BAB IV. A. Analisis Pertimbangan Hakim pada Putusan Pengadilan Negeri Jombang No.23/Pid.B/2016/PN.JBG tentang Penggelapan dalam Jabatan

dokumen-dokumen yang mirip
BAB III DESKRIPSI PERKARA TENTANG PENGGELAPAN DALAM JABATAN PERKARA NOMOR 23/PID.B/2016/PN.JBG PUTUSAN PENGADILAN NEGERI JOMBANG

BAB IV ANALISIS HUKUM PIDANA ISLAM TERHADAP TINDAK PIDANA PENADAHAN DALAM PUTUSAN NO 376/PID.B/2015/PN.SMG

BAB 1 PENDAHULUAN. Semakin berkembangnya zaman kejahatan dan pelanggaran banyak. bermunculan di negeri pertiwi ini dengan berbagai metode.

Dalam memeriksa putusan pengadilan paling tidak harus berisikan. tentang isi dan sistematika putusan yang meliputi 4 (empat) hal, yaitu:

BAB IV. A. Pertimbangan Hakim Pengadilan Negeri Meulaboh dalam Putusan No. 131/Pid.B/2013/PN.MBO tentang Tindak Pidana Pembakaran Lahan.

BAB IV ANALISIS HUKUM PIDANA ISLAM ATAS PUTUSAN HAKIM PENGADILAN NEGERI SIDOARJO TERHADAP TINDAK PIDANA PENGANIAYAAN YANG DILAKUKAN ANAK DIBAWAH UMUR

BAB IV ANALISIS JARI<MAH TA ZI<R TERHADAP SANKSI HUKUM MERUSAK ATAU MENGHILANGKAN TANDA TANDA BATAS NEGARA DI INDONESIA

BAB IV TINJAUAN HUKUM PIDANA ISLAM TERHADAP PUTUSAN HAKIM NOMOR :191/PID.B/2016/PN.PDG

BAB IV ANALISIS HUKUM PIDANA ISLAM TERHADAP TINDAKAN ASUSILA DAN PENGANIAYAAN OLEH OKNUM TNI

BAB IV ANALISIS TERHADAP PUTUSAN PENGADILAN NEGERI SIDOARJO TENTANG PERJUDIAN TOGEL MELALUI MEDIA INTERNET

BAB IV. Dasar Pertimbangan Hakim Terhadap Putusan Pengadilan Negeri. Pidana Hacker. Negeri Purwokerto No: 133/Pid.B/2012/PN.

BAB IV ANALISIS HUKUM PIDANA ISLAM TERHADAP HUKUMAN MATI BAGI PENGEDAR NARKOTIKA. dalam Undang-undang Nomor 35 Tahun 2009.

BAB IV ANALISIS HUKUM PIDANA ISLAM TERHADAP PUTUSAN PENGADILAN NEGERI PROBOLINGGO NO. 179/PID.B/PN.PBL TENTANG TINDAK PIDANA ILLEGAL LOGGING

BAB IV ANALISIS HUKUM PIDANA ISLAM ATAS PUTUSAN HAKIM PENGADILAN NEGERI BANYUWANGI TERHADAP TINDAK PIDANA PENANGKAPAN IKAN DENGAN POTASIUM CIANIDA

BAB IV KOMPARASI HUKUM ISLAM DAN HUKUM POSITIF MENGENAI SANKSI PROSTITUSI ONLINE. A. Persamaan Sanksi Prostitusi Online Menurut Hukum Positif dan

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP TINDAK PIDANA MEMBUKA RAHASIA NEGARA SOAL UJIAN NASIONAL

BAB IV STUDI KOMPARASI ANTARA HUKUM PIDANA DAN FIQH JINAYAH TERHADAP TINDAK KEJAHATAN PERDAGANGAN ORGAN TUBUH

BAB IV. Perbuatan tindak pidana yang dilakukan oleh terdakwa dipandang. sebagai tindak kejahatan yang melanggar norma hukum.

BAB IV ANALISIS HUKUM PIDANA ISLAM TERHADAP PEMBERIAN PEMBEBASAN BERSYARAT BAGI NARAPIDANA MENURUT PERMEN NO.M.2.PK.

BAB IV ANALISIS HUKUM PIDANA ISLAM TERHADAP PUTUSAN NO. 488/PID.B/2015/PN.SDA TENTANG PERCOBAAN PENCURIAN

islam yang mengatur masalah kejahatan yang telah dilarang oleh sayara karena dapat menimbulkan bahaya bagi jiwa, harta, keturunan dan akal.

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP SANKSI PIDANA PELANGGARAN HAK PEMEGANG PATEN MENURUT UU NO. 14 TAHUN 2001 TENTANG PATEN

Tindak pidana perampasan kemerdekaan orang lain atas dasar. keduanya, diantaranya persamaan-persamaan itu adalah sebagai berikut:

BAB IV ANALISIS HUKUM PIDANA ISLAM TERHADAP HUKUMAN BAGI RESIDIVIS PENCURIAN YANG DILAKUKAN OLEH ANAK

BAB IV ANALISIS PERTANGGUNG JAWABAN PEMERIKSAAN TERSANGKA PENGIDAP GANGGUAN JIWA MENURUT HUKUM PIDANA POSITIF DAN HUKUM PIDANA ISLAM

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG HUKUM PIDANA DAN HUKUM PIDANA ISLAM. Hukum pidana adalah sistem aturan yang mengatur semua perbuatan

BAB IV ANALISIS HUKUM PIDANA DAN FIKIH JINAYAH TENTANG HUKUMAN KUMULATIF TERHADAP ANAK PELAKU PENCABULAN (PUTUSAN NO.66/PID.B/2011/PN.

A. Analisis Terhadap Putusan Hakim Kekerasan seksual pada anak, yaitu dalam bentuk pencabulan

BAB IV ANALISIS HUKUM PIDANA ISLAM TERHADAP PERTIMBANGAN HUKUM HAKIM DALAM TINDAK PIDANA EKSPLOITASI SEKSUAL KOMERSIAL ANAK DIBAWAH UMUR

BAB IV. A. Analisis Pertimbangan Hakim Terhadap Tindak Pidana Penipuan yang. Berkedok Lowongan Pekerjaan (Studi Direktori Putusan Pengadilan Negeri

BAB IV ANALISIS HUKUM PIDANA ISLAM DALAM PASAL 55 KUHP TERHADAP MENYURUH LAKUKAN TINDAK PIDANA PEMBUNUHAN

A. Analisis Tentang Fenomena Pemasangan Identitas KH. Abdurraman Wahid (Gus Dur) pada Alat Peraga Kampanye PKB di Surabaya

BAB IV ANALISIS HUKUM PIDANA ISLAM TERHADAP PUTUSAN PENGADILAN NEGERI SUNGAILIAT NO.73/PID.B/2015/PN.SGL TENTANG TINDAK PIDANA PERTAMBANGAN TANPA IZIN

BAB 1V ANALISIS HUKUM PIDANA ISLAM TERHADAP PUTUSAN HAKIM PENGADILAN NEGERI MEULABOH DALAM PUTUSAN NO.

BAB IV ANALISIS TERHADAP PUTUSAN PENGADILAN NEGERI PAMEKASAN TENTANG HUKUMAN AKIBAT CAROK MASAL (CONCURSUS) MENURUT HUKUM ISLAM

BAB IV ANALISA HUKUM PIDANA ISLAM TERHADAP PERTIMBANGAN HUKUM HAKIM DALAM TINDAK PIDANA PENIPUAN YANG DILAKUKAN OLEH DUKUN PENGGANDAAN UANG

P U T U S A N Nomor : 666/PID/2012/PT-MDN.

BAB II PEMIDANAAN MENURUT HUKUM PIDANA ISLAM

IDDAH DALAM PERKARA CERAI TALAK

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PERCERAIAN KARENA ISTERI. A. Analisis terhadap Dasar Hukum dan Pertimbangan Hakim karena Isteri

BAB IV ANALISIS HUKUM PIDANA ISLAM TERHADAP SANKSI HUKUM TENTANG KEJAHATAN TERHDAP ASAL-USUL PERNIKHAN KITAB UNDANG-UNDANG HUKUM PIDANA (KUHP)

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. penuntutan terhadap terdakwa tindak pidana narkotika adalah:

BAB IV PERSAMAAN DAN PERBEDAAN ANTARA HUKUM ISLAM DAN UU NO 8 TAHUN 1999 TENTANG PERLINDUNGAN KONSUMEN TERHADAP PEMBULATAN HARGA

BAB I PENDAHULUAN. dalam kesehariannya. Dalam al-qur an dan al-hadist telah menjelaskan bahwa Allah SWT

P U T U S A N NOMOR : 259/PID /2014/PT.BDG. DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA

BAB IV ANALISIS PUTUSAN HUKUM HAKIM DAN FIQIH JINAYAH DALAM PUTUSAN PENGADILAN NEGERI LAMONGAN NO:164/PID.B/ 2013/PN

BAB I PENDAHULUAN. baik di dunia maupun di akhirat. Manifestasi dari tujuan ini adalah

BAB IV ANALISIS HUKUM PIDANA ISLAM TERHADAP PUTUSAN HAKIM PENGADILAN NEGERI MALANG DALAM PERKARA TINDAK PIDANA PEMERASAN DENGAN PENGANCAMAN

BAB IV ANALISIS HUKUM PIDANA ISLAM TERHADAP PUTUSAN HAKIM PENGADILAN NEGERI LAMONGAN DALAM PERKARA TINDAK PIDANA PEMERASAN YANG DILAKUKAN OLEH ANAK

BAB IV. ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PUTUSAN MAHKAMAH AGUNG NO. 84 PK/Pid/ TENTANG PEMBUKTIAN PERKARA ILLEGAL FISHING

BAB IV ANALISIS. A. Tinjauan Yuridis terhadap Formulasi Putusan Perkara Verzet atas Putusan

BAB IV ANALISIS HUKUM PIDANA ISLAM ATAS PUTUSAN PENGADILAN TINGGI MEDAN NOMOR : 67/PID.SUS/2015/PT.MDN DALAM PERKARA

BAB IV ANALISIS PEMIDANAAN ORANG TUA ATAU WALI DARI PECANDU NARKOTIKA DI BAWAH UMUR MENURUT HUKUM PIDANA DAN HUKUM ISLAM

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PENERAPAN PENENTUAN HAPUSNYA PENUNTUTAN PIDANA KARENA DALUWARSA DALAM KUHP

tanggal 7 Januari 2013 sejumlah Rp ,- ;

BAB I PENDAHULUAN. mengganggu ketentraman umum serta tindakan melawan perundang-undangan.

BAB IV ANALISIS SANKSI PIDANA TERHADAPPUTUSAN PENGADILAN. NEGERI SEMARANG NO.162/Pid.B/2011/PN. Smg TENTANG SEDIAAN FARMASI YANG TIDAK BERIZIN

BAB IV ANALISIS. keterangan ahli sebagai alat bukti yang sah. Malah tempatnya diletakkan pada. yang penting, artinya dalam pemeriksaan perkara pidana.

BAB IV. limbah B3 (bahan, berbahaya, dan beracun). Hakim membuat pertimbanganpertimbangan.

BAB IV. Hakim adalah organ pengadilan yang memegang kekuasaan kehakiman, yaitu kekuasaan Negara yang merdeka untuk meyelenggarakan peradilan guna

Pelanggaran terhadap nilai-nilai kesopanan yang terjadi dalam suatu. masyarakat, serta menjadikan anak-anak sebagai obyek seksualnya merupakan

BAB 1 PENDAHULUAN. mengganggu ketenangan pemilik barang. Perbuatan merusak barang milik. sebagai orang yang dirugikan dalam tindak pidana tersebut.

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG HUKUMAN DAN MACAM- MACAM HUKUMAN MENURUT HUKUM PIDANA ISLAM SERTA CUTI BERSYARAT

BAB IV ANALISIS TERHADAP PUTUSAN PENGADILAN NEGERI BANGKALAN NO.236/PID.B/2014/PN.BKL TENTANG PENGANIAYAAN YANG MENYEBABKAN KEMATIAN

BAB IV. A. Analisis Hukum Islam terhadap Pasal 18 Ayat 2 Undang-Undang. memberikan pelayanan terhadap konsumen yang merasa dirugikan, maka dalam

BAB IV ANALISIS TENTANG SANKSI PIDANA ATAS PENGEDARAN MAKANAN TIDAK LAYAK KONSUMSI

Direktori Putusan Pengadilan Negeri Sibolga pn-sibolga.go.id P U T U S A N NO. 144/PID.B/2014/PN.SBG

BAB IV TINJAUAN HUKUM PIDANA ISLAM TENTANG PELAKSANAAN TINDAKAN KHUSUS TERHADAP KAPAL PERIKANAN BERBENDERA

BAB IV ANALISIS TERHADAP JUAL BELI IKAN BANDENG DENGAN PEMBERIAN JATUH TEMPO DALAM PERSPEKTIF HUKUM ISLAM

BAB IV ANALISIS HUKUM PIDANA ISLAM TERHADAP PUTUSAN HAKIM NO.33/PID.SUS/2012/PN.SBY TENTANG KASUS PUNGUTAN LIAR

P U T U S A N Nomor : 196/PID.B/2014/PN.BJ

BAB V PENUTUP. sebelumnya, serta arahan dari pembimbing maka dalam bab ini penulis dapat

BAB IV ANALISIS HUKUM PIDANA ISLAM TERHADAP PEMENJARAAN BAGI PELAKU TINDAK PIDANA KEKERASAN DALAM RUMAH TANGGA PUTUSAN NO.203/PID.SUS/2011/PN.

P U T U S A N. Nomor: 403/PID /2015/PT.MDN DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA

BAB I PENDAHULUAN. Untuk menjamin, melindungi dan menjaga kemaslahatan kemaslahatan

BAB IV ANALISIS HUKUM PIDANA ISLAM TERHADAP SANKSI DALAM BENTUK FUNDS WIRE

II. TINJAUAN PUSTAKA. A. Pengertian Tindak Pidana, Pelaku Tindak Pidana dan Tindak Pidana Pencurian

DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA

BAB IV ANALISIS PUTUSAN PENGADILAN NEGERI KLATEN NOMOR 54/Pid.B/2013/PN.Klt. TENTANG PENCURIAN KOTAK AMAL MASJID

BAB II PENGATURAN HAK RESTITUSI TERHADAP KORBAN TINDAK PIDANA PERDAGANGAN ORANG DI INDONESIA

BAB IV. PENYELESAIAN MASALAH PERJANJIAN KERJA ANTARA PEMILIK APOTEK DAN APOTEKER DI APOTEK K-24 KEBONSARI SURABAYA DAlAM PRESPEKTIF HUKUM ISLAM

BAB III TINJAUAN FIQH JINAYAH TERHADAPPERCOBAAN KEJAHATAN

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PELAKSANAAN SEWA- MENYEWA TANAH FASUM DI PERUMAHAN TNI AL DESA SUGIHWARAS CANDI SIDOARJO

I. PENDAHULUAN. Pasal 1 ayat (3) UUD 1945 Perubahan ke-4 Undang-Undang Dasar Hal ini. tindakan yang dilakukan oleh warga negara Indonesia.

ANALISIS PUTUSAN MAHKAMAH AGUNG NO K/PID.SUS/2014

BAB IV ANALISIS HUKUMPIDANA ISLAM TERHADAP PEMBERHENTIAN DENGAN TIDAK TERHORMAT ANGGOTA KOMISI KEJAKSAAN RI

Materi Kajian Kitab Kuning TVRI Edisi Ramadhan. Narasumber: DR. Ahmad Lutfi Fathullah, MA Video kajian materi ini dapat dilihat di

BAB II PENGAMPUNAN DALAM HUKUM PIDANA ISLAM

BAB I PENDAHULUAN. dikenal dengan kehidupan bermasyarakat. Dalam kehidupan bermasyarakat satu

BAB IV ANALISIS FIKIH MURAFA AT TERHADAP PUTUSAN PENGADILAN NEGERI SIDOARJO TENTANG PENCURIAN HELM TOD YANG DIKENAKAN PASAL 362

BAB IV TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PEMBERIAN WASIAT DENGAN KADAR LEBIH DARI 1/3 HARTA WARISAN KEPADA ANAK ANGKAT

BAB IV ANALISIS HUKUM BISNIS ISLAM TERHADAP PENGAMBILAN KEUNTUNGAN PADA PENJUALAN ONDERDIL DI BENGKEL PAKIS SURABAYA

BAB IV TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PENERAPAN BAGI HASIL DALAM PEMBIAYAAN MUSHA>RAKAH DI BMT AN-NUR REWWIN WARU SIDOARJO

BAB I PENDAHULUAN. luas daratannya, yakni 71% berbanding 29%. 1. segala aspek yang berhubungan dengan kelautan. Penulis di sini terpanggil

BAB IV ANALISIS HUKUM PIDANA ISLAM TERHADAP SANKSI ABORSI YANG DILAKUKAN OLEH ANAK DIBAWAH UMUR

BAB IV ANALISIS FIQH JINAYAH TERHADAP TINDAKAN MENGEMIS DI MUKA UMUM. A. Analisis terhadap Sanksi Hukum Bagi Pengemis Menurut Pasal 504

BAB IV. A. Pandangan Hukum Pidana Islam Terhadap Sanksi Hukuman Kumulatif. Dari Seluruh Putusan yang dijatuhkan oleh Hakim, menunjukkan bahwa

P E N E T A P A N Nomor 0026/Pdt.P/2013/PA Slk

II. TINJAUAN PUSTAKA. wajib untuk mempertanggungjawabkan perbuatannya. Pertanggungjawaban

Direktori Putusan Pengadilan Negeri Sibolga pn-sibolga.go.id

Transkripsi:

BAB IV ANALISIS HUKUM PIDANA ISLAM TERHADAP PERTIMBANGAN HAKIM PADA PUTUSAN PENGADILAN NEGERI JOMBANG NOMOR 23/PID.B/2016/PN.JBG TENTANG PENGGELAPAN DALAM JABATAN A. Analisis Pertimbangan Hakim pada Putusan Pengadilan Negeri Jombang No.23/Pid.B/2016/PN.JBG tentang Penggelapan dalam Jabatan Penggelapan adalah kejahatan yang hampir sama dengan pencurian dalam pasal 362. 1 Bedanya ialah pada pencurian barang yang dimiliki itu belum berada di tangan pencuri dan masih harus diambilnya sedangkan pada penggelapan waktu dimilikinya barang itu sudah ada di tangan si pembuat tidak dengan jalan kejahatan. Dalam uraian kasus penggelapan dalam jabatan yang dilakukan oleh Adi Sudarto diancam oleh jaksa penuntut umum dengan menggunakan Undang-Undang Hukum Pidana Pasal 374 KUHP atau pasal 378 KUHP dengan menggunakan dakwaan alternatif, maka memberikan keleluasaan Majelis Hakim untuk memilih salah satu dakwaan yang mendekati fakta hukum yang terungkap di Persidangan. Adapun fakta hukum yang terungkap dalam persidangan yang menjadi dasar dari pertimbangan Hakim dalam memutus adalah sebagai berikut: 1) Barang siapa, bahwa yang dimaksud barang siapa adalah setiap orang sebagai subjek hukum pendukung hak dan kewajiban yang 1 R.Soesilo, Kitab Undang-undang Hukum Pidana, (Bogor: Politeia, 1991) 249. 69

70 diajukan ke hadapan persidangan, karena didakwa melakukan suatu perbuatan pidana. Menimbang bahwa sesuai dengan surat dakwaan dari Jaksa Penuntut Umum, maka yang diajukan ke persidangan adalah terdakwa Adi Sudarto telah membenarkan identitas tersebut. Demikian pula terdakwa adalah subjek hukum yang setiap perbuatannya,dapat dipertanggungjawabkan dimuka hukum, sehingga dengan demikian unsur barang siapa ini telah terbukti; 2) Dengan sengaja dan melawan hukum memiliki sesuatu barang yang seluruhnya atau sebagian kepunyaan orang lain dan yang ada dalam kekuasaannya bukan karena kejahatan, mempunyai arti bahwa berdasarkan keterangan saksi-saksi serta keterangan terdakwa sendiri, dan adanya bukti surat dan barang bukti yang diajukan di dalam persidangan bahwa benar terdakwa adalah karyawan PT. Sinar Sosro Jombang yang bertugas di bagian sales dan memperoleh gaji tiap bulannya dari PT. Sinar Sosro. Terdakwa telah menggunakan uang hasil penjualan produk PT. Sinar Sosro, yang mana uang hasil penjualan produk PT. Sinar Sosro tersebut seharusnya terdakwa setorkan kepada bagian kasir PT. Sinar Sosro. Terdakwa dalam menggunakan uang hasil penjualan tersebut terdakwa lakukan dengan cara pada awalnya terdakwa melakukan penagihan piutang terhadap para pelanggan yang membeli secara kredit. Kemudian pelanggan tersebut menyerahkan uang pembayaran tersebut kepada terdakwa. Kemudian setelah menerima uang dari para pelanggan tersebut,

71 terdakwa tidak menyetorkan ke bagian kasir PT. Sinar Sosro, melainkan terdakwa bawa sendiri. Selain tidak menyetorkan uang dari penagihan para pelanggan, terdakwa juga membuat faktur fiktif, yaitu terdakwa membuat faktur untuk memesan produk PT. Sinar Sosro dengan menggunakan nama orang lain. Kemudian terdakwa menyerahkan faktur tersebut kepada sales pengiriman dan kemudian setelah barang dikirim ke alamat sesuai permintaan terdakwa. Terdakwa menerima pembayaran atas pembelian barang tersebut, dan terdakwa juga tidak menyetorkan uang tersebut ke bagian kasir, terdakwa juga menggunakan uang hasil penjualan produk PT. Sinar Sosro tersebut tanpa ijin dari PT. Sinar Sosro. Akibat perbuatan terdakwa PT. Sinar Sosro Jombang mengalami kerugian Rp. 174.281.000,-, uang tersebut dapat/berada di dalam kekuasaan terdakwa karena terdakwa mendapatkan tugas oleh pimpinan PT. Sinar Sosro untuk menjual produk baik secara tunai ataupun kredit serta melakukan penagihan dan menerima pembayaran dari Para Pelanggan kemudian disetorkan kepada bagian kasir. Jadi uang yang ada pada terdakwa bukan karena kejahatan, sehingga dengan demikian unsur ini telah terbukti. 3) Penguasaan terhadap barang yang disebabkan ada hubungan kerja atau karena pencaharian karena mendapat upah untuk itu, berarti bahwa berdasarkan keterangan para saksi, petunjuk serta barang bukti yang diajukan, bahwa terdakwa bekerja di PT. Sinar Sosro sebagai

72 sales dan memperoleh gaji tiap bulannya dari PT. Sinar Sosro. Terdakwa bekerja sebagai sales yang bertugas menjual produk baik secara tunai ataupun kredit serta melakukan penagihan dan menerima pembayaran dari para pelanggan kemudian disetorkan kepada bagian kasir, sehingga dengan demikian unsur ini telah terbukti. Dikarenakan semua unsur-unsur dalam dakwaan primer yang diajukan oleh Jaksa Penuntut Umum tersebut telah terbukti, Majelis Hakim berpendirian dan berpendapat bahwa terdakwa telah terbukti secara sah dan meyakinkan, bersalah melakukan tindak pidana sebagaimana tersebut dalam dakwaan kesatu, yaitu melanggar pasal 374 KUHP. Oleh karena dakwaan kesatu Jaksa Penuntut Umum telah terbukti secara sah dan meyakinkan, maka dakwaan Jaksa Penuntut Umum selebihnya atau yang kedua tidak perlu dibuktikan dan dipertimbangkan lagi lebih lanjut. Karena selama pemeriksaan di persidangan, Majelis Hakim tidak menemukan fakta-fakta yang dapat memaafkan dan membenarkan terdakwa serta perbuatannya, maka terdakwa dianggap sebagai subjek hukum yang mampu bertanggung jawab dan harus mempertanggung jawabkan perbuatannya tersebut, sehingga terdakwa harus dinyatakan bersalah dan dijatuhi pidana. Karena terdakwa dalam hal ini ditahan, maka berdasarkan pasal 33 KUHP, Majelis Hakim berpendapat, bahwa lamanya terdakwa ditahan harus dikurangkan seluruhnya dari pidana yang dijatuhkan kepada terdakwa menjalani hukumannya, Majelis Hakim menetapkan terdakwa tetap berada dalam tahanan.

73 Dalam mempertimbangkan berat ringannya pidana, Hakim wajib memperhatikan pula sifat yang baik dan jahat dari terdakwa, karena dalam pemidanaan yang akan dijatuhkan kepada terdakwa bukan semata mata untuk penjeraan atau pembalasan, namun harus mengandung pula unsur edukatif konstruktif dan pencegahan (preventif). Untuk itu sebelum menjatuhkan pidana, Majelis Hakim terlebih dahulu akan mempertimbangkan hal-hal yang memberatkan dan meringankan terdakwa. Pertimbangan Hakim dalam hal memberatkan dan meringankan kepada terdakwa sebagai berikut : Hal-hal yang memberatkan : 1) Perbuatan terdakwa telah merugikan PT. Sinar Sosro. 2) Terdakwa telah menyalahgunakan kepercayaan yang diberikan PT. Sinar Sosro terhadapnya. 3) Terdakwa telah menikmati seluruh hasil perbuatannya. Hal-hal yang meringankan : 1) Terdakwa belum pernah dihukum. 2) Terdakwa bersikap sopan dalam persidangan. 3) Terdakwa telah mengakui terus terang perbuatannya. 4) Terdakwa telah menyesali perbuatannya dan berjanji tidak akan mengulangi perbuatannya. 5) Terdakwa masih muda usianya, masih memiliki masa depan dan diharapkan dapat berubah.

74 Dalam unsur yang meringankan di atas merupakan salah satu pertimbangan peringanan pidana yang dijatuhkan oleh Hakim dalam memutus perkara yang mengandung pemidanaan. Pertimbangan ini merupakan pertimbangan subjektif Hakim yang berimplikasi bahwa Hakim bebas menentukan hal-hal yang meringankan maupun memberatkan tersebut. seperti halnya dalam persidangan harus berperilaku sopan merupakan tata tertib persidangan yang telah diatur dalam Peraturan Mahkamah Konstitusi No. 19 Tahun 2009 tentang Tata Tertib Persidangan sehingga seluruh pihak, saksi, ahli dan pengunjung yang menghadiri sidang harus berperilaku sopan, dengan artian apabila dalam persidangan tidak berperilaku sopan maka hakim mempunya wewenang untuk menilai bahwa pihak tersebut merendahkan atau menghina proses persidangan, sebaliknya apabila pihak tersebut telah menaati tata tertib persidangan maka hakim mempunyai wwenang untuk mengapresiasi perilaku tersebut. Serta dalam persidangan Hakim mempunyai kewenangan untuk memeriksa unsur-unsur yang timbul dalam persidangan. Dengan kata lain Hakim harus bersifat aktif dan teliti dalam melihat fakta hukum yang muncul dalam persidangan meskipun unsur tersebut tidak dijadikan oleh jaksa penuntut umum sebagai pertimbangannya untuk mengajukan tuntutan, sehingga putusan yang dikeluarkan oleh Hakim tidak bertentangan dengan rasa keadilan masyarakat mengingat pasal 374 KUHP, yang tertuang dalam amar putusan perkara Nomor

75 23/PID.B/2016/PN.JBG tentang penggelapan dalam jabatan dengan menyatakan sebagai berikut : 1) Menyatakan terdakwa Adi Sudarto telah terbukti secara sah dan meyakinkan bersalah melakukan tindak pidana Penggelapan Dalam Jabatan. 2) Menjatuhkan pidana kepada terdakwa dengan pidana penjara selama 1 (satu) tahun 4 (empat) bulan. 3) Menetapkan masa penahanan yang telah dijalani oleh terdakwa dikurangkan seluruhnya dari pidana yang dijatuhkan. 4) Menetapkan agar terdakwa tetap berada dalam tahanan. 5) Memerintahkan barang bukti berupa 67 (enam puluh tujuh) lembar faktur atas nama Adi Setiawan dikembalikan kepada PT. Sinar Sosro. 6) Membebankan kepada Terdakwa untuk membayar biaya perkara sebesar Rp.2.000,- (dua ribu rupiah). Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa Hakim dalam menjatuhkan putusan terhadap pelaku tindak pidana penggelapan dalam jabatan lebih cenderung kepada pertimbangan sosiologis yang berpatokan pada penjatuhan hukuman dengan menerapkan unsur edukatif atau pendidikan, dengan kata lain hukuman tersebut tidak hanya bertujuan memberikan efek jera namun juga memuat unsur pendidikan dengan maksud agar pelaku dapat menyadari bahwa tindak pidana yang dilakukan tidak benar dalam segi hukum yang berlaku di Indonesia.

76 B. Analisis Hukum Pidana Islam terhadap Pertimbangan Hakim dalam Putusan Pengadilan Negeri Jombang No.23/Pid.B/2016/PN.JBG tentang Penggelapan dalam Jabatan Berdasarkan deskripsi kasus yang telah di paparkan pada bab 3 bahwa sanksi hukum yang di jatuhkan kepada terdakwa adalah 1 (satu) tahun 4 (empat) bulan penjara dengan dijerat dengan Pasal 374 KUHP yang berbunyi: 2 Penggelapan yang dilakukan oleh orang yang memegang barang itu berhubungan dengan pekerjaannya atau jabatannya atau karena ia mendapat upah uang, dihukum penjara selama-lamanya lima tahun. Dalam pasal ini seharusnya hukumannya 5 (lima) Tahun kurungan penjara. Dalam hukum pidana Islam tindak pidana penggelapan dalam jabatan yang dilakukan oleh terdakwa Adi Sudarto termasuk dalam jarimah ta z>ir. Dimana ta zir berarti menolak atau mencegah. Hukuman tersebut bertujuan mencegah yang bersangkutan mengulangi kembali perbuatannya dan membuat bersangkutan menjadi jera. 3 Adapun yang memperkuat dalam tindak pidana penggelapan dalam jabatan yang termasuk dalam jarimah ta z>ir adalah sebagai berikut: Sebagaimana dalam al-qur'an surat al-baqarah ayat 188 yaitu: 4 و ل ت أ ك ل وا أم و ال ك م ب ي ن ك م ب ال ب ط ل و ت د ل وا ب ه ا إ ل ى ا ل ح ك ام ل ت أ ك ل وا ف ر يق ا م ن أ م و ل ا لن اس ب ا ل ث م و أ نت م ت ع لم ون "Dan janganlah sebahagian kamu makan harta sebahagian yang lain diantara kamu dengan jalan yang batil dan (janganlah) kamu membawa 2 R. Soesilo, Kitab undang-undang Hukum Pidana (KUHP), (Bogor: Politeia 1991). 259 3 Rahmat Hakim, Hukum Pidana Islam, (Bandung CV. Pustaka Setia 2000), 140 4 Depag RI, Al-Qur'an dan Terjamahnya, (Jakarta: Depag RI, 1985)., 2

77 (urusan) harta itu kepada Hakim, supaya kamu dapat memakan sebahagian daripada harta benda orang lain itu dengan (jalan berbuat) dosa, padahal kamu mengetahui" Dasar hukum ta zir adalah hukuman atas pelanggaran yang mana hukumannya tidak ditetapkan dalam al-qur an dan Hadis, yang bentuknya sebagai hukuman ringan. ta z>ir merupakan hukuman yang lebih ringan yang kesemuanya diserahkan kepada pertimbangan hakim. Hukuman ta z>ir adalah sebanyak 39 kali hukuman cambuk untuk orang yang merdeka, sedangkan untuk budak sebanyak 19 kali hukuman cambuk. 5 ta z>ir dishari atkan terhadap segala kemaksiatan yang tidak dikenakan had dan tidak kaffarat. Serendah-rendah batas ta z>ir dilihat kepada sebab-sebabnya ta z>ir, boleh lebih dari serendah-rendahnya h{ad, asalkan tidak sampai kepada setinggi-tingginya. Dalam jarimah ta z>ir tersebut terdapat hukuman yang sesuai dengan kejahatan penggelapan dalam jabatan yaitu hukuman penjara, ada dua macam untuk istilah hukuman penjara, yakni al-habsu dan al-sijnu yang mana keduanya memiliki makna al-man u yaitu mencegah (menahan). Hukuman penjara ini dapat menjadi hukuman pokok dan dapat juga menjadi hukuman tambahan. Apabila hukuman pokok yang berupa hukuman cambuk tidak membawa dampak jera bagi terhukum. 6 Hakim dalam hal ini ulil amri diberi kewenangan untuk menjatuhkan hukuman bagi pelaku jarimah ta z>ir. Dalam kitabnya al Hudud wa at Ta z>ir Ibnu Qoyim mengklasifikasikan penggelapan merupakan bentuk 5 Sudarsono, Pokok-Pokok Hukum Islam (Jakarta: Rineka Cipta, 1992), 584. 6 Ahmad Wardi Muslich, Hukum Pidana Islam, (Jakarta: Sinar Grafika, 2005), 252.

78 ta z>ir untuk maksiat dikarenakan mengandung unsur mengambil seluruhnya atau sebagian harta yang bukan merupakan haknya, Pada dasarnya hukuman ta z>ir tidak memiliki batasan hukuman. Seperti halnya tidak ada batasan dalam perbuatan kriminal dan bentuk hukumannya. Begitu juga tidak semua perbuatan maksiat termasuk padahukuman h{ad dan qishas pada hukum Islam. Maka diperlukan ijtihad seorang Hakim dalam menetapkan suatu hukuman ta z>ir dengan melihat maslahah umum serta bentuk penjagaan terhadap dasar-dasar hukum Islam pada hukuman yang dijatuhkan terhadap seorang pelaku. 7 Hukuman diancamkan kepada setiap seseorang pembuat jarimah agar orang tersebut tidak mengulangi tindak kejahatan lagi, juga memberi pelajaran kepada orang lain agar tidak berbuat jarimah. Penjatuhan pidana pada jarimah ta z>ir bukan semata-mata sebagai pembalasan dendam, yang paling terpenting adalah pemberian pendidikan dan pengayoman. Pertimbangan Hakim dalam hukum pidana Islam sudah benar yaitu terdakwa dikenai hukuman kurungan atau dipenjarakan yang dijelaskan dalam jarimah ta zi>r. Tindak pidana penggelapan dalam jabatan yang dilakukan oleh Adi Sudarto tersebut sudah banyak terjadi di masyarakat, sehingga hukuman harus di maksimalkan sehingga menimbulkan efek jera khususnya bagi para pelaku tindak kejahatan penadahan, dimaksudkan agar pelaku tidak mengulangi perbuatannya di masa yang akan datang. Dari definisi yang 7 Bakr bin Abdullah Abu Zaid, al-hudud wa at-ta zirat Inda Ibnu Qoyim, (Riyad: Dar as- Shimah, 1415 H) 484.

79 telah disebutkan di atas tentang tinjauan ta zir, dari segi hukuman bahwa ta zir merupakan hukuman yang tidak ditentukan oleh syara. Jarimah ta zir adalah jarimah yang sebagian terbesar hukumannya dan seluruh sanksinya ditentukan pengusa. 8 Penerapan hukuman ta zi>r pada tindak pidana penggelapan dalam jabatan pada putusan Pengadilan Negeri Jombang dirasa sesuai jika diterapkan dalam konteks pidana Islam, karena ta zi>r merupakan hukuman yang dijatuhkan serta besar kecilnya ditentukan oleh ulil amri dalam hal ini Hakim. Hal ini sesuai dengan putusan Pengadilan Negeri Jombang dalam hal ini Hakim memutus perkara sesuai dengan denga keterangan saksi, terdakwa dan alat bukti yang ada serta fakta hukum yang terungkap dalam persidangan. 8 Rahmat Hakim, Hukum Pidana Islam, (Bandung, CV. Pustaka Setia 2000), 141