BAB I PENGANTAR. 1.1 Latar Belakang Bangsa dan negara Indonesia sejak proklamasi pada tanggal 17 Agustus

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENGANTAR. 1.1 Latar Belakang. sekaligus (Abdullah, 2006: 77). Globalisasi telah membawa Indonesia ke dalam

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Demokrasi menjadi bagian bentuk atau mekanisme sistem pemerintahan suatu

BAB I PENDAHULUAN. partai politik lokal. partai politik lokal telah menjadi instrumen utama rakyat

BAB I PENDAHULUAN. dan pelaksanaan HAM lebih banyak dijadikan objek power game diantara blokblok

BAB I PENGANTAR. segala bentuk dan prakteknya telah berupaya dikembangkan, namun. cacat dan kekurangan dari sistem tersebut semakin terlihat nyata.

I. PENDAHULUAN. sehingga banyak teori-teori tentang kejahatan massa yang mengkaitkan dengan

MENTERI DALAM NEGERI. Disampaikan oleh : Surabaya, 14 April 2015

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Indonesia merupakan negara hukum, dengan jumlah penduduk Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Setiap tahun kenakalan anak selalu terjadi. Apabila dicermati

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dewasa ini banyak ditemukan tindak pidana atau kejahatan yang

bentuk usaha pembelaan negara meliputi:

SAMBUTAN/PENGARAHAN MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA PADA MUSRENBANG RKPD PROVINSI JAMBI TAHUN 2016

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. Manfaat Penelitian, (5) Penegasan Istilah. kuatlah yang membawa bangsa ini mewujudkan cita-citanya. Peran serta

5/31/2013. Pendidikan Anti-Korupsi Untuk Perguruan Tinggi PERAN MAHASISWA DALAM GERAKAN ANTI-KORUPSI. No impunity to corruptors. Bab.

Sikap Dan Tindakan Kepolisian Terhadap Tindak Pidana Kekerasan Premanisme Yang Terjadi Di Masyarakat. Oleh : Suzanalisa

I. PENDAHULUAN. tanpa ada satu pun aparat keamanan muncul untuk mengatasinya. Selama ini publik Jakarta

yang berperan sebagai milisi dan non-milisi. Hal inilah yang menyebabkan skala kekerasan terus meningkat karena serangan-serangaan yang dilakukan

BAB I PENDAHULUAN. yang telah tercakup dalam undang-undang maupun yang belum tercantum dalam

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia sebagai salah satu negara berkembang yang memiliki sejumlah

BAB 7 KEBIJAKAN UMUM DAN PROGRAM PEMBANGUNAN DAERAH

melaksanakan kehidupan sehari-hari dan dalam berinterkasi dengan lingkungannya. Wilayah

Disampaikan oleh: MENTERI DALAM NEGERI TJAHJO KUMOLO KEMENTERIAN DALAM NEGERI. Yogyakarta, 7 Maret 2016

BAB I PENDAHULUAN. informasi dan pesatnya perkembangan ilmu pengetahuan serta teknologi.

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia berdasarkan atas hukum ( rechtstaat) tidak berdasarkan atas kekuasaan

6/11/2014. Pendidikan Anti-Korupsi Untuk Perguruan Tinggi PERAN MAHASISWA DALAM GERAKAN ANTI-KORUPSI. No impunity to corruptors. Bab.

Pendidikan Anti-Korupsi Untuk Perguruan Tinggi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

ANALISA DAN EVALUASI BULAN APRIL TAHUN 2010 TENTANG KEJADIAN /PELANGGARAN YANG DILAKUKAN OLEH ANGGOTA /PNS POLRI

PENGANTAR (PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN) MAKALAH KEWARGANEGARAAN : PENGANTAR (PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN)

: Pendidikan Kewarganegaraan (PKN)

BAB I PENDAHULUAN. Komnas Perlindungan Anak, yaitu Arist Merdeka Sirait dalam wawancara dengan

AMANAT TERTULIS PRESIDEN RI PADA PERINGATAN HARI BELA NEGARA Sabtu, 19 Desember 2015

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH

FORMATIF 1 I. Isilah tiitk-titik di bawah ini dengan jawaban yang benar! II. Jawablah pertanyaan di bawah ini dengan benar!

BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat yang mengintegrasikan bagian-bagian masyarakat dan hukum

I. PENDAHULUAN. Kajian mengenai rasa takut menjadi korban kejahatan (fear of crime) telah

I. PENDAHULUAN. peraturan-peraturan yang harus ditaati oleh setiap masyarakat agar keseimbangan

Pendidikan Anti-Korupsi Untuk Perguruan Tinggi

BAB I PENDAHULUAN. dimatangkan oleh berbagai pergerakan yang bersifat nasional di daerah-daerah.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Dalam diri manusia selalu terdapat ketidak puasan, oleh sebab itu ia akan

Peningkatan Keamanan dan Ketertiban serta Penanggulangan Kriminalitas

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. terkenal sebagai salah satu negeri terbesar penghasil kain tenun tradisional yang

EKSISTENSI PANCASILA DALAM KONTEKS GLOBAL DAN MODERN PASCA REFORMASI

BAB I PENDAHULUAN. Kota Jakarta Barat merupakan bagian dari Provinsi DKI Jakarta yang merupakan

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. sangat pesat, ini terlihat dari banyaknya penggemar-penggemar motor atau mobil

HILANGNYA KEDUDUKAN NILAI-NILAI PANCASILA DALAM KEHIDUPAN MASYARAKAT

BAB I PENDAHULUAN. perilaku menyimpang. Dalam perspektif perilaku menyimpang masalah sosial

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. perjalanan sejarah khususnya pembangunan dibidang penegakan supremasi

KEBIJAKAN DAN STRATEGI PEMBANGUNAN PERDAMAIAN DAN PENANGANAN KONFLIK 1

BAB I PENGANTAR Latar Belakang. Jika melihat mozaik perjalanan bangsa Indonesia, pemuda Indonesia

C. Mempertahankan Negara Kesatuan Republik Indonesia

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN. Dekadensi moral yang menghinggapi generasi muda akhir-akhir ini

Bab VI: Kesimpulan dan Rekomendasi

BAB 1 PENDAHULUAN. 1 Universitas Indonesia

BAB VI PENUTUP. perusakan dan pembakaran. Wilayah persebaran aksi perkelahian terkait konflik

LEONARD PITJUMARFOR, 2015 PELATIHAN PEMUDA PELOPOR DALAM MENINGKATKAN WAWASAN KESANAN PEMUDA DI DAERAH RAWAN KONFLIK

Dinno Mulyono, M.Pd. MM. STKIP Siliwangi 2017

BAB I PENDAHULUAN. Negara eropa yang paling lama menjajah Indonesia adalah Negara Belanda

Catatan Kepergian dan Mutiara Kepemimpinan HKM. Oleh: I Dewa Kade Wiarsa Raka Sandi (Ketua KPU Provinsi Bali)

Kementerian Dalam Negeri 2017

BAB I PENDAHULUAN. bersifat fisik maupun rohani (Ahid, 2010: 99). Beberapa orang juga

BAB I PENDAHULUAN. besar peranannya di dalam mewujudkan cita-cita pembangunan. Dengan. mewujudkan suatu masyarakat yang adil dan makmur.

B. Tujuan C. Ruang Lingkup

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang masalah. Perkembangan globalisasi sangat berpengaruh terhadap pola dan

TUGAS AGAMA KLIPING KERUKUNAN ANTAR UMAT BERAGAMA, ANTAR SUKU, RAS DAN BUDAYA

BAB I PENDAHULUAN. Ruang Publik Yaroana Masigi berada di tengah-tengah permukiman

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

VISI DAN MISI CALON BUPATI DAN CALON WAKIL BUPATI PEMALANG PERIODE

29. Mata Pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan untuk Sekolah Dasar Luar Biasa Tunadaksa (SDLB-D)

I. PENDAHULUAN. budaya, masyarakatnyapun memiliki keunikan masing-masing. Berbagai

2015 KAJIAN PEMIKIRAN IR. SUKARNO TENTANG SOSIO-NASIONALISME & SOSIO-DEMOKRASI INDONESIA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. masalah yang dihadapi bangsa Indonesia pada saat ini. Kemiskinan,

PENANAMAN NILAI-NILAI KREATIF DAN CINTA TANAH AIR PADA SENI TARI. Polokarto Kabupaten Sukoharjo) NASKAH PUBLIKASI. Untuk memenuhi sebagian persyaratan

BAB I PENDAHULUAN. ditegaskan dalam Pasal 1 ayat (3) Undang-undang Dasar Tahun Setiap

BAB I PENDAHULUAN. Suatu negara tentu memiliki tujuan dan cita-cita nasional untuk menciptakan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Daniati, 2013

IMPLEMENTASI PANCASILA DALAM KEHIDUPAN BERBANGSA DAN BERNEGARA

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Septi Rotari, 2016

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. dengan daerah lain menunjukan ciri khas dari daerah masing-masing.

26. Mata Pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan untuk Sekolah Menengah Pertama (SMP)/Madrasah Tsanawiyah (MTs)

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN. mempertahankan kemerdekaan sampai hingga era pengisian kemerdekaan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Negara Kesatuan Republik Indonesia adalah sebuah negara kepulauan

I. PENDAHULUAN. Kepolisian dalam mengemban tugasnya sebagai aparat penegak hukum

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia adalah negara hukum yang mengandung arti bahwa hukum. merupakan tiang utama dalam menggerakkan sendi-sendi kehidupan

PEMBANGUNAN PERDAMAIAN DAN ARAH KEBIJAKAN PROLEGNAS TAHUN Ignatius Mulyono 2

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Thomy Sastra Atmaja, 2013

TERKIKISNYA PERSATUAN

STANDAR KOMPETENSI DAN KOMPETENSI DASAR TINGKAT SMP, MTs, DAN SMPLB

BAB I PENDAHULUAN. terjadi kasus pidana anak dibawah umur yang menyebabkan kematian, baik

SAMBUTAN KETUA DPRD KABUPATEN KEBUMEN P A D A MALAM TASYAKURAN HARI ULANG TAHUN PROKLAMASI KE 72 TAHUNREPUBLIK INDONESIA Rabu, 16 Agustus 2017

I.PENDAHULUAN. Fenomena yang aktual saat ini yang dialami negara-negara yang sedang

Transkripsi:

BAB I PENGANTAR 1.1 Latar Belakang Bangsa dan negara Indonesia sejak proklamasi pada tanggal 17 Agustus 1945 pun tidak lepas dan luput dari persoalan yang berkaitan dengan ketahanan wilayah karena dalam perjalanan sejarahnya, Negara Kesatuan Republik Indonesia mengalami pasang surut dalam menjaga eksistensi dan kelangsungan hidup sebagai sebuah bangsa dan negara yang merdeka dan berdaulat. Apabila dilihat dari geopolitik dan geostrategi yang kemudian dikaitkan dengan potensipotensi yang dimilikinya maka bangsa Indonesia berada pada posisi yang rawan dengan instabilitas nasional yang diakibatkan dari berbagai kepentingan seperti persaingan dan atau perebutan pengaruh baik dari dalam negeri maupun dari luar negeri. Hal itu sudah dipastikan akan memberikan dampak bagi hidup dan kehidupan bangsa dan negara Indonesia dalam jangka pendek maupun jangka panjang. Indonesia adalah negara yang bersandar pada kekuatan hukum sehingga kekuasaan dan penyelenggaraan hidup dan kehidupan kenegaraan diatur oleh hukum yang berlaku. Dengan kata lain, hukum sebagai pranata sosial disusun untuk kepentingan seluruh rakyat dan bangsa yaitu menjaga ketertiban bagi seluruh rakyatnya. Kondisi kehidupan nasional itu menjadi salah satu kekuatan ketahanan wilayah karena adanya jaminan kekuasaan hukum bagi semua pihak yang ada, menjadi cermin bagaimana rakyat Indonesia mampu untuk tumbuh dan berkembang dalam suatu wilayah.

2 Akan tetapi dalam perjalanan bangsa Indonesia sejak merdeka sampai pada saat ini dalam praktik hidup bermasyarakat, berbangsa dan bernegara telah banyak terjadi praktik-praktik penyimpangan oleh pengelola negara maupun warga negara.penyimpangan dilakukan dengan mengedepankan dan memperalat berbagai elemen bangsa, demi kepentingan politik dan melanggengkan serta melestarikan kekuasaannya secara terus-menerus. Bahkan lebih dari itu menciptakan suasana dengan membuat rakyat tidak berdaya dan ketakutan secara berlebihan, bila tidak mengikuti ajakan penguasa maka dikatakan tidak ikut membela negara, ingin memisahkan diri dari Negara Kesatuan Republik Indonesia dan tidak mendukung program Pemerintah dalam bela negara. Di sisi lain masyarakat pun merasa tidak puas dengan kondisi bangsa yang dibuat oleh penguasa untuk menekan masyarakat, kemudian masyarakat mulai mencoba mengadakan perlawanan terhadap pemerintah melalui gerakangerakan anti pemerintah, anti nilai-nilai kejuangan, anti semangat patriotisme sebagai warga negara dan klimaksnya adalah suatu gerakan yang diawali oleh gerakan reformasi total pada tanggal 1 Mei tahun 1998. Berbagai hipotesis dan penjelasan dikemukakan oleh banyak pihak untuk menganalisa konflik yang terjadi. Ada pandangan bahwa transisi dari otorisme menuju demokrasi, dalam konteks ini adalah munculnya gerakan reformasi di Indonesia pada 1998. Negara dianggap tidak mampu menegakan aturan dan kontrol terhadap masyarakat, sebaliknya masyarakat justru lebih dominan dalam mengontrol negara. Selain faktor internal state, dampak-dampak pembangunan yang menumpuk, seperti ketidak adilan (marjinalisasi), kesenjangan ekonomi, dan

3 rusaknya jaringan sosial budaya lokal tradisional masa Orde Baru sering disebut sebagai sumber pendukung pecahnya konflik komunal. Konflik sosial antar etnis menjadi suatu gejala penting dewasa ini yang terjadi di berbagai tempat dan melibatkan berbagai etnis (Abdullah, 2007), yang dapat menimbulkan disintegrasi bangsa, pada akhirnya dapat pula menimbulkan akibat buruk dengan menurunnya semangat bela negara di dalam kehidupan masyarakat. Demikian pula halnya yang terjadi di Kota Depok, situasi dan kondisi yang tidak jauh berbeda sebagaimana yang digambarkan di atas, tidak luput mempengaruhi dan merasuk ke dalam sendi-sendi kehidupan masyarakat Kota Depok pada umumnya. Aksi kekerasan massa dan konflik sosial antar kelompok masyarakat masih saja terjadi (http://www.depok.news.com, 2011). Pemerintah Daerah seharusnya merupakan institusi yang fungsinya untuk melindungi keamanan dan keselamatan warga ternyata tidak mampu melaksanakan fungsi tersebut Terjadinya aksi kekerasan dan kebrutalan massa, seperti tindak perusakan, main hakim sendiri, dan main bakar sudah semakin memprihatinkan, ini menandakan betapa lemahnya institusi dari Pemerintah Daerah yang tidak dapat melindungi dan memberikan rasa aman kepada warganya. Berbicara masalah tindak kriminal di Kota Depok, dengan sering terjadinya perampokan di jalan raya yang memakan korban pengendara sepeda motor yang baru saja mengambil uang dari anjungan tunai mandiri pencurian di rumah-rumah penduduk yang ditinggal pergi penghuninya pulang kampung, membuat warga menjadi takut meninggalkan rumah jangan-jangan sepeninggal mereka berpergian

4 dimasuki oleh pencuri. Adanya warga yang melakukan sambungan listrik PLN secara illegal. Hal ini tentunya juga akan berimbas ke wilayah Kota Depok yang nota bene berbatasan langsung dengan wilayah DKI Jakarta. Begitu maraknya aksi kejahatan tersebut, membuat para pejabat Polres Metro Depok menjadi gemas dan memberikan ultimatum akan melakukan tembak di tempat bagi pelaku perampokan dan tindak pidana lainnya yang membawa senjata api atau senjata tajam. Dengan melihat kejadian di atas, terlihat secara jelas potret dari masyarakat Kota Depok, betapa memprihatinkannya kesadaran dari warga dalam hal membina kerukunan sesama warga. Sulitnya memelihara persatuan dan kesatuan antar warga, karena seringnya terjadi konflik sosial dan mementingkan kepentingan sendiri seolah-olah warga tidak sadar bahwa diantara mereka sebenarnya saling membutuhkan. Oleh karena itu, yang diperlukan adalah saling membantu dan bergotong royong untuk kepentingan bersama, yang kuat membantu yang lemah, yang kaya membantu yang miskin. Memudarnya rasa cinta terhadap tanah air dengan melakukan tindakan-tindakan yang merugikan negara tersebut mengindikasikan mulai menurunnya kesadaran akan bela negara dalam kehidupan bermasyarakat. Rasa cinta kepada tanah air khususnya bagi generasi muda di Kota Depok disinyalir sudah mulai memudar seiring datangnya arus globalisasi yang membawa pengaruh-pengaruh negatif baik dari segi ekonomi maupun budaya. Sedangkan rasa cinta tanah air itu sendiri merupakan landasan kesadaran bela negara (Supandji, 2008) yang dapat mendorong akan mengarahkan warga negara

5 pada dorongan untuk mempersembahkan yang terbaik bagi negara dan bangsanya. Rasa cinta tanah air adalah patriotisme, warga negara yang memiliki rasa cinta tanah air dikenal sebagai patriot.untuk ikut serta dalam pembelaan negara oleh setiap warga masyarakat dengan menanamkan sedini mungkin akan rasa cinta kepada tanah air. 1.2 Permasalahan Penelitian Berdasarkan latar belakang di atas, focus permasalahan penelitian ini dirumuskan sebagai berikut : 1.2.1 Bagaimana partisipasi masyarakat tentang bela negara di Kelurahanan Pasir Gunung Selatan? 1.2.2 Kendala-kendala apa yang dihadapi dalam partisipasi bela negara? 1.2.3 Bagaimana upaya peningkatan partisipasi masyarakat tentang bela negara dalam meningkatkan ketahanan wilayah di Kelurahan Pasir Gunung Selatan? 1.3 Tujuan Penelitian Bertolak dari rumusan masalah di atas, maka tujuan dilaksanakannya penelitian ini adalah : 1.3.1 Mengetahui dan menganalisis partisipasi masyarakat tentang bela negara di Kelurahan Pasir Gunung Selatan. 1.3.2 Mengetahui dan menganalisis kendala-kendala yang dihadapi dalam partisipasi bela negara. 1.3.3 Mengetahui dan menganalisis upaya peningkatan partipsipasi masyarakat tentang bela negara dalam meningkatkan ketahanan wilayah di Kelurahan Pasir Gunung Selatan. 1.4 Manfaat Penelitian Adapun manfaat dari hasil penelitian yang dilakukan, adalah:

6 1.4.1 Bagi Lingkungan Akademis Memberikan sumbangan pemikiran bagi studi Ketahanan Nasional, dengan cara mencermati fenomena yang ada pada suatu wilayah penelitian dengan karakteristik yang khas, serta mendorong peneliti lain untuk melakukan penelitian tentang peningkatan ketahanan wilayah dengan cara pandang yang berbeda. 1.4.2 Bagi Lemhannas Memberikan sumbangan pemikiran bagi pengambil kebijakan di bidang pemahaman partisipasi masyarakat dalam bela negara dalam rangka memperkuat ketahanan wilayah dan komunitas itu sendiri untuk merumuskan suatu kebijakan ketahanan wilayahyang lebih optimal dan berdaya guna bagi lingkungan masyarakat. 1.4.3 Bagi Masyarakat Memberikan informasi dan pengetahuan tentang pentingnya partisipasi masyarakat dalam bela negara dalam rangka memperkokoh Ketahanan wilayah dalam kehidupan sehari-hari 1.4.4 Bagi Penulis Untuk menambah ilmu pengetahuan dan mempraktekan teori-teori kedalam praktek-praktek nyata mengenai partisipasi masyarakat dalam bela negara pengembangannya dan cara berpikir di kemudian hari dan sebagai referensi bagi peneliti-peneliti lainnya. 1.5 Sistematika Penulisan Dalam penyusunan tesis ini, penulis membagi penulisan tesis ini ke dalam 6 (enam) bab yang masing-masing terdiri dari sub-sub bagian. Tujuannya

7 adalah agar dapat menguraikan secara sistematis. Adapun pembagiannya adalah sebagai berikut: Bab pertama ini merupakan bab pembuka yang menjelaskan tentang latar belakang, permasalahan penelitian, tujuan penelitian manfaat penelitian dan sistematika penulisan. Bab kedua ini menjelaskan tentang tinjauan pustaka dan landasan teori yang digunakan dalam penulisan tesis tentang kerangka pemikiran yang berisi gambaran umum tentang permasalahan yang dihadapi. Dalam bab ketiga ini berisikan tentang metode penelitian, lokasi dan waktu, penentuan obyek penelitian, teknik pengumpulan dan analisis data. Gambaran umum obyek penelitian. Bab kelima ini membahas seluruh uraian mengenai informasi dan data yang telah dikumpulkan, dikaitkan dengan cara berpikir penulis guna mendapatkan pemecahan masalah. Bab enam merupakan bab terakhir yang berisikan kesimpulan dan saran