BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. mencit terinfeksi E. coli setelah pemberian tiga jenis teripang ditunjukkan pada

dokumen-dokumen yang mirip
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. jenis teripang yang berasal dari Pantai Timur Surabaya (Paracaudina australis,

BAB I PENDAHULUAN. infeksi setelah ISPA (Infeksi Saluran Pernapasan Akut). Berdasarkan hasil Survei

BAB I PENDAHULUAN. Tuberkulosis (TB) adalah penyakit yang disebabkan oleh bakteri

BAB I PENDAHULUAN. yang cukup tinggi karena sebagian besar kawasannya berupa perairan. Nontji (2002)

ulangan pada tiap perlakuan. Pada penelitian ini dilakuan sebanyak 6 kali ulangan.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Potensi teripang cukup besar karena Indonesia memiliki perairan pantai

HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB III KERANGKA KONSEP DAN HIPOTESIS MN / PMN LPS. NLRP3 ASC Adaptor protein OLIGOMERASI INFLAMMASOME. IL-1β SEPSIS SURVIVAL

IMUNITAS ALAMI MENCIT

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Teripang (Holothuroidea) adalah golongan yang paling umum dijumpai (Nontji,

BAB VI PEMBAHASAN. Selama penelitian bulan Januari Juni 2011 terdapat 20 subjek yang memenuhi

Jurnal Biologi dan Pembelajaran Biologi Volume 1 Nomor 2 Tahun 2016 (p-issn ; e-issn )

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

serta terlibat dalam metabolisme energi dan sintesis protein (Wester, 1987; Saris et al., 2000). Dalam studi epidemiologi besar, menunjukkan bahwa

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di Rumah Hewan Coba Departemen Biologi

Mekanisme Pertahanan Tubuh. Kelompok 7 Rismauzy Marwan Imas Ajeung P Andreas P Girsang

BAB I PENDAHULUAN. Sepsis merupakan salah satu masalah kesehatan serius yang terjadi di

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

MENJELASKAN STRUTUR DAN FUNGSI ORGAN MANUSIA DAN HEWAN TERTENTU, KELAINAN/ PENYAKIT YANG MUNGKIN TERJADI SERTA IMPLIKASINYA PADA SALINGTEMAS

HASIL DAN PEMBAHASAN

Migrasi Lekosit dan Inflamasi

BAB V PEMBAHASAN. fagositosis makrofag pada kelompok perlakuan (diberi ekstrak daun salam)

BAB 5 PEMBAHASAN. Mencit yang digunakan dalam penelitian diperoleh dari Laboratorium

BAB 5 HASIL PENELITIAN

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Inflamasi merupakan reaksi lokal jaringan terhadap infeksi atau cedera dan melibatkan lebih banyak mediator

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Angka kematian ibu (AKI) merupakan salah satu indikator untuk

GASTROPATI HIPERTENSI PORTAL

BAB VI PEMBAHASAN. Mencit Balb/C yang digunakan dalam penelitian ini diperoleh dari. Laboratorium Biomedik Fakultas Kedokteran Universitas Muhamadiyah

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. Uji LD-50 merupakan uji patogenitas yang dilakukan untuk mengetahui

PEMBAEIASAN. leukosit, jenis leukosit, nilai indeks fagositik serta adanya perbedaan tingkat

Di seluruh dunia dan Amerika, dihasilkan per kapita peningkatan konsumsi fruktosa bersamaan dengan kenaikan dramatis dalam prevalensi obesitas.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

SISTEM IMUN. Pengantar Biopsikologi KUL VII

BAB I PENDAHULUAN. Cedera ginjal akut (Acute Kidney Injury / AKI) memiliki insidensi yang terus meningkat setiap tahunnya

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia sebagai obat antihipertensi (Palu et al., 2008). Senyawa aktif yang

BAB I PENDAHULUAN. penting salah satunya adalah teripang yang dikenal dengan nama lain teat fish, sea

BAB I PENDAHULUAN. dunia (Musher, 2014). Penumonia komunitas merupakan penyakit infeksi saluran

BAB 2 TERMINOLOGI SITOKIN. Sitokin merupakan protein-protein kecil sebagai mediator dan pengatur

BAB I PENDAHULUAN. Mukosa rongga mulut merupakan lapisan epitel yang meliputi dan melindungi

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang

BAB II KOMPONEN YANG TERLIBAT DALAM SISTEM STEM IMUN

MEKANISME FAGOSITOSIS. oleh: DAVID CHRISTIANTO

HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. tubuh yaitu terjadinya kerusakan jaringan tubuh sendiri (Subowo, 2009).

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

Pemberian preparat daun G. procumbens peroral kepada mencit kelompok. Pengamatan terhadap jumlali makrofag intraperitoneal dilakukan pada hari

BAB 5 HASIL PENELITIAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. hidup di laut dan bersifat bentos. Seperti Echinodermata yang lain, teripang

Respon imun adaptif : Respon humoral

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Permasalahan. sering dikeluhkan oleh masyarakat Indonesia. Menurut Survei Kesehatan Rumah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

TEORI SISTEM IMUN - SMA KELAS XI SISTEM IMUN PENDAHULUAN

REAKSI ANTIGEN-ANTIBODI DAN KAITANNYA DENGAN PRINSIP DASAR IMUNISASI. Oleh : Rini Rinelly, (B8A)

HASIL DAN PEMBAHASAN

Imunitas Innate dan Adaptif pada Kulit Adapted from Fitzpatrick s Dermatology in General Medicine, 8th Edition

BAB VI PEMBAHASAN. cedera abrasi menyerupai dengan cedera peritoneum saat operasi abdomen..

BAB I PENDAHULUAN. Tuberkulosis (TB) masih menjadi salah satu masalah kesehatan dunia,

SISTEM IMUN (SISTEM PERTAHANAN TUBUH)

BAB 1 PENDAHULUAN. menurut World Health Organization (WHO), sekitar 65% dari penduduk negara

BAB 1 PENDAHULUAN. Luka adalah terjadinya diskontinuitas kulit akibat trauma baik trauma

BAB 2 PERAN BAKTERI DALAM PATOGENESIS PENYAKIT PERIODONTAL. Dalam bab ini akan dibahas bakteri-bakteri patogen yang terlibat dan berbagai cara

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Kristen Maranatha

BAB I PENDAHULUAN. patogen di lingkungan, seperti bakteri, virus, jamur, dan parasit yang dapat

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

IMUNITAS HUMORAL DAN SELULER

BAB I PENDAHULUAN. Tindakan pembedahan ekstremitas bawah,dapat menimbulkan respons,

BAB I PENDAHULUAN. benda asing dan patogen di lingkungan hidup sekitar seperti bakteri, virus, fungus

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

FISIOLOGI SISTEM PERTAHANAN TUBUH. TUTI NURAINI, SKp., M.Biomed

CATATAN SINGKAT IMUNOLOGI

BAB I PENDAHULUAN. Lingkungan di sekitar manusia mengandung berbagai jenis unsur patogen,

RESPON PERTAHANAN TERHADAP MIKROBIA PATOGEN

BAB I PENDAHULUAN. iritan, dan mengatur perbaikan jaringan, sehingga menghasilkan eksudat yang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit kardiovaskuler merupakan suatu penyakit yang diakibatkan oleh

BAB 1 PENDAHULUAN 1. 1 Latar Belakang Inflamasi atau yang lebih dikenal dengan sebutan radang yang merupakan respon perlindungan setempat yang

BAB I PENDAHULUAN. dapat menyerang banyak orang sehingga menimbulkan wabah. Demam

BAB I PENDAHULUAN. Human Immunodeficiency Virus (HIV) merupakan agen penyebab Acquired

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. diinfeksi Klebsiella pneumoniae, diperoleh hasil sebagai berikut.

ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Sistem imunitas didalam tubuh manusia merupakan satu kesatuan yang

BAB 1 PENDAHULUAN. metabolisme karbohidrat, lemak dan protein. Terjadinya diabetes melitus ini

BAB I PENDAHULUAN 1. I. LATAR BELAKANG

I. PENDAHULUAN. Aeromonas salmonicida adalah salahsatu jenis dari bakteri Aeromonas sp. Secara

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. penyakit akibat tubuh tidak mampu melawan zat asing yang masuk ke dalam

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. secara empiris dapat mengobati berbagai macam penyakit. Tumbuh subur pada

BAB I PENDAHULUAN. maupun negara berkembang. Dewasa ini para sarjana kedokteran telah

KONSEP DASAR IMUNOLOGI

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Transkripsi:

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Penelitian Data hasil penelitian jumlah netrofil yang menginvasi cairan intraperitoneal mencit terinfeksi E. coli setelah pemberian tiga jenis teripang ditunjukkan pada gambar 4.1 dan lampiran 4. 350000 Jumlah netrofil (sel/ml) 300000 250000 200000 150000 100000 50000 a b b c c 0 K1 K2 P1 P2 P3 Kelompok perlakuan Gambar 4.1 Diagram batang jumlah netrofil yang menginvasi cairan intraperitoneal mencit 1 jam setelah infeksi E. coli. Huruf yang sama di atas diagram menunjukkan beda tidak berdasarkan uji t pada α = 0,05 (K1= kelompok kontrol tanpa injeksi E. coli, K2= kelompok kontrol dan diinjeksi E. coli, P1= diberi ekstrak P. australis dan diinjeksi E. coli, P2= diberi ekstrak Phylloporus sp. dan diinjeksi E. coli, dan P3= diberi ekstrak C. quadrangularis dan diinjeksi E. coli) 38

39 Dosis teripang yang diberikan setara dengan 0,0548 g berat kering/20 g mencit Sedangkan, dosis E. coli setara dengan jumlah bakteri 10 8 yang diberikan. Berdasarkan hasil uji Anava didapatkan tingkat signifikasi 0,000, lebih kecil dari α= 0,05. Hal ini menunjukkan bahwa H 0 ditolak dan Ha diterima, ini berarti bahwa ada pengaruh pemberian ekstrak tiga jenis teripang lokal Paracaudina australis, Phyllophorus sp., dan Colochirus quadrangularis terhadap jumlah netrofil yang menginvasi cairan intraperitoneal setelah diinfeksi bakteri E. coli (hasil analisis Anava dapat dilihat pada lampiran 5) sehingga perlu dilanjutkan pada uji t untuk mengetahui pasangan perlakuan mana yang menunjukkan perbedaan yang bermakna. Ringkasan hasil uji t dapat dilihat pada Tabel 4.2. Tabel 4.2 Ringkasan hasil uji t dari jumlah netrofil yang menginvasi cairan intraperitoneal mencit pada beberapa kelompok perlakuan Perlakuan K1 K2 P1 P2 P3 K1 - K2 tidak P1 P2 tidak

40 Hasil analisis menunjukkan jumlah netrofil kelompok kontrol dan diinjeksi E. coli (K2) dengan kelompok kontrol tanpa injeksi E. coli (K1). Hal ini menunjukkan bahwa terjadi invasi netrofil pada kelompok kontrol dan diinjeksi E. coli (K2) sehingga memberikan pengaruh yang pada peningkatan jumlah netrofil yang menginvasi cairan intraperitoneal setelah infeksi bakteri E. coli. Pada jumlah netrofil pada kelompok kontrol dan diinjeksi E. coli (K2) dengan kelompok yang diberi suspensi ekstrak teripang P. australis dan diinjeksi E. coli (P1) terdapat perbedaan yang tidak. Hal ini menunjukkan bahwa ekstrak teripang P. australis tidak memberikan pengaruh terhadap jumlah netrofil yang menginvasi cairan intraperitoneal. Sedangkan, jumlah netrofil pada kelompok yang diberi suspensi ekstrak teripang Phylloporus sp. dan diinjeksi E. coli (P2) dan kelompok yang diberi suspensi ekstrak teripang C. quadrangularis dan diinjeksi E. coli (P3) menunjukkan perbedaan yang dengan jumlah netrofil pada kelompok kontrol dan diinjeksi E. coli (K2). Hal ini menunjukkan bahwa ekstrak teripang Phylloporus sp. dan C. quadrangularis pada kelompok P2 dan P3 berpengaruh terhadap peningkatan jumlah netrofil yang menginvasi cairan intraperitoneal secara dibandingkan kelompok P1 yang diberi ekstrak P. australis dan diinjeksi E. coli.

41 4.2 Pembahasan Netrofil polimorfonuklear (PMN) merupakan bagian dari leukosit yang berperan penting dalam pertahanan tubuh terhadap infeksi bakteri. Netrofil polimorfonuklear (PMN) juga dapat menyerang dan menghancurkan bakteri serta biasanya juga yang memberikan tanggapan pertama terhadap infeksi bakteri (Baratawidjaja, 2006). Beberapa faktor yang mempengaruhi proses invasi netrofil dari endotel vaskular menuju jaringan yaitu karena masuknya benda asing dan adanya sitokin serta mediator-mediator radang yang dilepas oleh sel imun sebagai respons masuknya benda asing (Janeway et al., 2001; Underwood, 1999). Invasi netrofil terjadi dalam 6 tahap yaitu rolling, activation, adhesion, transendothelial migration, kemotaksis dan fagositosis. Invasi netrofil diawali oleh masuknya antigen dan terjadi pengenalan antigen tersebut oleh makrofag yang sudah berada di jaringan (Janeway et al., 2001). Antigen yang digunakan dalam penelitian ini adalah bakteri E. coli. 4.2.1 Pengaruh infeksi E. coli terhadap invasi netrofil Escherichia coli merupakan bakteri gram negatif yang berbentuk batang, termasuk ke dalam famili Enterobakteriaceae. E. coli juga disebut coliform fekal karena ditemukan di dalam usus hewan dan manusia. E. coli sering digunakan sebagai indikator kontaminasi kotoran (Anonimous, 2008).

42 Bakteri E. coli seperti bakteri gram negatif lainnya yang memilki dinding sel yang terdiri dari lapisan peptidoglikan. Membran luarnya terdiri dari lipoprotein, fosfolipid dan lipopolisakarida (LPS) atau yang dikenal dengan endotoksin (Tortora, 2002). Lipopolisakarida terdiri dari dua bagian utama yaitu bagian polisakarida dan bagian lipid yang kemudian dikenal dengan nama lipid A. Pengujian bioaktivitas yang telah dilakukan oleh Winarno (1995) menunjukkan bahwa lipid A merupakan active center dan bertanggung jawab terhadap endotoxin activities bakteri gram negatif. Toksisitas LPS terletak pada bagian lipid A molekul dan berperan penting dalam proses aktivasi netrofil (Baratawidjaja, 1991; Tim Mikrobiologi UB, 2003). Makrofag memiliki berbagai macam reseptor yang berguna untuk mengenali dan mengikat antigen. Beberapa contoh reseptor-reseptor yang spesifik terhadap LPS yang dimiliki dinding sel bakteri antara lain CD14, Toll Like Receptors 4 (TLR 4), scavenger receptor, dan mannose receptor (Baratawidjaya, 2006; Taylor et al., 2005). Lipopolisakarida (LPS) berperan sebagai Pathogen-Associated Molecular Pattern (PAMPs) yang dapat dikenali oleh makrofag melalui reseptor Pattern-Recognition Receptors (PRRs). Pattern-Recognition Receptor berdasarkan fungsi terdiri dari dua macam yaitu Endocytic-PRR dan Signaling-PRR. Reseptor yang termasuk dalam Endocytic Pattern-Recognition Receptors adalah scavenger receptor dan mannose receptor sedangkan reseptor yang termasuk dalam Signaling Pattern-Recognition Receptors adalah TLR4 dan CD14. Endocytic Pattern-Recognition Receptor dapat berikatan dengan LPS yang berperan sebagai PAMPs akan mengakibatkan terjadinya

43 fagositosis pada makrofag. Lain halnya dengan Signaling Pattern-Recognition Receptors yang apabila berikatan dengan LPS yang berperan sebagai PAMPs maka akan mengakibatkan sintesis dan sekresi sitokin. Ketika terdapat LPS dalam cairan tubuh, maka suatu protein plasma yang disebut LPS-binding protein (LBP) akan mengikatnya. Ikatan LPS-LBP tersebut kemudian berikatan dengan CD14 pada permukaan fagosit dan berasosiasi dengan TLR4. Toll Like Receptors 4 (TLR4) yang berasosiasi dengan kompleks LPS-LBP-CD14 kemudian mengirimkan sinyal ke nukleus untuk mengaktivasi Nucleus Factor kappa B (NFκB), yaitu suatu faktor transkripsi yang memicu produksi sitokin dan kemokin. Lipopolisakarida (LPS) dapat berikatan secara efektif pada reseptor permukaan makrofag bila terdapat LBP (Burmester dan Pezzutto, 2003; Janeway, et al., 2001). Makrofag yang berada di jaringan diaktifkan oleh reseptor permukaan yang mengikat lipopolisakarida (LPS) yang dimiliki dinding sel bakteri. Aktivasi makrofag tersebut menyebabkan terjadinya sekresi sitokin (IL-1, IL-6, TNF-α) dan sekresi kemokin. Sekresi sitokin menyebabkan perubahan diameter pembuluh darah sehingga menyebabkan peningkatan permeabilitas vaskular. Peningkatan permeabilitas vaskular menyebabkan keluarnya plasma untuk masuk ke dalam jaringan sedangkan sel darah tertinggal dalam pembuluh darah mengakibatkan cairan yang meninggalkan pembuluh darah lebih banyak daripada yang kembali masuk. Hal ini menyebabkan viskositas darah menjadi meningkat dan aliran darah menjadi lambat sehingga terjadi vasodilatasi pada sel endotel. Naiknya permeabilitas vaskular dapat mengaktifkan sel endotel untuk mensekresi IL-8 menyebabkan terjadi invasi netrofil yang ditandai oleh

44 rolling, activaton, adhesion dan transendothelial migration yang memungkinkan netrofil menuju tempat terjadinya infeksi (diapedesis). Atas pengaruh sekresi kemokin yang berperan dalam sinyal kemotaktik akan merangsang terjadinya kemotaksis netrofil sehingga dapat mengarahkan netrofil menuju sasaran (Guyton dan Hall, 1997; Underwood, 1999). Jadi, faktor yang berpengaruh terhadap jumlah netrofil yang menginvasi adalah IL-8. Sintesis IL-8 tergantung pada banyaknya sitokin yang disekresikan oleh makrofag. Banyaknya sitokin yang disekresikan oleh makrofag tergantung pada efektivitas ikatan antara kompleks LPS-LBP dengan kompleks reseptor CD14 dan TLR4. Efektivitas ikatan tersebut tergantung pada banyaknya LBP dan kompleks reseptor. Hal ini ditunjukkan pada hasil uji t dimana jumlah netrofil kelompok kontrol dan diinjeksi E. coli (K2) dengan kelompok kontrol tanpa injeksi E. coli (K1). Hal ini menunjukkan bahwa terjadi invasi netrofil kelompok kontrol dan diinjeksi E. coli (K2) sehingga memberikan pengaruh yang pada peningkatan jumlah netrofil yang menginvasi cairan intraperitoneal setelah infeksi bakteri E. coli. Peningkatan jumlah netrofil dapat disebabkan oleh adanya bakteri, reaksi hipersensitivitas, agen fisik, bahan kimia yang korosif dan nekrosis jaringan (Underwood, 1999). Hal ini didukung oleh Anderson et al. (1995) bahwa peningkatan

45 jumlah netrofil dapat terjadi salah satunya karena LPS (lipopolisakarida) yang dimiliki oleh dinding sel bakteri. 4.2.2 Pengaruh ekstrak teripang terhadap invasi netrofil Pada penelitian ini, digunakan teripang P. australis, Phylloporus sp., dan C. quadrangularis. Teripang yang digunakan tersebut masih perlu dilakukan penelitian lebih lanjut akan adanya kandungan glikosida triterpen yang dimungkinkan dapat bermanfaat sebagai bahan peningkat imun (imunostimulator). Ekstrak teripang yang diberikan diduga mengandung bahan peningkat imun (imunostimulator) yang diduga bekerja dalam peningkatkan sintesis protein reseptor pada makrofag dalam sintesis IL-1, IL-6 dan TNF-α sehingga dapat meningkatkan jumlah invasi netrofil menuju jaringan lebih banyak (Aminin et al, 2006; Underwood, 1999). Berdasarkan hasil penelitian, Pada jumlah netrofil pada kelompok kontrol dan diinjeksi E. coli (K2) dengan kelompok yang diberi suspensi ekstrak teripang P. australis dan diinjeksi E. coli (P1) terdapat perbedaan yang tidak. Hal ini menunjukkan bahwa ekstrak teripang P. australis tidak memberikan pengaruh terhadap jumlah netrofil yang menginvasi cairan intraperitoneal. Sedangkan, jumlah netrofil pada kelompok yang diberi suspensi ekstrak teripang Phylloporus sp. dan diinjeksi E. coli (P2) dan kelompok yang diberi suspensi ekstrak teripang C. quadrangularis dan diinjeksi E. coli (P3) menunjukkan perbedaan yang dengan jumlah netrofil pada kelompok kontrol dan diinjeksi E. coli (K2). Hal ini menunjukkan bahwa ekstrak teripang Phylloporus sp. dan C. quadrangularis

46 memiliki pengaruh dan potensi yang sama terhadap peningkatan jumlah netrofil yang menginvasi cairan intraperitoneal secara dibandingkan kelompok P1 yang diberi ekstrak P. australis dan diinjeksi E. coli. Hal tersebut dapat terjadi kemungkinan karena peningkatan sintesis signaling receptor sehingga terjadi peningkatan jumlah reseptor yang ada di permukaan makrofag. Peningkatan jumlah reseptor tersebut akan meningkatkan efektivitas ikatan antara LPS dengan reseptor. Kemungkinan yang kedua yaitu jika bahan aktif yang berperan dalam teripang Phylloporus sp. dan C. quadrangularis adalah glikosida triterpen, maka glikosida triterpen dapat memperbaiki fungsi hepar seperti yang disebutkan oleh Aminin et al., (2008) yang menyatakan bahwa glikosida triterpen yang dimiliki teripang ternyata dapat membantu memperbaiki fungsi hati. Perbaikan fungsi hepar akan meningkatkan sintesis LBP yang akan mengikat LPS. Terikatnya LPS pada LBP diketahui dapat meningkatkan efektivitas ikatan antara signaling receptor dengan LPS sehingga akan meningkatkan sintesis kemokin dan sitokin yang diperlukan untuk netrofil dalam menginvasi ke cairan intraperitoneal. Meskipun ekstrak teripang Phylloporus sp. dan C. quadrangularis memiliki pengaruh dan potensi yang sama, tetapi ekstrak teripang C. quadrangularis perlu dipertimbangkan lagi terhadap manfaatnya sebagai imunostimulator yang dapat meningkatkan respons imun dalam tubuh dikarenakan ekstrak teripang C. quadrangularis tidak mudah dikonsumsi.