MENINGKATKAN INTERAKSI SOSIAL ANAK MELALUI METODE KERJAKELOMPOK DI KELOMPOK B TK KARYA THAYYIBAH II NUPA BOMBA KECAMATAN TANANTOVEA

dokumen-dokumen yang mirip
MENINGKATKAN KEMAMPUAN INTERAKSI SOSIAL ANAK MELALUI METODE KERJA KELOMPOK PADA KELOMPOK B TK ANATA PURA PETIMBE

MENINGKATKAN KEDISIPLINAN ANAK MELALUI METODE PEMBERIAN TUGAS PADA KELOMPOK B DI TK BUNGAMPUTI

MENINGKATKAN KEDISIPLINAN ANAK MELALUI PEMBIASAAN DI KELOMPOK B PAUD NEGERI PEMBINA PALU

MENINGKATKAN PENGEMBANGAN MORAL ANAK MELALUI METODE BERCERITA PADA KELOMPOK B TK GPID 2 PALU SELATAN

MENINGKATKAN MOTORIK HALUS ANAK MELALUI ALAT PERMAINAN EDUKATIF PADA KELOMPOK B TK EL. ROY BALEURA KECAMATAN LORE TENGAH

Meningkatkan Perilaku Sosial Anak melalui Metode Kerja Kelompok pada Kelompok A di TK Aisyiyah Bustanul Athfal Toboli

MENINGKATKAN PERILAKU SOSIAL ANAK MELALUI METODE KERJA KELOMPOK PADA KELOMPOK A DI TK AISYIYAH BUSTANUL ATHFAL TOBOLI

MENINGKATKAN KEMANDIRIAN ANAK MELALUI METODE PEMBERIAN TUGAS DI KELOMPOK A TK PKK KAVAYA MARANA KEC. SINDUE

MENINGKATKAN INTERAKSI SOSIAL ANAK MELALUI PEMBERIAN TUGAS PADA KELOMPOK B TK ALKHAIRAT II BALE

MENINGKATKAN KEMAMPUAN MOTORIK HALUS ANAK MELALUI PENDEKATAN PAIKEM PADA KELOMPOK B DI TK UMMAHAT DDI

UPAYA MENINGKATKAN DISIPLIN ANAK MELALUI METODE PEMBERIAN TUGAS DI KELOMPOK B TK ALKHAIRAAT PAKULI

MENINGKATKAN KEMAMPUAN MOTORIK HALUS ANAK MELALUI METODE PEMBERIAN TUGAS PADA KELOMPOK B DI TK AL-KHAIRAAT LOLU

MENINGKATKAN KEMAMPUAN MOTORIK HALUS ANAK MELALUI METODE PEMBERIAN TUGAS DI KELOMPOK B TK AISYIYAH PARIGI

MENINGKATKAN KEMAMPUAN KOGNITIF ANAK MELALUI ALAT PERMAINAN EDUKATIF DI TK SIS ALJUFRI 1 TATURA PALU

MENINGKATKAN KREATIVITAS ANAK MELALUI SUMBER BELAJAR LINGKUNGAN PADA KELOMPOK B TK NEGERI MODEL TERPADU MADANI PALU

MENINGKATKAN KREATIVITAS ANAK MELALUI KEGIATAN MENGGAMBAR DI KELOMPOK B TK PGRI TARIPA

MENINGKATKAN PENANAMAN NILAI-NILAI AGAMA MELALUI METODE BERCERITA PADA ANAK KELOMPOK A TK KARYA THAYYIBAH II SALUMBONE

MENINGKATKAN PERILAKU SOSIAL ANAK MELALUI KARYA WISATA PADA KELOMPOK B TK KARYA THAIYYIBAH BALE

MENINGKATKAN PENANAMAN NILAI AGAMA ANAK MELALUI METODE BERCERITA PADA KELOMPOK B TK PGRI II KUNGGUMA KECAMATAN LABUAN

MENINGKATKAN KEMAMPUAN KOGNITIF ANAK MELALUI METODE PEMBERIAN TUGAS DI KELOMPOK A TK ALKHAIRAAT SUMARI

MENINGKATKAN KEMAMPUAN MOTORIK HALUS ANAK MELALUI ALAT BERMAIN BALOK PADA KELOMPOK B DI TK KEMBANG JAYA OMU

MENINGKATKAN HASIL BELAJAR ANAK PADA TEMA PEKERJAAN MELALUI MEDIA GAMBAR DI TK AL AMIN WANI II

MENINGKATKAN NILAI-NILAI AKHLAK PADA ANAK MELALUI PEMBIASAAN BERDOA DI KELOMPOK B TK ALKHAIRAAT TOAYA

MENINGKATKAN NILAI-NILAI AGAMA ANAK MELALUI METODE DEMONSTRASI PADA KELOMPOK B TK DHARMA WANITA LABUAN PANIMBA

MENINGKATKAN KEMAMPUAN MENGENAL HURUF HIJAIYAH MELALUI MEDIA GAMBAR PADA KELOMPOK B TK AL-KHAIRAAT TATURA

Program Studi PGSD, Universitas Sebelas Maret

MENINGKATKAN KEMAMPUAN DASAR KONGNITIF ANAK MELALUI METODE PEMBERIAN TUGAS DI KELOMPOK B TK TERATAI SUNJU

PENINGKATAN PEMAHAMAN PENGGOLONGAN BENDA MELALUI

PENINGKATAN KETERAMPILAN MEMBACA PERMULAAN MELALUI METODE GLOBAL PADA SISWA KELAS I SD NEGERI KAPUKANDA ARTIKEL JURNAL

MENINGKATKAN PERILAKU SOSIAL ANAK MELALUI METODE KARYAWISATA DI KELOMPOK B TK AL-KHAIRAAT TOAYA VUNTA KABUPATEN DONGGALA FATMAH 1 ABSTRAK

PENERAPAN OUTDOOR LEARNING UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERHITUNG ANAK KELOMPOK B1 TK AISYIYAH NUSUKAN I SURAKARTA TAHUN AJARAN 2015/2016

PENINGKATAN KEMAMPUAN SISWA MEMAHAMI ISI CERITA MELALUI METODE DISKUSI SISWA KELAS IV SDN NO. 2 TIBO KEC. SINDUE TOMBUSABORA

UPAYA MENGEMBANGKAN PERILAKU SOPAN MELALUI PEMBIASAAN PADA ANAK KELOMPOK B1 DI TK ALKHAIRAAT TONDO

Kata Kunci: aktivitas belajar siswa, hasil belajar siswa, pendidikan matematika, teori Bruner dalam metode diskusi kelompok.

PENINGKATAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS DALAM PEMBELAJARAN SAINS MELALUI METODE BERMAIN ANAK KELOMPOK B1 TK AISYIYAH PUNGGAWAN TAHUN 2016/2017

Andrefi Purjiningrum 1, Siti Wahyuningsih 2, Rukayah 2

MENINGKATKAN PERILAKU SOSIAL ANAK MELALUI METODE BERMAIN PERAN DI KELOMPOK A TK KARYA THAYYIBAH MATANA

PENINGKATAN KEMAMPUAN BERHITUNG ANAK MELALUI BENDA REALIA

PENINGKATAN KEMAMPUAN MENGENAL ANGKA BAHASA INGGRIS MELALUI BERNYANYI PADA ANAK USIA 4-5 TAHUN

MENINGKATKAN KEMAMPUAN ANAK MENGENAL HURUF HIJAIYAH MELALUI KARTU HURUF DI KELOMPOK B TK AL-KHAIRAAT BALAMOA

UPAYA PENINGKATAN KECERDASAN LINGUISTIK MELALUI PENGGUNAAN METODE KARYAWISATA PADA ANAK KELOMPOK A TKIT NUR HIDAYAH SURAKARTA TAHUN AJARAN 2013/2014

Program Studi PG-PAUD, Universitas Sebelas Maret 2

Yayuk, Meningkatkan kemampuan mengenal warna melalui bermain boneka tangan pada anak kelompok A

UPAYA MENGEMBANGKAN KEMAMPUAN BERHITUNG PERMULAAN PADA ANAK DENGAN PERMAINAN ULAR TANGGA DI KB ABC BLORONG

Jurnal Pena Sains Vol. 3, No. 2, Oktober 2016 p-issn: e-issn:

PENINGKATAN KERJASAMA MELALUI METODE OUTBOUND

MENINGKATKAN KEMAMPUAN KOGNITIF ANAK DALAM MEMBILANG MELALUI PERMAINAN BOLA-BOLA ANGKA DI KELOMPOK B TK UMMAHAT DDI

MENINGKATKAN MINAT BELAJAR ANAK MELALUI ALAT PERMAINAN EDUKATIF (APE) DI KELOMPOK A TK PERTIWI DONGGALA

Iud Puspita Wijianingsih 1, Ruli Hafidah 1 Yudianto Sujana

Peningkatan Pemahaman Konsep Bilangan 1-10 Melalui Model Pembelajaran Guided Discovery

Meningkatkan Keterampilan Berbicara Melalui Model Pembelajaran Talking Stick

Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran IPS Dengan Menggunakan Metode Diskusi di Kelas IV SDN 12 Biau

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET

Upaya Meningkatkan Perilaku Empati Anak Melalui Teknik Two Stay Two Stray pada Anak Kelompok B Tk Islam Bakti IX Kerten Tahun Pelajaran 2013/2014

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE THINK PAIR SHARE (TPS) UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN MENGAPRESIASI CERITA PENDEK

MENINGKATKAN INTERAKSI SOSIAL ANAK MELALUI METODE KERJA KELOMPOK DI KELOMPOK A TK ALKHAIRAAT TOAYA

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN SEARCH SOLVE CREATE SHARE (SSCS) UNTUK MENINGKATKAN MOTIVASI BELAJAR MATEMATIKA SISWA KELAS VII-2 SMP NEGERI 13 PEKANBARU

PENINGKATAN KEMAMPUAN MENGENAL KONSEP BILANGAN 1-20 MELALUI MEDIA KARTU BERGAMBAR PADA KELOMPOK B TK AISYIYAH 21 PREMULUNG TAHUN AJARAN 2013/2014

UPAYA MENINGKATKAN PERKEMBANGAN FISIK MOTORIK KASAR MELALUI PERMAINAN WOODBALL

MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA DALAM PELAJARAN IPA DENGAN METODE DEMONSTRASI BERBANTU MEDIA GAMBAR PADA KELAS IV SDN LOMPIO. Oleh.

EFEKTIFITAS MEDIA PEMBELAJARAN MIPA UNTUK MENINGKATKAN HASIL PEMBELAJARAN MELALUI SUPERVISI AKADEMIK DI SMP N 3 TALAMAU. Yasman 1) 1 SMP N 3 Talamau

UPAYA MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERCERITA ANAK MELALUI MEDIA POP UP BOOK PADA KELOMPOK B TK AL ISLAM 4 SURAKARTA TAHUN AJARAN 2015/201

THE EFFORT FOR INCREASING EMOTIONAL INTELLIGENCE BY PROJECT METHO.D FOR 5-6 YEAR OLD S CHILDREN IN BHAKTI IBU KINDERGARTEN PEKANBARU CITY

PENDAHULUAN. Nur Wulan Rahmawati 1, Chumdari 2, Lies Lestari 2 1 Program Studi PG-PAUD, Universitas Sebelas Maret 2

Pendahuluan. Nurlaili et al., Penerapan teori belajar Bruner dan metode Discovery...

PENINGKATAN MOTIVASI BELAJAR MEMBUAT GAUN BAYI DENGAN PENDEKATAN KETERAMPILAN PROSES DI SMK NEGERI 4 YOGYAKARTA

1 Program Studi PG-PAUD, Universitas Sebelas Maret 2

Jurnal Pendidikan Matematika STKIP PGRI Sidoarjo Vol. 1, No. 2, September 2013 ISSN:

Penerapan Numbered Heads Together untuk Meningkatkan Keaktifan dan Prestasi Belajar Siswa pada Mata Pelajaran Entrepreneurship

UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR PKN MELALUI METODE BERMAIN PERAN PADA SISWA KELAS IV SD NEGERI SIBONU

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR PKN SISWA

PENINGKATAN KEMAMPUAN PENGENALAN MEMBACA PERMULAAN MELALUI PERMAINAN TEBAK KATA PADA ANAK KELOMPOK B TK CEMARA DUA SURAKARTA TAHUN AJARAN 2015/2016

Jurnal Pendidikan Akuntansi Indonesia, Vol. XII, No.1, Tahun 2014 Elisa Rahma Saputri 25-35

UNTUK MENINGKATKAN KEMANDIRIAN

MENINGKATKAN KEMAMPUAN MENGENAL KONSEP BILANGAN MELALUI PERMAINAN CONGKLAK PADA ANAK KELOMPOK A

JURNAL PGSD INDONESIA P-ISSN E-ISSN Vol 3 No 1 Tahun 2017

MENINGKATKAN KEMAMPUAN MENGENAL BENTUK GEOMETRI MELALUI KEGIATAN MENCETAK PADA ANAK USIA 3 4 TAHUN

MENINGKATKAN KEMAMPUAN ANAK MENGENAL WARNA MELALUI ALAT PERMAINAN EDUKATIF (APE) DI KELOMPOK A TK PERTIWI DONGGALA

SKRIPSI. Oleh : APRILIA PUSPITASARI K

Joyful Learning Journal

PENINGKATAN KETERAMPILAN SOSIAL MENGGUNAKAN MODEL KOOPERATIF TIPE TEAM GAMES TOURNAMENT (TGT) DALAM PEMBELAJARAN IPS

PENINGKATAN PRESTASI BELAJAR IPA TENTANG PERTUMBUHAN TUMBUHAN MELALUI METODE EKSPERIMEN

PENINGKATAN HASIL BELAJAR IPA SISWA KELAS III MENGGUNAKAN METODE TUTOR SEBAYA

Upaya Meningkatkan Kemampuan Interaksi Sosial melalui Metode Numbered Heads Together Kelompok A TK Aisyiyah 56 Baron Tahun Ajaran 2014/2015

Diajukan Oleh: ARISKA DEVIE PRADISTA A

IMPLEMENTASI MODEL PEMBELAJARAN BLENDED LEARNING

SKRIPSI Diajukan untuk memenuhi sebagian syarat Derajat Sarjana S-1. Oleh RIZKI MEITASARI

PENGGUNAAN MEDIA TIGA DIMENSI UNTUK MENINGKATKAN KEAKTIFAN SISWA DALAM PEMBELAJARAN IPA

PENINGKATAN PENGENALAN KONSEP ANGKA MELALUI PERMAINAN KALENDER DI TAMAN KANAK-KANAK ISLAM SILATURAHMI KABUPATEN PADANG PARIAMAN. Nurmainis ABSTRACT

Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran IPA Melalui Metode Demonstrasi Di Kelas IV SD Inpres VII Labuan Baru

MENINGKATKAN KEMAMPUAN MENGENAL WARNAA MELALUI METODE EKSPERIMEN PADA ANAK USIA 3-4 TAHUN ARTIKEL JURNAL SKRIPSI

MENINGKATKAN KEMAMPUAN ANAK MENGENAL ANGKA MELALUI METODE PEMBERIAN TUGAS DI KELOMPOK A TK GENERASI BANGSA PALOLO

PENINGKATAN KUALITAS PEMBELAJARAN DAN HASIL BELAJAR MERAKIT PERSONAL KOMPUTER MENGGUNAKAN STRUCTURED DYADIC METHODS (SDM)

Oleh: Rahmat Yulianto, Fakultas Ilmu Pendidikan, Abstrak

PENINGKATAN KEMAMPUAN MENGENAL BENTUK GEOMETRI MELALUI PERMAINAN PUZZLE

Program studi PG-PAUD, Universitas Sebelas Maret 2

MENINGKATKAN KEMAMPUAN KOGNITIF MENGENAL WARNA MELALUI BERMAIN BOLA PADA ANAK KELOMPOK A. Sokhibah Dewi Komalasari

Abstrak. Pendahuluan. Handayani et al., Penerapan Metode Inquiry

MENINGKATKAN KETERAMPILAN PROSES SAINS DENGAN METODE GUIDED DISCOVERY PADA ANAK KELOMPOK B TK SALAFIYAH PLERET BANTUL

Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Team Assisted Individualization (TAI) Untuk Meningkatkan Aktivitas dan Hasil Belajar Siswa

Transkripsi:

MENINGKATKAN INTERAKSI SOSIAL ANAK MELALUI METODE KERJAKELOMPOK DI KELOMPOK B TK KARYA THAYYIBAH II NUPA BOMBA KECAMATAN TANANTOVEA Hj. Aspiani 1 ABSTRACT The problem in this study is whether the child's social interaction skills can be enhanced through group work method in group B TK Karya Thayyibah II Numpa Bomba district Tanantovea? Then the purpose of this research is to improve the child's social interaction skills through group work method in group B TK Karya Thayyibah II Numpa Bomba district Tanantovea. The design of this research study Kemmis and Mc. Taggart consisting of two cycles. Where on each cycle of meetings held three times in the classroom and each cycle consists of four stages: planning, implementation, observation, and reflection. The experiment was conducted in TK Karya Thayyibah II Numpa Bomba district Tanantovea, as many as 17 children consisted of 9 boys and 8 girls. Data were collected by using observation and documentation analyzed descriptive. Data collected prior to the action capabilities in berbgai with friends category SB of 5.88 %, B 11.76 %, C 29.41 %, and 52.94 % K, then the ability of children loving friend category SB of 5.88 %, B 11, 76 %, C 35.29 %, K 47.05 %, and the child's ability to invite friends to learn the category SB of 5.88 %, B 5.88 %, C 41.17 %, K 57.05 %. After the action is taken, the results of this study it can be concluded that through group work method can improve the child's social interaction skills, proven no upgrades from the first cycle to the second cycle in a child's ability to share with friends very well and good categories from 58.81 % to 82, 34 % ( 23.53 % ), then love is very good friends and good categories from 41.16 % to 76.46 % ( 35.3 % ), and the latter referring friends beajar excellent and good categories from 41.16 % to 76.46 % ( 35.3 % ). In general, an increase of all abilities are measured PENDAHULUAN Merujuk pada aturan pemerintah No. 19 tahun 2005 tentang standar nasional pendidikan, pasal 19 ayat 1 menyatakan bahwa prose pembelajaran pada satuan pendidikan diselenggarakan secara interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang, memotivasi peserta 1 Mahasiswa Program Studi PG PAUD, Jurusan Ilmu Pendidikan, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Tadulako, No. Stambuk: A 451 09 006. 21

didik untuk berpartisipasi aktif, serta memberikan ruang yang cukup bagi prakarsa, kreativitas, dan kemandirian sesuai dengan bakat, minat dan perkembangan fisik serta psikologis peserta didik. Berdasarkan Undang-Undang tersebut, maka Tujuan PAUD yang ingin dicapai adalah untuk mengembangkan pengetahuan dan pemahaman orang tua dan guru serta pihak-pihak yang terkait dengan pendidikan dan perkembangan anak usia dini. Secara khusus tujuan yang ingin dicapai adalah : (1) Dapat memahami perkembangan kreativitas anak usia dini dan usaha-usaha yang terkait dengan pengembangannya. (2) Dapat memahami kecerdasan jamak dan kaitannya dengan perkembangan anak usia dini. (3) Dapat memahami arti bermain bagi perkembangan anak usia dini. (4) Dapat memahami pendekatan pembelajaran dan aplikasinya bagi pengembangan usia kanak-kanak. Sehingga pendidikan anak usia dini merupakan pendidikan yang paling mendasar menempati posisi yang sangat strategis dalam pengembangan sumber daya manusia. Mengingat anak usia dini yaitu anak yang berbeda pada rentang usia lahir sampai dengan enam tahun merupakan rentang usia kritis dan sekaligus strategis dalam proses pendidikan yang dapat mempengaruhi proses serta hasil pendidikan pada tahap selanjuntnya. Itu artinya periode ini merupaka periode kondusif untuk menumbuhkembangkan berbagai kemampuan fisiologis, kognitif, bahasa, sosial, emosional dan spritual. Taman Kanak-kanak adalah salah satu pendidikan pra sekolah yang menyediakan program bentuk pendidikan usia dini bagi anak 4-6 tahun. Dimana pelaksanaan kegiatan pembelajaran bagi anak, harus senantiasa bertujuan memenuhi kebutuhan anak, karena anak usia dini adalah anak yang sedang membutuhkan upaya-upaya pendidikan untuk mengembangkan secara optimal semua kemampuan yang dimiliki anak. Diusia ini pula anak-anak mengalami situasi perkembangan yang sangat peka bagi perkembangan mental, intelektual, moral, emosional dan sosial anak. Sehingga anak-anak membutuhkan bimbingan, latihan dan pembiasaan, yang menjadi ransangan bagi mereka agar tumbuh dan berkembang secara optimal. Interaksi sosial anak sangat dipengaruhi oleh proses perlakuan atau bimbingan orang tua terhadap anak berbagai aspek kehidupan sosial, atau norma-narma kehidupan masyarakat serta mendorong dan memberi contoh kepada anakmya bagaimana menerapka norma-norma ini dalam kehiidupan sehari-hari. Proses bimbingan orang tua lazim disebut sosialisasi. Robinson (1981; 67), mengartikan sosialisasi itu sebagai proses belajar bimbingan anak arah perkembangan kepribadiian sosial sehingga dapat menjadi anggota masyarakat yang bertanggung jawab dan efektif. Anak yang dapat bersosialisasi dengan baik sesuai tahap 22

perkembangan dan usianya cenderung menjadi anak yang mudah bergaul. Anak mengalami perubahan perilaku sosial sesuai dengan tingkat perkembangan anak. Orang dewasa mempengaruhi anak dalam beberapa faktor tetapi yang paling dominan adalah pengaruh kehidupan di dalam keluarga. Seorang anak yang mendapat model kehidupan sosial yang baik dalam keluarganya sejak permulaan atau sejak anak berusia dini maka di dalam diri anak akan tertanam hal-hal yang positif dalam perkembangan sosial anak tersebut. Hal inilah yang dikemukakan oleh Hurlock (dalam Aisyah 2008 : 9.38) bahwa landasan yang diletakan pada masa kanak-kanak awal akan menentukan cara anak menyesuaikan diri dengan orang lain. Dari pengalaman yang berharga anak belajar bagaimana berinteraksi dengan orang lain. Olehnya itu Aisyah dkk (2008 : 9.35) berpendapat, Salah satu tugas perkembangan awal masa kanak-kanak yang penting adalah memperoleh latihan dan pengalaman pendahuluan yang diperlukan untuk menjadi anggota kelompok dalam akhir masa kanak-kanak. Jadi awal masa kanak-kanak sering disebut sebagai masa prakelompok. Dasar untuk sosialisasi diletakkan dengan meningkatnya hubungan antar anak dengan temanteman sebayanya dari tahun ketahun. Anak tidak hanya lebih banyak berbicara. Jenis hubungan sosial lebih penting dari pada jumlahnya. Sosialisasi dari orang tua ini samgatlah diperlukan oleh anak, karena dia masih terlalu muda dan belum memiliki pengalaman untuk bimbingan perkembangannya sendiri kearah kematangan. J. Clausen dalam Ambron (1981; 221), mendeskripsikan tentang upaya yang dilakukan dalam rangka sosialisasi dalam perkembagan sosial yang dicapai anak. Anak yang dapat bersosialisasi dengan baik sesuai tahap perkembangan dan usianya cenderung menjadi anak yang mudah bergaul. Anak mengalami perubahan perilaku sosial sesuai dengan tingkat perkembangan anak. Orang dewasa mempengaruhi anak dalam beberapa faktor tetapi yang paling dominan adalah pengaruh kehidupan di dalam keluarga. Seorang anak yang mendapat model kehidupan sosial yang baik dalam keluarganya sejak permulaan atau sejak anak berusia dini maka di dalam diri anak akan tertanam hal-hal yang positif dalam perkembangan sosial anak tersebut. Pelaksanaan pembelajaran di Taman Kanak-Kanak KT II Nupabomba Tanantovea dijumpai bahwa anak hanya menganggap belajar merupakan kegiatan rutin yang terkadang kurang menyenangkan, sehingga membuat anak-anak masih berlarian, dan mengganggu teman disat terjadinya proses belajar. Sehingga guru di TK bimbingan, latihan dan pembiasaan, yang menjadi ransangan bagi mereka agar tumbuh dan berkembang secara optimal. Sehingga guru di TK KT II Nupabomba Tanantovea perlu menemukan cara untuk mengatasi masalah tersebut. Dan salah satu cara yang ditempuh adalah dengan melaksanakan 23

kegiatan belajar bersama melalui metode kerja kelompok, dimana anak-anak akan bekerjasama menyelesaikan tugas dari guru. Agar anak bisa bekerja sama saling membantu dan belajar dari yang lain. Melalui metode kerja kelompok anak-anak akan dibiasakan dan dilatih untuk saling menghargai dan saling membantu, dimana anak-anak akan diberikan pemahaman tentang pentingnya orang lain dan bekerjasama dengan orang lain. Dalam pembelajaran di Taman kanak-kanak, anak harus dilatih dan dibiasakan antar satu sama lainnya untuk saling berinteraksi, sebab pada dasarnya anak adalah mahluk sosial yang dapat bekerja sama dengan orang lain, oleh karenanya Slameto (2003:20) mengemukakan bahwa "Kerjasama anak terjalin melalui kegiatan kelompok, karena dalam kegiatan kelompok akan muncul saling ketergantungan antara anak, dan hubungan antara pribadi anak". Kemampuan dasar anak dalam menjalin kerja sama menurut Piaget (dalam F.J. Monks, 2002:184) ditemukan sejak permulaan kerjasama serta konformisme sosial yang bertambah dan sehubungan dengan itu adanya suatu perhatian yang lebih besar pada interaksi yang mengandung peraturan-peraturan. Interaksi dengan sebaya merupakan permulaan hubungan persahabatan dan hubungan dengan peer. Hubungan persahabatan dan hubungan peer bersifat timbal balik dan memiliki sifat-sifat sebagai berikut:(a) ada saling pengertian, (b) saling membantu, (c) saling percaya, dan (d) saling menghargai dan menerima. Dengan adanya masalah pembelajaran tersebut, maka penulis melakukan penelitian yang bertujuan untuk meningkatkan interaksi sosial anak melalui kerja kelompok di, TK KT II Nupabomba Tanantovea. METODE PENELITIAN Pelaksanaan penelitian tindakan kelas ini mempunyai tahapan yang bersiklus. Model penelitian ini mengacu pada modifikasi diagram yang mencantumkan Kemmis dan Mc Taggart (Depdiknas, 2005: 6), seperti pada gambar (1). Tiap siklus dilakukan beberapa tahap, yaitu: 1) Perencanaan tindakan, 2) Pelaksanaan tindakan, 3) observasi, dan 4) Refleksi. 24

Keterangan 0 : Pratindakan 1 : Rencana 2 : Pelaksanaan 3 : Observasi 4 : Refleksi 5 : Rencana 6 : Pelaksanaan 7 : Observasi 8 : Refleksi A : Siklus I B : Siklus II Gambar Alur Siklus PTK model Kemmis & Mc Taggart (Depdiknas: 2005) Penelitian ini dilaksanakan di TK KT II Nupabomba Tanantovea dengan subyek penelitian yaitu seluruh anak didik yang berjumlah 17 orang dan terdiri dari 10 orang anak laki-laki dan 7 orang anak perempuan yang terdaftar pada tahun ajaran 2012/2013. Pelaksanan tindakan ini dilaksanakan dalam siklus berulang. Setiap siklus dilaksanakan sesuai dengan desain yang telah dikemukakan di atas yang dengan melihat perubahan yang ingin dicapai dalam tindakan. Rencana tindakan ini meliputi: a). Perencanaan Tindakan, b). Pelaksanaan Tindakan, c). Observasi, dan d). Refleksi. Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini yaitu data kualitatif terkait peningkatan interaksi sosial anak yang diperoleh dari hasil pengamatan berdasarkan lembar observasi siswa serta aktivitas guru (peneliti). Dan data kuantitatif yaitu terkait skor penilaian hasil pengamatan. Untuk mempermudah dalam pelaksanakan penelitian ini, maka dilakukan pengumpulan data. Adapun cara pengumpulan data 2 cara yaitu observasi dan pemberian tugas. Adapun teknik analisis data yang digunakan yaitu teknik analisis data kualitatif. Analisis data kualitatif dilakukan selama dan sesudah penelitian dilakukan dikelas dan dilakukan melalui tiga tahap, yatu reduksi data, paparan data dan penyimpulan atau verifikasi data. Data kuantitatif yang merupakan hasil kegiatan belajar anak yang dianalisis secara deskriptif dengan menggunakan pengelompokan berdasarkan teknik kategori standar (Depdiknas, 2003: 78) = Sangat Baik = Baik = Cukup = Kurang 25

Setelah semua data terkumpul maka akan di lakukan proses identifikasi dan klasifikasi kembali berdasarkan tolak ukur parameter yang diteliti untuk kemudian diolah dan dianalisis kembali dengan menggunakan tabel frekuensi dan persentase dengan rumus (Sudjiono, 1991:40) sebagai berikut: Keterangan : P = Hasil yang dicapai f = Jumlah jawaban dari setiap alternatif jawaban n = Jumlah sampel 100= Angka tetap/pembulatan HASIL PENELITIAN 1. Pra Tindakan Berdasarkan data yang telah dikumpulkan oleh peneliti sebelum tindakan disajikan pada tabel rekapitulasi hasil pengamatan sebagai berikut. Tabel 1 Rekapitulasi Hasil Pengamatan Pra Tindakan Aspek yang Diamati No Kategori A B C Jumlah % F % F % F % 1. 1 5,88 1 5,88 1 5,88 3 5,88 2. 2 11,76 2 11,76 1 5,88 5 9,8 3. 5 29,41 6 35,29 7 41,17 18 35,29 4. 9 52,94 8 47,05 8 47,05 25 49,01 Jumlah 17 100 17 100 17 100 51 100 Keterangan: A = Anak yang berbagi dengan teman B = Anak yang menyayangi teman C = Anak yang mengajak teman belajar Berdasarkan tabel di atas, setelah dijumlahkan ketiga aspek yang diamati diketahui dari 17 anak yang menjadi subjek penelitian terdapat 3 orang anak (5,88%) yang masuk kategori sangat baik, 5 orang anak (9,8%) yang masuk kategori baik, 18 orang anak (35,29%) yang masuk kategori cukup dan 25 orang anak (49,01%) yang masuk kategori kurang. Dari hasil pra tindakan ini, dapat terlihat bahwa masih banyak anak yang rendah interkasi sosialnya dalam berbagi dengan teman, menyayangi teman, dan mengajak teman belajar. Sehingga dari 26

permasalahan tersebut, maka peneliti melaksanakan penelitian tindakan kelas dengan harapan dapat meningkatkan interaksi sosial anak melalui metode kerja kelompok. 2. Tindakan Siklus I Adapun rekapitulasi hasil pengamatan yang telah dikumpulkan oleh peneliti pada tindakan siklus I disajikan pada tabel di bawah ini. Tabel 2 Rekapitulasi Hasil Pengamatan Tindakan Siklus I Aspek yang Diamati No Kategori A B C Jumlah % F % F % F % 1. 3 17,64 4 23,52 3 17.64 10 19,6 2. 7 41,17 3 17,64 4 23,52 14 27,45 3. 2 11,76 4 23,52 5 29,41 11 21,56 4. 5 29,41 6 35,29 5 29,41 16 31,37 Jumlah 17 100 17 100 17 100 51 100 Keterangan: A = Anak yang berbagi dengan teman B = Anak yang menyayai teman C = Anak yang mengajak teman belajar Berdasarkan tabel di atas, setelah dijumlahkan ketiga aspek yang diamati tersebut diketahui dari 17 anak yang menjadi subjek penelitian terdapat 10 anak (19,6%) yang masuk kategori sangat baik, 14 orang anak (27,45%) yang masuk kategori baik, 11 orang anak (21,56%) yang masuk kategori cukup dan 16 anak (31,37%) masuk kategori kurang. Dengan melihat persentase yang diperoleh dari hasil pengamatan tindakan siklus I, jelas terlihat bahwa persentase yang diperoleh dari 3 aspek pengamatan peningkatan interaksi sosial anak yaitu berbagi dengan teman, menyayangi teman, dan mengajak teman belajar belum mencapai persentase keberhasilan tindakan. Oleh karena itu perlu dilakukan perbaikan pada tindakan siklus II. 3. Tindakan Siklus II Adapun rekapitulasi hasil pengamatan yang telah dikumpulkan oleh peneliti pada tindakan siklus I disajikan pada tabel di bawah ini. 27

Tabel 3 Rekapitulasi Hasil Pengamatan Tindakan Siklus II Aspek yang Diamati No Kategori A B C Jumlah % F % F % F % 1. 8 47,05 9 52,94 7 41,17 24 47,05 2. 6 35,29 4 23,52 6 35,29 16 31,37 3. 2 11,76 3 17,64 2 11,76 7 13,72 4. 1 5,88 1 5,88 2 11,76 4 7,84 Jumlah 17 100 17 100 17 100 51 100 Keterangan: A = Anak yang berbagi dengan teman B = Anak yang menyayangi teman C = Anak yang mengajak teman belajar Berdasarkan tabel di atas, setelah dijumlahkan ketiga aspek yang diamati tersebut diketahui dari 17 anak yang menjadi subjek penelitian terdapat 24 anak (47,05%) yang masuk kategori sangat baik, 16 anak (31,37%) yang masuk kategori baik, 7 anak (13,72%) yang masuk kategori cukup dan 4 anak (7,84%) yang masuk kategori kurang. Dengan melihat persentase yang diperoleh dari hasil pengamatan tindakan siklus II, jelas terlihat bahwa persentase yang diperoleh dari 3 aspek pengamatan peningkatan interkasi sosial anak yaitu berbagi dengan teman, menyayangi teman, dan mengajak teman belajar telah mencapai persentase keberhasilan tindakan, hal ini dapat dilihat dari hasil pengamatan anak yang masuk kategori sangat baik 47,05% dan masuk kategori baik 31,37% dapat disimpulkan bahwa hasil pengamatan anak yaitu 78,42% dengan kategori baik. Oleh karena itu, tidak perlu dilakukan perbaikan pada tindakan selanjutnya. PEMBAHASAN Pembahasan penelitian ini meliputi keseluruhan tindakan siklus yang dilaksanakan dan semua aspek penilaian yang menjadi fokus penelitian tindakan kelas ini. Kegiatan awal yang dilakukan peneliti untuk membuka pelajaran melalui sumber belajar lingkungan. Dan juga guru menyuruh anak membiasakan anak membaca doa sebelum memulai pelajaran, tidak lupa pula guru membangun hubungan yang harmonis dengan anak dan meyakinkan anak akan kemampuan yang dimiliki. Hal tersebut di maksudkan agar anak mempunyai harapan keberhasilan dan mengetahui arah kegiatan pembelajaran. 28

Dengan demikian anak akan termotivasi dan terfokus pada kegiatan belajar mengajar yang dilakukan. Motivasi belajar anak sangat penting karena ada atau tidaknya motivasi belajar menentukan apakah anak terlibat secara aktif atau bersikap pasif dalam proses pembelajaran, sebab anak yang belajar dengan aktif tentu akan memperoleh hasil belajar yang baik, sebaliknya anak yang belajar secara pasif tentunya akan memperoleh hasil belajar yang kurang baik. Selanjutnya dalam kegiatan pembelajaran anak di bagi dalam kelompok-kelompok sesuai hasil pengamatan pada pra tindakan. Hal ini bertujuan agar anak melatih dirinya untuk bekerja sama dengan yang lain, setelah pembagian kelompok kegiatan pembelajaran dilaksanakan dan guru dengan belajar lingkungan dalam proses pembelajaran. Kegiatan pembelajaran dalam setiap siklus, 2 kali tindakan. Pelaksanaan tindakan pertama, guru melaksanakan pembelajaran sesuai dengan RKH yaitu dengan kerja kelompok, anak diminta untuk selalu berbagi dengan teman kelompoknya, dan guru memberi pujian kepada anak yang mau berbagi dengan teman dalam kelompoknya sedangkan yang belum mau berbagi diberi motivasi untuk mau berbagi dengan teman. Pada pelaksanaan tindakan kedua, guru melaksanakan pembelajaran sesuai dengan RKH yang telah dibuat dan pada kegiatan pembelajaran ini anak diperintahkan untuk mau menyeyangi teman kelompoknya, seperti pada kegiatan pertama anak diperintahkan untuk menyayangi teman dalam kelompoknya, secara berkelompok dan anak yang mau menyayangi teman diberi pujian sedangkan anak yang masih kurang menyayangi teman dan belum mau menyayangi teman sama sekali diberi motivasi. Pada pelaksanaan tindakan yang ketiga guru melaksanakan kegiatan pembelajaran sesuai dengan RKH yang telah dibuat. Pada kegiatan pembelajaran ini yang anak diminta untuk mengajak teman belajar di dalam kelompoknya. Setiap anak di arahkan untuk mau mengajak teman belajar dan anak yang mau mengajak teman belajar diberi pujian sedangkan yang kurang mau mengajak temannya belajar diberi motivasi. Hal ini dilakukan untuk meningkatkan interaksi sosial anak. 1. Hasil pengamatan Pra Tindakan Berdasarkan hasil pra tindakan, setelah dijumlahkan hasil dari ketiga aspek yang diamati yaitu berbagi dengan teman, menyayangi teman dan mengajak teman belajar dari 17 anak yang menjadi subjek penelitian terdapat 3 anak (5,88%) yang masuk kategori sangat baik, 5 anak (9,8%) yang masuk kategori baik, 18 anak (35,29%) yang masuk kategori cukup dan 25 anak (49,01%) yang masuk kategori kurang. Hasil pra tindakan ini, 29

dapat terlihat hanya sedikit anak yang memiliki kemampuan interaksi sosial anak, karena sebagian besar anak belum mampu untuk memahami kegiatan pembelejaran. Sehingga dari permasalahan tersebut, maka peneliti melaksanakan penelitian tindakan kelas dengan harapan dapat meningkatkan interaksi sosial anak. Dengan demikian pada pra tindakan baru sekisar 15,68% yang bisa dikategori berhasil sangat baik dan baik, masih ada sekitar 84,32% yang belum berhasil, kemungkinan hal itu disebabkan karena anak belum terbiasa dengan melakukan kegiatan yang berhubungan dengan kemampuan interaksi sosialnya seperti berbagi dengan teman, menyayangi teman, dan mengajak teman belajar. Hal ini dilakukan untuk mengukur kemampuan interaksi sosial anak. Disamping itu kurangnya fasilitas atau media yang bisa membantu kemampuan anak juga kebiasaan-kebiasaan anak yang cenderung pasif. Selanjutnya kemungkinan penyebab rendanya kemampuan anak dalam mengembangkan kemampuan interaksi sosialnya pada pra tindakan bisa bersumber dari lengkungan bermain dan juga suasana dalam pembelajaran yang kurang menyenangkan. Kemungkinan pembelajaran sangat monoton banyak aktivitas yang didominasi oleh guru atau pembelajaran yang berpusat pada guru. Hal-hal itu yang mendorong peneliti untuk melakukan perbaikan pembelajaran untuk melakukan tindakan siklus 1 dengan menggunakan metode kerja kelompok terbukti dapat meningkatkan kemampuan interaksi sosial anak. 2. Hasil pengamatan siklus I Berdasarkan hasil pengamatan tindakan siklus I, setelah dirjumlahkan ketiga aspek yang diamati yaitu berbagi dengan teman lain, meyayangi teman dan mengajak teman belajar. diketahui dari 17 anak yang menjadi subjek penelitian terdapat 10 anak (19,6%) yang masuk kategori sangat baik, 14 anak (27,45%) yang masuk kategori baik, 11 orang anak (21,56%) yang masuk kategori cukup dan 16 orang anak (31,37%) yang masuk kategori kurang. Dengan melihat persentase yang diperoleh dari hasil pengamatan tindakan siklus I, jelas terlihat bahwa persentase yang diperoleh dari ketiga aspek pengamatan tersebut belum ada yang mencapai persentase keberhasilan tindakan dengan kategori baik. Melihat persentase yang diperoleh dari hasil pengamatan tindakan siklus I, ada peningkatan interaksi sosial anak dibandingkan dengan hasil pengamatan pra tindakan. Meskipun ada peningkatan interaksi sosial anak masih jelas terlihat bahwa persentase yang diperoleh belum mencapai persentase keberhasilan tindakan dengan kategori baik 30

untuk 3 aspek penilaian yaitu berbagi dengan teman, menyayangi teman dan mengajak teman belajar. Adapun faktor yang menyebabkan adanya peningkatan interaksi sosial anak pada kegaiatan pembelajaran dengan metode kerja kelompok, karena anak termotivasi mendengarkan penjelasan guru, dan guru juga memberikan penghargaan berupa pujian pada anak yang melakukan suatu kegiatan yang diperintahkan guru dengan baik. Cara guru menyampaikan tujuan kegiatan dengan bahasa sederhana dan hangat, sehingga menimbulkan suasana yang harmonis dalam kegiatan pembelajaran. Disisi lain dapat pula dianalisa masih ada beberapa anak yang belum menunjukkan hasil yang maksimal atau baik peningkatan interaksi sosial anak pada kegiatan pembelajaran. Hal ini masih perlu dianalisa lagi apakah karena anaknya sendiri yang belum mampu melakukan suatu kegiatan pada kegiatan pembelajaran yang disebabkan faktor dari dalam diri anak. Metode kerja kelompok belum meningkatkan interaksi sosial anak, kemungkinan disebabkan anak masih takut kepada guru, bisa pula disebabkan ada guru lain yang ikut masuk dalam proses pembelajaran sehingga mempengaruhi aktivitas anak yang masih malu-malu atau kurang memiliki keberanian. Maka peneliti berusaha untuk lebih meningkatkan perhatian dan memberi dorongan kepada anak-anak sehingga apa yang disampaikan oleh guru dapat dicerna dengan baik oleh anak. Disamping itu guru akan lebih memberikan motivasi berupa penguatan, dorongan serta semangat, sehingga memunculkan semangat kepada anak didik agar memiliki interaksi sosial anak. 3. Hasil Pengamatan Siklus II Berdasarkan hasil pengamatan tindakan siklus II, setelah dirata-ratakan ketiga aspek yang diamati diketahui dari 17 anak yang menjadi subjek penelitian terdapat 24 anak (47,05%) yang masuk kategori sangat baik, 16 anak (31,37%) yang masuk kategori baik, 7 anak (13,72%) yang masuk kategori cukup dan 4 anak (7,84%) yang masuk kategori kurang. Dengan melihat persentase yang diperoleh dari hasil pengamatan tindakan siklus II, jelas terlihat bahwa persentase yang diperoleh dari 3 aspek pengamatan peningkatan interaksi sosial anak berbagi dengan teman, menyayangi teman, dan mengajak teman belajar. sudah mencapai persentase keberhasilan tindakan. Oleh karena itu, tidak perlu dilakukan perbaikan pada tindakan selanjutnya. Kalaupun masih ada anak yang belum berhasil yaitu 1 anak dalam berbagi dengan teman, kemudian ada 1 anak yang belum mau menyayangi teman belum menunjukan kemampuan interaksi sosialnya, dan masih ada 2 anak juga yang belum berhasil dengan 31

baik dalam mengajak teman belajar. Jika di rata-ratakan ada sekitar 7,84% yang belum berhasil dari kemampuan yang diamati. Dapat dikemukakan anak yang belum berhasil tersebut memang anak yang sangat pemalu dan kurang memiliki rasa ingin tau tentang sesuatu tugas atau permainan yang diberikan guru. Hal ini bukan berarti gagal total, namun tetap ada peningkatan kemampuannya namun belum maksimal. Oleh karena itu peneliti dengan teman sejawat memutuskan untuk tidak melanjutkan kesiklus ketiga, karena anak yang belum berhasil persentasenya sangat kecil. Sehingga penelitian tindakan kelas ini bisa dikatakan berhasil dengan baik karena telah dapat memperbaiki proses pembelajaran yang berdampak dengan meningkatnya kemampuan interaksi sosial anak pada beberapa kemampuan yang telah diamati. Olehnya itu pembelajaran dengan menggunakan metode kerja kelompok dapat meningkatkan kemampuan interaksi sosial anak dalam berbagi dengan teman, menyayangi teman, dan mengajak teman belajar. Di samping perbaikan yang dilakukan guru, faktor yang menyebabkan meningkatnya interaksi sosial anak adalah karena anak-anak sudah merasa tidak terbebani dalam melakukan tugas dalam berkelompok sehingga dengan metode kerja kelompok dapat meningkatkan interaksi sosial anak melalui metode kerja kelompok di Kelompok B TK Karya Thayyibah II Numpa Bomba Kec. Tanantovea KESIMPULAN DAN SARAN Berdasarkan hasil penelitan yang telah dilaksanakan, maka dapat ditarik kesimpulan bahwa melalui metode kerja kelompok dapat meningkatkan interaksi sosial anak di kelompok B TK Karya Thayyibah II Numpa Bomba Kec. Tanantovea. Kesimpulan tersebut terbukti dengan adanya peningkatan interaksi sosial anak pada siklus pertama untuk kemampuan dalam berbagi dengan teman meningkat menjadi 58,81% sangat baik dan baik, kemampuan dalam menyayangi teman meningkat menjadi 41,16% kategori sangat baik dan baik, dan yang kemampuan yang diamati terahir yaitu kemampuan interaksi sosial anak dalam mengajak teman belajar terdapat 41,16% dengan kategori baik dan baik, hasil tersebut diperoleh dari penjumlahan dua kategori yang dimiliki yaitu sangat baik dan baik. Pada siklus kedua menunjukan peningkatan dalam berbagi dengan teman meningkat dari 58,81% menjadi 82,34% (23,53%) kategori sangat baik dan baik, kemudian pada kemampuan menyayangi teman meningkat dari 41,16% menjadi 76,46% (35,3%) dengan kategori sangat baik dan baik, sedangkan kemampuan interkasi sosial anak dalam mengajak teman belajar meningkat dari 41,16% menjadi 76,46% (35,3%) kategori sangat baik dan baik. 32

Jika dirata-ratakan peningkatan dari siklus I ke siklus II berkisar 31,37%, walaupun masih ada anak yang belum berhasil tetapi tidak perlu lagi di adakan siklus berikutnya karena sudah menunjukan keberhasilan pada siklus II secara maksimal. Berdasarkan kesimpulan tersebut, saran-saran yang diajukan sebagai berikut: 1. Kiranya dengan metode kerja kelompok ini dapat mendorong anak untuk terbiasa dalam pembelajaran, menumbuhkan motivasi dan minat anak untuk belajar sehingga interasi sosial anak menjadi meningkat. 2. Banyak faktor yang mempengaruhi keberhasilan anak dalam belajar, antara lain minat, sikap, dan motivasi. Oleh karena itu guru harus mampu menciptakan situasi yang dapat memungkinkan faktor-faktor tersebut dapat berkembang dengan baik. 3. Sebaiknya dalam hal menerapkan metode pembelajaran harus selalu disesuaikan dengan pelajaran yang akan diberikan kepada anak. DAFTAR PUSTAKA Ali Nugraha. (2005). Pengembangan Pembelajaran Pada Anak Usia Dini. Dirjen Dikti: Jakarta. Anita yus. (2006). Penilaian Perkembangan Belajar Taman Kanak-kanak. Jakarta. Kencana Prenada Media Group. Budono. (2005). Pemilihan dan Sumber Belajar Untuk Usia Dini. Dirjen Dikti: Jakarta. Gordon Browne. (1985). Membangun hubungan sosial Rosdakarya. Anak. Bandung : Remaja Kartono. (1991). The Miracle of Mind Power for Children. Yogyakarta. Garailmu Madya. (1999). Metode Pengajaran. Jakarta: Rineka Cipta Prasetyo. (1997). Permainan yang Meningkatkan Kecerdasan Anak. Jakarta. Laskar Aksara Rita Mariyana, Ali Nugraha, Yeni Rachmawati. (2010). Pengelolaan Lingkungan Belajar. Jakarta. Kencana Prenada Media Group. Roestiyah. N.K. (1996). Metode Pemberian Tugas, Kekemampuan interaksi sosial an, Motivasi Belajar, dan Prestasi Belajar. Alumni : Bandung. 33