1.1. Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN Kesehatan merupakan hak asasi manusia yang harus diperhatikan untuk kemajuan suatu bangsa selain pendidikan dan ekonomi sekaligus merupakan investasi sumber daya manusia, serta memiliki kontribusi yang besar untuk meningkatkan Indeks Pembangunan Manusia (IPM). Derajat kesehatan masyarakat sangat ditentukan oleh berbagai faktor yang saling mendukung satu sama lain mulai dari lingkungan, perilaku masyarakat, pelayanan kesehatan hingga genetika yang ada di masyarakat. Kondisi kesehatan individu dan masyarakat dapat dipengaruhi oleh keadaan lingkungan. Kualitas lingkungan yang buruk merupakan penyebab timbulnya berbagai gangguan pada kesehatan masyarakat. Untuk mewujudkan status kesehatan masyarakat yang optimum diperlukan suatu kondisi atau keadaaan lingkungan yang juga optimum. Pada umumnya keadaan lingkungan fisik dan biologis pemukiman penduduk di Indonesia belum baik, hal ini berakibat masih tingginya angka kesakitan dan kematian karena berbagai penyakit. Salah satu penyakit terbanyak yang disebabkan oleh buruknya sanitasi di lingkungan masyarakat adalah diare, yaitu buang air besar yang tidak normal berbentuk tinja encer dengan frekuensi lebih banyak dari biasanya. (Hiswani, 2003). Penyakit diare masih menjadi salah satu masalah kesehatan masyarakat yang penting karena merupakan penyumbang utama ketiga angka kesakitan dan kematian anak di berbagai negara berkembang termasuk Indonesia. Penyebab utama kematian
akibat diare adalah dehidrasi akibat kehilangan cairan dan elektrolit melalui tinja. Penyebab kematian lainnya adalah disentri, kurang gizi, dan infeksi. Golongan umur yang paling rentan menderita akibat diare adalah anak-anak karena daya tahan tubuhnya yang masih rendah. Penyakit diare merupakan salah satu penyakit yang berbasis lingkungan, dua faktor yang sangat dominan adalah sarana air bersih dan pembuangan tinja. Kedua faktor ini akan berinteraksi bersama perilaku manusia, apabila faktor lingkungan yang tidak sehat karena tercemar bakteri atau virus serta berakumulasi dengan perilaku manusia yang tidak sehat pula, maka dapat menimbulkan kejadian penyakit diare (Depkes RI, 2005). Menurut Sucipto (2003), penyebab diare pada anak balita di Puskesmas Sinokidul adalah ketersediaan air bersih dan perilaku hidup bersih dan sehat. Menurut penelitian Nilton, dkk (2008) faktor-faktor penyebab diare adalah menggunakan air sumur, minum air yang tidak dimasak, sumur < 10 meter, tidak mempunyai jamban, tidak menggunakan jamban, tidak mempunyai tempat sampah dan tidak cuci tangan. Hasil Survei Kesehatan Rumah Tangga ( SKRT) tahun 2004, menunjukkan angka kematian akibat diare adalah 23 per 100 ribu penduduk dan pada balita adalah 75 per 100 ribu balita (Depkes RI, 2005). Menurut Depkes RI (2006), angka kejadian diare nasional pada tahun 2006 sebesar 423 per seribu penduduk pada semua umur dan 16 provinsi mengalami Kejadian Luar Biasa (KLB) diare dengan Case Fatality Rate (CFR) sebesar 2,52.
Menurut Depkes RI (2009), angka case fatality rate (CFR) penderita diare pada tahun 2009 adalah 1,74% di mana angkanya menurun dari tahun 2008 sebesar 2,48%. Tetapi jumlah penderita diare pada tahun 2009 bertambah sebanyak 100 orang menjadi 5756 penderita. Penyakit diare juga merupakan 10 penyakit terbanyak pada pasien rawat inap di Rumah sakit. Berdasarkan Profil Dinas Kesehatan Sumatera Utara (2010) jumlah penderita diare berkurang menjadi 70.723 jiwa dari 112.016 jiwa pada tahun 2009. Tetapi pada tahun 2010 terjadi KLB diare di Kabupaten Tapanuli Selatan dengan jumlah penderita 34 jiwa dan 1 orang meninggal. Berdasarkan data dari harian waspada bahwa terdapat 7 penderita meninggal akibat penyakit diare di RSUD Dr. Pirngadi Medan (RSPM) periode Juni-Juli 2010. Dan diare merupakan 10 besar penyakit yang ditangani di RSPM. Berdasarkan data dari Puskesmas Tandang Buhit, penderita diare pada tahun 2010 mengalami peningkatan menjadi 843 jiwa dari 770 jiwa pada tahun 2009. Penyakit diare juga menjadi 10 besar penyakit yang terdapat di Puskesmas Tandang Buhit. Dan dari 22 wilayah kerja Puskesmas Tandang Buhit, Desa Pardede Onan termasuk salah satu desa yang cukup tinggi jumlah penderita yang menderita diare, yaitu 135 jiwa (16,11 %) penderita diare. Kondisi sehat dapat dicapai dengan mengubah perilaku dari yang tidak sehat menjadi perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS) dan menciptakan lingkungan sehat di rumah tangga. Menurut Green (1990) dalam Notoatmodjo S. (2007) salah satu faktor seseorang melakukan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat adalah faktor pemungkin
(enambling factor) yaitu faktor pemicu terhadap perilaku yang memungkinkan suatu tindakan atau motivasi. Faktor pemicu tersebut mencakup ketersediaan sarana dan prasarana atau fasilitas kesehatan misalnya air bersih, tempat pembuangan sampah, ketersediaan jamban, makanan bergizi dan sebagainya. Berdasarkan 7 indikator PHBS dan 3 indikator gaya hidup sehat yang berhubungan dengan kejadian diare adalah bayi diberi ASI eksklusif, penimbangan bayi dan balita, mencuci tangan pakai sabun, menggunakan air bersih, dan menggunakan jamban. Berdasarkan studi Basic Human Services (BHS) di Indonesia tahun 2006 dalam KepMenKes RI No. 852 tentang Strategi Nasional Sanitasi Total Berbasis Masyarakat, perilaku masyarakat dalam mencuci tangan adalah setelah buang air besar 12%, setelah membersihkan tinja bayi dan balita 9%, sebelum makan 14%, sebelum memberi makan bayi 7%, dan sebelum menyiapkan makanan 6 %. Dan perilaku pengelolaan air minum rumah tangga menunjukan 99,20% merebus air untuk mendapatkan air minum, tetapi 47,50 % dari air tersebut masih mengandung Eschericia coli. Kondisi tersebut berkontribusi terhadap tingginya angka kejadian diare di Indonesia. Menurut data dari Profil Puskesmas Tandang Buhit diketahui bahwa 44,91 % KK di Desa Pardede Onan masih menggunakan sumur sebagai sumber air bersihnya dan untuk sarana jamban keluarga masih ada 20,66 % KK yang belum mempunyai jamban keluarga. Dan jumlah rumah tangga yang dipantau berperilaku hidup bersih dan sehat sebesar 20,21%.
Berdasarkan data dan hasil penelitian di atas, maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul Hubungan PHBS dengan kejadian diare di Desa Pardede Onan Kecamatan Balige Kabupaten Toba Samosir Tahun 2011. 1.2. Perumusan Masalah Dari latar belakang di atas peneliti mengambil kesimpulan bahwa penyakit diare merupakan masalah yang cukup penting karena angka kesakitannya yang tinggi dan jumlah penderitanya meningkat dari tahun 2009 ke tahun 2010. Penyakit diare juga menjadi 10 besar penyakit di Puskesmas Tandang Buhit dan dari 22 wilayah kerja Puskesmas Tandang Buhit, di mana Desa Pardede Onan termasuk salah satu desa yang cukup tinggi jumlah penderita diare. Salah satu faktor yang menyebabkan masih tingginya angka kejadian tersebut adalah sebagian masyarakat di Desa Pardede Onan masih menggunakan sumur sebagai sumber air bersihnya,dan masih terdapat keluarga yang belum mempunyai jamban. Oleh karena itu dalam penelitian ini dapat dirumuskan masalah apakah ada hubungan PHBS dengan kejadian diare di Desa Pardede Onan Kecamatan Balige Kabupaten Toba Samosir Tahun 2011. 1.3. Tujuan Penelitian 1.3.1. Tujuan Umum Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) dengan kejadian diare di Desa Pardede Onan Kecamatan Balige Kabupaten Toba Samosir Tahun 2011.
1.3.2. Tujuan Khusus a. Untuk mengetahui hubungan karakteristik responden (pendidikan, pekerjaan, dan penghasilan) terhadap kejadian diare di Desa Pardede Onan. b. Untuk mengetahui hubungan menggunakan air bersih terhadap kejadian diare di Desa Pardede Onan. c. Untuk mengetahui hubungan menggunakan air minum terhadap kejadian diare di Desa Pardede Onan. d. Untuk mengetahui hubungan menggunakan jamban sehat terhadap kejadian diare di Desa Pardede Onan. e. Untuk mengetahui hubungan cuci tangan dengan sabun terhadap kejadian diare di Desa Pardede Onan. 1.4. Manfaat Penelitian a. Bagi Masyarakat Setempat Memberikan informasi kepada masyarakat tentang hubungan PHBS dengan kejadian diare sehingga masyarakat dapat mengetahui pentingnya PHBS dan menerapkan PHBS dalam kehidupan sehari-hari untuk mencegah penyakit diare. b. Bagi Instansi Puskesmas Memberikan informasi bagi Puskesmas Tandang Buhit tentang hubungan PHBS dengan kejadian diare. Sehingga dapat menjadi bahan masukan dalam rangka pengambilan keputusan penanggulangan penyakit diare di wilayah kerja Puskesmas Tandang Buhit dan dapat menurunkan angka kejadian kasus diare.
c. Bagi Mahasiswa Menambah ilmu pengetahuan mengenai penyakit diare yang berhubungan kebiasaan perilaku hidup bersih dan sehat, serta sebagai bahan acuan untuk penelitian yang lebih mendalam mengenai penyakit diare. d. Bagi Peneliti Menambah ilmu pengetahuan dan pengalaman khususnya dalam mengadakan penelitian ilmiah.