I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

dokumen-dokumen yang mirip
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

Analisis usaha industri tempe kedelai skala rumah tangga di kota Surakarta

CARA PEMINDANGAN DAN KADAR PROTEIN IKAN TONGKOL (Auxis thazard) DI KABUPATEN REMBANG

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan di subsektor perikanan mempunyai peranan yang penting bagi kelangsungan pembangunan secara keseluruhan,

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan Negara kepulauan terbesar di dunia (archipelagic state).

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara kepulauan yang sebagian besar wilayahnya

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Indonesia adalah negara dengan konsumsi ikan sebesar 34 kilogram per

BAB I PENDAHULUAN. berlimpah, salah satunya adalah perikanan laut. Tetapi soal mengkonsumsi

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Dilihat dari letak geografis, Indonesia merupakan negara yang terletak pada

I. PENDAHULUAN. sangat penting untuk mencapai beberapa tujuan yaitu : menarik dan mendorong

Pengertian Bahan Pangan Hewani Dan Nabati Dan Pengolahannya

I. PENDAHULUAN. dan siap untuk dimakan disebut makanan. Makanan adalah bahan pangan

BAB I PENDAHULUAN. Pangan merupakan kebutuhan dasar dan pokok yang dibutuhkan oleh

BAB I PENDAHULUAN. hasil laut yang berlimpah terutama hasil tangkapan ikan. Ikan merupakan sumber

PENGARUH PERENDAMAN DALAM LARUTAN GULA TERHADAP PERSENTASE OLIGOSAKARIDA DAN SIFAT SENSORIK TEPUNG KACANG KEDELAI (Glycine max)

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. industri yang berbasis pertanian atau biasa disebut agroindustri. Istilah

I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. laut Indonesia diperkirakan sebesar 5.8 juta km 2 dengan garis pantai terpanjang

BAB I PENDAHULUAN. sebagian besar masyarakat. Sampai saat ini produk-produk sumber protein

PERILAKU KONSUMSI IKAN PADA WANITA DEWASA DI WILAYAH PANTAI DAN BUKAN PANTAI PROPINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA. Nia Kurniawati

TINJAUAN PUSTAKA. antar negara yang terjadi pada awal abad ke-19, menyebabkan tanaman kedelai

BAB I PENDAHULUAN. pengolahan yang memadai (Seto, 2001). pertanian kedalam pembangunan agroindustris. Meunurut Lynn (2003)

I. PENDAHULUAN. meningkatkan produksi pertanian guna memenuhi kebutuhan pangan dan

I. PENDAHULUAN. nasional. Pembangunan pertanian memberikan sumbangsih yang cukup besar

I. PENDAHULUAN. Sektor pertanian merupakan sektor yang berperan penting terhadap pemenuhan

BAB I PENDAHULUAN. ekonomi perikanan. Artinya, kurang lebih 70 persen dari wilayah Indonesia terdiri

I. PENDAHULUAN. sektor pertanian yang memiliki nilai strategis antara lain dalam memenuhi

PENDAHULUAN. (3) Maksud dan Tujuan Penelitian, (4) Manfaat Penelitian, (5) Kerangka Pemikiran,

BAB 1 PENDAHULUAN. 1 Universitas Esa Unggul

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. kandungan protein yang tinggi yang dibutuhkan untuk memenuhi kebutuhan

BAB I PENDAHULUAN. berperan dalam pendistribusian hasil-hasil pembangunan. Pengembangan UKM

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

I PENDAHULUAN. Industri Minuman Tahun

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan masyarakat, baik perkotaan maupun di pedesaan. Anak-anak dari berbagai

BAB I PENDAHULUAN. sangat terkenal dan digemari oleh semua lapisan masyarakat, karena memiliki

PENDAHULUAN 1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. salah satu cara memperbaiki keadaan gizi masyarakat (Stanton, 1991).

BAB I PENDAHULUAN. pangan sejak beberapa abad yang lalu. Ikan sebagai salah satu sumber daya alam

I. PENDAHULUAN. karena berpengaruh terhadap eksistensi dan ketahanan hidup setiap manusia,

PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. keberadaannya sebagai bahan pangan dapat diterima oleh berbagai lapisan

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

Gambar 1. Produksi Perikanan Tangkap, Tahun (Ribu Ton) Sumber: BPS Republik Indonesia, Tahun 2010

1 I PENDAHULUAN. Penelitian, (1.5) Kerangka Pemikiran, (1.6) Hipotesis Penelitian, dan (1.7) Waktu

I. PENDAHULUAN. Tingginya prevalensi gizi buruk dan gizi kurang, masih merupakan

1 PENDAHULUAN. Latar Belakang. Tabel 1 Proyeksi konsumsi kedelai nasional

PENDAHULUAN A. Latar Belakang

LAPORAN PENGANTAR ILMU EKONOMI PEMANFAATAN BUDIDAYA KEONG SAWAH SEBAGAI PAKAN IKAN. Disusun Oleh : 1. Abdul Kholid ( )

I. PENDAHULUAN. kehidupan manusia dan merupakan salah satu sumber protein hewani yang

BAB I PENDAHULUAN. perembesan air asin. Kearah laut wilayah pesisir, mencakup bagian laut yang

I. PENDAHULUAN. 1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. menghadapi krisis ekonomi di Indonesia. Salah satu sub sektor dalam pertanian

1 I PENDAHULUAN. yang cukup baik terutama kandungan karbohidrat yang tinggi.

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. dikonsumsi karena berhubungan dengan efek yang akan ditimbulkan bagi

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

- 2 - II. PASAL DEMI PASAL. Pasal 1 Cukup jelas.

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan salah satu negara penghasil ikan tuna di dunia.

I. PENDAHULUAN. Pangan merupakan bahan-bahan yang dapat dikonsumsi sehari-hari untuk. cair. Pangan merupakan istilah sehari-hari yang digunakan untuk

I. PENDAHULUAN. bisnis ikan air tawar di dunia (Kordi, 2010). Ikan nila memiliki keunggulan yaitu

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. perikanan yang sangat besar. Oleh karena itu sangat disayangkan bila. sumber protein hewani, tingkat konsumsi akan ikan yang tinggi

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

II TINJAUAN PUSTAKA. Juni 2010] 6 Masalah Gizi, Pengetahuan Masyarakat Semakin Memprihatinkan. [10

I. PENDAHULUAN. Tabel 1.1. Produksi dan Konsumsi Kedelai di Indonesia Tahun

PENDAHULUAN A. Latar Belakang Zat-zat dalam Susu Nilai Kandungan

BAB I PENDAHULUAN. Mie adalah makanan alternatif pengganti beras yang banyak. dikonsumsi masyarakat. Mie menjadi populer dikalangan masyarakat karena

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Peternakan merupakan salah satu sub sektor pertanian yang memiliki peranan cukup penting dalam memberikan

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Sumber : Badan Pusat Statistik

I. PENDAHULUAN. Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional tahun , yang pelaksanaan 5 tahunan (jangka menengah) tertuang dalam UU No.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Komoditi. commit to user

BAB I PENDAHULUAN. terlebih keuntungan dalam sektor pertanian. Sektor pertanian terutama

I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

PENDAHULUAN. Latar Belakang. subsektor peternakan. Suatu negara dapat dikatakan sistem

BAB I PENDAHULUAN. pembuatan tempe, tahu, kecap, oncom, susu, dan lain-lain. Kacangkacangan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. pendapatan masyarakat. Sektor pertanian di Indonesia terdiri dari beberapa sub

I. PENDAHULUAN. Tahun Budidaya Laut Tambak Kolam Mina Padi

PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Ujang Muhaemin A, 2015

BAB I PENDAHULUAN. misalnya sebagai lauk pauk, hal ini karena rasanya yang enak dan memiliki nilai. pangan juga tidak jauh berbeda (Hadiwiyoto, 1993).

IbM Kelompok Tani Buah Naga

I. PENDAHULUAN. 1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang

1. PENDAHULUAN Kehidupan sehari-hari manusia tidak akan lepas dari kegiatan pemenuhan

Transkripsi:

1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Potensi sumberdaya perikanan Indonesia sangat besar dimana luas perairan Indonesia sebesar 2 per 3 luas daratan. Luas wilayah daratan Indonesia mencakup 1.910.931,32 km 2, sedangkan luas perairan Indonesia yaitu 5.800.000 km 2 (KKP, 2011). Luasnya wilayah perairan di Indonesia berpengaruh terhadap besarnya hasil alam dari laut yang dapat diperoleh dan dimanfaatkan. Sumber daya perikanan yang besar akan menjadikan ikan berpeluang tinggi dalam memberikan kontribusi pemenuhan gizi masyarakat yaitu kebutuhan konsumsi protein khususnya protein hewani. Berdasarkan data Survey Sosial Ekonomi Nasional tahun 2014 ratarata konsumsi protein masyarakat Indonesia per kapita sehari adalah 38,59 gram protein. Hal ini menunjukkan masih kurangnya konsumsi protein masyarakat Indonesia karena masih berada dibawah angka standar kecukupan konsumsi protein perkapita sehari yaitu sebesar 57 gram protein yang telah ditetapkan dari hasil Widyakarya Nasional Pangan dan Gizi tahun 2012 (BPS, 2014). Sumbangan konsumsi protein di Indonesia tahun 2014 terdiri dari protein nabati sebesar 65,56% dan protein hewani sebesar 34,44%. Protein hewani terdiri dari jenis ikan, daging, serta telur dan susu. Dari ketiga jenis sumber protein hewani tersebut, jenis ikan memiliki prosentase terbesar jumlah konsumsinya jika dibandingakan dengan daging serta telur dan susu. Kontribusi jenis ikan, daging, serta telur dan susu berturut-turut untuk konsumsi protein hewani adalah sebesar 58,91 %, 17,83%, dan 23,25% (BPS, 2014). Hal ini menunjukkan ikan masih menjadi pilihan utama di kalangan masyarakat untuk dikonsumsi dalam memenuhi kebutuhan protein hewani karena berbagai faktor. Ikan memiliki keunggulan dibanding dengan sumber protein hewani yang lainnya yaitu komposisi asam amino dalam ikan tergolong lengkap yang menunjukkan tingkat mutu protein yang baik. Selain itu kandungan omega 3 pada ikan bermanfaat untuk peningkatan kecerdasan 1

2 masyarakat serta ikan memiliki keunggulan kemudahan untuk dicerna oleh tubuh. Keragaman yang tinggi pada ikan mulai dari jenis, bentuk, warna, rasa, serta ukuran dapat dimanfaatkan untuk diolah menjadi berbagai macam produk olahan. Salah satu kabupaten di Provinsi Jawa Timur yang memiliki wilayah perairan yang luas adalah Kabupaten Pacitan. Kabupaten Pacitan memiliki garis pantai yang membentang di sepanjang Pantai Selatan Pulau Jawa dengan komoditas unggulan dari berbagai sektor dan salah satunya adalah subsektor perikanan. Jenis ikan hasil perikanan tangkap di Kabupaten Pacitan antara lain ikan tuna, cakalang, tongkol, lemadang, dan tengiri. Jenis yang paling banyak ditemukan di Kabupaten Pacitan adalah komoditas ikan tuna. Ikan ini termasuk ikan pelagis besar yaitu ikan yang mempunyai habitat di tengah sampai permukaan laut dan pada umumnya berukuran besar (Dinas Kelautan dan Perikanan, 2014). Jenis ikan hasil perikanan tangkap di Kabupaten Pacitan dapat dilihat pada Tabel 1. Tabel 1. Produksi Perikanan Tangkap Jenis Ikan Pelagis Besar Di Kabupaten Pacitan Tahun 2014 No. Jenis Ikan Produksi (kg) 2010 2011 2012 2013 2014 1. Tuna 1.589.989 1.629.540 2.390.586 4.024.424 1.455.970 2. Cakalang 1.352.778 1.399.460 1.605.393 741.543 1.280.034 3. Tongkol 493.711 866.454 691.860 652.436 1.079.214 4. Lemadang 85.110 78.852 123.228 95.351 271.672 5. Tengiri 13.763 14.542 15.057 18.847 17.245 Sumber : Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Pacitan, 2015 Berdasarkan Tabel 1 dapat diketahui hasil produksi ikan tuna di Kabupaten Pacitan pada tahun 2014 sebesar 1.455.970 kg. Jenis ikan tuna merupakan hasil produksi terbesar dibanding jenis ikan pelagis besar yang lain. Hal ini menandakan bahwa ikan tuna memberi kontribusi yang besar dan berpotensi untuk diolah lebih lanjut agar masyarakat sebagai pelaku kegiatan produksi memiliki nilai manfaat yang lebih dari sekedar produk mentah ikan

3 tuna. Ikan tuna termasuk jenis ikan yang meiliki banyak manfaat dari kandungan gizi yang dimiliki antara lain : Tabel 2. Jumlah Kandungan Gizi Ikan Tuna Per 100 gram No. Kandungan gizi Jumlah 1. Vitamin A 2,183 IU/gram 2. Vitamin B6 16000-42000 IU/gram 3. Lemak 0,2-2,7 gram 4. Mineral 68,1% 5. Protein 22-26 gram 6. Kolesterol 38-45 mgram Sumber : Bustami, 2012 Berdasarkan Tabel 2 dapat diketahui bahwa ikan tuna memiliki kandungan gizi yang beragam. Kandungan vitamin A pada ikan tuna mencapai 2,183 IU/gram dimana vitamin A memiliki manfaat yang baik untuk pemeliharaan sel epitel, peningkatan imunitas tubuh, pertumbuhan, penglihatan, dan reproduksi. Kandungan vitamin B6 pada ikan tuna yaitu sebesar 16000-42000 IU/gram yang dapat membantu menurukan level homositein penyebab penyakit jantung. Ikan tuna memiliki kandungan mineral penting yang esensial bagi tubuh seperti kandungan iodium yang berperan penting untuk mencegah penyakit gondok dan dapat meningkatkan kecerdasan. Protein yang terkandung dalam ikan tuna tergolong tinggi yaitu dengan mengkonsumsi 100 gram ikan tuna dapat memenuhi kebutuhan protein sebesar 22-26 gram. Kolestrol pada ikan tuna berkisar 38-45 miligram dimana kadarnya cukup rendah dibanding dengan pangan hewani lainnya (Bustami, 2012). Produksi tuna yang tinggi di Kabupaten Pacitan dimanfaatkan oleh masyarakat untuk berinovasi meningkatkan nilai tambahnya dengan membuat berbagai olahan seperti tahu tuna, otak-otak, nugget, tempura, risoles, dan pangsit ikan. Semua produk olahan tersebut berbahan dasar ikan tuna yang diberi campuran masing-masing sesuai olahan yang akan dibuat. Kegiatan mengolah makanan berbahan dasar ikan ini tergolong kegiatan agroindustri karena mengolah hasil pertanian. Hadirnya agroindustri dapat menjadi alternatif pilihan bagi masyarakat dalam memenuhi kebutuhan konsumsinya.

4 Perkembangan kebutuhan konsumsi pangan disertai pola hidup yang semakin dinamis menjadikan masyarakat bergerak untuk meningkatkan kualitas hidupnya. Keputusan masyarakat sebagai konsumen untuk membeli produk makanan dan minuman tidak lagi hanya sekedar memenuhi rasa lapar tetapi juga dengan pertimbangan pemenuhan gizi yang harus tercukupi. Masyarakat cenderung memilih produk olahan yang instan dan praktis untuk kebutuhan konsumsinya. Hal ini dikarenakan tidak semua masyarakat mau dan mampu mengolah produk mentah menjadi suatu produk olahan. Kemampuan masyarakat yang dibarengi dengan adopsi teknologi yang sesuai dapat membantu dalam menciptakan inovasi sehingga dapat meningkatkan kesejahteraan hidupnya, seperti halnya dengan agroindustri. Agroindustri merupakan gabungan dari kegiatan on farm dan off farm. Kegiatan on farm yaitu kegiatan pertanian yang dilakukan di sawah, ladang, kebun, kolam, laut dan tambak. Sedangkan kegiatan off farm yaitu kegiatan yang menitikberatkan pada kegiatan pasca panen atau pengolahan. Batasan pengertian agroindustri adalah industri dengan bahan baku komoditas pertanian (Rahardi, 2003). Agroindustri pengolah makanan berbahan dasar ikan tuna banyak dikembangkan di Kabupaten Pacitan untuk memanfaatkan potensi yang ada. Kegiatan ini dilakukan untuk menambah nilai manfaat dari ikan tuna segar sehingga dapat meningkatkan masa keawetan ikan tuna dan aman dikonsumsi dalam jangka waktu yang lebih panjang. Selain itu agroindustri dapat membantu penyerapan tenaga kerja dan menambah pendapatan masyarakat pelaku agroindustri dengan adanya tambahan nilai jual di pasar. Salah satu hasil akhir kegiatan agroindustri ini adalah produk tahu tuna yang dapat dijadikan sebagai opsi masyarakat dalam memilih jenis lauk atau camilan untuk dikonsumsi, sehingga dapat membantu mencukupi kebutuhan protein sehari-hari. Produk tahu tuna yang berbahan dasar ikan tuna dan tahu memiliki kelengkapan jenis protein yaitu protein nabati dari kedelai bahan baku pembuatan tahu dan protein hewani yang berasal dari ikan tuna (Setyowati, 2012).

5 Skala usaha agroindustri tahu tuna di Kabupaten Pacitan beragam, dimana terdapat beberapa agroindustri dengan skala usaha mikro, kecil, menengah, dan besar. Menurut Undang-Undang UKM No.20 tahun 2008 karakteristik industri berskala mikro yaitu usaha yang memiliki kekayaan bersih maksimal Rp 50.000.000 dengan jumlah karyawan maksimal 5 tenaga kerja. Industri skala kecil yaitu yang memiliki kekayaan Rp 50.000.000- Rp 500.000.000 dengan jumlah karyawan 5-19 tenaga kerja. Industri skala menengah yaitu usaha yang memiliki kekayaan bersih Rp 500.000.000- Rp 10.000.000.000 dengan karyawan berjumlah 20-99 tenaga kerja. Sedangkan industri skala besar yaitu yang memiliki kekayaan lebih dari Rp 10.000.000.000 dengan jumlah karyawan lebih dari 99 tenaga kerja. Perbedaan skala usaha ini dapat dikarenakan beberapa faktor seperti modal yang dimiliki, pengalaman usaha melakukan kegiatan agroindustri, sumberdaya manusia yang berperan, serta kemampuan pemasaran yang dimiliki oleh setiap agroindustri. Agroindustri dengan skala menengah dan besar sudah mampu membawa usahanya untuk dapat bersaing baik di wilayah Kabupaten Pacitan maupun luar wilayah Kabupaten Pacitan. Namun hal ini belum dapat dirasakan oleh agroindustri skala mikro dan kecil yang masih memiliki beberapa kesulitan dalam meningkatkan usahanya seperti permasalahan masih rendahnya permintaan konsumen, serta sulitnya mencari pasar untuk lebih dikenal masyarakat sebagai konsumen potensial. Selain permintaan yang masih kecil dan kesulitan mencari pasar, permasalahan pemasaran lain yang muncul yaitu media pemasaran yang masih minim diterapkan oleh agroindustri, dan hanya mengandalkan kekuatan promosi dari mulut ke mulut. Perencanaan yang matang mengenai kegiatan pemasaran agroindustri tahu tuna di Kabupaten Pacitan diperlukan agar agroindustri ini semakin berkembang dan mampu meningkatkan eksistensinya. Oleh karena itu peneliti melakukan penelitian dengan tujuan untuk memberi rekomendasi strategi pemasaran agroindustri tahu tuna di Kabupaten Pacitan.

6 B. Perumusan Masalah Agroindustri tahu tuna yang berada di Kabupaten Pacitan berusaha menjalankan kegiatan agroindustri dengan harapan mampu mengangkat nama tahu tuna sebagai produk unggulan dan memperoleh profit yang meningkat bagi agroindustri tahu tuna di Kabupaten Pacitan. Meskipun kegiatan produksi yang diterapkan sudah berjalan baik tetapi pada kenyatannya masih ada hambatan pada manajemen pemasarannya, sehingga hal ini penting untuk dipelajari lebih lanjut. Kondisi pemasaran tahu tuna di Kabupaten Pacitan lebih mengutamakan untuk mendistribusikan produknya keluar wilayah Kabupaten Pacitan meskipun dengan jumlah yang fluktuatif. Produk tahu tuna ini juga dipasarkan di wilayah lokal namun tidak terlalu besar jumlahnya karena adanya stereotip masyarakat terhadap merk tertentu. Perencanaan yang matang mengenai kegiatan pemasaran tahu tuna dari sisi sumberdaya manusia dan perbaikan produk perlu dilakukan untuk menjawab tantangan yang dihadapi oleh agroindustri. Strategi pemasaran yang tepat perlu diterapkan pada agroindustri tahu tuna di Kabupaten Pacitan agar eksistensi agroindustri tetap terjaga dan dapat meningkatkan profit usahanya dengan semakin banyak konsumen yang mengenal dan menerima produk baik di Kabupaten Pacitan maupun diluar wilayah Kabupaten Pacitan. Berdasarkan uraian dan latar belakang diatas maka dapat dirumuskan permasalahan sebagai berikut : 1. Apa saja faktor internal dan eksternal agroindustri yang berpengaruh terhadap pemasaran tahu tuna di Kabupaten Pacitan? 2. Alternatif strategi apa saja yang dapat diterapkan dalam memasarkan tahu tuna di Kabupaten Pacitan? 3. Prioritas strategi apa yang dapat diterapkan dalam memasarkan tahu tuna di Kabupaten Pacitan?

7 C. Tujuan Penelitian Adapun tujuan yang ingin dicapai dari penelitian yang akan dilakukan adalah sebagai berikut : 1. Mengidentifikasi faktor internal dan eksternal yang mempengaruhi pemasaran tahu tuna di Kabupaten Pacitan. 2. Merumuskan alternatif strategi yang dapat diterapkan dalam memasarkan tahu tuna di Kabupaten Pacitan. 3. Menentukan prioritas strategi yang dapat diterapkan dalam memasarkan tahu tuna di Kabupaten Pacitan. D. Kegunaan Penelitian Kegunaan dari penelitian ini adalah : 1. Bagi peneliti, penelitian ini diharapkan dapat memberikan tambahan pengalaman dan pengetahuan, di samping untuk memenuhi sebagian persyaratan guna memperoleh derajat Sarjana di Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret Surakarta. 2. Bagi pengusaha agroindustri tahu tuna, penelitian ini diharapkan dapat menjadi sumbangan pemikiran dan bahan pertimbangan dalam mengambil kebijakan yang lebih baik di masa yang akan datang, terutama dalam strategi pemasaran yang digunakan. 3. Bagi pemerintah daerah Kabupaten Pacitan, hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi sumbangan pemikiran dan bahan pertimbangan dalam menyusun kebijakan yang lebih baik di masa yang akan datang, terutama pemasaran tahu tuna di Kabupaten Pacitan. 4. Bagi pembaca, penelitian ini dapat menjadi salah satu sumber informasi, wawasan dan pengetahuan serta sebagai referensi untuk penelitian yang sejenis.