BAB II TINJAUAN PUSTAKA

dokumen-dokumen yang mirip
BAB II KAJIAN PUSTAKA. Kata media berasal dari bahasa latin yaitu medium yang secara harfiah berarti

BAB II KAJIAN TEORI DAN HIPOTESIS. baik dari segi kognitif, psikomotorik maupun afektif.

Undang Republik Indonesia No. 20 Tahun 2003 Bab II pasal 3 tentang

BAB I PENDAHULUAN. terpadu (integrated learning) yang menggunakan tema untuk mengaitkan

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Menurut UU Nomor 20 tahun 2003 tentang Sisdiknas, pembelajaran adalah proses

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA. dilakukan atau kegiatan-kegiatan yang terjadi pada fisik maupun non-fisik, merupakan

BAB I PENDAHULUAN. dan watak siswa agar memiliki sikap dan kepribadian yang baik.

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN TEORETIS DAN HIPOTESIS TINDAKAN

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Ratih Dwi Lestari,2013

BAB I PENDAHULUAN. Keberhasilan manusia dalam pergaulan sehari-hari dalam mencapai tujuan sangat

KAJIAN PUSTAKA. mendalam mengenai makna hasil belajar, akan dibahas. Menurut Dimyati dan Mudjiono (2006: 3), hasil belajar merupakan hasil dari

BAB I PENDAHULUAN. yang telah merubah peradaban manusia, menjadikan manusia menjadi. berguna bagi diri sendiri maupun orang lain. Ilmu pengetahuan dan

BAB I PENDAHULUAN. mengungkapkan berbagai keinginan maupun kebutuhannya, serta memungkinkan

BAB I PENDAHULUAN. alamiah untuk beradaptasi dengan lingkungannya, sebagai alat. bersosialisasi, bahasa juga merupakan suatu cara merespon orang lain.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Reni Febriyenti, 2015

A. LATAR BELAKANG MASALAH

BAB II KAJIAN PUSTAKA. perkembangan peserta didik sesuai dengan tujuan yang dicita-citakan.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB II KAJIAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA. Media pembelajaran didefinisikan oleh Heinich (dalam Daryanto, 2010: 4) kata

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

MODEL PEMBELAJARAN TEMATIK SD KELAS I-III

BAB II KAJIAN PUSTAKA. maka semakin banyak pula ide dan gagasan yang dikuasai seseorang. Purwo (Aris

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN TEORETIS DAN HIPOTESIS TINDAKAN. pengetahuan bila anak mengadakan hubungan dengan orang lain. Anak yang

BAB I PENDAHULUAN. 2008:73). Pada jaman dahulu dongeng disampaikan secara lisan sebelum

BAB I PENDAHULUAN. kesulitan pula dalam memproduksi suara atau bunyi bahasa yang terdapat. menerima konsep-konsep ilmu pengetahuan.

BAB I PENDAHULUAN. dengan melakukan perbaikan di sana sini, mulai dari kurikulum, sarana dan

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. pentingnya penelitian dan pengembangan, keterbatasan penelitian pengembangan,

BAB I PENDAHULUAN. fisik yang berbeda-beda, sifat yang berbeda-beda dan tingkah laku yang

BAB I PENDAHULUAN. memiliki tujuan secara khusus adalah mampu menguasai empat aspek

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Karakteristik Perkembangan anak usia kelas awal SD

BAB I PENDAHULUAN. bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara. Selain itu bahasa Indonesia juga

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Ghyna Amanda Putri, 2013

BAB I LATAR BELAKANG MASALAH. kerja, mendorong perguruan tinggi untuk membekali lulusannya dengan kemampuan

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa Inggris merupakan bahasa yang digunakan sehari-hari di negara

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Bahasa Indonesia merupakan salah satu mata pelajaran yang mempunyai

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pengembangan software kamus tematik bergambar Untuk meningkatkan penguasaan kosakata anak tunarungu

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD), saat ini sedang mendapat perhatian

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa memiliki peranan penting dalam kehidupan manusia. Manusia

2015 PENGGUNAAN MEDIA GAMBAR SERI UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN MENULIS KARANGAN NARASI SISWA SEKOLAH DASAR

BAB 1 PENDAHULUAN. menunjang dalam kehidupan manusia. Peranan suatu bahasa juga sangat

BAB I PENDAHULUAN. danperkembangan fisik serta psikologis peserta didik. diukur melalui kemampuan mengetahui, memahami, menerapkan,

BAB I PENDAHULUAN. karakter dan kreativitas siswa. Pendidikan memegang peranan penting dalam

MODEL PEMBELAJARAN TEMATIK UNTUK SISWA SD KELAS AWAL

BAB I PENDAHULUAN. masalah penelitian yang berisikan pentingnya keterampilan menulis bagi siswa

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan zaman. Menurut UU Nomor 20 tahun 2003 (Sudrajat, 2010),

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Putri Permatasari, 2013

BAB II KAJIAN PUSTAKA. A. Keterampilan Menulis Kalimat dalam Pembelajaran Bahasa Indonesia

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II LANDASAN TEORI. pendidikan. Pembelajaran diartikan sebagai proses penciptaan lingkungan yang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. pembelajaran seni musik. Hal ini terlihat dari kurangnya aktivitas siswa secara

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan itu sendiri merupakan suatu usaha yang dilakukan dengan sengaja dan

BAB II KAJIAN PUSTAKA. tinggi antara guru dengan siswa ataupun dengan siswa itu sendiri. Hal ini akan

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan bagi seseorang telah menjadi kebutuhan pokok dan hak-hak dasar baginya

PENDAHULUAN. mencerdaskan kehidupan bangsa. Hal tersebut akan dapat tercapai jika

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. dalam pendekatan pengajaran, yang semula lebih banyak bersifat tekstual berubah

BAB I PENDAHULUAN. itu, dalam UU RI No. 20, Tahun 2003 menjelaskan bahwa pendidikan berfungsi

PERKEMBANGAN KEMAMPUAN BERBAHASA ANAK PRASEKOLAH

Hakikat Belajar dan Pembelajaran

BAB I PENDAHULUAN. mengakibatkan banyak kesulitan dalam kehidupan sehari-hari bagi orang yang

BAB I PENDAHULUAN. dalam berbagai tema. Kata tema berasal dari kata Yunani tithenai yang berarti

BAB I PENDAHULUAN. Manusia merupakan makhluk sosial yang selalu berhubungan dan saling

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa tidak hanya berasal dari kata-kata yang dikeluarkan oleh ucapan (vokal)

BAB I PENDAHULUAN. Anak usia 4 sampai 5 tahun memiliki rasa ingin tahu dan sikap antusias

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. pembelajaran saintifik dari kelas I sampai dengan kelas VI. Pembelajaran tematik

BAB I PENDAHULUAN. Keberadaan lagu dikenali hampir seluruh umat manusia. Bahkan,

Bahasa Indonesia merupakan salah satu hasil kebudayaan yang harus. dipelajari dan diajarkan. Pengajaran bahasa Indonesia pada hakikatnya merupakan

BAB I PENDAHULUAN. bernalar serta kemampuan memperluas wawasan. Menurut Tarigan (2008:1) ada

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Globalisasi saat ini telah melanda dunia. Dunia yang luas seolah-olah

berkonotasi. Kemampuan menulis puisi merupakan salah satu materi pembelajaran sastra yang diajarkan dikelas. Ketrampilan menulis puisi wajib dikuasai

PEMBELAJARAN TEMATIK UNTUK SD. Dr. Hj. Nunuy Nurjanah, M.Pd.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Ikhlasiah As ar, 2016

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan adalah sebuah kegiatan yang dilakukan dengan sengaja dan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. karakter dan kondisi masing-masing yang berbeda. Pada kondisi nyata

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan yang dapat mempengaruhi proses serta hasil pendidikan pada

I. PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan upaya seseorang untuk mengembangkan potensi yang

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

II.KAJIAN PUSTAKA. Anak usia dini merupakan manusia kecil pada rentang usia 0-6 tahun yang masih. berkembang menjadi manusia dewasa seutuhnya.

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan hal yang sangat penting karena itu merupakan kebutuhan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Anak usia dini adalah anak yang unik, dan memiliki karakteristik khusus,

Transkripsi:

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tematik 2.1.1 Pengertian Tematik Menurut Hadi Subroto (2000:9), pembelajaran tematik adalah pembelajaran yang diawali dengan suatu tema tertentu yang mengaitkan dengan pokok bahasan lain, konsep tertentu dikaitkan dengan konsep lain yang dilakukan secara spontan atau direncanakan baik dalam satu bidang studi atau lebih dan dengan beragam pengalaman belajar sehingga pembelajaran menjadi semakin bermakna. Prabowo (2002:2) menyatakan bahwa pembelajaran tematik/terpadu adalah suatu proses pembelajaran dengan melibatkan atau mengkaitkan berbagai bidang studi. Pembelajaran terpadu, merupakan pendekatan belajar mengajar yang memperhatikan dan menyesuaikan dengan tingkat perkembangan anak didik. Sedangkan menurut Sukmadinata (2004:197) lebih memandang pembelajaran tematik sebagai suatu model pembelajaran dengan fokus pada bahan ajaran.

9 Dengan membaca pendapat-pendapat para ahli di atas, maka penulis berpendapat bahwa pembelajaran tematik atau pembelajaran terpadu adalah suatu sistem pembelajaran yang melibatkan dua atau lebih bidang studi dengan suatu tema yang sama, yang dapat lebih memberikan kesan mendalam bagi siswa sehingga kemampuan siswa memahami materi lebih meningkat. Pada dasarnya pembelajaran tematik merupakan suatu sistem pembelajaran yang memungkinkan siswa baik individu maupun kelompok aktif mencari, menggali, dan menemukan konsep serta prinsip keilmuan secara holistik, bermakna, dan otentik. Melalui pembelajaran terpadu siswa dapat pengalaman langsung dalam proses belajarnya, hal ini dapat menambah daya kemampuan siswa semakin kuat tentang halhal yang dipelajarinya. Pembelajaran tematik sangat menuntut kreatifitas guru dalam memilih dan mengembangkan tema pembelajaran. 2.1.2 Karakter Pembelajaran Tematik Sebagai suatu model pembelajaran di sekolah dasar, pembelajaran tematik memiliki karakteristik-karakteristik sebagai berikut: 1. Berpusat pada siswa Pembelajaran tematik berpusat pada siswa (student centered), hal ini sesuai dengan pendekatan belajar modern yang lebih banyak menempatkan siswa sebagai subjek belajar sedangkan guru lebih

banyak berperan sebagai fasilitator yaitu memberikan kemudahankemudahan kepada siswa untuk melakukan aktivitas belajar. 10 2. Memberikan pengalaman langsung Pembelajaran tematik dapat memberikan pengalaman langsung kepada siswa (direct experiences). Dengan pengalaman langsung ini, siswa dihadapkan pada sesuatu yang nyata (konkrit) sebagai dasar untuk memahami hal-hal yang lebih abstrak. 3. Pemisahan mata pelajaran tidak begitu jelas Dalam pembelajaran tematik pemisahan antar mata pelajaran menjadi tidak begitu jelas. Fokus pembelajaran diarahkan kepada pembahasan tema-tema yang paling dekat berkaitan dengan kehidupan siswa. 4. Menyajikan konsep dari berbagai mata pelajaran Pembelajaran tematik menyajikan konsep-konsep dari berbagai mata pelajaran dalam suatu proses pembelajaran. Dengan demikian, Siswa mampu memahami konsep-konsep tersebut secara utuh. Hal ini diperlukan untuk membantu siswa dalam memecahkan masalah-masalah yang dihadapi dalam kehidupan sehari-hari. 5. Bersifat fleksibel Pembelajaran tematik bersifat luwes (fleksibel) dimana guru dapat mengaitkan bahan ajar dari satu mata pelajaran dengan mata

pelajaran yang lainnya, bahkan mengaitkannya dengan kehidupan siswa dan keadaan lingkungan dimana sekolah dan siswa berada. 11 6. Hasil pembelajaran sesuai dengan minat dan kebutuhan siswa Siswa diberi kesempatan untuk mengoptimalkan potensi yang dimilikinya sesuai dengan minat dan kebutuhannya. 7. Menggunakan prinsip belajar sambil bermain dan menyenangkan Pembelajaran tematik yang diberikan dengan memperhatikan kondisi minat belajar siswa. Saat minat siswa dalam pembelajaran mulai menurun, guru dapat mulai memberikan materi dengan pola pemainan. 2.1.3 Prinsip Dasar Pembelajaran Tematik Menurut Sutirjo dan Mamik (2004:6), dalam menerapkan dan melaksanakan pembelajaran tematik, ada beberapa prinsip dasar yang perlu diperhatikan yaitu : 1. Bersifat kontekstual atau terintegrasi dengan lingkungan. Pembelajaran yang dilakukan perlu dikemas dalam suatu format keterkaitan, maksudnya pembahasan suatu topik dikaitkan dengan kondisi yang dihadapi siswa atau ketika siswa menemukan masalah dan memecahkan masalah yang nyata dihadapi siswa dalam kehidupan sehari-hari dikaitkan dengan topik yang dibahas.

12 2. Bentuk belajar harus dirancang agar siswa bekerja secara sungguhsungguh untuk menemukan tema pembelajaran yang riil sekaligus mengaplikasikannya. Dalam melakukan pembelajaran tematik siswa didorong untuk mampu menemukan tema-tema yang benarbenar sesuai dengan kondisi siswa, bahkan dialami siswa. 3. Efisiensi Pembelajaran tematik memiliki nilai efisiensi antara lain dalam segi waktu, beban materi, metode, penggunaan sumber belajar yang otentik sehingga dapat mencapai ketuntasan kompetensi secara tepat. 2.1.4 Keunggulan dan Kekurangan Pembelajaran Tematik 2.1.4.1 Keunggulan Pembelajaran Tematik Pelaksanaan pembelajaran tematik memiliki beberapa keunggulan dan juga kelemahan yang diperolehnya (Mamik:2005). Keunggulan yang dimaksud yaitu: 1. Menyenangkan karena bertolak dari minat dan kebutuhan siswa. 2. Pengalaman dan kegiatan belajar relevan dengan tingkat perkembangan dan kebutuhan siswa. 3. Hasil belajar akan bertahan lebih lama karena lebih berkesan dan bermakna. 4. Menumbuhkan keterampilan sosial, seperti bekerja sama, toleransi, komunikasi, dan tanggap terhadap gagasan orang lain.

13 2.1.4.2 Kekurangan Pembelajaran Tematik Pembelajaran tematik di samping memiliki beberapa keuntungan sebagaimana dipaparkan di atas, juga terdapat beberapa kekurangan yang diperolehnya. Kekurangan yang ditimbulkannya yaitu: 1. Guru dituntut memiliki keterampilan yang tinggi 2. Tidak setiap guru mampu mengintegrasikan kurikulum dengan konsep-konsep yang ada dalam mata pelajaran secara tepat. 2.1.5 Manfaat Pembelajaran Tematik Manfaat pembelajaran tematik antara lain sebagai berikut : 1. Meningkatkan pemahaman konsep yang dipelajari secara lebih bermakna. 2. Mengembangkan keterampilan menemukan, mengolah, dan memanfaatkan infomrasi. 3. Menumbuhkembangkan sikap positif, kebiaasaan baik, dan nilainilai luhur yang diperlukan dalam kehidupan. 4. Menumbuhkembangkan keterampilan sosial seperti kerjasama, toleransi, komunikasi, serta menghargai pendapat orang lain. 2.2 Lingkungan 2.2.1 Hakikat dan Makna Lingkungan Salim (1986:7) mengemukakan bahwa lingkungan adalah segala benda, kondisi, keadaan dan pengaruh yang terdapat dalam ruangan

14 yang kita tempati dan mempengaruhi hal yang hidup termasuk kehidupan manusia. Batas ruang lingkup menurut ini bisa sangat luas, namun praktisnya kita batasi ruang lingkup dengan faktor-faktor yang dapat dijangkau oleh manusia seperti faktor alam, politik, ekonomi, sosial, dan lain-lain. Sedangkan Ahmad (1987:3) mengemukakan bahwa lingkungan hidup adalah sistem kehidupan dimana terdapat campur tangan manusia terhadap tatanan ekosistem. Setelah membaca pendapat-pendapat para ahli mengenai pengertian lingkungan maka penulis berpendapat bahwa lingkungan adalah suatu tempat yang didalamnya terdapat daya, benda, dan makhluk hidup yang merupakan satu kesatuan yang kompleks. Lingkungan amat penting bagi kehidupan manusia. Segala yang ada pada lingkungan dapat dimanfaatankan oleh manusia untuk mencukupi kebutuhan hidup manusia, karena lingkungan memiliki daya dukung, yaitu kemampuan lingkungan untuk mendukung perikehidupan manusia dan makhluk hidup lainnya. Arti penting lingkungan bagi manusia adalah sebagai berikut: 1. Lingkungan merupakan tempat hidup manusia. Manusia hidup, berada, tumbuh, dan berkembang, diatas bumi sebagai lingkungan. 2. Lingkungan memberi sumber-sumber penghidupan manusia. 3. Lingkungan memengaruhi sifat, karakter, dan perilaku manusia yanng mendiaminya. 4. Lingkungan memberi tantangan bagi kemajuan peradaban manusia.

5. Manusia memperbaiki, mengubah, bahkan menciptakan lingkungan untuk kebutuhan dan kebahagiaan hidup. 15 2.2.2 Lingkungan dan Tunarungu Dari uraian di atas, siswa tunarungu juga berhak wajib mengenali lingkungan di sekitarnya. Maka dalam proses belajar mengajar, siswa tunarungu wajib diberi pengenalan tentang lingkungan di sekitarnya. Pembelajaran tematik dengan tema lingkungan diharapkan mampu memberikan pengenalan dan pemahaman bagi siswa tunarungu terhadap lingkungan atau hal-hal yang ada di sekitar mereka. Dengan demikian diharpkan dalam keterbatasan mereka, mereka tetap mengenali dan memahami manfaat, kekurangan, dan hal-hal lain yang ada di lingkungan sekitar mereka. 2.3 Anak Tunarungu dan Permasalahannya 2.3.1 Pengertian Tunarungu Secara fisik anak tunarungu tidak berbeda dengan anak dengar pada umumnya sebab orang akan mengetahui bahwa anak tersebut menyandang ketunarunguan pada saat berbicara. Mereka berbicara tanpa ada suara, suara yang kurang kuat dengan artikulasi yang kurang jelas atau mereka tidak berbicara sama sekali dan menggunakan bahasa isyarat atau tulisan sebagai alat komunikasi. Menurut Somad dan Herawati (1996:27), Tunarungu adalah seseorang yang mengalami kekurangan atau kehilangan kemampuan

16 mendengar,baik sebagian atau seluruhnya yang diakibatkan karena tidak berfungsinya sebagian atau seluruh alat pendengaran, sehingga ia tidak dapat menggunakan alat pendengarannya dalam kehidupan sehari-hari yang membawa dampak terhadap kehidupan secara kompleks. Sedangkan Sardjono (1997:7) berpendapat bahwa anak tunarungu adalah anak yang kehilangan pendengaran sebelum belajar bicara atau kehilangan pendengaran saat anak sudah belajar bicara, karena suatu gangguan pendengaran, suara dan bahasa seolah-olah hilang. Menurut Soewito yang dikutip oleh Sarjono (1997:9) Tunarungu ialah seseorang yang mengalami ketulian berat sampai total, yang tidak dapat lagi menangkap tutur kata tanpa membaca bibir lawan bicaranya. Dari beberapa pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa anak tunarungu adalah anak yang mengalami kehilangan kemampuan mendengar baik sebagian atau seluruhnya yang diakibatkan karena kerusakan fungsi pendengaran baik sebagian atau seluruhnya yang mengakibatkan tidak mampu memakai alat pendengaran dalam kehidupan sehari-hari yang membawa dampak kompleks dalam kehidupannya. Karena ketunarunguan tidak saja terbatas pada kehilangan pendengaran sangat berat melainkan juga mencakup seluruh tingkat kehilangan pendengaran dari tingkat ringan, sedang, berat, dan sangat berat. Dengan hilangnya fungsi pendengaran, anak tunarungu mengalami hambataan dalam menerima informasi yang datang melalui indera pendengaran, sehingga dengan hilangnya fungsi pendengaran

tersebut membawa dampak pada perkembangan berbahasa lisan dan tulisan. 17 2.3.2 Hambatan Belajar Siswa Tunarungu Secara garis besar hambatan yang dihadapi oleh anak tunarungu, menurut beberapa ahli (Delphi, 2006:111) meliputi hal-hal sebagai berikut : 1. Mempunyai permasalahan yang berkaitan dengan kesehatan mental yang mengarah pada kelainan emosi dan phisis. 2. Kesulitan psikologis yang diperoleh dari sejumlah faktor eksternal. 3. Mempunyai kesulitan dalam melakukan gerak keseimbangan dan koordinasi gerak tubuh 4. Berkaitan dengan prestasi akademik, kemampuan mengingat anak tunarungu sangat singkat. 5. Perkembangan bahasa dan komunikasi secara umum kurang sempurna. 6. Prestasi akademik, khususnya dalam kemampuan membaca sangat kurang. 7. Kemampuan untuk merangkai kata atau kalimat sebagai ungkapan dan pikiran, gagasan, ide, dan perasaan sangat kurang. Intellegensi siswa tunarungu termasuk ke dalam level yang normal. Dijelaskan bahwa perkembangan fungsi intellegensi siswa tunarungu dihadapkan pada hambatan pengembangan fungsi-sungsi kognitif. Hal tersebut sebagai dampak dari tidak berfungsinya saluran pendengaran keterampilan bahasa sebagai media pengembangan fungsi kognitif (Direktorat PLB:2009).

18 Adapun berbahasa siswa tunarungu menurut Permanarian (2009:19) mempunyai ciri sebagai berikut : 1. Bahasa lisan atau tulisan anak tunarungu sangatlah rendah bila dibandingkan dengan anak seusianya. 2. Memiliki kesulitan dalam mengungkapkan ide atau pikiran-pikiran. 3. Ketika menulis atau berbicara terdapat beberapa bagian kalimat yang dihilangkan. 4. Jarang sekali menggunakan idiom, metafora, dan gaya bahasa lainnya saat mereka mempergunakan bahasa. 5. Struktur kalimat tidak jelas. 6. Mengalami kesulitan dalam menterjemahkan perintah, baik secara lisan maupun tulisan. 2.3.3 Kebutuhan Anak Tunarungu Kebutuhan anak tunarungu pada dasarnya sama dengan anak-anak yang lain tetapi khususnya dalam pendidikan yang berkaitan dengan kegiatan belajar mengajar yaitu memahami kosa kata melalui antara lain : 1. Bina Bicara Untuk kepentingan berbicara alat berbicara anak tunarungu perlu dilatih. Untuk melatih berbicara yaitu dengan bina bicara. Bina bicara adalah suatu tindakan dan upaya pelaksanaan pelayanan bina bicara, darimengumpulkan data, pemeriksaan, sampai kepada terapinya (Sadja ah, E.2005:128)

19 2. Pelaksanaan Program Bina Persepsi Bunyi dan Irama (BPBI). BPBI adalah pembinaan dalam penghayatan bunyi yang dilakukan dengan sengaja atau tidak, sehingga pendengaran dan perasaan vibrasi yang dimiliki anak tunarungu dapat dipergunakan sebaik-baiknya untuk berintegrasi dengan dunia di sekelilingnya yang penuh bunyi (Yuwati, 2003:3) 3. Diperlukan pendekatan khusus dalam kegiatan belajar mengajar yang berkaitan dengan aspek komunikasi seperti dikondisikan pada berbicara bibir, penggunaan bahasa isyarat, ejaan huruf dengan jari-jari, dan yang paling pemahaman pada arti dan kegunaan sebuah kata/rangkaian kata untuk mengungkapkan sesuatu. 2.4 Media Pembelajaran dan Macam-Macamnya 2.4.1 Pengertian Media Pembelajaran Kata media berasal dari bahasa latin dan merupakan bentuk jamak dari kata medium yang berarti tengah, perantara, atau pengantar (Sadiman:2010). Menurut Purnamawati dan Eldarni (2001: 4) media merupakan segala sesuatu yang dapat digunakan untuk menyalurkan pesan dari pengirim ke penerima sehingga dapat merangsang pikiran, perasaan, perhatian dan minat siswa sedemikian rupa sehingga terjadi proses belajar

20 Dijabarkan juga oleh Djamarah (1995:136), Media adalah alat bantu apa saja yang dapat dijadikan sebagai penyalur pesan guna mencapai tujuan pembelajaran. Dari penjabaran di atas dapat disimpulkan media pembelajaran adalah media yang digunakan dalam pembelajaran, yaitu meliputi alat bantu guru dalam mengajar serta sarana pembawa pesan dari sumber belajar ke penerima pesan belajar (siswa). Sebagai penyaji dan penyalur pesan, media belajar dalam hal-hal tertentu bisa mewakili guru menyajikan informasi belajar kepada siswa. 2.4.2 Macam-macam Media Dalam dunia pendidikan sangat diperlukan media untuk memudahkan pengajar dalam proses belajar mengajar. dengan adanya media, pengajar pastinya akan bisa menjelaskan tentang materi yang akan dia sampaikan dengan mudah, begitu juga dengan siswa, dengan pengajar menjelasan materi yang disampaikan menggunakan media, maka siswa pun akan mudah pula memahami tentang materinya dan siswa pun akan bisa lebih fokus ke materi. Untuk itu, pengajar perlu memilah media apa yang akan digunakan dalam proses belajar mengajar. Ada beberapa macam media pembelajaran yang bisa digunakan oleh pengajar yaitu antara lain: 1. LCD proyektor 2. Alat-alat elekronik, seperti komputer

21 3. Benda yang dibuat manusia. Jika kita tidak memiliki benda-benda atau media seperti yang disebutkan di atas, maka kita sebagai pengajar bisa membuat media dengan menggunakan bahan-bahan yang ada disekitar kita. 2.5 Media Kartu Kata 2.5.1 Pengertian Kartu Kata Arsyad (2011:119-120), mengemukakan bahwa Kartu Kata adalah kartu kecil yang berisi gambar, teks, atau tanda simbol yang mengingatkan dan menuntun siswa kepada sesuatu yang berhubungan dengan gambar itu. Kartu Kata diperkenalkan oleh Glenn Doman, seorang ahli bedah otak dari Philadelphia Pennsylpania. Gambar-gambar pada kartu kata dikelompok-kelompokkan anatra lain seri bintang, buah-buahan, pakaian, warna, bentuk-bentuk angka dan sebagainya. Media Kartu kata dapat dipergunakan untuk menambah perbendaharaan kata pada umumnya dan bahasa asing pada khususnya. Bertambahnya perbendaharaan kata pada siswa tunarungu dapat menambah keterampilannya untuk merangkai kata dalam berbicara atau berbahasa. 2.5.2 Kelebihan Media Kartu Kata Kelebihan-kelebihan yang dimiliki kartu kata antara lain : 1. Mudah dibawa karena umunya berukuran kecil seukuran postcard.

22 2. Praktis dalam pembuatan dan penggunaannya, sehingga kapanpun anak didik bisa belajar dengan baik dengan menggunakan media kartu kata. 3. Mudah diingat karena kartu kata yang terkadang dikombinasikan dengan gambar, memiliki tampilan yang menarik perhatian, sehingga merangsang otak untuk lebih lama mengingat kosakata pada kartu tersebut. 4. Media kartu kata juga mendukung dalam kegiatan pembelajaran yang menarik bila digunakan dalam permainan sambil belajar. 2.5.3 Sifat-sifat Media Kartu Kata Menurut Sobariah (2012:7) kartu kata memiliki sifat-sifat antara lain dari beberapa segi berikut ini : 1. Segi Edukatif Hal ini berarti media kartu kata yang digunakan dalam pembelajaran harus disesuaikan dengan kurikulum yang berlaku, yang harus mengacu pada kompetensi yang diharapkan, materi, metode pembelajaran, dan sesuai dengan jenis, jenjang dan satuan pendidikan serta tingkat perkembangan anak. 2. Segi Teknis Segi Teknis meliputi kebenaran media kartu kata, ketepatan ukuran, ketelitian, keamanan, dan kemudahan bagi pengguna.

23 3. Segi Estetika Segi estetika menyangkut warna tulisan pada kartu kata, atau warna gambar pada kartu kata yang dikombinasikan dengan gambar. Karena bentuk dan warna yang indah dapat daya tarik bagi peserta didik. 4. Efektifitas dan Efisiensi Media kartu kata yang efektif dan efisien. Dalam hal ini berarti dengan menggunakan media kartu kata, guru lebih menghemat waktu dan tenaga, karena menggunakan media yang dapat memiliki manfaat untuk mewakili penjelasan sehingga dapat mencapai tujuan/sasaran dengan tepat. 2.5.4 Syarat-syarat Memilih Media Kartu Kata Supaya penggunaan media kartu kata dalam pembelajaran dapat maksimal, kartu kata tersebut harus memiliki syarat-syarat tertentu, antara lain sebagai berikut : 1. Kartu kata harus bagus, jelas, menarik, mudah dimengerti, dan cukup besar untuk meemperhatikan detail kata dan atau gambar. 2. Apa yang tertulis atau tergambar harus cukup penting dan cocok untuk halyang sedang dipelajari atau masalah yang sedang dihadapi. 3. Kartu kata harus benar dan autentik, artinya mewakili kata yang sebenarnya.

4. Kartu kata harus sederhana, jenis tulisan atau gambar dibuat sederhana dan jelas supaya mudah dipahami dan dibaca. 24 2.5.5 Penggunaan Media kartu Kata dalam Proses Belajar Dalam proses belajar mengajar, dalam penerapannya kartu kata dapat digunakan dengan mengkombinasikan dengan cerita/tulisan bergambar. Sehingga siswa dapat dengan cepat dan mudah memahami fungsi dan maksud/arti dari sebuah kata. Selain itu media kartu kata dapat juga digunakan dalam kegiatan bermain sambil belajar. Hal ini lebih menarik minat siswa aktif dalam mengikuti kegiatan pembelajaran, dan menanamkan ingatan yang dalam akan kegunaan sebuah kata. Akan lebih jelas lagi bila kartu kata dipadukan dengan kalimat-kalimat bergambar yang belum lengkap kalimatnya yang memerlukan kata sebagai pelengkap. Dengan demikian siswa akan lebih mudah memahami.