BAB I. PENDAHULUAN. A. Latarbelakang. merokok merupakan faktor risiko dari berbagai macam penyakit, antara lain

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Berdasarkan analisis data dari Centers of Disease Control and

BAB I PENDAHULUAN. sampai saat ini telah dikenal lebih dari 25 penyakit berbahaya disebabkan oleh rokok.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang. Rokok sudah dikenal manusia sejak tahun sebelum Masehi. Sejak

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. dan politik (Depkes, 2006). Rokok merupakan salah satu zat adiktif yang bila

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Meskipun terdapat larangan untuk merokok di tempat umum, namun perokok

BAB I PENDAHULUAN. negara-negara berkembang (Verawati, 2010). yang menurut penelitian banyak terjadi oleh karena asap rokok. Asap

BAB I BAB 1 : PENDAHULUAN PENDAHULUAN. Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia tahun Oleh karena itu,

I. PENDAHULUAN. diantaranya penyakit pada sistem kardiovaskular, penyakit pada sistem

BAB I PENDAHULUAN. diantaranya terjadi di negara-negara berkembang. Sekitar 5 juta orang mati

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. kemungkinan sebelas kali mengidap penyakit paru-paru yang akan menyebabkan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. kesehatan. Kandungan rokok adalah zat-zat kimiawi beracun seperti mikrobiologikal

BAB 1 : PENDAHULUAN. negara yang perlu dididik untuk menjadi manusia yang berkualitas. Remaja nantinya diharapkan

BAB I PENDAHULUAN. baik orang dewasa, remaja, bahkan anak anak. Peningkatan konsumsi rokok

dilaporkan ke pelayanan kesehatan sehingga jumlah yang tercatat tidak sebesar angka survey (Dinas Kesehatan Provinsi Riau, 2011).

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. koroner, stroke, kanker, penyakit paru kronik dan diabetes militus yang

Dukungan Masyarakat Terhadap Kebijakan Kawasan Tanpa Rokok (KTR)

BAB I PENDAHULUAN. degeneratif seperti kanker, memperlambat pertumbuhan anak, kanker rahim dan

BAB I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. gangguan kesehatan. Beberapa masyarakat sudah mengetahui mengenai bahaya

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat masih sulit untuk dihentikan (Imasar, 2008 cit Puryanto,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Menurut WHO, jumlah perokok di dunia pada tahun 2009 mencapai 1,1

BAB 1 PENDAHULUAN. dapat menyebabkan kematian baik bagi perokok dan orang yang ada

BAB I PENDAHULUAN. Health Organization (WHO) pada tahun 2011 jumlah perokok laki-laki di

BAB 1 PENDAHULUAN. merokok namun kurangnya kesadaran masyarakat untuk berhenti merokok masih

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. terjadi dalam lingkungan kesehatan dunia, termasuk di Indonesia. Tobacco

BAB 1 PENDAHULUAN. Rokok merupakan salah satu pembunuh paling berbahaya di dunia. Laporan

BAB 1 : PENDAHULUAN. tidak menular salah satunya adalah kebiasaan mengkonsumsi tembakau yaitu. dan adanya kecenderungan meningkat penggunaanya.

BAB 1 PENDAHULUAN. dunia yang sebenarnya bisa dicegah. Sepanjang abad ke-20, telah terdapat 100

TINGKAT PENGETAHUAN DAN SIKAP PENGUNJUNG DI LINGKUNGAN RSUP Dr. KARIADI TENTANG KAWASAN TANPA ROKOK JURNAL MEDIA MEDIKA MUDA KARYA TULIS ILMIAH

BAB I PENDAHULUAN. kecenderungan yang semakin meningkat dari waktu ke waktu (Kemenkes RI,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Remaja atau young people adalah anak yang berusia tahun (World

BAB 1 PENDAHULUAN. Global Adult Tobacco survey (GATS) pada tahun 2011 menunjukkan bahwa

BAB 1 : PENDAHULUAN. karena membunuh 6 juta orang setiap tahunnya (1). Sekitar 21% dari populasi dunia

BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Inisiasi Menyusu Dini ( IMD) adalah suatu proses membiarkan bayi dengan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Merokok bagi sebagian besar masyarakat Indonesia sudah dianggap

BAB I PENDAHULUAN. Merokok tidak hanya berdampak pada orang yang merokok (perokok aktif)

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. yang rutin dilaksanakan puskesmas dengan mengontrol status PHBS di masyarakat

BAB I PENDAHULUAN. 2,7% pada wanita atau 34,8% penduduk (sekitar 59,9 juta orang). 2 Hasil Riset

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 600 ribu kematian dikarenakaan terpapar asap yang ditimbulkan. Hampir 80%

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. tanaman Nicotiana Tabacum, Nicotiana Rustica, dan spesies lainnya atau sintesis

BAB I PENDAHULUAN. konsumsi tembakau tertinggi di dunia setelah RRC, Amerika Serikat, Rusia

BAB I PENDAHULUAN. Merokok dapat mengganggu kesehatan bagi tubuh, karena banyak. sudah tercantum dalam bungkus rokok. Merokok juga yang menyebabkan

BAB 1 PENDAHULUAN. memungkinkan setiap orang hidup produktif secara sosial dan ekonomi (UU

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Perilaku merokok tampaknya telah menjadi kebiasaan banyak. seperti Indonesia bermunculan rokok-rokok terbaru yang setiap produk

BAB I PENDAHULUAN. sebagai berat saat lahir kurang dari 2500 gram. Prevalensi global berat badan lahir

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Merokok merupakan kebiasaan yang biasa ditemukan di masyarakat

BAB I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Masa remaja merupakan masa peralihan dari masa kanak-kanak menjadi

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Remaja didefinisikan sebagai masa peralihan dari masa kanak-kanak ke dewasa.

Deni Wahyudi Kurniawan

BAB I PENDAHULUAN. kini. Jika ditanya mengapa orang merokok, masing-masing pasti memiliki. anak muda, remaja yang melakukan kebiasaan tersebut.

Bab 1 PENDAHULUAN. Rokok adalah salah satu permasalahan kesehatan terbesar yang dialami

BAB I PENDAHULUAN. rokok. Masalah rokok tidak hanya merugikan si perokok (perokok aktif)

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang

BAB I PENDAHULUAN. penyakit yang di akibatkan karena merokok berakhir dengan kematian. World

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang laki-laki, sehingga proporsi kematian terkait dengan akibat dari rokok

BAB I PENDAHULUAN. 70% penduduk Indonesia (Salawati dan Amalia, 2010). Dari analisis data Susenas tahun 2001 diperoleh data umur mulai merokok kurang

BAB I PENDAHULUAN. Konsumsi rokok meningkat secara pesat dari tahun ke tahun, Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. serviks dan rata-rata meninggal tiap tahunnya (Depkes RI, 2008).

BAB 1: PENDAHULUAN. ketergantungan) dan tar yang bersifat karsinogenik. (1)

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Global Adults Tobacco Survey (GATS) Indonesia, Indonesia merupakan

tinggi tingkat kesehatan, maka kesegaran jasmani akan semakin baik pula. Berdasarkan Undang- Undang Kesehatan No 36 tahun 2009 yang memuat

Oleh : Yophi Nugraha, Inmy Rodiyatam ABSTRAK

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Penyebab gangguan kesehatan dan kematian sebelum waktunya, yang bisa

BAB I. PENDAHULUAN. morbiditas dan mortalitas di negara berkembang. WHO memperkirakan tiap

BEBERAPA FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PERILAKU MEROKOK PADA SISWA SLTP DI KECAMATAN BENDOSARI KABUPATEN SUKOHARJO TAHUN 2008

BAB 1 PENDAHULUAN. dikeluarkan oleh asap rokok orang lain (Harbi, 2013). Gerakan anti rokok

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Rokok sudah menjadi suatu barang konsumsi yang sudah familiar kita

BAB I PENDAHULUAN. sehingga hal ini masih menjadi permasalahan dalam kesehatan (Haustein &

BAB I PENDAHULUAN. dimana-mana, baik instansi pemerintah, tempat umum, seperti ; pasar, rumah

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. muncul pula tingkat kecanduan yang berbeda-beda dan bentuk implementasi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. kehidupannya. Sehat sendiri perlu didasari oleh suatu perilaku, yaitu perilaku

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar belakang. Asap rokok mengandung 4000 bahan kimia dan berhubungan dengan

BAB I PENDAHULUAN. pembuluh darah, kanker paru-paru, kanker rongga mulut, kanker laring,

Hubungan Penyuluhan Bahaya Merokok dengan Pengetahuan dan Sikap Remaja Tentang Bahaya Merokok di SMA Muhammadiyah 7 Yogyakarta

BAB I PENDAHULUAN. secara langsung ( perokok aktif ), sedangkan 600 ribu orang lebih meninggal

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang. Salah satu kebiasaan masyarakat saat ini yang dapat di temui hampir

BAB I PENDAHULUAN. Menurut laporan World Health Organitation tahun 2014, kasus penularan

BAB I PENDAHULUAN. disebut sebagai tobacco dependency sendiri dapat didefinisikan sebagai

BAB I PENDAHULUAN. Prevention (CDC) memperkirakan jumlah penderita hipertensi terus

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perilaku merokok merupakan suatu kebiasaan yang sangat membahayakan bagi kesehatan, yang sampai saat ini masih

BAB I PENDAHULUAN. Merokok merupakan salah suatu kebiasaan penduduk Indonesia. Kebiasaan

BAB I PENDAHULUAN. MDG dilanjutkan dengan program Sustainable Development Goals (SDGs)

BAB 1 PENDAHULUAN. sosial yang memungkinkan setiap orang untuk hidup produktif secara sosial dan

BAB 1 : PENDAHULUAN. tahun itu terus meningkat, baik itu pada laki-laki maupun perempuan. Menurut The

BAB I PENDAHULUAN. Merokok merupakan masalah yang kompleks. Merokok tidak saja berhubungan

BAB I PENDAHULUAN. Balita. Pneumonia menyebabkan empat juta kematian pada anak balita di dunia,

BAB I PENDAHULUAN. World Health Organization mengidentifikasikan masa remaja

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Rokok merupakan salah satu zat adiktif yang bila digunakan mengakibatkan bahaya bagi kesehatan individu dan

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

Transkripsi:

1 BAB I. PENDAHULUAN A. Latarbelakang Merokok merupakan masalah kesehatan utama bagi masyarakat karena merokok merupakan faktor risiko dari berbagai macam penyakit, antara lain penyakit kardiovaskular, penyakit serebrovaskular, impotensi, dan berbagai jenis kanker yang penyebabnya terdapat dalam kandungan dari bahan kimia atau partikel yang terkandung dalam asap rokok (Alit et al., 2009). Laporan dari World Health Organization (WHO) tahun 2015 menyatakan bahwa angka kematian penyakit akibat rokok mencapai enam juta jiwa setiap tahunnya. Kurang lebih sebesar lima juta perokok pasif meninggal dunia dan lebih dari 600.000 perokok pasif di dunia meninggal akibat terpapar asap rokok. Hal ini berarti setiap satu menit tidak kurang sembilan orang meninggal akibat racun pada rokok atau dalam setiap enam detik di dunia ini akan terjadi satu kasus kematian akibat rokok. Meningkatnya jumlah perokok menyebabkan masalah rokok menjadi semakin serius. Jumlah perokok dunia pada tahun 2008 mencapai 1,35 miliar orang (WHO, 2008). Indonesia merupakan salah satu negara dengan jumlah perokok terbesar di dunia. Berdasarkan data WHO pada tahun (2008), dapat disimpulkan bahwa Indonesia menempati urutan ketiga setelah China dan India pada sepuluh negara perokok terbesar dunia. Jumlah perokok Indonesia mencapai 65 juta penduduk dengan prevalensi 63% pria adalah perokok dan 4,5% wanita adalah perokok. Sementara itu, China mencapai 390 juta perokok dan India mencapai 144 juta perokok. 1

2 Berdasarkan data dari Global Youth Tobacco Survey 2014 (GYTS 2014), sebanyak 57,3% anak sekolah usia 13-15 tahun terpapar asap rokok dalam rumah dan 60% terpapar di tempat umum atau dengan kata lain enam dari sepuluh anak sekolah dengan usia 13-15 tahun terpapar asap rokok di dalam rumah dan di tempat-tempat umum. Hal ini didukung dengan hasil survei sebelumnya dari Global Youth Tobacco Survey (2006), enam dari sepuluh siswa usia 13-15 mempunyai satu atau lebih orangtua perokok, dan 65% tinggal satu rumah dengan perokok (WHO, 2009). Hal ini menyatakan bahwa kebiasaan merokok di dalam rumah adalah tinggi, risiko penyebaran asap rokok dalam rumah dari perokok aktif terhadap perokok pasif juga tinggi. Sekitar 91,8% penduduk Indonesia merokok di rumah ketika semua anggota keluarga berada di dalam rumah. Jumlah perokok di Yogyakarta pada hasil berbagai survei termasuk Susenas, telah mencapai lebih dari 30%. Hasil survei Dinas Kesehatan DIY tahun 2006 dan 2008 memperlihatkan bahwa 56% rumah tangga di DIY tidak bebas asap rokok (Dinkes DIY, 2013) Pemerintah berupaya merumuskan berbagai regulasi dan kebijakan yang dapat diimplementasikan dalam menanggulangi dampak bahaya rokok, khususnya bagi perokok pasif, yaitu mengeluarkan Peraturan Bersama Menteri Kesehatan dan Menteri Dalam Negeri No. 188/Menkes/PB/I/2011 No. 7 Tahun 2011 tentang pedoman dengan ditetapkannya peraturan mengenai kawasan tanpa rokok. Kawasan tanpa rokok (KTR) adalah ruangan atau area yang dinyatakan dilarang untuk melakukan kegiatan produksi, penjualan, iklan, promosi, dan atau penggunaan rokok (Menkes, 2011a). Asap rokok yang berada di dalam rumah

3 jauh lebih berbahaya untuk kesehatan daripada asap rokok yang di luar rumah, sehingga pemerintah menetapkan pedoman penyehatan udara dalam ruang rumah yang dikeluarkan oleh Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 1077/MENKES/PER/V/2011 dan salah satu pedomannya adalah dengan merokok di luar rumah. Gagasan ini disebut dengan rumah bebas asap rokok, yaitu diharapkan tidak ada asap rokok di dalam rumah (Menkes, 2011b). Peran keluarga mempengaruhi keberhasilan dalam mewujudkan rumah bebas asap rokok, dalam hal ini setiap anggota keluarga harus menyepakati untuk menciptakan rumah sehat yang bebas asap rokok. Anak merupakan bagian dari keluarga yang keberadaannya dapat mempengaruhi keberhasilan program rumah bebas asap rokok. Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Loke dan temantemannya di Hongkong, promosi kesehatan tentang rumah bebas asap rokok yang diadakan di sekolah dengan melibatkan remaja serta peran keluarga terbukti mampu meningkatkan angka bebas asap rokok di dalam rumah dan sekolah. Di dalam keluarga anak pada masa remaja mempunyai kedudukan yang sama dengan anggota keluarga yang lain, dalam hal ini peran remaja sebagai anak antara lain dapat dilibatkan dalam memecahkan masalah dan membuat aturan aturan yang harus di patuhi dalam keluarga, menciptakan lingkungan yang aman dan nyaman, serta mempunyai hak untuk mengingatkan anggota keluarga atau tamu untuk tidak merokok di dalam rumah, selain itu remaja sebagai perokok pasif mempunyai hak untuk mendapatkan udara yang sehat di dalam rumahnya ( Loke Y et al, 2015 ). Promosi kesehatan adalah suatu kegiatan menyampaikan pesan kesehatan kepada masyarakat dan diharapkan masyarakat tersebut dapat memperoleh

4 pengetahuan tentang kesehatan yang lebih baik dan dapat membawa perubahan terhadap perilaku sasaran (Notoatmodjo, 2014). Dalam hal ini, target dari promosi kesehatan adalah individu yaitu berupa pengetahuan, sikap, dan perilaku. Untuk mengubah perilaku individu, pendekatan yang dapat dilakukan adalah dengan mendorong individu untuk mempunyai tanggungjawab terhadap kesehatan dirinya dan memilih merubah gaya hidup yang lebih sehat. Metode yang dapat dilakukan adalah dengan bujukan yang dilakukan oleh individu satu ke individu yang lain tentang informasi kesehatan dan saran-saran tentang kesehatan serta pemberdayaan individu untuk menciptakan kesehatan dirinya sendiri dan lingkungannya (Naido & Wills, 1994). Keberhasilan suatu promosi kesehatan didukung oleh metode dan media yang tepat sasaran. Media audiovisual adalah salah satu media promosi kesehatan. Media audiovisual seperti video mampu menggambarkan suatu objek yang bergerak bersama-sama dengan suara alamiah atau suara yang sesuai. Hal ini membuat video memiliki daya tarik tersendiri, Selain itu, juga mampu menyajikan informasi, memaparkan proses, menjelaskan konsep-konsep yang rumit, mengajarkan keterampilan, menyingkat atau memperpanjang waktu dan mempengaruhi sikap (Arsyad, 2011). Selain audiovisual, media leaflet merupakan salah satu media cetak yang sering digunakan dalam promosi kesehatan untuk menyampaikan informasi atau pesan-pesan kesehatan. Fungsi utama media cetak ini adalah memberikan informasi dan dapat menghibur orang yang membacanya. Kelebihan media cetak ini adalah dapat dibawa ke semua tempat, mempermudah pemahaman, dan meningkatkan gairah untuk belajar (Machfoedz & Suryani,

5 2008). Oleh karena itu, metode ceramah dengan media audiovisual dan leaflet sangat tepat untuk mendukung keberhasilan dari promosi kesehatan tentang rumah bebas asap rokok karena selain mudah dan murah metode ini juga dinilai efektif dan sederhana (Insanuddin, 2006). Kabupaten Sleman merupakan kabupaten yang memiliki angka kegiatan promosi kesehatan terendah di Yogyakarta. Selain itu, Kabupaten Sleman belum memiliki peraturan daerah tentang kawasan tanpa rokok (Dinkes DIY, 2013). Menurut Profil Kesehatan Kabupaten Sleman tahun 2015, Kecamatan Pakem memiliki angka rata-rata perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS) yang rendah, yaitu sebesar 44,2%, angka ini di bawah angka rata-rata PHBS di Kabupaten Sleman, yaitu sebesar 47,9% (Dinkes Sleman, 2015). Data ini menunjukkan bahwa pola hidup bersih dan sehat masyarakat di Kecamatan Pakem masih rendah, salah satu faktor penyumbang angka PHBS yang rendah adalah perilaku merokok di dalam rumah (Dinkes DIY, 2013). Berdasarkan latar belakang di atas, peneliti tertarik ingin meneliti pengaruh promosi kesehatan dengan media audiovisual dan leaflet pada remaja SMP dalam menciptakan rumah bebas asap rokok di Kecamatan Pakem, Sleman, Yogyakarta. B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang masalah, didapatkan rumusan masalah sebagai berikut Apakah promosi kesehatan dengan media audiovisual dan leaflet mempunyai pengaruh terhadap pengetahuan, sikap, dan tindakan remaja SMP

6 dalam menciptakan rumah bebas asap rokok di Kecamatan Pakem, Sleman, Yogyakarta? C. Tujuan Penelitian 1. Mengetahui pengaruh promosi kesehatan rumah bebas asap rokok dengan media audiovisual dan leaflet terhadap tingkat pengetahuan remaja SMP tentang rumah bebas asap rokok. 2. Mengetahui pengaruh promosi kesehatan rumah bebas asap rokok dengan media audiovisual dan leaflet terhadap tingkat sikap remaja SMP tentang rumah bebas asap rokok. 3. Mengetahui ada tidaknya perbedaan tindakan remaja SMP antara sebelum diberi promosi kesehatan dan sesudah untuk ikut serta dalam menciptakan rumah bebas asap rokok. D. Manfaat Penelitian 1. Bidang keilmuan dan keperawatan a. Menambah ilmu dalam keperawatan komunitas mengenai bahaya merokok di dalam rumah dan program pemerintah untuk melindungi perokok pasif. b. Memberikan pengetahuan terkait dengan pengaruh promosi kesehatan dengan media audiovisual dan leaflet untuk meningkatkan cakupan rumah bebas asap rokok. c. Sebagai bahan pertimbangan bagi perawat untuk ikut berperan serta dalam menanggulangi masalah merokok dan melindungi perokok pasif.

7 d. Sebagai bahan untuk mengembangkan ilmu dan penelitian di bidang keperawatan, khususnya keperawatan komunitas tentang rumah bebas asap rokok. 2. Bagi institusi pendidikan Menambah wawasan keilmuan dan pengalaman bagi mahasiswa ilmu kesehatan khususnya mahasiswa ilmu keperawatan dalam upaya mewujudkan masyarakat sehat tanpa asap rokok, serta dapat menambah khasanah penelitian di bidang kesehatan masyarakat. 3. Bagi pemerintah Penelitian ini diharapkan dapat membantu program pemerintah tentang kawasan bebas asap rokok dan memberikan masukan atau informasi bagi pemerintah dalam membuat kebijakan-kebijakan yang berkaitan dengan masalah rokok, terutama bagi perokok pasif. 4. Bagi masyarakat Menambah pengetahuan pada masyarakat khususnya anak sebagai komponen keluarga agar dapat menciptakan rumah sehat tanpa asap rokok sehingga dapat terwujud keluarga serta masyarakat yang sehat. E. Keaslian Penelitian 1. Loke (2015), dengan judul A community wide school health project for the promotion of smoke free homes sebuah penelitian yang dilakukan di Hongkong dengan tujuan mempromosikan keuntungan rumah bebas asap rokok kepada anakanak (6-18 tahun) dan secara tidak langsung kepada orangtua dan anggota keluarga yang lain. Rangkain kegiatan promosi kesehatan tersebut berjalan selama

8 satu tahun, pendekatan promosi kesehatan yang dilakukan di antaranya adalah dengan ceramah dan diskusi tentang rumah bebas asap rokok, pemberian leaflet, lomba membuat slogan dan lomba menggambar. Komunitas tersebut memberikan dampak positif terhadap peningkatan cakupan rumah bebas asap rokok. Perbedaan dengan penelitian yang dilakukan ini terletak pada umur sampel, yaitu 13-15 tahun, metode dan media promosi kesehatan serta tidak memberikan kuesioner kepada orangtua. 2. Lestari (2011), dengan judul Pengaruh Penyuluhan Rumah Bebas Asap Rokok dengan Metode AudioVisual terhadap Pengetahuan, Sikap dan Perilaku Remaja di Dusun Kweden, Trirenggo, Bantul. Peneliti ingin mengetahui pengaruh penyuluhan rumah bebas asap rokok dengan metode audiovisual terhadap pengetahuan, sikap dan perilaku remaja, jenis penelitian adalah quasyeksperimental dengan rancangan non equivalent (pretestand posttest) non control group design. Subjek penelitian adalah remaja berusia 15-19 tahun. Subjek dibagi menjadi dua kelompok intervensi, yaitu kelompok perokok dan bukan perokok, dalam hal ini peneliti melihat perbedaan tingkat pengetahuan sikap dan perilaku pada kelompok perokok dan kelompok bukan perokok. Hasilnya adalah penyuluhan rumah bebas asap rokok dengan metode audiovisual berpengaruh terhadap pengetahuan, sikap dan perilaku remaja di Dusun Kweden, Trirenggo, Bantul, Yogyakarta. Perbedaan dengan penelitian yang dilakukan adalah terletak di usia subjek penelitian, yaitu 13-15 tahun, subjek penelitian adalah anak SMP yang memiliki anggota keluarga yang merokok tanpa melihat mereka perokok atau bukan. Tujuan dari penelitian yang dilakukan ini adalah pemberdayaan dari

9 anak SMP untuk menciptakan rumah bebas asap rokok, pada kelompok kontrol diberi leaflet. 3. Nasution (2010), dengan judul Efektivitas Media Promosi Kesehatan (Leaflet) dalam Perubahan Pengetahuan dan Sikap Ibu Hamil tentang Inisiasi Menyusu Dini (IMD) dan ASI Eksklusif di Kecamatan Padangsidempuan Selatan Kota Padangsidimpuan Tahun 2010. Peneliti ingin menganalisis keefektifan leaflet sebagai media promosi kesehatan dalam mengubah tingkat pengetahuan dan sikap ibu hamil tentang inisiasi menyususi dini dan ASI eksklusif. Jenis penelitian ini adalah quasy eksperimental dengan rancangan pre-post design. Populasi adalah semua ibu hamil pada trimester 3 yang ada di wilayah Kecamatan Padangsidimpuan Selatan Kota Padangsidempuan. Sampel sebanyak 40 orang untuk masing-masing kelompok yang dilakukan secara acak pada kelompok perlakuan dan melakukan matching pendidikan pada kelompok yang tidak diberi perlakuan. Hasilnya adalah media promosi kesehatan leaflet efektif untuk meningkatkan skor pengetahuan dan skor sikap ibu dengan nilai p = 0,000. Perbedaan dengan penelitian yang dilakukan ini adalah pada sampel dan tempat penelitian, media promosi kesehatan yang akan dilakukan ditambah dengan audiovisual serta tujuannya tidak hanya tingkat pengetahuan dan sikap, namun ditambah dengan tindakan. 4. Putra (2015) dengan judul Pengetahuan dan Sikap tentang Bahaya Rokok serta Pengaruhnya terhadap Perilaku Siswa SMA untuk Mewujudkan Rumah Bebas Asap Rokok di Kota Denpasar tahun 2015. Peneliti ingin mengetahui pengetahuan dan sikap tentang bahaya rokok serta pengaruhnya terhadap perilaku siswa SMA

10 untuk mewujudkan rumah bebas asap rokok di Kota Denpasar tahun 2015. Jenis penelitian yang digunakan adalah cross sectional analitik dengan jumlah sampel penelitian sebanyak 438 dan data yang dikumpulkan adalah data primer melalui pengisian angket oleh siswa SMA. Hasilnya adalah terdapat hubungan bermakna antara pengetahuan dengan perilaku mewujudkan rumah bebas asap rokok (OR = 2,5; 95% CI 1,08-5,74). Terdapat hubungan bermakna antara sikap dengan perilaku mewujudkan rumah bebas asap rokok (R = 4; 95% CI 2,44-6,51). Variabel sikap merupakan variabel yang paling berpengaruh terhadap perilaku untuk mewujudkan rumah bebas asap rokok (AOR=3,2; 95% CI 1,96-5,32). Perbedaan dengan penelitian yang dilakukan ini adalah jenis penelitian, umur sampel, lokasi penelitian dan variabel penelitian serta tujuan penelitian.