STUDI POLA PENGEMBANGAN JARINGAN JALAN KOTA NANGA PINOH DI KABUPATEN MELAWI. Abstrak

dokumen-dokumen yang mirip
BAB II TINJAUAN TEORI

ANALISIS KEBUTUHAN JALAN DI KAWASAN KOTA BARU TEGALLUAR KABUPATEN BANDUNG

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. bermanfaat atau dapat berguna untuk tujuan tujuan tertentu. Alat pendukung. aman, nyaman, lancar, cepat dan ekonomis.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Peraturan Perundangan di Bidang LLAJ. Pasal 3 yang berisi menyataan transportasi jalan diselenggarakan

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No. 132, 2004 (Penjelasan Dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4444).

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 34 TAHUN 2006 TENTANG JALAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 34 TAHUN 2006 TENTANG JALAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. yang berlangsung tanpa diduga atau diharapkan, pada umumnya ini terjadi dengan

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 34 TAHUN 2006 TENTANG JALAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 34 TAHUN 2006 TENTANG JALAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PEMERINTAH KABUPATEN MELAWI

PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM NOMOR: 03/PRT/M/2012 TENTANG PEDOMAN PENETAPAN FUNGSI JALAN DAN STATUS JALAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

2.1 ANALISA JARINGAN JALAN

Outline. Klasifikasi jalan Dasar-dasar perencanaan geometrik Alinemen horisontal Alinemen vertikal Geometri simpang

BAB 2 TINJAUAN TEORI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

SATUAN ACARA PERKULIAHAN ( SAP ) Mata Kuliah : Rekayasa Lalulintas Kode : CES 5353 Semester : V Waktu : 1 x 2 x 50 menit Pertemuan : 14 (Empat belas)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Umum. Sistem jaringan jalan terdiri dari sistem jaringan jalan primer dan sistem

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BUPATI SANGGAU PROVINSI KALIMANTAN BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN SANGGAU NOMOR 5 TAHUN 2015 TENTANG PEDOMAN PEMBERIAN NAMA JALAN DAN FASILITAS UMUM

Bab I Pendahuluan I-1 BAB I PENDAHULUAN I.1 TINJAUAN UMUM

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN WAKATOBI

PERATURAN DAERAH PROVINSI LAMPUNG NOMOR 5 TAHUN 2011 TENTANG PENGAWASAN DAN PENGENDALIAN KELEBIHAN MUATAN ANGKUTAN BARANG

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. terbaru (2008), Evaluasi adalah penilaian. pelayanan adalah kemampuan ruas jalan dan/atau persimpangan untuk

BAB 2 LATAR BELAKANG dan PERUMUSAN PERMASALAHAN

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Indonesia sebagai negara berkembang saat ini sedang giat melaksanakan

PERATURAN DAERAH KABUPATEN TAPIN NOMOR 19 TAHUN 2009 TENTANG GARIS SEMPADAN DI KABUPATEN TAPIN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA, BUPATI TAPIN,

TINGKAT PEMANFAATAN DAN FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PEMAKAIAN JEMBATAN PENYEBERANGAN ORANG DI DEPAN MEGA MALL JALAN A.YANI KOTA PONTIANAK

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Penyelenggaraan pemerintahan Negara untuk mewujudkan tujuan bernegara

Pendahuluan 10/12/2009

KEBIJAKAN PEMBANGUNAN JALAN DI INDONESIA TAHUN

PERATURAN KEPALA KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10 TAHUN 2012 TENTANG

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 38 TAHUN 2004 TENTANG JALAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 38 TAHUN 2004 TENTANG JALAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB. II TINJAUAN PUSTAKA. berguna untuk tujuan-tujuan tertentu. Karena dalam pengertian di atas

BUPATI SIDOARJO PERATURAN DAERAH KABUPATEN SIDOARJO NOMOR 8 TAHUN 2013 TENTANG PEMANFAATAN DAN PENGGUNAAN BAGIAN-BAGIAN JALAN KABUPATEN

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 38 TAHUN 2004 TENTANG JALAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Kata Pengantar. Yogyakarta, Desember Tim Penyusun. Buku Materi Teknis Rencana Detail Tata Ruang dan Peraturan Zonasi BWP Sedayui

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KEPULAUAN SELAYAR NOMOR 8 TAHUN 2009 TENTANG GARIS SEMPADAN JALAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

LEMBARAN DAERAH KOTA CIMAHI NOMOR : 68 TAHUN : 2006 SERI : E PERATURAN DAERAH KOTA CIMAHI NOMOR : 13 TAHUN 2006 TENTANG

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUNINGAN NOMOR 8 TAHUN 2013 TENTANG KETENTUAN GARIS SEMPADAN JALAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

ESTIMASI KEBUTUHAN ANGKUTAN UMUM KOTA BANDA ACEH

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KEPULAUAN SELAYAR NOMOR 8 TAHUN 2009 TENTANG GARIS SEMPADAN JALAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan kota sebagai perwujudan aktivitas manusia senantiasa mengalami perkembangan dari waktu ke waktu.

PEMERINTAH KABUPATEN ASAHAN SEKRETARIAT DAERAH Jalan Jenderal Sudirman No.5 Telepon K I S A R A N

PERATURAN DAERAH KABUPATEN PURBALINGGA NOMOR 11 TAHUN 2011 TENTANG PEMBANGUNAN JALAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PURBALINGGA,

PENJELASAN A T A S PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUKOHARJO NOMOR 14 TAHUN 2011 TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN SUKOHARJO TAHUN

PENJELASAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN SRAGEN NOMOR 11 TAHUN 2011 TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN SRAGEN TAHUN

BUPATI KAPUAS PERATURAN DAERAH KABUPATEN KAPUAS NOMOR 5 TAHUN 2012 TENTANG JALAN DAN PENGATURAN LALU LINTAS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Bab 1 PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG

PEMERINTAH KABUPATEN KEDIRI

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 38 TAHUN 2004 TENTANG JALAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

I. PENDAHULUAN. Transportasi juga diharapkan memiliki fungsi untuk memindahkan obyek sampai tujuan dengan

W A L I K O T A B A N J A R M A S I N

KINERJA RUAS JALAN KORIDOR JALAN TJILIK RIWUT AKIBAT TATA GUNA LAHAN DI SEKITAR KORIDOR BERDASARKAN KONTRIBUSI VOLUME LALU LINTAS

*15819 UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA (UU) NOMOR 38 TAHUN 2004 (38/2004) TENTANG JALAN

BAB I PENDAHULUAN. Bertambahnya penduduk seiring dengan berjalannya waktu, berdampak

BUPATI CILACAP PERATURAN DAERAH KABUPATEN CILACAP NOMOR 13 TAHUN 2013 TENTANG JALAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI CILACAP,

PENELITIAN MODEL ANGKUTAN MASSAL YANG COCOK DI DAERAH PERKOTAAN. Balitbang bekerjasama dengan PT Karsa Haryamulya Jl.Imam Bonjol 190 Semarang

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan infrastruktur jalan itu sendiri. Penyediaan infrastruktur jalan yang

MODUL 3 : PERENCANAAN JARINGAN JALAN DAN PERENCANAAN TEKNIS TERKAIT PENGADAAN TANAH

PEMERIKSAAN KESESUAIAN KRITERIA FUNGSI JALAN DAN KONDISI GEOMETRIK SIMPANG AKIBAT PERUBAHAN DIMENSI KENDARAAN RENCANA

PENGARUH PEMBANGUNAN JEMBATAN PAWAN V TERHADAP KINERJA JARINGAN JALAN KOTA KABUPATEN KETAPANG

BAB I PENDAHULUAN. dipergunakan untuk menunjang perekonomian maupun kegiatan-kegiatan manusia

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Esensi peramalan adalah perkiraan peristiwa peristiwa diwaktu yang akan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 TINJAUAN UMUM

BAB I PENDAHULUAN I-1

PERATURAN DAERAH KABUPATEN LAMONGAN NOMOR 13 TAHUN 2007 TENTANG PEMBERIAN NAMA JALAN DAN TEMPAT-TEMPAT UMUM DI KABUPATEN LAMONGAN

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 38 TAHUN 2004 TENTANG JALAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

II. TINJAUAN PUSTAKA. berupa jalan aspal hotmix dengan panjang 1490 m. Dengan pangkal ruas

PERATURAN MENTERI AGRARIA DAN TATA RUANG/ KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL NOMOR: TENTANG PEDOMAN PENGEMBANGAN KAWASAN BERORIENTASI TRANSIT

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

2018, No Perumahan Rakyat (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 881) sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Menteri Pekerjaan U

PROVINSI LAMPUNG PERATURAN DAERAH KOTA METRO NOMOR 07 TAHUN 2014 TENTANG ANALISIS DAMPAK LALU LINTAS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA

BUPATI PASURUAN PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH KABUPATEN PASURUAN NOMOR 6 TAHUN 2014 TENTANG MANAJEMEN DAN REKAYASA LALU LINTAS

KEPUTUSAN GUBERNUR PROPINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA NOMOR 84 TAHUN 2004 TENTANG

PEMERINTAH PROVINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN DAERAH PROVINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA NOMOR 4 TAHUN 2010 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. lemahnya perencanaan dan kontrol membuat permasalahan transportasi menjadi

BAB I PENDAHULUAN 1.1 TINJAUAN UMUM

BAB I PENDAHULUAN. dan/atau air, serta di atas permukaan air, kecuali jalan kereta api, jalan lori, dan jalan

FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KONVERSI LAHAN PERTANIAN STUDI KASUS: KECAMATAN JATEN, KABUPATEN KARANGANYAR

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI AGRARIA DAN TATA RUANG/ KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL,

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA TENTANG JALAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

BAB I Pendahuluan I-1

2 (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2013 Nomor 101, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5422); 4. Peraturan Pemerintah Nomor 34

PEMODELAN SPASIAL TINGKAT KERAWANAN KEMACETAN LALU LINTAS DI RUAS JALAN KOLEKTOR SEKUNDER KELURAHAN TERBAN KOTA YOGYAKARTA

2017, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 68, Tam

1.1 Latar Belakang Masalah

BUPATI KAPUAS HULU PROVINSI KALIMANTAN BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN KAPUAS HULU NOMOR 14 TAHUN 2014 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. penduduk atau barang atau jasa atau pikiran untuk tujuan khusus (dari daerah asal ke daerah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Transkripsi:

STUDI POLA PENGEMBANGAN JARINGAN JALAN KOTA NANGA PINOH DI KABUPATEN MELAWI Didit Rukmana 1) Komala Erwan 2) dan Said Basalim 2) Abstrak The road is a vital tool that needs to be maintained and enhanced functions to facilitate the flow of ground transportation. Ground transportation in the city of Nanga Pinoh a road network is a land transportation infrastructure that really support the growth and development of an area, due to increasing socio-economic interactions of intra and inter region. In this research will use the type of sample is purposive sampling technique (purposive sampling). This sampling technique is used to obtain the data and information of the general public. The results of the public perception of the target road network provision stating that the road network has not been inadequate provision in the City of Nanga Pinoh is equal to 37.88%, then the opinion of the respondents who claimed to have inadequate provision of road networks by 32.32%, 19.19% is sufficient, and was not sufficient for 10.61%. Highest priority in the improvement of the road network providing service quality indicators city road network is the safety of road users, reducing the number of accidents, and road maintenance. Kata-kata kunci: Priority. Road Network, Likert Scale, Nanga City Pinoh, and 1) Mahasiswa Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Tanjungpura 2) Staf pengajar Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Tanjungpura

1. PENDAHULUAN Secara umum jalan dibangun sebagai prasarana untuk memudahkan mobilitas dan aksesibilitas kegiatan sosial ekonomi dalam masyarakat. Jalan raya sebagai salah satu sarana transportasi sejatinya adalah Pengembangan pola jaringan jalan nantinya diharapkan mampu mendorong perkembangan kegiatan ekonomi wilayah terutama terintegrasinya dengan dermaga sungai yang ada, jaringan arteri primer, pusat-pusat pertumbuhan wilayah. Transportasi darat di Kota Nanga Pinoh berupa jaringan jalan yang merupakan prasarana perhubungan darat yang sangat menunjang terhadap pertumbuhan dan perkembangan suatu wilayah Pada tahapan awal ini perlu dilakukan pengaturan dan mengoptimalkan pola jaringan jalan lokal yang menghubungkan antar daerah di dalam wilayah Kota Nanga Pinoh, agar menjadi lebih efisien dalam melayani pergerakan orang dan hasil produksi masyarakat. Pada tahapan selanjutnya perlu 2 tempat atau media berkendara semua orang menuju tempat yang diinginkan, selain itu pula merupakan sarana untuk mendistribusikan barang atau jasa. Peningkatan aksesibilitas yang menuju kota-kota lain dan dermaga sungai sebagai tempat pengumpulan barang-barang produksi yang utama untuk didistribusikan dan dipasarkan ke daerah lain. Pola jaringan jalan yang berada di dalam wilayah Kota Nanga Pinoh umumnya terbentuk oleh jalan-jalan yang telah terbentuk secara alami serta mengikuti pula pola aliran sungai. Jenjang fungsi jalan belum terintegrasinya sistem transportasi yang ada. 2. TINJAUAN PUSTAKA Pengelompokan jalan dimaksud kan untuk mewujudkan kepastian hukum penyelenggaraan jalan sesuai dengan kewenangan Pemerintah dan pemerintah daerah. Jalan umum menurut statusnya dikelompokkan ke dalam jalan

(Didit Rukmana, Komala Erwan dan Said ) nasional, jalan provinsi, jalan kabupaten, jalan kota, dan jalan desa. Berdasarkan administrasi atau wewenang pembinaannya jalan dapatdikelompokan : Berdasarkan bahan pengikatnya, kontruksi perkerasan jalan dapat di bedakan atas : 1. Jalan nasional, merupakan jalan arteri dan jalan kolektor dalam sistem jaringan jalan primer yang menghubungkan antaribukota provinsi, dan jalan strategis nasional, serta jalan tol. 2. Jalan provinsi, merupakan jalan kolektor dalam sistem jaringan jalan primer yang menghubungkan ibukota provinsi dengan ibukota kabupaten/kota, atau antaribukota kabupaten/kota, dan jalan strategis provinsi. 3. Jalan kabupaten, merupakan jalan lokal dalam sistem jaringan jalan primer yang tidak termasuk jalan yang menghubungkan ibukota kabupaten dengan ibukota kecamatan, antaribukota kecamatan, ibukota kabupaten dengan pusat kegiatan lokal, antarpusat kegiatan lokal, serta jalan umum dalam sistem jaringan jalan sekunder dalam wilayah kabupaten, dan jalan strategis kabupaten. 4. Jalan kota, adalah jalan umum dalam sistem jaringan jalan sekunder yang menghubungkan antarpusat pelayanan dalam kota, menghubungkan pusat pelayanan dengan persil, menghubungkan antarpersil, serta menghubungkan antarpusat permukiman yang berada di dalam kota. 5. Jalan desa, merupakan jalan umum yang menghubungkan kawasan dan/atau antarpermukiman di dalam desa, serta jalan lingkungan. Menurut Ningsih (2010), jaringan merupakan serangkaian simpul-simpul, yang dalam hal ini berupa persimpangan/terminal, yang dihubungkan dengan ruas-ruas jalan/trayek. Untuk mempermudah mengenal jaringan maka ruas-ruas ataupun simpul-simpul diberi nomor atau nama tertentu. Kawasan perkotaan mempunyai konsentrasi populasi dan intensitas tata guna tanah yang tinggi.tata guna tanah digunakan untuk perkantoran, pertokoan, industri, perumahan dan sekolah dan lain-lain. Kebutuhan akan akses tinggi sehubungan konsentrasi penduduk yang tinggi. 3

JURNAL TEKNIK SIPIL UNTAN Jaringan jalan berdasarkan peran atau fungsinya (Miro, 1997) yaitu: a) Jalan arteri adalah jalan yang melayani angkutan jarak jauh dengan kecepatan rata-rata tinggi dan jumlah masuk dibatasi secara efisien. b) Jalan kolektor adalah jalan yang melayani angkutan jarak sedang dengan kecepatan rata-rata sedang dan jumlah masuk yang masih dibatasi. c) Jalan lokal adalah jalan yang melayani angkutan jarak dekat (angkutan setempat) dengan kecepatan rata-rata rendah dan jumlah masuk yang tidak dibatasi. b) Pembangunan dan pengembangan infra struktur seperti jalan raya merupakan dambaan bagi masyarakat khususnya pengguna jalan raya. Disamping jalannya lancar karena bebas lobang, pengemudi juga mengharapkan agar tingkat kenyamanan dan keamanan diperhitungkan dalam pembangunan jalan tersebut. Menurut Undang- Undang Republik Indonesia Nomor 22 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan,keselamatan pengguna jalan adalah suatu keadaan terhindarnya setiap orang dari risiko kecelakaan selama berlalu lintas yang disebabkan oleh manusia, kendaraan, jalan, dan/atau lingkungan. Keselamatan lalu lintas bertujuan untuk menurunkan korban kecelakaan lalu-lintas di jalan. Jumlah korban kecelakaan lalu lintas jauh lebih tinggi dari kecelakaan transportasi laut, kereta api dan udara.keselamatan lalu lintas merupakan suatu program untuk menurunkan angka kecelakaan beserta seluruh akibatnya, karena kecelakaan mengakibatkan pemiskinan terhadap keluarga korban kecelakaan. Luas jalan yang tidak berimbang dengan jumlah kendaraan dan pengguna jalan raya serta makin berkurangnya lahan hijau membuat tidak terdapat alternatif yang membuat kondisi psikologis menjadi lebih nyaman ketika berada di jalan raya. 3. METODE PENELITIAN Metode penelitian dalam penelitian ini adalah metode model development dengan penelitian studi kasus. Penelitian studi kasus menurut Maxfield (Nazir, 2005) adalah penelitian tentang suatu subjek penelitian yang berkenaan dengan suatu fasa spesifik atau khas dari seluruh personalitas. Tujuan studi 4

(Didit Rukmana, Komala Erwan dan Said ) kasus dalam penelitian ini adalah untuk memberikan gambaran secara mendetail tentang karakteristik pola jaringan jalan yang ada di Kota Nanga Pinoh, kemudian dari karakteristik tersebut akan dikaji ulang bentuk pola jaringan jalan untuk menunjang perkembangan Kota Nanga Pinoh. Hasil dari penelitan studi kasus merupakan suatu generalisasi dari pola kasus yang tipikal. Model didefinisikan sebagai bentuk penyederhanaan suatu realita untuk tujuan tertentu, baik dalam bentuk model fisik, peta dan diagram, serta model statistik dan matematika (Tamin, 1997). Beberapa skenario dapat dilakukan pada model sehingga dapat dipilih rencana pengembangan yang paling optimum. Dalam pemodelan transportasi sering digunakan model grafis dan matematis. Data adalah segala keterangan atau informasi mengenai segala hal yang berkaitan dengan tujuan penelitian. Untuk menggali atau mengumpulkan data dapat dilakukan antara lain dengan tes, pengisian angket atau kuisioner, wawancara atau interview dan observasi atau pengamatan. Penentuan teknik pengolahan dan penyajian data sangat tergantung pada teknik yang akan digunakan dalam penelitian. Agar lebih mudah dipahami dan lebih informatif, maka data hasil penelitian dan hasil analisis akan disajikan dan ditampilkan dalam bentuk tabel, grafik atau diagram. 4. ANALISIS HASIL PENELITIAN 4.1. Data Klasifikasi jaringan jalan di Kota Nanga Pinoh didasarkan pada hirarki kota dan pusat-pusat kegiatan dalam kota. Hirarki kota diperlukan untuk menentukan klas jalan regional yang melintasi dalam kota maupun keluar kota (primer). Keberadaan pusat-pusat kegiatan kota yang dilayani merupakan arahan untuk mementukan klasifikasi jaringan jalan di dalam kota (sekunder). Keberadaan jalan lingkungan dimaksudkan sebagai fasilitas hubungan baik antara unit lingkungan maupun blok-blok peruntukan Untuk pola jaringan jalan yang berada di wilayah pinggiran Kota umumnya terbentuk oleh jalanjalan perkebunan, serta mengikuti pula pola aliran sungai. Jenjang fungsi jalan belum terintegrasinya sistem transportasi yang ada. Pengembangan pola jaringan jalan nantinya diharapkan mampu 5

JURNAL TEKNIK SIPIL UNTAN mendorong perkembangan kegiatan ekonomi wilayah terutama terintegrasinya dengan dermaga sungai yang ada, jaringan arteri primer, pusat-pusat pertumbuhan wilayah, serta mampu membuka daerah-daerah yang masih terisolasi. Hal perlu dilakukan adalah pengaturan dan mengoptimalkan pola jaringan jalan lokal yang menghubungkan antar daerah, agar menjadi lebih efisien dalam melayani pergerakan orang dan hasil produksi masyarakat. Pada tahapan selanjutnya perlu ditingkatkan aksesibilitas yang menuju pusat kota dan dermaga sungai sebagai tempat pengumpulan barang-barang produksi yang utama untuk didistribusikan dan dipasarkan ke daerah lain. 4.2. Pengelolaan Data Kuisoner Berdasarkan persamaan yang dipakai untuk menentukan jumlah sampling minimal dalam suatu populasi, didapat jumlah sampel minimal yang harus dipenuhi dan sampel yang dipakai.dari hasil analisa yang diolah didapat pemakaian sampel berdasarkan jumlah penduduk Kecamatan Nanga Pinoh tahun 2010 berjumlah 39.604 jiwa dengan laju pertumbuhan penduduk 4,16 persen/ tahun (BPS 6 Kabupaten Melawi 2011), didapatkan jumlah sampel mnimum yang harus diambil adalah minimal 396 sampel. Penyediaan jaringan jalan di Kota Nanga Pinoh bedasarkan survey yang dilakukan menunjukan bahwa pendapat responden yang terbesar adalah belum mencukupinya penyediaan jaringan jalan di Kota Nanga Pinoh yaitu sebesar 37,88 %(Dihitung dengan menggunakan rumus exel ).Untuk itu diperlukan. Hal ini dikarenakan di pinggiran kota masih terdapat jaringan jalan yang masih sangat terisoloir dan belum memadai dari segi perkerasannya. Berdasarkan rencana pengembangan infrastruktur transportasi Kota Nanga Pinoh dalam RTRW Kota Nanga Pinoh Program penanganan pembangunan jaringan jalan di Kota Nanga Pinoh digunakan sebagai patokan dalam rencana pentahapan pembangunan infrastruktur transportasi terutama transportasi jalan Sistem jaringan jalan dikembangkan dengan tujuan untuk melayani pengembangan wilayah Kota Nanga Pinoh secara keseluruhan. Untuk itu diperlukan adanya peningkatan jalan yang sudah

(Didit Rukmana, Komala Erwan dan Said ) ada maupun perintisan jalan-jalan baru untuk mengefisienkan sistem transportasi wilayah sekaligus untuk membuka peluang-peluang baru dengan terbukanya hubungan antar bagian wilayah kabupaten. Pengembangan sistem transportasi darat ini berperan dalam peningkatan ekonomi wilayah dan di sisi lain untuk peningkatan fungsi sosial serta pelayanan umum. Adanya peningkatan penyediaan jaringan jalan agar dapat mengakomodir pergerakan transportasi yang ada dan dapat meningkatkan pelayanan jaringan jalan sehingga dapat menunjang kehidupan perekonomian yang ada di Kota Nanga Pinoh. Dari tabel di atas juga dapat diketahui ada 10,61 % responden yang menyatakan bahwa sangat belum mencukupinya penyediaan jaringan jalan di Kota Nanga Pinoh Persepsi masyarakat terhadap target penyediaan jaringan jalan menyatakan bahwa belum mencukupinya penyediaan jaringan jalan di Kota Nanga Pinoh yaitu sebesar 37,88%, kemudian diikuti oleh pendapat responden yang menyatakan telah mencukupinya penyediaan jaringan jalan di Kota Nanga Pinoh sebesar 32,32%, sangat mencukupi 19,19%, dan sangat belum mencukupi sebesar 10,61%. DAFTAR PUSTAKA Departemen Pekerjaan Umum Direktorat Jenderal Bina Marga, No. 010/T/BNKT/1990. Panduan Penentuan Klasifikasi Fingsi Jalan di Wilayah Perkotaan. Jakarta Miro, Fidel. 1997. Sistem Transportasi Kota. Bandung: Penerbit Tarsito. Nazir. 2005. Metode Penelitian. Jakarta: Ghalia Indonesia. Ningsih, D. H. U. 2010. Analisa Optimasi Jaringan Jalan Berdasar Kepadatan Lalulintas di Wilayah Semarang dengan Berbantuan Sistem Informasi Geografi (Studi Kasus Wilayah Dati II Semarang). Jurnal Teknologi Informasi DINAMIK Volume XV, No.2, Juli 2010 : 121-135. Tamin, Ofyar Z. 1997. Perencanaan & Pemodelan Transportasi. Bandung :Penerbit ITB. 7