BAB I PENDAHULUAN. dalam tata pemerintahan di Indonesia. Penerapan otonomi daerah di

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. No.22 tahun 1999 dan Undang-undang No.25 tahun 1999 yang. No.33 tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat

BAB 1 PENDAHULUAN. otonomi daerah. Otonomi membuka kesempatan bagi daerah untuk mengeluarkan

DAFTAR ISI. Halaman Sampul Depan Halaman Judul... Halaman Pengesahan Skripsi... Daftar Isi... Daftar Tabel... Daftar Gambar... Daftar Lampiran...

BAB I PENDAHULUAN. Konsekuensi dari pelaksanaan otonomi daerah dan desentralisasi tersebut yakni

BAB I PENDAHULUAN. yang merupakan revisi dari Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1999 menyatakan bahwa

BAB I PENDAHULUAN. bagian yang tidak dapat dipisahkan dari keberhasilan kebijakan yang. daerahnya masing-masing atau yang lebih dikenal dengan sebutan

BAB I PENDAHULUAN. bertumpu pada penerimaan asli daerah. Kemandirian pembangunan baik di tingkat

BAB I PENDAHULUAN. pemerataan yang sebaik mungkin. Untuk mencapai hakekat dan arah dari

BAB I PENDAHULUAN. Sesuai dengan Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1999 yang telah direvisi menjadi Undang-

BAB I PENDAHULUAN. maka menuntut daerah Kab. Lombok Barat untuk meningkatkan kemampuan. Pendapatan Asli Daerah menurut Undang Undang Nomor 28 Tahun

BAB I PENDAHULUAN. baik dapat mewujudkan pertanggungjawaban yang semakin baik. Sejalan dengan pelaksanaan Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Dalam konteks pembangunan, bangsa Indonesia sejak lama telah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Pembangunan merupakan usaha terencana dan terarah untuk

BAB 1 PENDAHULUAN. pembangunan senantiasa memerlukan sumber penerimaan yang memadai dan

BAB I PENDAHULUAN. pengalihan pembiayaan. Ditinjau dari aspek kemandirian daerah, pelaksanaan otonomi

BAB 1 PENDAHULUAN. yang meliputi seluruh kehidupan manusia, bangsa dan negara, untuk. Pembangunan nasional bertujuan mewujudkan masyarakat adil makmur

I. PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Era reformasi memberikan kesempatan untuk melakukan perubahan pada

: Analisis Pendapatan Asli Daerah (PAD) Dalam Upaya Pelaksanaan Otonomi Daerah di Kabupaten Badung Bali. : Tyasani Taras NIM :

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. kepada daerah disertai pengalihan personil, peralatan, pembiayaan dan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN. Lahirnya kebijakan ekonomi daerah yang mengatur hubungan pemerintah

BAB I PENDAHULUAN. titik awal pelaksanaan pembangunan, sehingga daerah diharapkan bisa lebih mengetahui

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. nasional tidak bisa dilepaskan dari prinsip otonomi daerah. Otonomi. daerah merupakan suatu langkah awal menuju pembangunan ekonomi

BAB I PENDAHULUAN. seiring dengan semakin banyaknya kewenangan pemerintah yang. dilimpahkan kepada daerah disertai pengalihan personil, peralatan,

BAB I PENDAHULUAN. mayoritas bersumber dari penerimaan pajak. Tidak hanya itu sumber

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia dalam menyikapi berbagai permasalahan di daerah akhir-akhir ini,

BAB I PENDAHULUAN. pada meningkatnya dana yang dibutuhkan untuk membiayai pengeluaranpengeluaran. pemerintah di bidang pembangunan dan kemasyarakatan.

BAB I PENDAHULUAN. penting yang dilakukan yaitu penggantian sistem sentralisasi menjadi

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia tahun

BAB I PENDAHULUAN. Pelaksanaan otonomi daerah ditandai dengan diberlakukannya UU No.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pelaksanaan Undang-Undang Republik Indonesia No. 22 Tahun 1999 dan

BAB I PENDAHULUAN. Undang Nomor 23Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah dan Undang-

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Reformasi tahun 1998 memberikan dampak yang besar dalam bidang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Reformasi telah membawa perubahan yang signifikan terhadap pola

BAB I PENDAHULUAN. Munculnya penyelenggaraan Otonomi Daerah menyebabkan terjadinya

BAB I PENDAHULUAN. pengelolaan keuangan negara maupun daerah. sumber daya alamnya sendiri. Sumber dana bagi daerah antara lain terdiri dari

BAB I PENDAHULUAN. dampak yang negatif. Dampak ini dapat dilihat dari ketidakmerataan

BAB I PENDAHULUAN. sesuai dengan peraturan perundang-undangan.undang-undang Nomor 22 tahun 1999 tentang

BAB I PENDAHULUAN. dengan kata lain Good Governance, terdapat salah satu aspek di dalamnya yaitu

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Desentralisasi merupakan salah satu perwujudan dari pelaksanaan

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Negara Indonesia ini adalah suatu negara yang menganut daerah otonom.

BAB I PENDAHULUAN. merupakan salah satu bidang dalam akuntansi sektor publik yang menjadi

BAB I PENDAHULUAN. yang baik. Melalui sistem pemerintahan yang baik, setidaknya hal tersebut dapat

I. PENDAHULUAN. Berdasarkan pasal 18 ayat 2 Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. No. 22 Tahun 1999 tentang Pemerintah Daerah dan UU No. 25 Tahun 1999

BAB I PENDAHULUAN. perubahan regulasi dari waktu ke waktu. Perubahan tersebut dilakukan

BAB I PENDAHULUAN. (Bratahkusuma dan Solihin, 2001:1). Menurut Undang-Undang Nomor 32

BAB I PENDAHULUAN. sebagai unit pelaksana otonomi daerah. Otonomi daerah adalah hak, wewenang dan kewajiban daerah otonom untuk mengatur dan mengurus

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat setempat sesuai dengan peraturan perundang-undangan. Hal tersebut

BAB I PENDAHULUAN. Undang Nomor 32 Tahun 2004 sebagai penyempurnaan Undang-undang Nomor 22

BAB I PENDAHULUAN. kepentingan masyarakat setempat sesuai dengan peraturan perundang-undangan.

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan ekonomi daerah khususnya Daerah Tingkat II (Dati II)

BAB I PENDAHULUAN. terdiri dari pulau-pulau atau dikenal dengan sebutan Negara Maritim. Yang mana dengan letak

BAB I PENDAHULUAN. berubah menjadi sistem desentralisasi atau yang sering dikenal sebagai era

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Negara membutuhkan pendanaan dalam menggerakan dan

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia memperkenalkan kebijakan otonomi daerah. Keseriusan pemerintah Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. Sistem pemerintahan Republik Indonesia mengatur asas desentralisasi,

BAB I PENDAHULUAN. Lahirnya Undang-Undang (UU) No. 32 Tahun 2004 tentang. Pemerintah Daerah (Pemda) dan Undang-Undang No. 33 Tahun 2004 tentang

BAB I PENDAHULUAN. Pajak merupakan wujud partisipasi dari masyarakat dalam. pembangunan nasional. Pajak merupakan salah satu pendapatan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Otonomi daerah adalah suatu pemberian hak dan kewajiban kepada daerah

BAB 1 PENDAHULUAN. 1 Universitas Bhayangkara Jaya

BAB I PENDAHULUAN. Hal ini ditandai dengan dikeluarkannya Undang-undang Nomor 22 Tahun

BAB 1 PENDAHULUAN. menjadi suatu fenomena global termasuk di Indonesia. Tuntutan demokratisasi ini

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Pembangunan merupakan salah satu upaya bagi pemerintah untuk mengembangkan

BAB I PENDAHULUAN. peraturan sebagai tujuan, dan bukan sebagai alat untuk

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. kesejahteraan dan pelayanan publik, mengoptimalkan potensi pendapatan daerah

BAB I PENDAHULUAN. Melalui Musyawarah Rencana Pembangunan (Musrenbang) yang telah

BAB I PENDAHULUAN. Sejak diberlakukannya Undang-Undang No.32 Tahun 2004 tentang Otonomi

BAB I PENDAHULUAN. oleh setiap daerah di Indonesia, terutama Kabupaten dan Kota sebagai unit pelaksana

BAB I PENDAHULUAN. baik pusat maupun daerah, untuk menciptakan sistem pengelolaan keuangan yang

BAB I PENDAHULUAN. 22 Tahun 1999 yang diubah dalam Undang-Undang No. 32 Tahun tentang Pemerintah Daerah dan Undang-Undang No. 25 Tahun 1999 yang

BAB III GAMBARAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH DAN KERANGKA PENDANAAN

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pelaksanaan Otonomi Daerah membuat Pemerintah menggantungkan sumber

BAB I PENDAHULUAN. Perimbangan keuangan antara pemerintah pusat dan pemerintah daerah

BAB I PENDAHULUAN. Otonomi daerah merupakan suatu bentuk perwujudan pendelegasian. wewenang dan tanggung jawab dari Pemerintah Pusat kepada Pemerintah

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Krisis ekonomi di Indonesia memiliki pengaruh yang sangat besar

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. bernegara di Republik Indonesia. Salah satu dari sekian banyak reformasi yang

BAB I PENDAHULUAN. No. 22 tahun 1999 diganti menjadi UU No. 32 tahun 2004 tentang

BAB I PENDAHULUAN. Januari 2001 telah memberikan kewenangan yang luas, nyata dan. bertanggungjawab kepada daerah secara proporsional mengatur dan

BAB I PENDAHULUAN. Dalam penyelenggaraan pemerintahan serta pembangunan nasional, Indonesia menganut

BAB I PENDAHULUAN. memberikan proses pemberdayaan dan kemampuan suatu daerah dalam. perekonomian dan partisipasi masyarakat sendiri dalam pembangunan

2016 PENGARUH EFEKTIVITAS PEMUNGUTAN RETRIBUSI PELAYANAN PASAR TERHADAP KUALITAS PELAYANAN PUBLIK:

BAB I PENDAHULUAN. Dengan dikeluarkannya undang-undang Nomor 22 Tahun kewenangan yang luas untuk menggunakan sumber-sumber keuangan

BAB I PENDAHULUAN. daerah membutuhkan sumber-sumber penerimaan yang cukup memadai. Dalam

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Reformasi sektor publik yang disertai adanya tuntutan demokratisasi

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Era reformasi memberikan peluang bagi perubahan paradigma

BAB I PENDAHULUAN. Dalam sistem negara kesatuan, pemerintah daerah merupakan bagian yang

PENDAHULUAN. daerah yang saat ini telah berlangsung di Indonesia. Dulunya, sistem

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Kebijakan tentang otonomi daerah di wilayah Negara Kesatuan Republik

BAB I PENDAHULUAN. oleh rakyat (Halim dan Mujib 2009, 25). Pelimpahan wewenang dan tanggung jawab

BAB 1 PENDAHULUAN. pusat (sentralistik) telah menimbulkan kesenjangan antara Jawa dan luar Jawa

BAB I PENDAHULUAN. peningkatan kesejahteraan seluruh rakyat Indonesia. Dampak yang dialami oleh

BAB I PENDAHULUAN. pusat mengalami perubahan. Jika sebelumnya pemerintah bersifat sentralistik

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Otonomi Daerah telah membawa perubahan yang cukup signifikan dalam tata pemerintahan di Indonesia. Penerapan otonomi daerah di Indonesia dikumandangkan sejak awal reformasi 1998. Hal tersebut muncul ketika sidang MPR 1998 yang dituangkan dalam Ketetapan MPR No.XV/MPR/1998 tentang Penyelenggaraan Otonomi Daerah, Pengaturan, Pembagian, dan Pemanfaatan Sumberdaya Nasional yang b erkeadilan, serta Perimbangan Keuangan Pusat dan Daerah dalam Negara Kesatuan Republik Indonesia. Untuk melaksanakan ketetapan MPR tersebut, pemerintah mengesahkan UU No.22 Tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah dan UU No.25 Tahun 1999 tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Daerah dan direvisi menjadi Undang-Undang No.33 Tahun 2004. Otonomi daerah diterapkan dengan harapan agar daerah mampu mengurus rumah tangganya sendiri dalam hal menyelenggarakan pemerintahan, pelayanan dan mengelola keuangan daerah berdasarkan prinsip transparansi, partisipasi dan akuntabilita. Melalui otonomi daerah dan desentralisasi fiskal maka pembangunan nasional yang bersifat inklusif mengedepankan pembangunan berdimensi kewilayahan dengan daerah sebagai pusat pertumbuhan. 1

Sesuai dimensi yang jelas tersebut, maka urusan pemerintahan yang menjadi kewenangan pemerintah pusat didanai dari Anggaan Pendapatan dan Belanja Negara (APBN), sedangkan urusan pemerintahan yang menjadi urusan pemerintah daerah didanai dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD), dengan demikian tidak akan terjadi tumpang tindih dalam pendanaan pada suatu bidang kegiatan sehingga penyelengaraan pemerintahan akan menjadi lebih baik. Dalam rangka merealisasikan pelaksanaan otonomi daerah, maka sumber pembiayaan pemerintah daerah tergantung pada hasil Pendapatan Asli Daerah (PAD). Adapun sumber sumber peneriman dari suatu daerah menurut Undang-Undang Republik Indonesia N0.33 Tahun 2004 (revisi UU No.25 Tahun 1999) tentang Perimbangan Keuangan Pusat dan Daerah sebagai berikut: 1. Pendapatan Asli Daerah (PAD) meliputi: a) Pajak daerah. b) Retribusi Daerah. c) Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah yang Dipisahkan. d) Lain-lain Pendapatan Asli Daerah yang sah 2. Dana Perimbangan 3. Pinjaman Daerah 4. Lain-lain Pendapatan Daerah yang sah. Peningkatan Pendapatan Asli Daerah (PAD) merupakan salah satu upaya untuk mewujudkan kemandirian pembiayaan di daerah dengan

mengoptimalkan sumber-sumber pendapatan yang dimiliki. Salah satu sumber pendapatan daerah adalah retribusi yang penerapannya pada tempattempat pelayanan umum misalnya di pasar-pasar, tempat rekreasi atau sarana olahraga lainnya. Undang Nomor 28 Tahun 2009 sebagai perubahan dari Undang- Undang Nomor 34 Tahun 2000 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah mengatur upaya penyediaan pembiayaan dari sumber tersebut yang antara lain dilakukan dengan peningkatan penerimaan pemungutan, penyempurnaan, dan penambahan jenis retribusi serta pemberian keleluasaan bagi daerah untuk menggali sumber-sumber penerimaan, khususnya retribusi. Retribusi daerah sebagai salah satu sumber Pendapatan Asli Daerah (PAD) sekarang ini lebih memungkinkan dan berpeluang untuk ditingkatkan atau dikembangkan sehingga mampu memberikan kontribusi yang lebih besar kepada Pendapatan Asli Daerah (PAD) terutama di daerah Kabupaten/Kota yang sekaligus meningkatkan kualitas pelayanan di daerah. Sebagaimana telah disebutkan dalam penjelasan UU Nomor 28 Tahun 2009 tentang perubahan UU Nomor 34 Tahun 2000 yaitu, Daerah Kabupaten/Kota diberi peluang dalam menggali potensi sumber-sumber keuangannya dengan menetapkan jenis pajak dan retribusi selain yang telah ditetapkan, sepanjang memenuhi kriteria yang telah ditetapkan dan sesuai dengan aspirasi masyarakat. Berikut ini, akan disajikan tabel Anggaran dan Realisasi Penerimaan PAD Kabupaten Kupang.

Tabel 1.1 Anggaran dan Realisasi Penerimaan PAD Kabupaten Kupang Tahun Anggaran 2011-2014 (Rupiah) No Tahun Anggaran Pajak Daerah Retribusi Daerah Hasil Pengelolaan Kekayaaan Daerah yang dipisahkan Penerimaan La Berikut ini akan disajikan data jumlah pengunjung Obyek Wisata Kabupaten Kupang tahun 2011-2014. Tabel 1.2 Jumlah Pengunjung Per Kategori Usia di Objek Wisata Kabupaten Kupang Tahun 2011-2015 ( Orang ) Tahun Oenesu Baumata Tablolong Manikin Total Dewasa Anak Dewasa Anak Dewasa Anak Dewasa Anak Dewasa Anak 2011 8.300 4.300 11.316 9.143 6.700 1.100 4.850 3.379 31.166 17.922 49.088 2012 13.900 6.200 10.800 7.200 6.163 1.712 4.532 3.105 35.395 18.217 53.612 2013 13.568 3.800 9.282 7.173 5.780 806 3.591 2.865 32.221 14.644 46.865 2014 10.500 2.200 13.743 7.800 11.100 2.106 4.820 3.290 40.163 15.396 55.559 2015 5.952 2.300 29.000 38.502 9.200 2.500 2.934 1.291 47.086 44.593 91.679 Total 52.220 18.800 74.141 69.818 38.943 8.224 20.727 13.930 186.031 110.772 296.803 Sumber: Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Kupang, 2016 Berdasarkan data terlihat jumlah pengunjung Objek Wisata di Kabupaten Kupang dari Tahun 2011-2015 terbanyak adalah Pengunjung di Objek wisata Baumata yakni sebanyak 143.959 orang (pengunjung dewasa dan anak-anak). Walaupun demikian dari tahun 2011-2015, jumlah pengunjung terus mengalami peningkatan dan penurunan secara bergantian di tiap tahunnya. Dapat diketahui, total pengunjung keempat obyek wisata tahun 2011 sebesar 49.088 Orang, pada tahun 2012 meningkat menjadi 53.612 Orang dan tahun 2013 jumlah pengunjung menurun menjadi 46.865 Orang, lalu meningkat lagi pada tahun 2014 yang jumlah pengunjungnya mencapai 55.559 Orang,dan tahun 2015 meningkat menjadi 91.679 Orang. Realisasi penerimaan Retribusi Tempat Rekreasi dan Olahraga diharapkan mengalami peningkatan karena semakin banyak kebutuhan daerah yang bisa dibiayai dengan PAD menunjukkan kualitas otonomi daerah tersebut semakin baik. Kabupaten Kupang sebagai salah satu daerah otonom di Provinsi Nusa Tenggara Timur memiliki potensi yang sangat Total

besar untuk tumbuh dan berkembangnya daerah kawasan wisata sebagai salah satu sumber pendapatan daerah yang harus dioptimalkan. Berikut ini akan disajikan tabel dan grafik realisasi penerimaan Retribusi Tempat Rekreasi dan Olahraga. Tabel 1.3 Anggaran dan Realisasi Penerimaan Retribusi Tempat Rekreasi dan Olahraga Kabupaten Kupang Tahun Anggaran 2011-2015 (Rupiah) No Tahun Anggaran Anggaran Realisasi 1 2011 155.000.000 116.097.000 2 2012 146.000.000 170.488.500 3 2013 150.000.000 145.735.000 4 2014 320.000.000 170.603.000 5 2015 320.000.000 207.150.000 Sumber:Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Kupang, 2016. Gambar 1.1 Grafik Anggaran dan Realisasi Penerimaan Retribusi Tempat Rekreasi dan Olahraga Kabupaten Kupang Tahun Anggaran 2011-2015 (Rupiah) 400,000,000 300,000,000 200,000,000 100,000,000 Anggaran Realisasi 0 2011 2012 2013 2014 2015 Sumber:Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Kupang, 2016. Berdasarkan data di atas, diketahui bahwa realisasi penerimaan Retribusi Tempat Rekreasi dan Olahraga di Kabupaten Kupang hanya pada Tahun 2012 yang berhasil mencapai anggaran/target yang ditetapkan, dimana realisasinya sebesar Rp.170.488.500 sedangkan targetnya hanya Rp.146.000.000. Dan terlihat penerimaan Retribusi Tempat Rekreasi dan Olahraga di Kabupaten Kupang tidak statis dan cenderung tidak mencapai target yang telah ditetapkan pada tahun 2011,2013,2014 dan 2015. Penyelenggaraan otonomi daerah menuntut adanya kesiapan sumber daya dan sumber dana. Sebagai konsekuensi pelaksanaan otonomi daerah, pemerintah Kabupaten Kupang dituntut untuk menggali sumber-sumber keuangan daerah dengan berbagai cara. Salah satunya adalah pemerintah harus mengoptimalkan sumber-sumber penerimaan retribusi daerah dari objek

retribusi yang sudah ada dan mencari objek retribusi daerah yang baru dan potensial. Dari uraian di atas, maka upaya peningkatan penerimaan retribusi harus dilakukan. Retribusi Tempat Rekrasi dan Olahraga di Kabupaten Kupang Berasal dari 4 Obyek Wisata yang di kelola Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Kupang yakni Pantai Tablolong, Air Terjun Oenesu, Kolam Baumata dan Pantai Manikin. Peningkatan penerimaan Retribusi Tempat Rekreasi dan Olahraga harus didukung melalui upaya perbaikan infrastruktur dan sistem yang baik dalam hal pengelolaannya, karena apabila realisasi penerimaan Retribusi Tempat Rekreasi dan Olahraga semakin besar mendekati target yang ditetapkan maka hal tersebut menunjukkan efektivitasnya makin besar tetapi apabila kontribusinya semakin jauh dari target yang telah ditetapkan maka perlu pengkajian lebih dalam faktor-faktor yang mempengaruhi, salah satunya adalah kondisi obyek wisata dengan harapan agar realisasi Retribusi Tempat Rekreasi dan Olahraga mampu mencapai bahkan melampau dari target retribusi yang telah ditetapkan oleh pemerintah daerah.

1.2 Rumusan Masalah Dalam tulisan ini, penulis ingin menganalisis potensi penerimaan retribusi tempat rekreasi Kabupaten Kupang dengan rumusan masalah sebagai berikut: 1. Bagaimana potensi retribusi tempat rekreasi dan olahraga di Kabupaten Kupang? 2. Bagaimana efektivitas penerimaan dan efisiensi pemungutan retribusi tempat rekreasi dan olahraga di Kabupaten Kupang? 3. Apa strategi pengembangan Obyek Wisata yang digunakan untuk meningkatkan penerimaan retribusi tempat rekreasi dan olahraga di Kabupaten Kupang? 1.3 Tujuan Penelitian Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan dilakukan penelitian ini adalah untuk : 1. Mengetahui potensi retribusi tempat rekreasi dan olahraga di Kabupaten Kupang. 2. Mengetahui efektivitas penerimaan da efisiensi pemungutan retribusi tempat rekreasi dan olahraga di Kabupaten Kupang. 3. Mengetahui strategi pengembangan Obyek Wisata yang tepat untuk meningkatkan penerimaan retribusi tempat rekreasi dan olahraga Kabupaten Kupang.

1.4 Kegunaan Penelitian Penelitian ini dapat memberikan kontribusi kepada : 1. Pengambil kebijakan Bagi para pengambil kebijakan terutama Pemerintah Daerah Kabupaten Kupang diharapkan dapat memberikan informasi yang berguna di dalam pengambilan kebijakan mengenai retribusi daerah sehingga dapat berjalan efektif untuk ke depannya. 2. Pihak Pengelola Sebagai acuan untuk mengembangkan potensi objek wisata yang di kelola agar kontribusinya kepada pemerintah semakin baik dan pelayanan kepada wisatawan juga semakin baik pula. 3. Peneliti selanjutnya Sebagai acuan untuk melakukan penetian selanjutnya dan juga referensi yang baik. 4. Penulis Menambah wawasan peneliti terkait Retribusi Tempat Rekreasi dan Olahraga dan juga membantu penulis untuk menggali potensi daerah tempat rekreasi dan olahraga di Kabupaten Kupang.