Budi Mulyanto Hati Bicara
Hati Bicara Copyright 2014, Budi Mulyanto Pertama kali diterbitkan dengan teknologi Print on Demand secara self-publishing oleh NulisBuku, Januari 2014 ILP Center Lt. 3-01, Pasar Minggu No. 39 A Pancoran, Jakarta Selatan 12780 e-mail: admin@nulisbuku.com www.nulisbuku.com Penata Letak: Banyu Bening Perancang Sampul: Banyu Bening Hak cipta dilindungi oleh undang-undang Dilarang mengutip atau memperbanyak sebagian atau seluruh isi buku ini tanpa izin tertulis dari penulis 141 hlm.; 13 cm x 19 cm 2 Hati Bicara
Terima kasih Ucapan terima kasih, saya haturkan sedalamdalamnya kepada Pencipta hati saya yang selalu terus menjaga dan melindungi. Kepada para hati yang telah membimbing saya dan selalu berada di sisi tanpa lelah. Kepada para hati yang selalu menemani kala dekat maupun jauh dan jadi penyemangat yang hebat. Kepada para hati yang telah memberi arti pada setiap kalimat yang terlahir. 3
Daftar Isi Lelaki Hujan Berbagi Bapak Tak Menyatu Hijaunya Pacarku Setia Rela Dusta Kepada Bapak Ini Saja Sudah Cukup Harap yang Terhenti Tangga Itu Masih Ada Kereta Api ke Medan Bukan Vivienne Selingkuh Le Sajadah Putih Hati Bicara Tining dan Marlon 7 13 21 24 37 43 56 61 72 77 93 98 101 111 115 126 129 4 Hati Bicara
Lelaki Hujan Lelaki hujan, aku memanggilnya, karena dia suka hujan. Seperti sore ini, dia sedang menikmati hujan. Lelaki hujan akan bersuka cita ketika hujan datang. Hujan yang selalu bisa menyejukkan hatinya. Bahkan kadang dia menari disela rinai hujan, seperti dulu yang sering dia lakukan ketika masih kecil. Di pematang sawah belakang rumahnya, dia akan rela basah sambil tetap bermain. Tak peduli suara ibunya yang terus memanggil agar cepat masuk ke rumah. Lelaki hujan masih menikmati merduanya suara nyanyian hujan malam ini. Tak begitu deras, 5
tinggal menyisakan gerimis, namun alunannya masih terasa indah. Lelaki hujan mendekati jendela kamarnya. Menikmati bulir-bulir air yang mengalir di kaca. Sesekali matanya menembus kaca jendela, melihat malam. Berharap esok cepat datang agar dia bisa segera bertemu kekasihnya. malam penuh hujan menyisir hari ke tepian biar kelam semakin kasihan Lelaki hujan teringat kekasihnya. Gadis satu kelas yang sangat dia cintai. Baru kemarin dia menyatakan cintanya sepulang dari sekolah sambil berjalan kaki bersama. Sudah lama dia menunggu datangnya hari itu. Kata cinta yang seharusnya sudah dia ucapkan sejak naksir pujaan hatinya setahun yang lalu. Beruntung lelaki hujan tak bertepuk sebelah tangan. Kemarin mereka juga berjanji menjaga setia agar lestari. Lelaki hujan membuka kaca jendela kamarnya sedikit. Dia berharap angin malam menerpanya sejenak. Tak sabar ingin cepat bertemu kekasihnya. Membayangkan paras cantik pujaannya. Lelaki hujan 6 Hati Bicara
bahagia malam itu. Kemudian dia menutup kaca jendela dan bergegas ke tempat tidurnya. Berharap semoga kekasihnya hadir dalam mimpi. Gerimis sudah mereda. malam kian terbenam menemani dingin menusuk tilam biar mata semakin terpejam Lelaki hujan memakai seragam putih abu-abu pagi itu. Di luar kembali hujan, namun kali ini begitu deras dan diiringi suara petir menyambar bersahutan. Lelaki hujan tetap bertekad pergi ke sekolah karena dia ingin segera bertemu kekasihnya yang sudah mulai dirindu. Dia memakai jas hujan untuk menutupi seragamnya agar tidak basah. Jas hujan yang biasa dipakai bapaknya ke sawah jika turun hujan. Lelaki hujan sampai di kelas dan meletakkan tasnya. Dia tak menemukan kekasihnya ada disitu. Lelaki hujan kembali ke depan sekolah. Dia menunggu disana. Berharap kekasihnya akan segera tiba sambil berpayung. Lelaki hujan sedikit kuatir. Para siswa 7
sudah banyak berdatangan meski hujan turun. Dia terus menunggu. Lonceng tanda masuk kelas sudah dipukul. Lelaki hujan menyerah dan lunglai memasuki kelas. sepilu puing yang berserakan sesendu angin yang melintas serindu aku... (padamu) Lelaki hujan banyak diam. Hujan mulai berhenti. Waktu belajarpun usai. Apa yang terjadi? Dia bertanya dalam hati. Mengapa sang kekasih tidak masuk sekolah? Ingin rasanya berlari ke rumah kekasihnya tapi dia teringat harus segera pulang untuk membantu orang tuanya di sawah. Namun hari itu dia memutuskan untuk pergi saja ke rumah kekasihnya. Di tengah perjalanan gerimis kembali datang. Rumah kekasihnya berada di lain desa dan setibanya disana, dia menemukan sekerumunan orang disekitar rumah kekasihnya. Ada bendera kuning terlihat di depan rumah dan terdengar suara orang mengaji dari dalam rumah. Perasaannya tidak karuan. 8 Hati Bicara
Siapa yang meninggal, Pak? dia bertanya pada seorang bapak berpeci yang sedang duduk di depan rumah kekasihnya. Sri anaknya Pak Yanto, tadi pagi waktu berangkat ke sekolah kena sambar petir. Padahal kata bapaknya sudah dilarang nggak usah masuk sekolah hari ini karena hujannya deras sekali, jawab bapak berpeci itu. Lelaki hujan tanpa kata. Gerimis masih mengiringi. Hari-hari selanjutnya tak lagi sama, tak lagi indah baginya. Kini lelaki hujan lebih sering menunggu hujan datang dan berharap petir bisa menyambarnya. Dia ingin mati seperti kekasihnya. Lelaki hujan tak lagi suka hujan. Hujan telah merenggut kekasihnya. mencintai jiwamu karena cuma itu yang bisa kumiliki bukan ragamu Sore ini hujan kembali deras diiringi suara petir yang bersahutan. Lelaki hujan masih berdiri 9
tegak di tengah sawah. Tak peduli seberapa deras hujan akan mengguyurnya. Hujan! Mengapa kau ambil kekasihku? Pertemukan aku dengannya! teriaknya sambil menengadah. Petir tak peduli. Hujan tak memberi jawab. Aku masih terus memperhatikan lelaki hujan. Aku percaya begitu murni cintanya. Jangan salahkan hujan karena ini sudah takdir. Ikhlaskanlah kepergianku. * :------ ------: * 10 Hati Bicara