BAB III PENUTUP. A. Kesimpulan. Berdasarkan hasil penelitian dan analisis tentang aspek hukum

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 yang diamandemen ke-4, Bab

BAB III PENUTUP. A. Kesimpulan. Pelaksanaan perlindungan kawasan hutan melalui pengawasan alat

JURNAL. Diajukan oleh : JIMMY HENRY NPM : Program Studi : Ilmu Hukum Program Kekhususan : Hukum Pertanahan dan Lingkungan Hidup

PEMERINTAH KABUPATEN NUNUKAN

BAB I PENDAHULUAN. maupun ilegal dan melebihi batas imbang ekologis serta masalah pembakaran

DAFTAR PUSTAKA. Bogor.Indonesia. Sinar Grafika: Jakarta. Raja Grafindo Persada: Jakarta.

PERATURAN DAERAH KABUPATEN NUNUKAN NOMOR 04 TAHUN 2004 TENTANG HAK ULAYAT MASYARAKAT HUKUM ADAT LUNDAYEH KABUPATEN NUNUKAN

PENYUSUNAN STRATEGI PERCEPATAN PENGAKUAN HUTAN ADAT PASCA PUTUSAN MK NO. 35/PUU-X/2012

Seminar dengan tema Penentuan Kebutuhan Hutan Tetap Lestari untuk Mendukung Pencapaian SDGs

BAB III PENUTUP. A. Kesimpulan. Berdasarkan uraian dan pembahasan serta analisis yang dilakukan

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN TEGAL

Peluang Hukum Keberadaan dan Perlindungan/Pengakuan Masyarakat Adat dalam Pengelolaan Sumber daya Alam

DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA

BAB III PENUTUP. Dengan adanya Putusan Mahkamah Konstitusi Nomor 35/PUU-X/2012. hukum adat Dayak Kanayatn di Desa Sahapm. Hal tersebut di lihat dari :

BAB I PENDAHULUAN. dianugerahkan kepada bangsa Indonesia yang wajib disyukuri. Bentuk syukur atas

PERATURAN MENTERI LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : P.32/Menlhk-Setjen/2015 TENTANG HUTAN HAK

KEBIJAKAN REKLAMASI PADA LAHAN BEKAS TAMBANG PROVINSI KALIMANTAN TIMUR 2012

I. 0PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

SURAT KEPUTUSAN BUPATI KUTAI BARAT NOMOR: 522.1/K.309/2001 T E N T A N G

BAB III PENUTUP. 1. Pelaksanaan pendaftaran hak milik adat (Letter C) secara sporadik dalam

BAB I PENDAHULUAN. sekarang tanpa harus merugikan generasi yang akan datang. longsor dan banjir. Namun kekurangan air juga dapat menimbulkan masalah

Harmonisasi Kebijakan dan Peraturan Perundangan

RINGKASAN PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 78 TAHUN 2010 TENTANG REKLAMASI DAN PASCATAMBANG

BAB III PENUTUP. maka dapat ditarik kesimpulan bahwa : dapat dilaksanakan secara maksimal.

KEPUTUSAN GUBERNUR KALIMANTAN TIMUR NOMOR: 09 TAHUN 2002 T E N T A N G IZIN KHUSUS PENEBANGAN JENIS KAYU ULIN GUBERNUR KALIMANTAN TIMUR

PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP PIHAK YANG DIRUGIKAN ATAS BERALIHNYA LAHAN HAK GUNA USAHA UNTUK PERKEBUNAN MENJADI WILAYAH PERTAMBANGAN.

TATA KELOLA HUTAN ADAT PASCA PUTUSAN MK NO 35/PUU-X/2012. Muthia Septarina. Abstrak

TATA CARA PENETAPAN HAK GUNA USAHA KEMENTERIAN AGARIA DAN TATA RUANG/ BADAN PERTANAHAN NASIONAL DIT. PENGATURAN DAN PENETAPAN HAK TANAH DAN RUANG

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

JURNAL BERAJA NITI ISSN : Volume 3 Nomor 4 (2014) Copyright 2014

NOMOR : 79 Tahun 2014 NOMOR : PB.3/Menhut-11/2014 NOMOR : 17/PRT/M/2014 NOMOR : 8/SKB/X/2014 TENTANG

PERATURAN GUBERNUR JAWA BARAT NOMOR 31 TAHUN 2011 TENTANG PEDOMAN PENGELOLAAN PERTAMBANGAN MINERAL LOGAM BESI GUBERNUR JAWA BARAT

Laporan Penelitian Implementasi Undang-Undang No. 18 Tahun 2013 dalam Penanggulangan Pembalakan Liar

DAFTAR PUSTAKA. Abdul Bari Azed, Sistem-Sistem Pemilihan Umum, Suatu Himpunan Pemikiran, Jakarta: Fakultas Hukum Universitas Indonesia, 2000.

BAB I PENDAHULUAN. bumi, air, dan kekayaan yang terkandung di dalamnya di kuasai oleh negara

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. rakyat dan memperhatikan kelestarian lingkungan hidup sekitar.

KEDUDUKAN MASYARAKAT HUKUM ADAT DALAM PENGELOLAAN HUTAN MENURUT UU NO. 41 TAHUN 1999 TENTANG KEHUTANAN

2 kenyataannya masih ada, sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1960 tentang Peraturan Dasar Pokok-pokok Agraria; c. bahwa ha

BUPATI MALINAU PROVINSI KALIMANTAN UTARA

BAB V PENUTUP. 1. Dampak dari penetapan Taman Nasional Kutai terhadap kegiatan. eksplorasi dan eksploitasi PT Pertamina EP di lapangan Sangatta dapat

BAB I PENDAHULUAN. meliputi emas, perak, tembaga, minyak dan gas bumi, batu bara, bijih besi, dan

BAB IV ANALISIS HUKUM TERHADAP KEWAJIBAN PENERAPAN CORPORATE SOCIAL RESPONSIBILITY PADA PERUSAHAAN DI BIDANG SUMBER DAYA ALAM DIKAITKAN DENGAN UNDANG-

DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA

BAB III PENUTUP. pendaftaran Hak Milik atas tanah melalui PRONA pada tahun 2010 di. Kabupaten Bantul telah mewujudkan kepastian hukum karena seluruh

NOMOR : 79 Tahun 2014 NOMOR : PB.3/Menhut-11/2014 NOMOR : 17/PRT/M/2014 NOMOR : 8/SKB/X/2014 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Negara Indonesia merupakan salah satu negara di dunia yang

KEPUTUSAN DEWAN PERWAKILAN DAERAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 31/DPD RI/II/ TENTANG PANDANGAN DAN PENDAPAT

BAB I PENDAHULUAN. Negara Indonesia adalah Negara Kesatuan yang berbentuk Republik. Berkaitan

BAB I PENDAHULUAN. yang sangat melimpah. Salah satu kekayaan alam yang dimiliki Indonesia

Mengarusutamakan Masyarakat Adat dalam Adaptasi dan Mitigasi Perubahan Iklim

BAB III PENUTUP. Kabupaten Bantul dalam rangka pengamanan pasir di wilayah pesisir di

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANJAR NOMOR 9 TAHUN 2011 TENTANG PENGELOLAAN PERTAMBANGAN MINERAL DAN BATUBARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Hariadi Kartodihardjo (Sumber: UU 23/2014) Adapun urusan pemerintahan yang menjadi kewenangan Daerah Provinsi adalah:

Lex Privatum Vol. V/No. 9/Nov/2017

DAFTAR PUSTAKA. Abrar Saleng, Hukum Pertambangan, Yogyakarta : UII Press, Adrian Sutedi, Hukum Pertambangan, Jakarta, Sinar Grafika, 2012

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Undang-undang No.41 Tahun 1999 hutan memiliki fungsi

Pengertian. Istilah bahasa inggris ; Mining law.

PERUBAHAN UNDANG-UNDANG PERTAMBANGAN MINERAL DAN BATUBARA: Upaya Untuk Menata Kembali Pengelolaan Sumber Daya Alam Indonesia Oleh: Zaqiu Rahman *

RINGKASAN SKRIPSI / NASKAH PUBLIKASI PENGENDALIAN KERUSAKAN LINGKUNGAN BERKENAAN DENGAN INDUSTRI BATU BATA DI KECAMATAN PIYUNGAN KABUPATEN BANTUL

BAB I PENDAHULUAN. meningkatkan keperduliannya terhadap masalah-masalah lingkungan

PERATURAN DAERAH PROVINSI KALIMANTAN SELATAN NOMOR 1 TAHUN 2013 TENTANG REKLAMASI LAHAN PASCA TAMBANG BATUBARA DI KALIMANTAN SELATAN

STATUS HUKUM PENGGUNAAN KAWASAN HUTAN KONSERVASI TAMAN NASIONAL KUTAI UNTUK PEMBANGUNAN BAGI KEPENTINGAN UMUM

BAB III PENUTUP. sebelumnya, Penulis dapat mengambil kesimpulan sebagai berikut:

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan salah satu negara yang kaya akan sumber daya

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

DR. H. AWANG FAROEK ISHAK Gubernur Kalimantan Timur

BAB X PEMBANGUNAN SUMBER DAYA ALAM DAN LINGKUNGAN HIDUP

RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA Registrasi Nomor : 35/PUU-X/2012 Tentang Tanah Hak ulayat Masyarakat Hukum Adat

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 88 TAHUN 2017 TENTANG PENYELESAIAN PENGUASAAN TANAH DALAM KAWASAN HUTAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Eksistensi Hutan Adat Dalam Pembangunan Kehutanan di Indonesia. Paska Putusan MK No. 35/PUU-X/2012

PERATURAN MENTERI KEHUTANAN Nomor : P.64/Menhut-II/2006 TENTANG

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

Oleh : Iin Suhartini NIM : Pembimbing : Haris Retno Susmiyati, S.H., M.H. La SYarifuddin, S.H., M.H. ABSTRAK

PIPIB untuk Mendukung Upaya Penurunan Emisi Karbon

PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Manusia dalam memenuhi kebutuhan hidupnya memerlukan sumberdaya

Harmonisasi Regulasi Antar Sektor dalam Pengelolaan Sumber Daya Alam*

PASAL DEMI PASAL. Pasal 1. Cukup jelas. Pasal 2. Cukup jelas. Pasal 3. Cukup jelas. Pasal 4. Cukup jelas. Pasal 5. Cukup jelas. Pasal 6.

STATUS LAHAN HAK GUNA USAHA UNTUK PERKEBUNAN YANG BERALIH FUNGSI MENJADI WILAYAH PERTAMBANGAN. Noor Azizah*

RINGKASAN PERBAIKAN PERMOHONAN Perkara Nomor 70/PUU-XII/2014 Kewenangan Pengelolaan Hutan oleh Pemerintah Pusat

KONDISI KAWASAN HUTAN PROVINSI SUMATERA UTARA

JURNAL BERAJA NITI ISSN : Volume 3 Nomor 7 (2014) Copyright 2014

BAB III PENUTUP. karena adanya hambatan-hambatan sebagai berikut: informasi bahwa akan adanya penertiban.

IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PEMBANGUNAN

PERATURAN DAERAH PROVINSI SUMATERA BARAT NOMOR 7 TAHUN 2012 TENTANG PENGELOLAAN PANAS BUMI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR SUMATERA BARAT,

LEMBARAN DAERAH PROVINSI SUMATERA BARAT

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

Dalam Peraturan Daerah ini yang dimaksud dengan:

~ 1 ~ BUPATI KAYONG UTARA PERATURAN BUPATI KAYONG UTARA NOMOR 12 TAHUN 2013 TENTANG REKLAMASI DAN PASCATAMBANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

1 PENDAHULUAN Latar Belakang

LANGKAH STRATEGIS PENGELOLAAN HUTAN DAN MEKANISME PENETAPAN HUTAN ADAT PASCA TERBITNYA PUTUSAN MK NO. 35/PUU-X/2012

Title : Analisis Polaruang Kalimantan dengan Tutupan Hutan Kalimantan 2009

BAB V PENUTUP. Berdasarkan seluruh uraian pada bab-bab terdahulu, kiranya dapat. disimpulkan dalam beberapa poin sebagai berikut:

INDIKATOR RAMAH LINGKUNGAN UNTUK USAHA DAN/ATAU KEGIATAN PENAMBANGAN TERBUKA BATUBARA

2013, No BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Peraturan Pemerintah ini yang dimaksud dengan: 1. Rawa adalah wadah air beserta air dan daya air yan

PEMERINTAH KABUPATEN KUTAI BARAT

MISKINYA RAKYAT KAYANYA HUTAN

MENTERI KOORDINATOR BIDANG PEREKONOMIAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN

PENGATURAN PENGELOLAAN HUTAN DI ATAS TANAH HAK MILIK DI DESA TENGANAN PEGRINGSINGAN

Transkripsi:

BAB III PENUTUP A. Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian dan analisis tentang aspek hukum perlindungan hutan dan masyarakat adat terhadap pertambangan batu bara di Kabupaten Kutai Barat Kalimantan Timur maka penulis dapat memberikan kesimpulan sebagai berikut: 1. Aspek hukum mengenai peraturan pemerintah baik dari tingkat pusat sampai dengan daerah terkait dengan perlindungan hutan dan masyarakat adat sudah berjalan sesuai dengan ketentuan yang ada, hanya saja dalam praktek dan pelaksanaannya masih kurang maksimal dan tidak konsisten. Hal ini disebabkan karena adanya tumpang tindih antar peraturanperaturan pemerintah yang dibuat baik oleh pemerintah pusat maupun pemerintah daerah mengenai kawasan hutan dan hak ulayat masyarakat adat. 2. Pelaksanaan perlindungan hutan dan masyarakat adat terhadap pertambangan batu bara di Kabupaten Kutai Barat mengalami beberapa kendala, yaitu kurangnya komitmen pemerintah daerah pada umumnya dan instansi-instansi yang terkait pada khususnya, mengenai tanggung jawab terhadap tugas dan kewjibannya sebagai pelaksana tugas Negara, dalam hal perlindungan dan pelayan masyarakat, serta kurangnya 62

63 kearifan lokal dan peran serta masyarakat adat dalam melakukan perlindungan hutan. B. Saran Berdasarkan kesimpulan diatas, maka penulis dapat menyampaikan beberapa saran: 1. Perlu dilakukannya harmonisasi dalam berbagai peraturan perundangundangan dan koordinasi yang baik antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah, juga antara instansi atau lembaga-lembaga yang terkait dengan perlindungan hutan dan masyarakat adat di Kabupaten Kutai Barat. 2. Pemerintah Daerah, dalam hal ini Bupati seharusnya memperhatikan terlebih dahulu aspek-aspek lingkungan dan memperhatikan status hutan yang akan digunakan untuk lahan pertambangan, guna melakukan pencegahan terhadap kerusakan kualitas hutan dan melindungi hak-hak masyarakat adat dan hutannya. 3. Perlu adanya tindakan pemerintah dalam upaya meningkatkan kesadaran, kearifan lokal, dan peran serta masyarakat adat akan pentingnya hutan bagi kehidupan manusia dan generasi mendatang, terhadap besarnya dampak negatif yang muncul akibat penambangan yang dilakukan dengan tidak bertanggung jawab.

DAFTAR PUTAKA Buku Salim H.S., 2005. Hukum Pertambangan Indonesia, Raja Grafindo Persaja, Jakarta. Salim H.S., 2003. Dasar-dasar Hukum Kehutanan, Sinar Grafika, Jakarta. FWI/GWI., 2001. Potret Keadaan Hutan Indonesia, Indonesia: Forest Watch Indonesia dan Washington D.C.: Global Forest Watch, Bogor. Supriadi., 2010. Hukum Kehutanan dan Hukum Perkebunan di Indonesia, Sinar Grafika, Jakarta. Salim H.S., 2012. Hukum Pertambangan Mineral dan Batu Bara, Sinar Grafika, Jakarta. Masri Singarimbun., 1981. Metode Penelitian Hukum dan Survei, LP3 ES. Soerjono Soekanto., 1986. Pengantar Penelitian Hukum, Universitas Indonesia (UI-Press), Jakarta. P. Joko Subagy., 1997. Metode Penelitian Dalam Teori dan Praktek, Rineka Cipta, Jakarta. Departemen pertambangan., 1976. Seminar Segi-segi Hukum dari Pengelolaan Lingkungan Hidup, Bina Cipta, Bandung. Michaela Haug., 2010. Proverty and Decentralisation in East Kalimantan, Centaurus Verlag and Media KG, Freiburg. Peter Van Rooij, 2010, Hak-hak Masyarakat Adat yang Berlaku,tentang pedoman Konvensi ILO 169/Kantor Perburuhan Internasional, Jakarta.

Jurnal R. Yando Zakaria, 2014, Kriteria (Hukum) Adat dan Potensi Implikasinya terhadap Perebutan Sumberdaya Hutan Pasca-Putusan MK Nomor 35/PPU-X/2012, Nomor. 33 Tahun 2014, Praktisi antropolgi, peneliti dan fasilitator pada lingkar pembaruan desa dan agraria (KARSA). Website www.tataruangindonesia.com/fullpost/pertambangan www.slidshare.net/golarbaso/masyarakat-desa-hutan www.mongobay.co.id/2014/05/29/hutan-kaltim-habis -akibat-izin-pinjam-pakaipertambangan-perkebunan/ www.kaltimprov.go.id/potensi-5-pertambangan-dan-migas.html www.academia.edu/8084420/dampak-kegiatan-pertambangan-bagi-lingkungan-dankesehatan http://ekonomi.kompasiana.com/bisnis/2014/01/15/dampak-positif-dan-negatifindustri-pertambangan-di-indonesia-624596.html Kbbi.web.id Peraturan Perundang-undangan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 (UUD 1954) Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1990 tentang Konservasi Sumberdaya Alam Hayati dan Ekosistemnya

TAP MPR No. XVII/MPR/1998 tentang Hak Asasi Manusia Undang-Undang Nomor 41 Tahun 1999 tentang Kehutanan Undang-Undang Nomor 11 Tahun 1967 tentang Pertambangan Undang-undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup Undang-Undang Nomor 4 Tahun 2009 tentang Pertambangan Mineral dan Batu Bara Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup Putusan Mahkamah Konstitusi (MK) Nomor 35/PUU-X/2012 perihal pengujian Undang-Undang Nomor 41 Tahun 1999 tentang Kehutanan Keputusan Menteri Kehutanan Nomor 70 Tahun 2001 tentang Penetapan Kawasan Hutan Keputusan Menteri Nomor: SK.382/Menhut-II/2004, tentang Izin Pemanfaatan Kayu Peraturan Menteri Agraria/Kepala BPN Nomor 5 Tahun 1999 tentang Pedoman Penyelesaian Masalah Hak Ulayat Masyarakat Hukum Adat Peraturan Pemerintah Nomor 22 Tahun 2010 tentang Wilayah Pertambangan Peraturan Pemerintah Nomor 23 Tahun 2010 tentang Pelaksanaan Kegiatan Usaha Pertambangan Mineral dan Batu Bara Peraturan Pemerintah Nomor 55 Tahun 2010 tentang Pembinaan dan Pengawasan Penyelenggara Pengelolaan Usaha Pertambangan Mineral dan Batu Bara

Peraturan Pemerintah Nomor 75 Tahun 2010 tentang Reklamasi dan Pascatambang Peraturan Pemerintah Nomor 45 Tahun 2004 tentang Perlindungan Hutan Peraturan Daerah Kabupaten Kutai Barat Nomor 18 Tahun 2002 Tentang Kehutanan Peraturan Daerah Nomor 24 Tahun 2001 tentang Pemberdayaan, Pelestarian, Perlindungan, dan Pengembangan Adat Istiadat dan Lembaga Adat dalam Wilayah Kutai Barat Peraturan Daerah Nomor 12 Tahun 2006 tentang Pengukuhan dan Pembinaan Masyarakat Adat dalam Wilayah Kabupaten Kutai Barat