peserta Didik Sekolah. Jakarta : Gramedia Renzulli, Joseph S., Reis Selly M. Smith Linda H. (1981). Gifted and Talented Education in Perspective. Virginia : Eric. Clearing House. Reni Akbar, dkk. (2001). Keberbakatan Intelektual. Jakarta : Grasindo Stoliz, Paul G. (1997) Adversity Quotient: Turning Obstacles into opportunities. New York : John Wiley & Sons, Inc. Semiawan, Conny, R. (1992). Pengembangan Kurikulum Berdiferensiasi, Jakarta : Grasindo. Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003, Tentang Sistem Pendidikan Nasional. 99