BAB 1 PENDAHULUAN. yang saat ini mulai bermunculan di Indonesia yaitu Baitul Ma>l wat. BMT adalah singkatan dari Baitul Ma>l wat Tamwi>l yaitu

dokumen-dokumen yang mirip
RESCHEDULING PEMBIAYAAN MURA<BAHAH MUSIMAN

BAB I PENDAHULUAN. dan pembangunan nasional. Kegiatan utama dari perbankan syariah adalah

BAB I PENDAHULUAN. semakin pesat ditetapkan Undang-undang Nomor 21 tahun 2008 tentang. perbankan syariah dan Undang-undang Nomor 10 Tahun 1998tentang

BAB I PENDAHULUAN. 1 Ismail, Perbankan Syariah, Prenadamedia Group, Jakarta, 2011, hlm 29-30

BAB IV. ANALISIS PENYELAMATAN PEMBIAYAAN BERMASALAH PADA PRODUK GRIYA ib HASANAH DI PT BANK BNI SYARIAH KANTOR CABANG SURABAYA

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan masyarakat adalah kegiatan pinjam-meminjam. Pinjam-meminjam

BAB I PENDAHULUAN. fatwa MUI yang mengharamkan bunga bank. 1. nilai-nilai syariah berusaha menciptakan suatu keadilan di bidang ekonomi.

BAB I PENDAHULUAN. tabungan dan pembiayaan, Bank Syariah, Baitul Mal wat Tamwil (BMT),

BAB I PENDAHULUAN. kebutuhan jangka pendek dan jangka panjang dari keinginan konsumen.

BAB I PENDAHULUAN. Dalam dunia modern sekarang ini, peranan perbankan dalam. memajukan perekonomian suatu negara sangatlah besar. Hampir semua sektor

BAB III MUSIMAN BERMASALAH DI KJKS BMT MANDIRI SEJAHTERA KARANGCANGKRING CABANG BALONGPANGGANG : KOPERASI BMT MANDIRI SEJAHTERA KARANGCANGKRING

BAB I PENDAHULUAN. dana. Hal ini sesuai dengan fungsi lembaga keuangan itu sendiri. 1

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Muhammadiyah dalam bentuk lembaga keuangan syari ah, yang sudah

BAB IV DI BANK BNI SYARIAH KANTOR CABANG SURABAYA. A. Analisis tentang Prosedur-Prosedur Pemberian Pembiayaan Mura>bah}ah di

BAB III PEMBAHASAN. A. Prosedur Pengelolaan Pembiayaan Murabahah Bermasalah Di BPRS. 1. Penerapan Pembiayaan Murabahah

BAB IV ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN. A. Mekanisme Pembiayaan Konsumtif di KOPSIM NU Batang

BAB I PENDAHULUAN. kegiatan-kegiatannya dibidang keuangan, menarik uang dari dan. menyalurkannya kedalam masyarakat. 1

BAB IV ANALISIS EFEKTIVITAS PENANGANAN PEMBIAYAAN MACET DAN EKSEKUSI JAMINAN PRODUK KPR AKAD MURA>BAH}AH DI BNI

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR : 5/ 19 /PBI/2003 TENTANG PERLAKUAN KHUSUS TERHADAP KREDIT ATAU PEMBIAYAAN BANK PERKREDITAN RAKYAT PASCA TRAGEDI BALI

BAB IV. IMPLEMENTASI FATWA DSN-MUI No.23/DSN-MUI/III/2002 PADA POTONGAN PELUNASAN DALAM MURABAHAH DI BNI SYRIAH CABANG PEKALONGAN

BAB I PENDAHULUAN. hal Ahmad Hasan Ridwan, Manajemen Baitul Mal Wa Tamwil, Bandung: Pustaka Setia, 2013,

diinginkan nasabah kepada pihak lainnya seperti kepada supplier yang Baitul māl wa tamwīl (BMT) Amanah Ummah cabang Sukoharjo

BAB IV PEMBAHASAN. A. Faktor Yang Menyebabkan timbulnya Pembiayaan Bermasalah. diperlukan adanya pertimbangan serta kehati-hatian agar kepercayaan

BAB I PENDAHULUAN. ini tidak hanya lembaga keuangan perbankan, namun juga dijalankan oleh lembaga

MUD{A<RABAH PADA NASABAH BERMASALAH DI BMT MUDA

BAB IV ANALISIS PELAKSANAAN DENDA PADA PEMBIAYAAN BERMASALAH MENURUT FATWA DSN-MUI NO 17/DSN MUI/IX/2000 DI KJKS MADANI KOTA PEKALONGAN

BAB IV ANALISIS PENGGUNAAN DUA AKAD DALAM SATU TRANSAKSI KARANGCANGKRING JAWA TIMUR CABANG PASAR KRANJI PACIRAN LAMONGAN MENURUT HUKUM ISLAM

BAB I PENDAHULUAN. dalam rangka mengatasi krisis tersebut. Melihat kenyataan tersebut banyak para ahli

BAB I PENDAHULUAN. syariah membawa konsekuensi adanya penghapusan bunga secara mutlak. 1. Firman Allah swt. dalam surah Ali Imran ayat 130:

BAB I PENDAHULUAN. melalui pembiayaan yang menggunakan prinsip-prinsip syariah. Pada zaman

BAB I PENDAHULUAN. jangka panjang dan memaksimalkan kesejahteraan manusia (fala>h{). Fala>h{

BAB I PENDAHULUAN. hlm. 5

BAB I PENDAHULUAN. dana dari pihak yang berkelebihan untuk kemudian di salurkan kepada pihak yang

BAB 1 PENDAHULUAN. Unit Usaha Syariah (UUS) dengan total Aset sebesar Rp. 57 triliun (Republika :

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Lembaga keuangan seperti perbankan merupakan instrumen penting. syariah telah memasuki persaingan berskala global,

BAB I PENDAHULUAN. Sistem bank mana yang dimaksud adalah perbankan yang terbebas dari praktik

BAB III LUMAJANG. berbeda beda untuk jangka waktu cicilan yang berbeda. Penerapan keuntungan transaksi pembiayaan mura>bah{ah ditetapkan

BAB IV ANALISIS DATA. A. Analisis Faktor-Faktor Pembiayaan Murabahah Bermasalah. Pembiayaan dalam Pasal 1 butir 12 UU No. 10 Tahun 1998 jo. UU No.

BAB I PENDAHULUAN. merupakan suatu agama yang mengajarkan prinsip at ta awun yakni saling

RESCHEDULING NASABAH DEFAULT PEMBIAYAAN MURA>BAH}AH

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Lembaga Keuangan Syariah secara informal dimulai sebelum

BAB I PENDAHULUAN. Islam merupakan agama yang memiliki aturan-aturan untuk mengatur

BAB I PENDAHULUAN. 1 Hermansyah, Hukum Perbankan Nasional Indonesia, (Jakarta: Kencana, 2006), hlm.3

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat. Adapun salah satu ukuran keberhasilan suatu bank adalah

BAB 1 PENDAHULUAN. keuangan, yaitu lembaga keuangan bank dan non bank. Lembaga keuangan bank

GUBERNUR BANK INDONESIA,

BAB IV ANALISIS PEMBIAYAAN BERMASALAH DAN PENANGANANNYA DI KOSPIN JASA LAYANAN SYARIAH PEMALANG

BAB 1 PENDAHULUAN. perhatian yang cukup serius dari masyarakat. Hal ini dibuktikan dengan semakin

BAB I PENDAHULUAN. seperti halnya bank konvensional juga berfungsi sebagai suatu lembaga

BAB I PENDAHULUAN. Baitul Maal wat Tamwil dan Koperasi Syariah merupakan lembaga

BAB I PENDAHULUAN. peningkatan yang berarti di Indonesia maupun dunia. Ekonomi Islam juga

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pemilihan Judul

BAB IV PEMBAHASAN DAN HASIL PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. Muhamad, Sistem Bagi Hasil dan Pricing Bank Syariah, Yogyakarta: UII Press, 2016, h. 1.

GUBERNUR BANK INDONESIA,

mura>bahah terdapat berbagai formulasi definisi yang berbeda-beda

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR: 6/18/PBI/2004 TENTANG GUBERNUR BANK INDONESIA,

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR: 10/18/PBI/2008 TENTANG RESTRUKTURISASI PEMBIAYAAN BAGI BANK SYARIAH DAN UNIT USAHA SYARIAH.

BAB I PENDAHULUAN. intermediasi yang menghubungkan antara pihak-pihak yang kelebihan (surplus) dana

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB V PEMBAHASAN. dipaparkan pada bab sebelumnya. Sebagaimana yang ditegaskan dalam teknik analisa data

BAB IV. A. Analisis Aplikasi Akad Mura>bah}ah di BMT Mandiri Sejahtera Jl. Raya Sekapuk Kecamatan Ujung Pangkah Kabupaten Gresik.

BAB 5 PENUTUP. 5.1 Simpulan. Penelitian yang dilakukan oleh peneliti pada PT. BPR Syariah Karya Mugi

BAB I PENDAHULUAN. umum dan meliputi seluruh aspek kehidupan manusia. Agama islam tidak hanya meliputi

BAB 1 PENDAHULUAN. perdagangan dan dunia usaha maupun jasa lainnya. demokrasi ekonomi dan menggunakan prinsip kehati-hatian.

BAB I PENDAHULUAN. Asuransi Syariah (AS), Baitul Maal Wat Tamwil (BMT), dan Unit Simpan

BAB I PENDAHULUAN. peningkatan yang berarti di Indonesia maupun dunia. Ekonomi Islam juga

BAB IV ANALISIS PENETAPAN MARGIN PADA PEMBIAYAAN MURA>BAH{AH DI BSM LUMAJANG DALAM TINJAUAN FATWA DEWAN SYARIAH NASIONAL-MUI

BAB I PENDAHULUAN. beragama Islam, bank juga telah mengeluarkan sejumlah produk yang

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat dapat mengetahui produk apa yang akan mereka butuhkan.

Apriliana Fidyaningrum dan Nasyitotul Jannah Fakultas Agama Islam, Universitas Muhammadiyah Magelang

BAB II LANDASAN TEORI TEORI PEMBIAYAAN MURABAHAH DAN PENYELESAIAN PEMBIAYAAN BERMASALAH

BAB IV HASIL PENELITIAN. A. Analisis penyebab dan penanganan pembiayaan murabahah bermasalah. Analisis pemberian pembiayaan yang dilakukan oleh setiap

BAB V PEMBAHASAN. A. Implementasi Minimalisasi Risiko Pembiayaan Murabahah Di Bank. Muamalat Indonesia Cabang Pembantu Tulungagung.

BAB V PENUTUP. A. Kesimpulan. Berdasarkan hasil dari penelitian yang telah diuraikan pada bab. sebelumnya maka peneliti menyimpulkan sebagai berikut :

BAB V PEMBAHASAN. Pembiayaan Syariah (KSPPS) Baitul Izza Sejahtera ini bertujuan untuk

BAB I PENDAHULUAN. usahanya berdasarkan prinsip syariah, yaitu aturan perjanjian (akad) antara

BAB IV PEMBAHASAN. ( Data Jumlah Pembiayaan kantor cabang Gunungpati II tahun )

BAB I BAB V PENUTUP PENDAHULUAN. Bab ini merupakan bab penutup yang berisi. 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. yang melekat pada konsep (build in concept) dengan berorientasi pada

BAB I PENDAHULUAN. sesuai dengan Al-Qur an dan Hadist Nabi Muhammad SAW. Al-Qur an dan

Bab I. Pendahuluan. Syariah (LKMS) yang berbentuk Bank Pembiayaan Rakyat Syariah (BPRS).

BAB I PENDAHULUAN. Makhalul Ilmi, Teori dan Praktek Lembaga Mikro Keuangan Syariah, UII Press, Yogyakarta, 2002, hlm.91. 2

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Mura>bah}ah merupakan produk finansial yang berbasis ba i atau jual beli.

BAB 1 PENDAHULUAN. bagi hasil, bahkan memungkinkan bank untuk menggunakan dual system,

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. simpanan uang, meminjamkan uang, dan menerbitkan banknote dengan kegiatan

BAB I PENDAHULUAN. usahanya. Sedangkan bank adalah sebuah lembaga atau perusahaan yang aktifitasnya

BAB I PENDAHULUAN. Pertumbuhan ekonomi Indonesia pada tahun 2011 mengalami tumbuh sebesar

BAB I PENDAHULUAN. dalam kurun waktu akhir-akhir ini banyak bermunculan lembaga keuangan

BAB I PENDAHULUAN. Islam, seperti halnya bank konvensional, juga berfungsi sebagai suatu

BAB I PENDAHULUAN. Islam, Yogyakarta, Darma Bakti Wakaf, 1992, h Karnaen Perwata Atmaja dan Muhamad Syafii Antonio, Apa Dan Bagaimana Bank

BAB I PENDAHULUAN. kembali pada ajaran agama terutama dalam bidang keuangan, ini terbukti

BAB I PENDAHULUAN. informasi ekonomi untuk membuat pertimbangan dan mengambil. Standart Akuntansi Keuangan (PSAK) sudah diatur peraturan tentang

BAB I PENDAHULUAN. 1 Subandi, Ekonomi Koperasi, (Bandung: Alfabeta, 2015), 14

BAB I PENDAHULUAN Muhammad Ridwan, Manajemen Baitul Maal Wat Tamwil (BMT), Yogyakarta: UII. Press, 2005, h. 1.

BAB I PENDAHULUAN. Diterbitkannya fatwa Majelis Ulama Indonesia (MUI) tahunn 2003 yang

PENDAHULUAN. 7% dari total UMKM berhasil meningkatkan statusnya, baik dari mikro menjadi

BAB I PENDAHULUAN. 2014, h Mardani, Aspek Hukum Lembaga Keuangan Syariah di Indonesia, Jakarta:

Transkripsi:

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Industri keuangan syariah di Indonesia memiliki potensi untuk terus tumbuh dan memiliki kemanfaatan yang besar bagi perekonomian Indonesia. Industri keuangan non bank yang berbasis syariah juga menjadi salah satu pilar kekuatan di industri keuangan syariah, yang perkembangannya diharapkan bisa ikut menumbuhkan perekonomian syariah di Indonesia. Salah satu industri keuangan non bank yang paling sederhana yang saat ini mulai bermunculan di Indonesia yaitu Baitul Ma>l wat Tamwi>l (BMT). Keberadaan BMT ini merupakan usaha untuk memenuhi keinginan sebagai Islam yang menginginkan jasa layanan bank syariah untuk mengelola perekonomiannya. Peran ini tentu saja sebagai upaya untuk mewujudkan sistem keuangan yang adil. Oleh karena itu keberadaannya perlu mendapat dukungan dari segenap lapisan masyarakat muslim. BMT adalah singkatan dari Baitul Ma>l wat Tamwi>l yaitu Lembaga Keuangan Mikro (LKM) yang beroperasi berdasarkan prinsipprinsip syariah. Di Indonesia, masing-masing BMT memiliki beberapa nama yang diperlihatkan pada papan nama dan identitas lainnya. Ada lembaga keuangan mikro syariah yang menyebut diri sebagai Koperasi 1

2 Jasa Keuangan Syariah (KJKS), dan yang secara lengkap menyatakan diri sebagai KJKS BMT dengan tambahan nama tertentu. 1 KJKS BMT Mandiri Sejahtera Karangcangkring cabang Balongpanggang dalam menjalankan usahanya tidak dapat dipisahkan dari konsep-konsep syariah yang mengatur produk dan operasionalnya. Konsep syariah akan selalu dijadikan pijakan dalam mengembangkan produk-produk lembaga keuangan syariah (BMT). Pada operasi lembaga keuangan syariah, pemilik dana menanamkan modalnya di lembaga keuangan syariah (BMT) tidak dengan motif mendapatkan bunga, tetapi dalam rangka mendapatkan keuntungan bagi hasil. Dana nasabah tersebut kemudian disalurkan kepada mereka yang membutuhkan (misalnya modal usaha) dengan penjanjian pembagian keuntungan sesuai kesepakatan. Produk yang dominan atau yang banyak dimanfaatkan oleh nasabah khususnya produk penyaluran dana di KJKS BMT Mandiri Sejahtera Karangcangkring cabang Balongpanggang Gresik adalah mura>bahah. Mura>bahah merupakan salah satu konsep perjanjian dalam fiqh Islam, oleh karenanya tidak salah bila konsep ini telah banyak digunakan dalam bank syariah maupun lembaga keuangan Islam lainnya. 2 1 Awalil Rizki, Perkembangan BMT dari Tahun ke Tahun, Puskopsya Lampung http://www.puskopsyahlampung.com/2013/05/perkembangan-bmt-dari-tahun-ketahun.html, diakses 27 April 2015. 2 Muhammad, Sistem dan Prosedur Operasional Bank Syariah, (Yogyakarta:UII Press, 2001), 22.

3 Banyaknya jumlah nasabah yang menggunakan produk mura<bahah dikarenakan sistem mura>bahah menguntungkan bagi kedua belah pihak yaitu nasabah dan bank. Kebijakan-kebijakan bank dalam menyalurkan pembiayaan muraba>hah tidak terlalu memberatkan para nasabah sehingga hal tersebut mudah untuk disalurkan kepada nasabah. Dalam akad mura>bahah pada umumnya nasabah dalam membayar barang yang dibeli dari bank dilakukan dengan cara mengangsur sesuai dengan kesepakatan nasabah dengan pihak bank. Keuntungan pada pembiayaan mura>bahah bagi pihak bank adalah pendapatan yang diperoleh dapat diprediksikan. Hal tersebut karena dalam sistem mura>bahah menggunakan sistem mark up dalam mengambil keuntungan. Sistem mark up adalah sistem dimana pihak bank selaku penjual mengambil keuntungan dari harga pokok barang tersebut dan dengan persetujuan nasabah selaku pembeli. Setelah kesepakatan terjadi antara kedua belah pihak, maka nasabah harus membayar kepada bank sesuai dengan harga yang telah disepakati dalam jangka waktu yang telah ditentukan. Pada waktu jatuh tempo, nasabah membayar margin dan harga pokok yang telah disepati. 3 Dalam setiap pembiayaan dalam lembaga keuangan syariah terdapat beberapa resiko, walaupun sebelum melakukan pembiayaan telah lebih dahulu diadakan analisis tidak terkecuali dengan pembiayaan mura>bahah. Resiko yang biasa muncul dalam pembiayaan 3 Karnaen Prawiratemaja, dan Syafi I Antonio, Apa dan Bagaimana Bank Islam, (Yogyakarta: Dana Bhakti Wakaf, 1992), 26.

4 mura>bahah adalah resiko yang terkait dengan pembayaran. Bahwa dalam mengangsur kepada lembaga atau bank, nasabah tidak bisa membayar angsuran ketika jatuh tempo. Faktor yang sering ditemui ketika nasabah tidak mampu membayarnya yaitu nasabah yang terkena bencana dan di PHK, artinya bahwa nasabah benar-benar tidak dapat membayar kepada pihak bank. Allah SWT berfirman (Al-Baqarah:280) dan jika (orang yang berhutang itu) dalam kesukaran, Maka berilah tangguh sampai Dia berkelapangan. 4 Keadaan ini akan berdampak pada bank yaitu bank harus menanggung resiko. Inilah salah satu resiko dalam perbankan yaitu yang dikenal dengan kredit macet. Resiko pembiayaan adalah resiko dimana bank tidak memperoleh kembali cicilan pokok dan keuntungan dari peminjam atau investasi yang dilakukannya. 5 Untuk mengatasi resiko pembiayaan akibat nasabah yang tidak mampu membayar angsurannya tersebut bank dapat melaksanakan langkah-langkah supaya modal yang dikeluarkan dan keuntungan dapat kembali lagi. Dalam peraturan perundang-undangan yang berlaku bagi bank yang melaksanakan kegiatan berdasarkan prinsip syariah, terdapat beberapa ketentuan Bank Indonesia yang memberikan salah satu upaya untuk meminimalkan potensi kerugian yang disebabkan oleh 4 Departemen Agama RI, Al-Qur an dan Terjemahannya, (Bandung: CV. Penerbit Diponegoro, 2010), 429. 5 Muhammad, Manajemen Bank Syariah, (Yogyakarta: YPKN, 2000), 268.

5 pembiayaan bermasalah, yaitu: Peraturan Bank Indonesia No. 10/18/PBI/2008 tentang Restrukturisasi pembiayaan bagi bank syariah dan unit usaha syariah. Restrukturisasi pembiayaan adalah upaya yang dilakukan bank dalam rangka membantu nasabah agar dapat menyelesaikan kewajibannya, antara lain melalui: 1. Penjadwalan kembali (rescheduling), yaitu perubahan jadwal pembayaran kewajiban nasabah atau jangka waktunya. 2. Persyaratan kembali (reconditioning), yaitu perubahan sebagian atau seluruh persyaratan pembiayaan, antara lain perubahan jadwal pembayaran, jumlah angsuran, jangka waktu dan/atau pemberian potongan sepanjang tidak menambah sisa kewajiban nasabah yang harus dibayarkan kepada bank. 3. Penataan kembali (restructuring), yaitu perubahan persyaratan pembiayaan tidak terbatas pada rescheduling atau reconditioning. 6 Upaya yang dilakukan oleh KJKS BMT Mandiri Sejahtera Karangcangkring cabang Balongpanggang untuk penyelamatan kredit bermasalah adalah dengan melakukan penjadwalan kembali (rescheduling) terhadap nasabah yang tidak dapat membayar kepada pihak BMT. Rescheduling merupakan upaya yang dilakukan BMT untuk menangani kredit masalah dengan membuat penjadwalan kembali. Penjadwalan kembali dapat dilakukan kepada nasabah yang mempunyai iktikad baik akan tetapi tidak memiliki kemampuan untuk 6 Faturrahman Djamil, Penyelesaian Pembiayaan Bermasalah di Bank Syariah, (Jakarta:Sinar Grafika, 2012), 83-84.

6 membayar angsuran pokok maupun angsuran margin dengan jadwal yang telah diperjanjikan. Penjadwalan kembali dilakukan oleh bank dengan harapan nasabah dapat membayar kembali kewajibannya. 7 Langkah tersebut dilandasi dengan Fatwa Dewan Syariah Nasional yaitu Fatwa DSN No. 48/DSN-MUI/II/2005 tentang Penjadwalan Kembali Tagihan Mura>bahah. Di dalam Fatwa ini dijelaskan bahwa lembaga keuangan syariah boleh melakukan penjadwalan kembali (rescheduling) tagihan mura>bahah bagi nasabah yang tidak bisa menyelesaikan atau melunasi pembiayaannya sesuai jumlah dan waktu yang telah disepakati, dengan ketentuan : 1. Tidak menambah jumlah tagihan yang tersisa. 2. Pembebanan biaya dalam proses penjadwalan kembali adalah biaya riil. 3. Perpanjangan masa pembiayaan harus berdasarkan kesepakatan kedua belah pihak. Mekanisme penjadwalan kembali (rescheduling) pembiayaan mura>bahah musiman bermasalah yang dilakukan oleh BMT Mandiri Sejahtera yaitu nasabah yang waktu jatuh tempo belum bisa melunasi pembiayaannya, nasabah harus melunasi margin terlebih dahulu, kemudian dilakukan akad ulang dengan nominal sama dengan akad pembiayaan awal (margin dan pokok) dengan tujuan akad yang kedua, pokok digunakan untuk melunasi pembiayaan akad yang pertama. Dan 7 Ismail, Manajemen Perbankan dari Teori menuju Aplikasi, (Jakarta: Kencana Prenadamedia Group, 2010), 128.

7 selebihnya nasabah melakukan angsuran pembiayaan yang kedua yaitu pokok dan margin yang kedua nominalnya sama dengan pokok dan margin yang awal. Margin yang dikenakan kepada nasabah untuk pembiayaan bulanan yaitu sebesar 20% per tahun atau 1,6% per tahun. Sedangkan untuk margin pembiayaan musiman yang dikenakan kepada nasabah yaitu sebesar2,25% per bulan dari pokok pembiayaan. Masyarakat Kecamatan Balongpanggang banyak yang menggunakan pembiayaan mura>bahah musiman dikarenakan waktu membayar angsuran mereka hanya mengandalkan hasil panen dari sawah, hasil panen yang tidak setiap bulan tidak bisa diandalkan, jadi mereka lebih memilih pembiayaan yang bersifat musiman. Salah satu contoh studi kasus pembiayaan mura>bahah musiman bermasalah di KJKS BMT Mandiri Sejahtera Karangcangkring cabang Balongpanggang adalah: Pak Muda (inisial) mempunyai pembiayaan mura>bahah musiman di KJKS BMT Mandiri Sejahtera Karangcangkring cabang Balongpanggang sebesar Rp 15.000.000,00 dan dikenakan margin sebesar 9% yaitu Rp 1.350.000,00 dalam jangka waktu 1 musiman (4 bulan) dengan pembayaran satu kali angsuran di akhir bulan. Pada akhir jangka waktu yang ditentukan tersebut Pak Muda tidak bisa membayar angsurannya. Oleh pihak BMT Pak Muda disarankan untuk melakukan rescheduling dengan syarat membayar margin (pembiayaan yang awal)

8 sebesar Rp. 1.350.000,00 dan biaya administrasi (pembiayaan yang kedua). Setelah diakad ulang Pak Muda masih menanggung beban margin dan pokok pembiayaan yaitu sebesar Rp. 15.000.000,00 (pokok) dan Rp. 1.350.000,00 (margin). 8 Dengan beban setoran yang baru tersebut dan nasabah masih dalam kondisi lemah, sangat dimungkinkan kemacetan setoran dapat terjadi kembali. Sebab nasabah tidak hanya harus membayar pokok pada pembiayaanya yang baru tetapi juga disertai dengan pembayaran margin yang baru pula. Sehingga, pembayaran dua kali margin tersebut tidak meringankan beban nasabah, justru membebankan nasabah untuk melunasi pembiayaannya. Analisis rescheduling inilah yang menarik perhatian peneliti sehingga peneliti perlu untuk dilakukan penelitian lebih lanjut. Berdasarkan latar belakang ini penulis melakukan penelitian skripsi dengan judul Analisis Penentuan Pembayaran Margin pada Proses Rescheduling Pembiayaan Mura>bahah Musiman Bermasalah di KJKS BMT Mandiri Sejahtera Karangcangkring Cabang Balongpanggang. 8 Khoirul Zuhad (Legal KJKS BMT Mandiri Sejahtera Karangcangkring cabang Balongpanggang), Wawancara, Gresik, 19 September 2015.

9 B. Identifikasi dan Batasan Masalah 1. Identifikasi Masalah Dari latar belakang masalah di atas, maka dapat diketahui bahwa pokok penelitian yang akan dikaji adalah : 1) Aplikasi akad yang berlaku di KJKS BMT Mandiri Sejahtera Karngacangkring cabang Balongpanggang Gresik. 2) Mekanisme rescheduling pada pembiayaan Mura>bahah Musiman bermasalah di KJKS BMT Mandiri Sejahtera Karangcangkring cabang Balongpanggang Gresik. 3) Dampak penentuan pembayaran magrgin pada proses rescheduling pembiayaan mura>bahah musiman bermasalah di KJKS BMT Mandiri Sejahtera Karangcangkring cabang Baongpanggang Gresik. 2. Batasan Masalah Dalam penelitian ini agar mendapatkan hasil yang baik, maka perlu dibatasi, yaitu : 1) Mekanisme penentuan pembayaran margin pada proses rescheduling pembiayaan mura>bahah musiman bermasalah di KJKS BMT Mandiri Sejahtera Karangcangkring cabang Balongpanggang Gresik. 2) Dampak penentuan pembayaran margin pada proses rescheduling pembiayaan mura>bahah musiman bermasalah di

10 KJKS BMT Mandiri Sejahtera Karangcangkring cabang Balongpanggang Gresik. C. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan diatas, dapat dirumuskan masalah yang menjadi pokok bahasan penelitian ini adalah : 1. Bagaimana mekanisme penentuan pembayaran margin pada proses rescheduling pembiayaan mura>bahah musiman bermasalah di KJKS BMT Mandiri Sejahtera Karangcangkring cabang Balongpanggang? 2. Bagaimana dampak penentuan pembayaran margin pada proses rescheduling pembiayaan mura>bahah musiman bermasalah di KJKS BMT Mandiri Sejahtera Karangcangkring cabang Balongpanggang? D. Kajian Pustaka Kajian pustaka ini pada intinya adalah untuk mendapatkan gambaran umum tentang topik yang akan diteliti dengan penelitian yang pernah dilakukan sebelumnya, sehingga tidak ada pengulangan penelitian. Masalah pembiayaan mura>bahah dan rescheduling sesungguhnya telah banyak yang membahas dan meneliti. Sedangkan pembayaran margin pada proses rescheduling pembiayaan mura>bahah dalam judul Analisis Penentuan Pembayaran Margin pada Proses

11 Rescheduling Pembiayaan Mura>bahah Musiman Bermasalah di KJKS BMT Mandiri Sejahtera Karangcangkring Cabang Balongpanggang belum pernah dibahas. Adapun permasalahan rescheduling yang telah dibahas adalah : 1. Skripsi yang ditulis oleh Lailul Maromi pada tahun 2014 yang berjudul Analisis Rescheduling Pembiayaan Mura>bahah di BPR Syariah Jabal Nur Surabaya dengan kesimpulan bahwa mekanisme rescheduling terhadap nasabah yang mengalami kemacetan pada pembiayaan mura>bahah di BPR Syariah Jabal Nur Surabaya telah sesuai dengan hukum dan fatwa DSN. Hal tersebut dapat dilihat dari mekanisme rescheduling dalam menentukan pengurangan jumlah angsuran dan masa perpanjangan waktu pembayaran yang dilakukan tanpa adanya unsur paksaan dari kedua belah pihak, baik dari lembaga maupun dari nasabah. Rescheduling yang diterapkan lembaga kepada nasabah memperhatikan kemampuan nasabah yang bersangkutan, sehingga tidak terjadi penganiayaan di dalamnya. 9 Perbedaan dengan penelitian ini yaitu terletak pada model pembiayaannya. Skripsi dari Lailul Maromi ini melakukan proses rescheduling pada pembiayaan mura>bahah, sedangkan di dalam penelitian ini meneliti tentang proses rescheduling pada pembiayaan mura>bahah musiman. Karena di KJKS BMT Mandiri Sejahtera Karangcangkring cabang Balongpanggang ini mempunyai banyak 9 Lailul Maromi, Analisis Rescheduling Pembiayaan Mura>bahah di BPR Syariah Jabal Nur Surabaya (Skripsi--, UIN Sunan Ampel Surabaya, 2014), 7.

12 produk pembiayaan yang ditawarkan kepada nasabah, salah satunya yaitu pembiayaan mura>bahah musiman. 2. Skripsi yang ditulis oleh Rahmawati Pertiwi Anggraini pada tahun 2014 yang berjudul Analisa Rescheduling dalam Upaya Penyelesaian Pembiayaan Bermasalah (Studi Kasus di BMT Al- Hikmah cabang Ungaran) dengan kesimpulan proses rescheduling yang dilakukan oleh BMT Al-Hikmah cabang Ungaran ini memang sudah sesuai dengan yang berlaku, jadi peran rescheduling ini sangat membantu dalam menyelesaikan pembiayaan bermasalah baik terhadap pihak BMT maupun anggota. Beban yang ditanggung oleh anggota menjadi ringan karena diberi jangka waktu perpanjangan jangka waktu angsuran bahkan postingan atau bonus dalam pengembalian pembiayaannya. Bila dilihat dari prosesnya tersebut pihak BMT Al-Hikmah dalam melakukan operasional BMT khususnya dalam penanganan pembiayaan bermasalah sesuai dengan PP No. 91/Kep/M.KUKM/IX/2004 tentang petunjuk usaha kegiatan Koperasi Jasa Keuangan Syariah dan DSN-MUI No DSN- MUI No 48 DSN-MUI/II/2005 tentang penjadwalan kembali tagihan mura>bahah. 10 Perbedaannya yaitu di BMT Al-Hikmah ini proses rescheduling dilakukan dengan penjadwalan ulang dan menambah 10 Rahmawati Pertiwi Anggraini, Analisa Rescheduling dalam Upaya Penyelesaian Pembiayaan Bermasalah (Studi Kasus di BMT A-l-Hikmah Cabang Ungaran) (Skripsi IAIN Walisongo Semarang, 2014), 5-6.

13 jangka waktu angsurannya dengan syarat BMT melakukan penyitaan barang yang dijadikan jaminan oleh nasabah. 3. Skripsi yang ditulis oleh Hari Sucahyono pada tahun 2014 yang berjudul Analisis Penyelesaian NPF (Non Performing Financing) terhadap pembiayaan di BPR Syariah Saka Dana Mulia Kudus dengan kesimpulan bahwa langkah yang diterapkan oleh BPRS Saka Dana Mulia Kudus dalam penyelesaian NPF (Non Performing Financing) adalah melakukan restrukturisasi pembiayaan dalam rangka membantu nasabah agar dapat menyelesaikan kewajibannya. 11 Perbedaannya yaitu di penelitian ini yang ditawarkan oleh pihak BPRS untuk menyelesaikan pembiayaan yang macet tidak hanya denga rescheduling pembiayaan bermasalah saja, tetapi BPRS juga menawarkan persyaratan kembali (reconditioning) dan penataan kembali (restructuring). 4. Skripsi yang ditulis oleh Durroh Abdur Rokhis pada tahu 2008 yang berjudul Pelaksanaan Rescheduling terhadap Nasabah Wanprestasi pada Akad Mura>bahah (Studi Kasus di BRI Syariah cabang Yogyakarta) dengan kesimpulan bahwa pelaksanaan rescheduling terhadap nasabah wanprestasi di BRI Syariah Yogyakarta telah sesuai dengan hukum Islam. Hal tersebut dapat dilihat dari 11 Hari Sucahyono, Analisis Penyelesaian NPF (Non Performing Financing) terhadap Pembiayaan di BPRS Saka Dana Mulia Kudus (Skripsi IAIN Walisongo Semarang, 2014), 6-7.

14 pelaksanaan rescheduling dalam menentukan pengurangan jumlah angsuran dan masa perpanjangan waktu pembayaran di BRI Syariah Yogyakarta yang dilakukan tanpa adanya unsur paksaan dari keduan belah pihak, baik dari pihak bank ataupun nasabah. Rescheduling yang diterapkan bank kepada nasabah memperhatikan kemampuan nasabah (repayment capacity) yang bersangkutan, sehingga tidak terjadi penganiayaan di dalamnya. 12 Perbedaannya yaitu proses rescheduling yang dilakukan oleh BRI Syariah Yogyakarta dengan penjadwalan ulang dan menambah jangka waktu untuk mengangsur pembiayaannya yang macet, tanpa membayar margin lagi. 5. Skripsi yang ditulis oleh M. Abdul Qadir Rahmatullah pada tahun 2013 yang berjudul Kolektabilitas Nasabah dan Rescheduling pada pembiayaan Mura>bahah di BRI Syariah Kantor Cabang Induk Gubeng Surabaya dengan kesimpulan bahwa mekanisme Rescheduling di BRI Syariah Kantor Cabang Induk Gubeng Surabaya dilakukan dengan memperhatikan beberapa aspek yakni kriteria nasabah yang dikatakan mengalami pembiayaan bermasalah ialah nasabah yang berkena bencana alam, kesalahan pengolahan piutang dan tidak mengalami non pendapatan dan nasabah yang mengalami penurunan kemampuan pembayaran dan masih terdapat 12 Durroh Abdur Rokhis, Pelaksanaan Rescheduling terhadap Nasabah Wanprestasi pada Akad Mura>bahah (Studi di BRI Syariah Cabang Yogyakarta) (Skripsi UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta, 2008), 21.

15 sumber pembayaran angsuran yang jelas dari nasbaah dan mampu memenuhi kewajiban setelah rescheduling. 13 Perbedaannya yaitu BRI Syariah Kantor Cabang Induk Gubeng di dalam menentukan keputusan berbeda antara kebijakan rescheduling antara pembiayaan yang bersifat produktif dan pembiayaan yang bersifat konsumtif. Kebijakan rescheduling seharusnya tidak terdapat perbedaan tentang pemberian keputusan persetujuan kebijakan rescheduling jenis pembiayaan. 6. Skripsi yang ditulis oleh Muhamad Sudin pada tahun 2013 yang berjudul Tinjauan Hukum Islam dan Undang-Undang Perbankan terhadap Rescheduling tagihan Mura>bahah bermasalah di PT BNI Syariah Cabang Surabaya dengan kesimpulan bahwa upaya penyelesaian terhadap nasabah yang mengalami kesulitan dalam angsuran dengan melakukan rescheduling tagihan mura>bahah adalah sah. Karena pihak bank memberikan perpanjangan waktu dan keringanan angsuran tanpa merubah akadnya. Hal ini dilakukan sebagaimana ketentuan Fatwa Dewan Syariah Nasional Nomor: 48/DSN-MUI/II/2005 tentang penjadwalan kembali tagihan mura>bahah. Jika bank syariah tidak melakukannya maka akan 13 M. Abdul Qadir Rahmatullah, Kolektabilitas Nasabah dan Rescheduling pada Pembiayaan Mura>bahah di BRI Syariah Kantor Cabang Induk Gubeng Surabaya (Skripsi UIN Sunan Ampel Surabaya, 2013), 9-10.

16 dikenakan sanksi Administratif sebagaimana Pasal 56 Undang- Undang Perbankan Syariah. 14 Perbedaannya yaitu di dalam proses rescheduling pembiayaan bermasalah di PT BNI Syariah Kantor Cabang Surabaya tidak menambah margin, pihak bank hanya melakukan penjadwalan ulang dan menambah jangka waktu angsurannya. Penelitian ini berbeda dengan penelitian sebelumnya karena peneliti menekankan penelitian pada pembayaran margin pada proses rescheduling pembiayaan mura>bahah musiman sehingga apakah rescheduling pembiayaan mura>bahah musiman sudah sesuai dengan fatwa yang ada dan tidak mengandung riba. Berdasarkan pada kajian pustaka tersebut belum ditemukan kajian yang membahas tentang Analisis Penentuan Pembayaran Margin pada Proses Rescheduling Pembiayaan Mura>bahah Musiman Bermasalah di KJKS BMT Mandiri Sejahtera Karangcangkring Cabang Balongpanggang. E. Tujuan Penelitian Tujuan yang diharapkan dari penelitian ini yaitu : 1. Untuk mengetahui mekanisme penentuan pembayaran margin pada proses rescheduling pembiayaan mura>bahah musiman bermasalah di KJKS BMT Karangcangkring cabang Balongpanggang. 14 Muhamad Sudin, Tinjauan Hukum Islam dan Undang-Undang Perbankan terhadap Rescheduling Tagihan Mura>bahah Bermasalah di PT. BNI Syariah Cabang Surabaya (Skripsi UIN Sunan Ampel Surabaya, 2013), 12-13.

17 2. Untuk mengetahui dampak yang timbul dari proses rescheduling pembiayaan mura>bahah musiaman bermasalah dengan pembayaran margin di KJKS BMT Mandiri Sejahtera Karangcangkring cabang Balongpanggang. F. Kegunaan Hasil Penelitian Berdasarkan tujuan penelitian di atas, maka dapat mengharapkan kegunaan dari hasil penelitian. Kegunaan penelitian ini dapat dibagi atas dua bagian yaitu kegunaan teoritis dan kegunaan praktis. 1. Kegunaan teoritis, penulisan ini dapat memperluas dan memberikan sumbangsih ilmu dan tambahan informasi bagi masyarakat untuk mengenai produk-produk KJKS BMT Mandiri Sejahtera Karangcangkring cabang Balongpanggang. 2. Kegunaan praktis, berguna bagi lembaga keuangan sebagai acuan bahan pertimbangan dalam pengambilan kebijakan dan sebaga bahan koreksi untuk pihak lembaga keuangan syariah agar lebih memperhatikan dalam memilih nasabah yang ingin mengajukan pembiayaan.

18 G. Definisi Operasional Penelitian ini berjudul Analisis Penentuan Pembayaran Margin pada Proses Rescheduling Pembiayaan Mura>bahah Musiman Bermasalah di KJKS BMT Mandiri Sejahtera Karangcangkring Cabang Balongpanggang Gresik. Untuk menghindari kesalahan memahami judul dalam pembahasan, maka puenulis sampaikan beberapa pengertian yang berkaitan dengan judul skripsi ini yaitu : 1. Penentuan pembayaran margin Penentuan pembayaran margin ini merupakan besarnya margin atau bagi hasil yang ditanggung oleh nasabah untuk memberikan keuntungan bagi lembaga keuangan. Di BMT ini nasabah setiap pembiayaan dikenakan margin sebesar 20% per tahun atau 1,6 % per bulan. 2. Pembiayaan mura>bahah musiman Pembiayaan mura>bahah musiman adalah pembiayaan yang diberikan kepada nasabah dengan jangka waktu 1 musiman (4 bulan), dengan pembayaran pelunasan margin dan pokoknya di akhir musim. 3. Proses Rescheduling pembiayaan mura>bahah musiman bermasalah Proses rescheduling merupakan upaya yang dilakukan lembaga untuk menangani pembiayaan bermasalah dengan membuat penjadwalan kembali. Penjadwaan kembali bisa dilakukan

19 kepada nasabah yang mempunyai iktikad baik akan tetapi tidak memiliki kemampuan bayar angsuran pokok maupun angsuran margin. Penjadwalan kembali yang dilakukan oleh lembaga dengan harapan nasabah dapat membayar kembali kewajibannya. 4. KJKS BMT Mandiri Sejahtera Karangcangkring cabang Balongpanggang KJKS BMT Mandiri Sejahtera Karangcangkring cabang Balongpanggang adalah badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dakam bentuk simpanan dan menyalurkannya dalam bentuk kredit atau pembiayaan atau dalam bentuk lainnya. KJKS BMT Mandiri Sejahtera berada di Jln. Raya Sambiroto Balongpanggang Gresik. H. Metode Penelitian Penelitian ini mendiskripsikan tentang Analisa Penentuan Pembayaran Margin pada Proses Rescheduling Pembiayaan Mura>bahah Musiman di KJKS BMT Mandiri Sejahtera Karangcangkring Cabang Balongpanggang. Penelitian ini akan menggunakan metodologi penelitian sebagai berikut: 1. Jenis Penelitian Dalam penelitian ini, jenis penelitian yang digunakan oleh penulis untuk menganalisis data-data yang telah diperoleh adalah

20 memakai metode penelitian yang bersifat kualitatif. 15 Metode kualitatif yakni suatu penelitian yang ditujukan untuk mendiskripsikan dan menganalisis fenomena, peristiwa, aktivitas sosial, sikap, kepercayaan, persepsi, pemikiran orang serta individual mauun kelompok. Dan menggunakan pendekatan deskriptif, yaitu mendiskripsikan secara sistematik dengan menjelaskan profil pembiayaan bermasalah secara umum, dan strategi penyelesaian pembiayaan bermasalah di BMT Mandiri Sejahtera Karangcangkring yang sesuai berdasarkan SOP yang berlaku. 2. Data yang Dikumpulkan Penelitian ini membutuhkan data primer, yaitu berupa data tentang analisis penentuan pembayaran margin pada proses rescheduling pembiayaan mura>bahah di KJKS BMT Mandiri Sejahtera Karangcangkring cabang Balongpanggang, karyawan yang bekerja dan yang memegang kendali rescheduling pembiayaan mura>bahah dan fatwa DSN-MUI. Sedangkan, data sekunder dikumpulkan dari studi pustaka seperti buku, jurnal, artikel, dan skripsi terdahulu. 3. Sumber Data a. Sumber data primer 15 Sugiono, Metode Penelitian Kuantitati dan Kualitatif dan R & D, (Bandung: Alfabeta, 2010), 13.

21 Sumber data primer yakni hasil data dokumentatif dan hasil wawancara langsung kepada pihak KJKS BMT Mandiri Sejahtera Karangcangkring cabang Balongpanggang tentang analisis penentuan pembayaran margin pada proses rescheduling pembiayaan mura>bahah di KJKS BMT Mandiri Sejahtera Karangcangkring cabang Balongpanggang Gresik. Dalam hal ini, subjek penelitian yang dilakukan kepada para pelaku rescheduling, yaitu Kepala cabang dan bagian administrasi KJKS BMT Mandiri Sejahtera Karangcangkring cabang Balongpanggang yang mengurusi pembiayaan mura>bahah dan rescheduling. b. Sumber data sekunder Sumber data sekunder, digunakan sebagai data pendukung dalam penulisan tugas akhir. Data-data tersebut diperoleh dari dokumen-dokumen yang berkaitan dengan Undang-Undang, Peraturan Bank Indonesia, Peraturan Koperasi, koran, buletin, majalah, website Bank Indonesia dan website lain. Data-data yang ada dijadikan tolak ukur untuk memahami dan membantu untuk menganalisis metode, kelebihan dan kekurangan dan tingkat akurasi hasil penelitian.

22 4. Teknik Pengumpulan Data Penelitian ini bersifat kualitatif, secara lebih detail teknik pengumpulan data dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: a. Observasi Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan observasi partisipasi yaitu pengamat ikut serta dalam kegiatan. Dalam hubungan ini peneliti berperan sebagai pengamat. Dimana pengamat hanya sebatas berpura-pura saja, sehingga tidak melebur secara fisik. 16 b. Wawancara Wawancara (interview) merupakan salah satu bentuk teknik pengumpulan data yang banyak digunakan dalam penelitian deskriptif kualitatif dan deskriptif kuantitatif. Dalam penelitian ini, wawancara dilakukan dengan cara wawancara langsung dengan pihak lembaga yang dipercaya yaitu bagian kepala cabang, bagian administrasi pembiayaan salah satu nasabah. Wawancara ini peneliti menggunakan metode triangulasi. Dimana peneliti menanyakan hal yang diteliti kepada beberapa orang yang berbeda tetapi sama-sama mengetahui tentang proses rescheduling pembiayaan mura>bahah musiman di KJKS BMT Mandiri Sejahtera Karangcangkring cabang Balongpanggang. 16 Kaelan, Metode Penelitian Kualitatif Interdisipliner,(Yogyakarta:Paradigma,2012), 103.

23 c. Dokumentasi Pengumpulan data melalui teknik ini dimaksudkan untuk melengkapi hasil data yang diperoleh melalui wawancara dan observasi. Dengan analisis dokumen ini diharapkan data yang diperlukan menjadi benar-benar valid. Dokumen yang dapat dijadikan sumber antara lain foto, laporan penelitian, buku-buku yang sesuai dengan penelitian, dan data tertulis lainnya. 17 5. Teknik Analisis Data Penelitian yang dilakukan penulis menggunakan pendekatan yang bersifat deskriptif analisis. Hal demikian untuk menggambarkan keseluruhan keadaan objek penelitian, dalam hal ini berupa penggambaran Analisis Penentuan Pembayaran Margin pada Proses Rescheduling Pembiayaan Mura>bahah Musiman Bermasalah di KJKS BMT Mandiri Sejahtera Karangcangkring Cabang Balongpanggang. Proses analisis yang dilakukan peneliti dengan menjelaskan strategi penyelesaian pembiayaan bermasalah dan proses rescheduling dalam upaya penyelesaian pembiayaan mura>bahah musiman bermasalah di KJKS BMT Mandiri Sejahtera Karangcangkring cabang Balongpanggang. 17 Said Hudri, Teknik Analisa Data Penelitian Kualitatif, www.anneahira.com/teknikanalisa-data-penelitian-kualitatif.html, diakses pada 01 November 2015.

24 I. Sistematika Pembahasan Sistematika pembahasan ini dipaparkan dengan tujuan untuk mempermudah pembahasan dalam skripsi ini dibagi ke dalam lima bab, dari masing-masing bab terdiri dari sub-bab, yang mana antara satu sam yang lain saling berhubungan sebagai pembahasan yang utuh. Adapun sistematika pembahasan ini adalah : Bab pertama adalah pendahuluan, bab ini berisi tentang gambaran umum yang memuat pola dasar bagi kerangka pembahasan skripsi yang terdiri atas; latar belakang, identifikasi dan batasan masalah, rumusan masalah, kajian ustaka, tujuan penelitian, kegunaan hasil penelitian, definisi operasional, metode penulisan (meliputi jenis penelitian, data yang dikumpulkan, sumber data, teknik pengumpulan data, teknik pengolahan data dan teknik analisis data) serta sistematika pembahasan Bab kedua adalah landasan teori yang membahas tentang teoriteori yang berhubungan dengan pembiayaan mura>bahah dan recheduling. Dalam bab ini penulis membagi menjadi dua pokok bahasan yang didalamnya memaparkan sub bab-sub bab sebagai berikut: pengertian pembiayaan mura>bahah, landasan hukum mura>bahah, rukun dan syarat pembiayaan mura>bahah, jenis-jenis mura>bahah, akad pembiayaan mura>bahah, manfaat pembiayaan, fungsi pembiayaan, dan prinsip pengambilan keuntungan dalam pembiayaan. Rescheduling yang memuat tentang pengertian rescheduling, kriteria

25 rescheduling, kebijakan dan prosedur rescheduling dan fatwa DSN dan peraturan Bank Indonesia tentang rescheduling pada pembiayaan mura>bahah. Bab ketiga adalah deskripsi hasil penelitian di KJKS BMT Mandiri Sejahtera Karangangkring cabang Balongpanggang yang meliputi sejarah berdirinya KJKS BMT Mandiri Sejahtera Karangcangkring, pembiayaan mura>bahah di KJKS BMT Mandiri Sejahtera Karangcangkring cabang Balongpanggang, pembiayaan bermasalah di KJKS BMT Mandiri Sejahtera Karangcangkring cabang Balongpanggang, dan proses rescheduling pembiayaan mura>bahah musiman di KJKS BMT Mandiri Sejahtera Karangcangkring cabang Balongpanggang. Bab keempat adalah memuat tentang mekanisme dan analisis Fatwa DSN MUI dan Peraturan Bank Indonesia terhadap penentuan pembayaran margin pada proses rescheduling pembiayaan mura>bahah musiman bermasalah di KJKS BMT Mandiri Sejahtera Karangcangkring cabang Balongpanggang. Bab kelima merupakan bab bagian terakhir penulisan yang berisi tentang pokok-pokok penting dalam skripsi ini yaitu berupa kesimpulan yang merupakan jawaban dari rumusan masalah serta saran jika diperlukan.