BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Salah satu penyebab kematian tertinggi di dunia adalah infeksi. Sekitar lima puluh tiga juta kematian di seluruh dunia pada tahun 2002, sepertiganya disebabkan oleh infeksi (Scheld & Mandell, 2004). Selain itu, menurut Center for Disease Control and Prevention (CDC) setiap tahun sedikitnya 2 juta orang menderita infeksi bakteri yang resisten terhadap satu atau lebih antibiotik di Amerika Serikat. Sedikitnya 23 ribu orang juga meninggal setiap tahun sebagai akibat langsung dari infeksi bakteri yang resisten terhadap antibiotik ini (CDC, 2013). Dua faktor risiko utama seseorang terinfeksi strain resisten antimikroba di rumah sakit adalah penggunaan antibiotik berlebihan dan transmisi antar pasien. Penggunaan antibiotik berlebihan dapat memacu terjadinya mutasi genetik kuman dan menyebabkan berkembangnya strain resisten di rumah sakit (Farr, 2004). Bentuk perlawanan tubuh terhadap infeksi bakteri yang sedang terjadi adalah terjadinya proses inflamasi. 1
2 Salah satu pola dari inflamasi akut adalah pembentukan eksudat purulen atau disebut juga pus. Pembentukan pus biasanya merupakan bentuk reaksi terhadap kerusakan jaringan yang disebabkan oleh infeksi bakteri (Kumar et al., 2013). Infeksi piogenik dapat terjadi pada seluruh tubuh terutama pada kulit dan jaringan subkutan dengan flora normal sebagai penyebab utamanya (WHO, 2003). Flora normal seperti S. aureus merupakan penyebab utama infeksi yang bersifat supuratif. Bakteri ini sekaligus merupakan patogen utama pada manusia dan termasuk sebagai penyebab utama infeksi nosokomial (Madigan et al., 2003). Bakteri patogen maupun flora normal dapat menyebabkan munculnya infeksi piogenik yang memproduksi pus. Banyaknya jumlah spesies bakteri yang dapat menyebabkan infeksi piogenik ini menuntut adanya suatu pemeriksaan mikrobiologi untuk diagnosis yang akurat dan menentukan terapi yang terbaik bagi pasien (Hirscmann, 1991). Adanya pemantauan pola kuman akan membantu klinisi untuk menentukan terapi empiris sebelum mendapatkan hasil kultur (Tilton et al., 1992). Selain itu, menurut McPhee & Ganong, pengetahuan mengenai flora endogen penting untuk mengetahui
3 penyebab suatu infeksi dan dapat membantu menghasilkan terapi antibiotik yang sesuai. Pembentukan abses adalah salah satu wujud infeksi piogenik dimana pus berkumpul di dalam jaringan dan dikelilingi oleh dinding yang terdiri atas pembuluh darah kapiler, neutrofil, dan fibroblast (Underwood, 2000). Keberhasilan terapi antimikroba pada infeksi piogenik tergantung pada faktor lokal di tempat terjadinya infeksi. Efektivitas antimikroba tertentu pada abses relatif dapat berkurang karena adanya gangguan sirkulasi yang menyebabkan berkurangnya aliran fagosit, nutrisi, dan oksigen (Davis et al., 1973). Untuk memonitor pola resistensi kuman disuatu rumah sakit sekaligus melacak munculnya strain resisten terhadap antimikroba, diperlukan suatu antibiogram yang memberikan informasi secara periodik mengenai kepekaan isolat klinik tertentu pada antimikroba yang paling sering digunakan (Madigan et al., 2003). Melihat penggunaan obat yang selama ini digunakan oleh pasien dengan infeksi supuratif serta pola kuman yang muncul pada spesimen pus, penelitian ini bertujuan untuk melihat bagaimana pola kuman yang muncul pada spesimen pus dan kepekaannya terhadap antibiotik.
4 I.2. Rumusan masalah 1. Bagaimanakah pola kuman yang ditemukan pada spesimen pus yang diperiksa di laboratorium mikrobiologi FK UGM periode tahun 2013? 2. Bagaimanakah kepekaan kuman yang diperoleh dari spesimen pus terhadap antibiotik? I.3. Tujuan Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pola kuman yang ditemukan pada spesimen pus dan resistensinya terhadap antibiotik yang diperiksa di laboratorium mikrobiologi FK UGM pada tahun 2013. I.4. Keaslian Penelitian Penelitian tentang pola kuman dan resistensinya terhadap antibiotik sudah beberapa kali dilakukan. Hanya saja penelitian tentang Pola kuman yang ditemukan pada spesimen pus dan resistensinya terhadap antibiotik yang diperiksa di laboratorium mikrobiologi FK UGM pada tahun 2013 setahu peneliti belum dilakukan dan belum ada dalam rentang waktu tersebut. Terdapat penelitian yang mirip dengan penelitian ini yaitu :
5 1. Pola kuman dan resistensi isolat klinik dari spesimen pus. Penelitian tersebut dilakukan dengan cara observasional retrospektif dengan metode potong lintang, lalu hasilnya dianalisis secara deskriptif dan ditampilkan dalam bentuk tabel dan diagram. Hasil dari penelitian tersebut adalah lima besar kuman dari spesimen pus dari penelitian yang dilakuakan selama 2 bulan adalah P. aeruginosa, S. epidermidis, K. Penumoniae, E. coli dan Streptococcus α haemolyticus. 2. Pola Kepekaan Berbagai Bakteri Hasil Isolasi dari Sputum Terhadap Beberapa Antimikroba di Laboratorium Mikrobiologi FK UGM Tahun 1992-1994. Penelitian tersebut dilakukan dengan metode deskriptif. Hasil dari penelitian tersebut menunjukkan bakteri yang sering berkaitan dengan infeksi saluran pernapasan (ISP) bagian bawah yaitu E. coli, K. pneumoniae, S. aureus, Streptococcus β hemolyticus, dan S. pneumoniae.
6 I.5. Manfaat Penelitian Hasil dari penelitian ini dapat digunakan oleh berbagai pihak, terutama klinisi, untuk mengambil kebijakan dalam terapi infeksi pada pasien dengan penyakit yang bersifat supuratif (menghasilkan pus) sehingga terapi menjadi lebih efektif dan efisien.