BAB I PENDAHULUAN. Dunia pendidikan, kini semakin dikenal oleh masyarakat. Sebab, fenomena

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan

SKRIPSI Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1 Jurusan Pendidikan Kewarganegaraan. Diajukan Oleh:

BAB I PENDAHULUAN. sifat konstruktif dalam hidup manusia. Karena itulah kita dituntut untuk mampu

BAB I PENDAHULUAN. Undang-Undang RI No. 14 tahun 2005 tentang Guru dan Dosen, serta Peraturan

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat, serta orang tua. Menurut Dimyati dan Mujiono (2006: 7),

I. PENDAHULUAN. Dalam mencapai tujuan, setiap organisasi dipengaruhi oleh perilaku

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pengertian pendidikan menurut Undang-undang Sistem Pendidikan

I. PENDAHULUAN. yang mana didalamnya terdapat pembelajaran tentang tingkah laku, norma

BAB 1 PENDAHULUAN. karena tanpa pendidikan manusia akan mengalami banyak kesulitan dan

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan jaman yang semakin modern terutama pada era globalisasi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. globalisasi seperti sekarang ini akan membawa dampak diberbagai bidang

BAB I PENDAHULUAN. emosional, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta. keterampilan yang diperlukan dirinya dan masyarakat.

BAB I PENDAHULUAN. bangsa. Suatu bangsa bisa dikatakan telah maju apabila seluruh warga negaranya

BAB I PENDAHULUAN. seperangkat ajaran tentang kehidupan manusia; ajaran itu dirumuskan berdasarkan

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan usaha sadar dan terencana untuk mengembangkan. kepribadian manusia melalui pemberian pengetahuan, pengajaran

BAB I PENDAHULUAN. pengetahuan, pengalaman, dan keterampilan sebagaimana dirumuskan dalam

PENGARUH MOTIVASI BELAJAR DAN LINGKUNGAN BELAJAR TERHADAP PRESTASI BELAJAR IPS SISWA KELAS VIII SMP NEGERI 1 MOJOLABAN TAHUN PELAJARAN 2009/2010

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan suatu hal yang sangat penting dalam kehidupan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. kemampuan teknis (skill) sampai pada pembentukan kepribadian yang kokoh

BAB I PENDAHULUAN. peranan penting dalam mewujudkan tujuan pendidikan nasional melalui

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan dalam kehidupan suatu negara memegang peranan yang. sangat penting untuk menjamin kelangsungan hidup negara dan bangsa.

BAB I PENDAHULUAN. kuantitas hal tersebut dapat tercapai apabila peserta didik dapat. manusia indonesia seutuhnya melalui proses pendidikan.

BAB I PENDAHULUAN. diharapkan dapat melahirkan sumber daya manusia yang berkualitas yaitu yang

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan harus berlangsung secara berkelanjutan. Dari sinilah kemudian muncul istilah

BAB I PENDAHULUAN. hidup yang mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan individu.

BAB I PENDAHULUAN. kualitas pendidikan yang baik. Pendidikan menjadi pilar pembangunan bagi

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Tinggi rendahnya prestasi yang diperoleh siswa dapat dipengaruhi oleh banyak

SANTI BBERLIANA SIMATUPANG,

BAB I PENDAHULUAN. ditengah-tengah masyarakat, apalagi dengan perkembangan teknologi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Permendikbud Nomor 103 Tahun 2014 tentang Pembelajaran pada

BAB 1 PENDAHULUAN. menentukan arah kemajuan suatu bangsa. Dengan pendidikan yang berjalan

BAB I PENDAHULUAN. suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif

faktor eksternal. Berjalannya suatu pendidikan harus didukung oleh unsur-unsur pendidikan itu sendiri. Unsur-unsur pendidikan tersebut adalah siswa,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan faktor yang sangat penting dan menentukan bagi

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan suatu negara. Tanpa pendidikan suatu negara akan tertinggal jauh

BAB I PENDAHULUAN. Dalam era globalisasi dan informasi dituntut kemampuan ilmu. pengetahuan dan teknologi yang memadai. Untuk menuju pada kemajuan

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan yang diperolehnya seorang warga negara dapat mengabdikan diri

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. seiring dengan dinamika perubahan sosial budaya masyarakat. mengembangkan dan menitikberatkan kepada kemampuan pengetahuan,

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Pada intinya, guru adalah komponen penting yang menyelenggarakan

SKRIPSI Untuk memenuhi sebagian prasyarat Guna mencapai derajat Sarjana S- 1. Pendidikan Kewarganegaraan ROSY HANDAYANI A.

PENGARUH KEDISIPLINAN BELAJAR DAN BERFIKIR KRITIS SISWA TERHADAP PRESTASI BELAJAR IPS SISWA KELAS VII DI SMP NEGERI 2 COLOMADU TAHUN AJARAN 2009/ 2010

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan Nasional pada Undang- Undang RI No. 20 tahun 2003, Triana, 2015:

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Permasalahan Di era saat ini, pendidikan sangatlah memiliki peranan yang penting.

A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dalam kehidupan suatu negara, pendidikan memiliki peran strategis dalam

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pendidikan merupakan pondasi kemajuan suatu negara, maju tidaknya

BAB I PENDAHULUAN. dalam Pembukaan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun. maju dan sejahtera apabila bangsa tersebut cerdas.

BAB I PENDAHULUAN. ekonomi, politik, budaya, sosial dan pendidikan. Kondisi seperti ini menuntut

BAB I PENDAHULUAN. nasional yang telah dituangkan dalam Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Dalam pelaksanaan proses belajar mengajar sangat dibutuhkan perhatian

BAB I PENDAHULUAN. beberapa tahap seperti prasekolah, sekolah dasar, sekolah menengah, dan

BAB I PENDAHULUAN. akan berusaha untuk mengaktualisasi pengetahuannya tersebut di dalam. latihan, bagi pemerannya dimasa yang akan datang.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I Pendahuluan A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. kritis baik dalam bidang ekonomi, politik, budaya, termasuk juga didalam

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

1. PENDAHULUAN. menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa,

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan nasional dilaksanakan dalam rangka pembangunan manusia

BAB I PENDAHULUAN. maupun warga di luar sekolah yaitu orang tua, akademisi, dan pihak pihak lain.

BAB I PENDAHULUAN. yang memadai sebagai pendukung utama dalam pembangunan. Pendidikan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Dalam Undang Undang Nomor 20 tahun 2003 disebutkan bahwa pendidikan

BAB I PEDAHULUAN. pendidikan nasional di Indonesia menyatakan bahwa: Pendidikan nasional

BAB I PENDAHULUAN. menghadapi perkembangan ini dan harus berfikiran lebih maju. Ciri-ciri

BAB I PENDAHULUHAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan karakter merupakan pendidikan yang harus dikembangkan dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Proses belajar mengajar atau proses pengajaran merupakan suatu kegiatan

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu faktor yang menentukan berkembangnya suatu Negara ialah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana

umum yang muncul adalah rendahnya mutu kegiatan belajar siswa seperti adanya siswa yang ingin mencapai target hanya sekedar lulus dalam sekolah,

Skripsi Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1 Pendidikan Matematika

BAB I PENDAHULUAN. tingkah laku yang baik. Pada dasarnya pendidikan merupakan proses untuk

BAB II KAJIAN TEORI. Lebih lanjut strategi pembelajaran aktif merupakan salah satu strategi yang

I. PENDAHULUAN. sumber daya suatu Negara dapat ditingkatkan. Dewasa ini sudah menjadi. kebutuhan di setiap Negara untuk terus berusaha meningkatkan

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN MAKE A MATCH UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN KERJASAMA SISWA SEKOLAH DASAR

BAB I. terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar

BAB I PENDAHULUAN. potensi kreatif dan tanggung jawab kehidupan, termasuk tujuan pribadinya. 1

BAB 1 PENDAHULUAN. yang baik (Hamalik, 2009, h. 60). Dalam UU No. 20 Tahun 2003 pendidikan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab (Undang-undang

I. PENDAHULUAN. Pendidikan adalah salah satu faktor yang menentukan kemajuan bangsa Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu tujuan pendidikan nasional yang ingin dicapai telah ditetapkan

BAB I PENDAHULUAN. peradapan bangsa yang bermartabat. untuk terus-menerus belajar. Seorang mahasiswa dalam meraih tujuan

BAB I PENDAHULUAN. Pembinaan moral bagi siswa sangat penting untuk menunjang kreativitas. siswa dalam mengemban pendidikan di sekolah dan menumbuhkan

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan zaman yang semakin modern terutama pada era globalisasi

BAB I PENDAHULUAN. Manusia merupakan makhluk yang paling tinggi derajatnya, makhluk yang

BAB I PENDAHULUAN. semakin lama semakin terbuka. Hal ini dapat dicontohkan, ketika

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan adalah suatu tempat untuk mengembangkan dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Sebagai warga negara perlu mengembangkan diri untuk dapat hidup

BAB I PENDAHULUAN. Untuk tercapainya tujuan nasional tersebut harus ada perhatian dari. pemerintah dan masyarakat yang sungguh-sungguh.

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dunia pendidikan, kini semakin dikenal oleh masyarakat. Sebab, fenomena yang fundamental ini merupakan sifat konstruktif dalam hidup manusia. 1 Hal ini mengakibatkan banyak manusia harus mengadakan refleksi ilmiah tentang pendidikan tersebut. Proses pendidikan yang harus dilalui tidaklah mudah, proses tersebut adalah bimbingan orang dewasa yang mempengaruhi anak supaya menjadi dewasa. Secara sempit pendidikan diartikan sebagai upaya yang dilakukan pihak sekolah dengan tujuan mencerdaskan anak bangsa. Sedangkan UU RI Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional mengatakan: Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara. 2 Lain lagi halnya pada tujuan pendidikan, yaitu tentang nilai-nilai yang baik, luhur, benar dan indah untuk kehidupan. Tujuan pendidikan merupakan posisi penting dari komponennya. Tidak adanya tujuan pendidikan akan mengakibatkan pencapaian tujuan tidak terarah. Komponen lain adalah tenaga pendidik sebagai media penyalur ilmu yang disampaikan. Dalam pelaksanaanya, tujuan khusus yang ingin dicapai tersebut harus dibuat dengan jelas lingkup batasannya, 1 Hamzah B. Uno, Teori Motivasi dan Pengukurannya Analisis di Bidang Pendidikan (Jakarta: Bumi Aksara, 2007), p.10 2 UU No.20 Tahun 2003 tentang Standar Pendidikan Nasional 1

sehingga komponen-komponennya dapat bersinergi dengan baik. Namun, mengapa tujuan pendidikan itu dianggap perlu? Ada beberapa hal yang menyebabkan tujuan itu diperlukan, antara lain: pengkhususan tujuan memungkinkan dilaksanakannya tujuan umum melalui proses pendidikan; yang antara lain perlu adanya tahap perkembangan pendidikan dan kekhususan masingmasing lembaga penyelenggara pendidikan; adanya tuntutan persyaratan pekerjaan di lapangan; diperlukannya teknik tertentu yang menunjang tujuan lebih lanjut; adanya kondisi yang secara kebetulan muncul tanpa direncanakan. 3 Secara singkat disinggung pula pada pasal 3 UU RI Nomor 20 Tahun 2003, tujuan pendidikan yaitu: Untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokrasi serta bertanggung jawab. 4 2 Adapun tujuan pendidikan dilalui dengan proses pendidikan, sehingga menjadi pengalaman belajar. Pengalaman belajar, baik di dalam maupun di luar lingkungan sekolah juga termasuk proses pendidikan. Jadi proses pendidikan juga berarti proses belajar-mengajar, sebab bila terjadi proses belajar, maka secara otomatis terjadi pula proses mengajar. 5 Jika ada yang belajar maka ada yang mengajar, begitupun sebaliknya. Proses belajar yang terjadi akan menciptakan suasana belajar, walaupun guru yang kedudukannya sebagai pengajar, secara tidak langsung juga melakukan kegiatan belajar. Namun suasana belajar tidak selalu 3 Sardiman A.M, Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar (Jakarta: Rajawali Pers, 2007), p.1 4 UU, loc. cit. 5 Sardiman A.M, op. cit., p. 5

3 berjalan dengan baik, ada berbagai macam masalah yang terjadi dalam suasana belajar, yaitu seorang guru yang kurang menguasai pelajaran, kondisi kelas yang tidak kondusif, atau pun siswa yang tidak dapat menyerap ilmu pelajaran dengan baik. Proses belajar yang tidak mempunyai tujuan khusus tersebut, mengakibatkan proses belajar tidak dapat tercapai, karena Tujuan khusus merupakan suatu alat yang sangat bermanfaat dalam perencanaan, implementasi, dan penilaian suatu program belajar-mengajar. 6 Sebagaimana seorang mahasiswa, tentunya ia telah melewati proses dari SD, SMP, SMA hingga ke Universitas, banyak mahasiswa yang merasa kesulitan dalam menjalaninya dan proses yang tidak mudah tersebut menjadikan mahasiswa harus lebih mengerti tentang pendidikan. Walaupun pendidikan yang bersifat normatif ini mengandung unsur norma yang bersifat memaksa, tetapi tidak bertentangan dengan hakikat perkembangan peserta didik serta dapat diterima oleh masyarakat sebagai nilai hidup yang baik. Hal yang terjadi pada mahasiswa adalah proses belajar mendapatkan ilmu eksak yang diajarkan dosen, semata-mata hanya diterima di dalam kelas. Proses itu tidak menjadi faktor utama bagi mereka untuk menambah ilmunya di bidang lain. Mahasiswa yang secara awam hanya duduk di bangku kelas, lalu mendengarkan dan mencatat apa yang dibahas, tanya-jawab dan setelah waktu kuliah selesai segera pulang. Namun banyak terjadi perbedaan tentang hakikat belajar di perguruan tinggi. Karena ada beberapa mahasiswa yang mengartikan perguruan tinggi semata-mata sebagai tempat mencari ilmu, ada juga yang 6 Ibid., p. 6

4 mengartikan sebagai batu loncatan untuk mencari pekerjaan, juga ada yang melihat kampus sebagai tempat mencurahkan aspirasi politik, dan ada juga yang melihat kampus sebagai tempat tongkrongan sekaligus berkarya dan mencari teman sebanyak-banyaknya. 7 Itu mengidentifikasi setidaknya ada lima bentuk orientasi belajar mahasiswa di kampus, yaitu vokasional, kolegiat, akademik, politik, dan nonkonformis. 8 Berbeda dengan mahasiswa yang tidak hanya duduk di bangku kelas untuk belajar, tapi juga untuk berkarya dan mencari teman yang banyak, biasanya mereka mempunyai tempat tersendiri di kampus. Tempat mereka adalah di sekretariat organisasi mahasiswa yang biasa disebut dengan singkatan ormawa. Demi berjalannya organisasi, setiap ormawa mempunyai anggota yang menjadi roda perputaran yaitu mahasiswa UNJ. Mahasiswa ini memiliki nilai lebih dibanding mahasiswa lainnya. Mereka tidak hanya duduk di kelas dan mendengarkan penjelasan dosen, tapi di luar itu para anggota ormawa menggali ilmu di masing-masing organisasi mereka. Anggota ormawa UNJ adalah mahasiswa UNJ yang mempunyai latar belakang disiplin ilmu yang berbeda, yaitu dari tujuh fakultas yang ada di kampus ini. Mereka saling kenal dan tergabung lewat ormawa, jadi bukan hanya ilmu yang mereka dapatkan tapi teman mereka pun beragam. Di dalam ormawa tidak hanya mengobrol dan sharing, tetapi ada banyak kegiatan yang berupa program kerja di tiap-tiap organisasi tersebut. 7 Max G. Ruindungan, Studi Mengenai Sikap Kreatif dan Orientasi Belajar Kelompok Aktivis serta Faktor-Faktor Biografis yang Melatarbelakanginya. Jurnal Pendidikan IKIP Manado, Maret 2000, No. 1, Thn. IV, p. 236-247 8 Ibid.

5 Di sinilah salah satu letak ilmu yang tidak didapat mahasiswa lainnya. Cara memimpin sekelompok mahasiswa tidak mudah, bersosialisasi dengan pejabat kampus juga tidak mudah dilakukan oleh semua mahasiswa. Ilmu semacam ini tidak didapat di bangku kuliah, hal ini yang bisa mengubah pola pikir mahasiswa tentang kampus. Karena kampus bukan semata-mata tempat mencari ilmu. Sebagai mahasiswa, ilmu yang didapat harus dikembangkan, tidak harus menunggu hingga memasuki dunia kerja namun pada saat masih di kampus pun mahasiswa harus mengembangkannya. Oleh karena itu, tujuan belajar pada mahasiswa adalah penting adanya. Karena ilmu yang didapat sepanjang waktu kuliah, pasti tidak akan disia-siakan begitu saja. Namun harus diletakkan pada titik orientasi yang jelas. Ada dua macam sisi orientasi belajar, yaitu sisi intrinsik dan ekstrinsik. Orientasi belajar pada sisi intrinsik adalah orientasi yang disebabkan dari dalam diri individu tentang belajar. Sedangkan pada sisi ekstrinsik, orientasi belajar adalah segala penyebab terjadinya tujuan belajar yang dipengaruhi dari lingkungan sekitar. Sebagai mahasiswa yang terdiri dari berbagai disiplin ilmu, anggota ormawa mempunyai orientasi belajar yang berbeda. Seperti yang dialami salah satu mahasiswa universitas swasta di Jakarta, awal memasuki dunia kampus hanya mengenal kegiatan belajar di kelas dan mulai merasa bosan dengan kegiatan yang monoton, tetapi setelah mengetahui ada kegiatan di luar kelas yang merupakan hobinya, maka orientasi belajarnya pun berubah. 9 9 Kompas Kampus, UKM yang Tak Bias Jender, Selasa 08 Maret 2011, p. 34

6 Tidak hanya itu, keberadaan sarana dan prasarana seperti perpustakaan yang setiap tahunnya tidak mengalami perubahan layout, penambahan koleksi buku, pengembangan layanan dan lain sebagainya, hal ini salah satu faktor yang mempengaruhi orientasi belajar dan masih terjadi di beberapa sekolah/ kampus yang membiarkan perpustakaan tidak menjadi prioritas. 10 Karena sarana yang satu ini memiliki peran penting dalam meningkatkan mutu pendidikan. Pendidikan tidak bermutu tanpa didukung oleh perpustakaan yang memadai dan akan mengubah perilaku peserta didik dalam hal orientasinya. Selain itu, banyak mahasiswa yang kurang memanfaatkan teknologi berupa layanan internet dan berdampak pada orientasi belajar mereka. 11 Selain dari sisi ekstrinsik tersebut, adapula sisi intrinsik yang dapat mempengaruhi orientasi belajar. Manusia adalah makhluk sosial, namun tidak semua manusia yang dapat merealisasikannya dengan baik. Dan rendahnya sosialisasi antar mahasiswa salahsatu faktor terpengaruhnya tujuan belajar, seperti yang terjadi pada mahasiswa yang kurang menyempatkan diri untuk lebih berinteraksi dengan mahasiswa lainnya. 12 Sisi intrinsik lain yang mempengaruhi orientasi belajar, yaitu minimnya pola pikir yang terbentuk. Keadaan kampus yang dapat menjadikan orientasi belajar tidak terpaku semata-mata untuk mencari ilmu dapat dipengaruhi oleh pola pikir. Seperti pada mahasiswa awam, pola pikir yang terbentuk tentang belajar di kampus dalam dirinya semata-mata hanya untuk belajar. Namun, itu dapat berubah jika pola pikir tersebut disentuh dengan 10 Media Sekolah, Pentingnya Pemberdayaan Perpustakaan Sekolah, Bincangbincang, Edisi 79, Tahun IV, p. 7 11 Ibid. 12 Kompas Kampus, op. cit., p. 35

kegiatan selain belajar di kelas, seperti bergabung pada komunitas tertentu dapat 7 mempengaruhi orientasi belajar. 13 Orientasi belajar dapat dipengaruhi oleh motivasi diri, 14 seperti yang telah diketahui, motivasi adalah suatu dorongan atau tindakan dari dalam diri manusia. Orientasi belajar yang tidak dibarengi motivasi dalam diri, maka tujuannya akan menjadi tidak terarah. Selain pola pikir dan motivasi, hal yang juga mempengaruhi orientasi belajar adalah kreativitas. Tujuan belajar harus didukung adanya kreativitas untuk mewujudkannya, seperti mahasiswa yang bertujuan berbisnis di dalam kampus tetapi tidak kreatif dalam mencari peluang, maka mengalami kesulitan untuk mencapai tujuannya tersebut. 15 Dari penjelasan di atas, faktor-faktor yang mempengaruhi orientasi belajar yaitu kurangnya pengetahuan, sarana dan prasarana yang kurang mendukung, minimnya pemanfaatan teknologi, rendahnya interaksi sosial, minimnya pola pikir yang terbentuk, kurangnya motivasi diri, dan kurangnya kreativitas. Maka peneliti tertarik untuk meneliti kreativitas guna menelaah keterkaitan hubungan antara kreativitas dengan orientasi belajar. B. Identifikasi Masalah Berdasarkan masalah di atas, maka dapat dikemukakan identifikasi masalah yang dapat mempengaruhi kurangnya orientasi belajar, yaitu adalah sebagai berikut: 1. Kurangnya pengetahuan yang didapat 2. Sarana dan prasarana yang terbatas 13 Ibid. 14 Hamzah B. Uno, op. cit., p. 11 15 Kompas Tren Mikropolitik, Kreatif, Minggu 06 Maret 20011, p. 17

8 3. Kurangnya pemanfaatan teknologi 4. Rendahnya interaksi sosialisasi 5. Minimnya pola pikir yang terbentuk 6. Rendahnya motivasi diri 7. Kurangnya kreativitas C. Pembatasan Masalah Dari berbagai macam masalah yang dipaparkan di atas, ternyata masalah orientasi belajar memiliki penyebab yang luas. Oleh karena itu permasalahan dibatasi hanya pada masalah: Hubungan antara kreativitas dengan orientasi belajar. D. Perumusan Masalah Berdasarkan permasalahan yang telah diuraikan di atas, maka dapat dirumuskan sebagai berikut, apakah terdapat hubungan antara kreativitas dengan orientasi belajar?. E. Kegunaan Penelitian Adapun kegunaan penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Bagi Peneliti Peneliti berharap dapat menambah wawasan dan pengalaman tentang orientasi belajar mahasiswa saat ini. Juga sebagai bahan yang berguna saat

9 peneliti terjun ke dunia kerja tentang berbagai faktor yang dapat mempengaruhi orientasi belajar. 2. Bagi Program Studi Untuk menjadi bahan pengetahuan tambahan bagi Program Studi Pendidikan Tata Niaga dalam memperbaiki orientasi belajar mahasiswa. 3. Bagi Mahasiswa Diharapkan dapat menjadi bahan masukan guna menambah wawasan dan pengetahuan para mahasiswa tentang kreativitas dan orientasi belajar mahasiswa. 4. Bagi Masyarakat Sebagai sumbangan ilmu pengetahuan khususnya di bidang pendidikan. Sehingga masyarakat lebih mengerti apabila selanjutnya ada penelitian yang terkait dengan orientasi belajar.