BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Tinjauan Umum Dalam suatu perencanaan suatu kontruksi atau bangunan perlu adanya metodologi yang benar.metodologi merupakan dasar untuk menentukan langkah - langkah yang perlu diambil agar mendapatkan hasil penelitian yang sesuai kebutuhan, rencana, efisien dan aman. Dan hasilnya dapat dipertanggung jawabkan. 3.2 Metodologi Penelitian Metodologi penelitian merupakan alur pemikiran yang ditempuh dalam perencanaan suatu penelitian. Metodologi yang dimaksudkan disini adalah metodologi penelitian yang diperlukan dalam melakukan evaluasi kapasitas tampung Sungai Ciliwung terhadap kondisi eksisting. Untuk menghindari pekerjaan yang berulang-ulang maka dibuatlah bagan alir urutan pekerjaan. Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif. Penelitian kualitatif adalah penelitian tentang riset yang bersifat deskriptif dan cenderung menggunakan analisis, landasan teori dimanfaatkan sebagai pemandu agar fokus penelitian sesuai fakta dilapangan. Selain itu landasan teori juga bermanfaat untuk memberikan gambaran umum tentang latar penelitian dan sebagai bahan pembahasan hasil penelitian (http://id.wikipedia.org/wiki). Adapun bagan alir penyusunan laporan tugas akhir ini sebagai berikuit: III-1
(a) mulai (b) Data sekunder (b2) (b1) Data existing dimensi sungai Data hidrologi (curah hujan) (g) Menghitung kapasitas tampung (Metode Manning) (c) Menghitung Hujan Wilayah (polygon thieseen) (d) Menganalisa Distribusi Frekwensi Curah Hujan (e) Uji Kesesuaian Distribusi (Uji Smirnov-Kolmogorov) Tidak (f2) Analisa Debit Banjir Rancangan (Metode Nakayasu) Ya (f1) Analisa Debit Banjir Rancangan (Metode Rasional) (h) Pembahasan dan Mengevaluasi daya tampung (Q r > Q eksisting ) (i) kesimpulan Gambar 3.1 Bagan Alir Penelitian III-2
Penjelasan mengenai bagan alir tersebut seperti dibawah ini: a. Mulai Pada tahap ini dimulai dengan observasi lapangan, dilakukan untuk mengetahui di mana lokasi studi atau tempat dilakukannya pengumpulan data yang diperlukan dalam penyusunan penelitian. Selain itu dalam tahap ini disertakan juga identifikasi masalah, studi pustaka dan juga identifikasi kebutuhan data. Mencari informasi melalui studi pustaka ataupun konsultasi dengan warga setempat tentang lokasi studi. Observasi lapangan berisi peninjauan ke lokasi serta instansi yang terkait guna pengumpulan data. Penjelasan kegiatan setelah observasi adalah sebagai berikut: Identifikasi masalah Kegiatan identifikasi masalah dilakukan setelah observasi lapangan selesai. Dengan adanya identifikasi masalah serta batasan-batasan masalah sehingga dapat dikaji permasalahan tersebut dengan efisien. Dari identifikasi masalah ini dapat disusun tindakan-tindakan yang akan diambil sebagai alternatif pemecahan masalah dan menyusun data-data yang dibutuhkan. Studi pustaka Dalam proses penyusunan penelitian ini diperlukan landasan-landasan teori yang menunjang permasalahan yang akan dikaji. Selain menjadikan sebagai acuan dalam pengerjaan penelitian tetapi juga bisa dijadikan sebagai tambahan pengetahuan dengan mengkaji pustaka. Identifikasi kebutuhan data Dilakukan penyusunan data-data apa saja yang dibutuhkan serta pendataan instansi dan insitusi yang dapat dijadikan sumber data. Data yang dibutuhkan adalah data sekunder. b. Data sekunder Mencari dan mengumpulkan data sekunder, baik data hidrologi (curah hujan), fungsi lahan, peta geometri sungai maupun data existing (dimensi) sungai. Data III-3
sekunder adalah data yang diperoleh secara tidak langsung atau dari catatan terdahulu. Data ini peroleh dari instansi-instasi terkait seperti PSDA PU Pengairan atau BBWS Ciliwung-Cisadane. Data curah hujan yang dibutuhkan selama 10 tahun terakhir, begitu pula untuk data dimensi eksisting lokasi studi.untuk penjelasan kode b1 dan b2 sama dengan kode b. c. Menghitung hujan wilayah Tahap ini merupakan awal dimulainya pengolahan dan analisis data. Dalam hal ini yaitu pengolahan data sekunder. Data sekunder yang akan diolah pada tahap ini adalah data berupa peta das dan peta lokasi stasiun penakar hujan serta data curah hujan tiap stasiun. Metode yang digunakan adalah metode polygon thieseen. Dengan adanya peta DAS dan koordinat titik lokasi stasiun penakar hujan, maka dapat dihubungkan sebuah garis antar titik pos hujan hingga menjadi polygon. Setelah polygon terbuat maka dapat diketahui luasan-luasan yang bisa dicakup per stasiun. Perkalian luasan daerah cakupan per stasiun dengan curah hujan dari tiap stasiun, dibagi dengan total luasan polygon (ha), maka dapat dihasilkan suatu angka hujan rata-rata. Dengan metode ini wilayah di sekitar penakar hujan dan masih dalam lingkup area poligon bisa diprediksikan rata rata curah hujan wilayah yang diinginkan (dewi handayani untari ningsih dalam jurnal teknologi informasi DINAMIK vol 17, no.2, juli 2012 : 156-163). Pemilihan metode ini karena lokasi studi memiliki stasiun penakar hujan jumlahnya terbatas dan tersebar tidak merata serta termasuk daerah dataran. d. Menganalisa distribusi frekuensi curah hujan Pada tahap ini dilakukan analisa frekuensi dan probabilitas curah hujan dengan menggunakan tiga jenis distribusi, yaitu distribusi normal, distribusi gumbel dan distribusi log person III. Analisa frekuensi ini untuk menentukan jenis distribusi yang sesuai dalam mendapatkan curah hujan. Penentuan jenis distribusi frekuensi diperlukan untuk mengetahui suatu rangkaian data cocok untuk sebaran tertentu dan tidak cocok untuk yang lain. Untuk mengetahui kecocokan terhadap suatu III-4
jenis sebaran tertentu, perlu dikaji terlebih dahulu ketentuan ketentuan yang ada (suripin,2004). Jadi dalam penelitian ini tidak digunakan ketiga jenis distribusi tersebut, melainkan dipilih salah satu yang paling cocok. e. Uji kesesuian distribusi Pada tahap ini dilakukan uji hasil distribusi sampel data yang dipilih dengan uji kecocokan Smirnov kolmogorov. Dengan tujuan persamaan distribusi frekuensi sampel data yang dipilih dapat diterima atau tidak. Apabila dalam hasil perhitungan tidak mencukupi dengan kriteria yang ada maka perhitungan diulang hingga mendapatkan hasil yang mendekati kriteria. f1. Analisa debit rancangan Dalam tahap ini dilakukan analisa debit banjir, pemilihan Metode Rasional karena metode ini sudah umum digunakan untuk sungai - sungai biasa dengan daerah pengaliran yang luas dan juga untuk perencanaan drainase daerah pengaliran yang sempit. Metode rasional dapat digunakan untuk menghitung debit puncak sungai atau saluran umum dengan daerah pengaliran terbatas. Metode Rasional Luas DPS < 5000 ha. Sampai tahap ini maka dihasilkan debit banjir rencana (Q rencana ). f2. Analisa debit rancangan Dalam tahap ini dilakukan analisa debit banjir, pemilihan Metode Nakayasu sebagai metode pembanding karena metode ini memiliki kriteria dengan daerah studi yang besar dibanding dengan metode Rasional. Sampai tahap ini maka dihasilkan debit banjir rencana (Q rencana ). g. Menghitung kapasitas tampung Perhitungan kapasitas tampungan sungai dengan persamaan Manning. Perhitungan berdasarkan data eksisting dimensi sungai. Data sekunder hasil pengukuran, berupa data dimensi sungai terkini oleh instansi terkait. Sampai tahap ini didapat besarnya debit aliran saluran eksisting rencana (Q eksisting ). III-5
h. Pembahasan dan evaluasi daya tampung Kemudian dari hasil perhitungan - perhitungan tersebut dianalisa. Apakah Q rencana > Q eksisting ataupun sebaliknya. Butuh ketelitian, baik dalam perhitungan ataupun penulisan data. Dikatakan kapasitas tampungan sungai tidak tercukupi dan sebaliknya jika perhitungan kedua Q sudah dilakukan. Sehingga mudah dalam menentukan kesimpulannya. i. Kesimpulan Kesimpulan dari hasil perhitungan - perhitungan Q rencana dan Q eksisting yang telah dilakukan serta saran guna penelitian yang lebih akurat. III-6