BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kesusastraan merupakan salah satu sarana untuk meningkatkan kemampuan

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pada dasarnya setiap orang yang belajar bahasa dituntut untuk menguasai

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pembelajaran bahasa Indonesia diarahkan untuk meningkatkan

BAB I PENDAHULUAN. seorang pendidik yang mempunyai kompetensi, baik kompetensi pedagogik,

2 menguasai bidang ilmu lainnya. Abdurahman (2009:253) mengatakan bahwa ada lima alasan perlunya belajar matematika karena matematika merupakan: (1) s

BAB I PENDAHULUAN. Melalui pendidikan, sikap, kepribadian dan keterampilan manusia akan dibentuk

yang lebih baik dalam rangka mewujudkan SDM yang diharapkan.

BAB I PENDAHULUAN. pendapat Sumardjo (Mursini 2010:17) yang mengemukakan bahwa sastra adalah

I. PENDAHULUAN. keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.

BAB I PENDAHULUAN. keindahan dalam isi dan ungkapannya (Sugono, 2011: 159). Pembelajaran sastra

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. pengetahuan, pengalaman, dan keterampilan sebagaimana dirumuskan dalam

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. pembinaan dan pengembangan pendidikan khususnya pendidikan di sekolah. Pembinaan

TINJAUAN PUSTAKA. Penelitian merupakan kegiatan pencarian, penyelidikan, dan percobaan secara

2014 PENERAPAN METODE MENULIS BERANTAI DALAM MENINGKATKAN KEMAMPUAN MENULIS CERPEN

1.1 LATAR BELAKANG MASALAH

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pelaksanaan pembelajaran Bahasa Indonesia masih sering dilaksanakan dengan

realita dan fiksi. Kita hidup dalam keduanya. Sastra memberikan kesempatan dengan mengemukakan tikaian dan emosi lewat lakuan dan dialog (Sudjiman,

BAB I PENDAHULUAN. salah satu faktor penentu kelulusan ujian nasional. Tidak dapat dipungkiri bahwa sebagian

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Salah satu aspek yang sangat menentukan keberhasilan pembelajaran ialah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pada hakikatnya, belajar bahasa adalah belajar berkomunikasi.

BAB I PENDAHULUAN. menulis. Menurut Tarigan (2008:21) Proses menulis sebagai suatu cara. menerjemahkannya ke dalam sandi-sandi tulis.

BAB 1 PENDAHULUAN. (Hasanuddin, 1996:1). Dimensi pertama, drama sebagai seni lakon, seni peran

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. pengalaman, saling belajar dari yang lain, serta untuk meningkatkan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Djamarah dan Zain (2006:76), menyatakan Sebagai salah satu sumber

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan salah satu faktor penting dalam menjamin

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Tarigan dalam Munthe (2013:1), dalam silabus pada KD 13.1 disebutkan, bahwa salah satu kompetensi yang harus

BAB I PENDAHULUAN. khususnya bahasa Indonesia sebagai salah satu mata pelajaran yang penting dan

BAB I PENDAHULUAN. merupakan bagian yang tidak terpisahkan dalam seluruh proses pembelajaran.

BAB I PENDAHULUAN. [Type text]

BAB I PENDAHULUAN. di sekolah sangat erat dengan teknik mengajar guru agar mampu memotivasi siswa

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Drama merupakan satu jenis karya sastra yang berbentuk fiksi maupun

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1.Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. seharusnya berupaya untuk mengarahkan dan mengembangkan potensi potensi

BAB I PENDAHULUAN. oleh siswa. Sastra terbagi menjadi beberapa jenis misalnya puisi, cerpen, novel,

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. lingkungan sekolah, keterampilan menulis selalu dibelajarkan. Hal ini disebabkan oleh menulis

BAB I PENDAHULUAN. Keberhasilan proses belajar mengajar Bahasa Indonesia di Sekolah

I. PENDAHULUAN. Memasuki abad ke-21, sistem pendidikan nasional menghadapi tantangan yang

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Keterampilan berbahasa merupakan keterampilan yang memiliki peranan

II. TINJAUAN PUSTAKA. Konstruktivisme merupakan salah satu aliran filsafat pengetahuan yang menekankan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Peningkatan mutu pendidikan merupakan salah satu program pemerintah

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Kemajuan suatu masyarakat dapat dilihat dari perkembangan pendidikannya.

I. PENDAHULUAN. perkembangan. Perubahan atau perkembangan pendidikan adalah hal yang memang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Pada bab pendahuluan ini, akan diuraikan beberapa hal sebagai berikut: (1)

PERBEDAAN HASIL BELAJAR SISWA MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN LATIHAN INKUIRI DENGAN PEMBELAJARAN KONVENSIONAL PADA MATA PELAJARAN FISIKA

BAB I PENDAHULUAN. bersastra. Pada kurikulum 2013, pelajaran bahasa Indonesia mengalami. mengembangkan kemampuan dan keterampilan berpikir siswa.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

2015 PENERAPAN TEKNIK MENULIS BERANTAI DALAM PEMBELAJARAN MENULIS TEKS ULASAN FILM ATAU DRAMA

BAB I PENDAHULUAN. Pembelajaran sastra merupakan pembelajaran yang dapat memperkaya

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian RESTU NURPUSPA, 2015

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pengajaran Bahasa Indonesia di Sekolah Menengah Atas diarahkan

I. PENDAHULUAN. Ilmu kimia adalah salah satu rumpun sains yang mempelajari tentang zat, meliputi

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. globalisasi. Pembelajaran bahasa Indonesia diarahkan untuk meningkatkan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang masalah. Kemampuan berbahasa mencakup empat aspek yaitu menyimak, berbicara,

BAB I PENDAHULUAN. dikemukakan oleh Slameto (2010:74) bahwa efektifitas dipengaruhi 2 (dua) faktor,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. lebih dari sekedar realisasi satu sasaran, atau bahkan beberapa sasaran. Sasaran itu

BAB I PENDAHULUAN. dalam bidang pendidikan nasional. Sesuai dengan fungsi pendidikan nasional

PENGEMBANGAN MODEL PEMBELAJARAN COOPERATIVE INTEGRATED READING AND COMPOSITION (CIRC) SEBAGAI UPAYA DALAM MENINGKATKAN KETERAMPILAN MENULIS RESENSI

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Pendidikan dapat dikatakan sebagai salah satu kebutuhan manusia yang

BAB I PENDAHULUAN. dilaksanakan atau lebih tepatnya hampir mustahil dilaksanakan. Akibatnya guru

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. mudah dipahami oleh orang lain. Selain itu menulis berarti mengorganisasikan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. teknologi diperlukan sumber daya manusia yang tangguh. Pendidikan merupakan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. karya sastra secara sungguh-sungguh. Salah satu karya sastra adalah puisi.

BAB I PENDAHULUAN. manusia itu sendiri, yakni untuk membudayakan manusia. Menurut Dhiu (2012:25-27)

BAB I PENDAHULUAN. Kurikulum tingkat satuan pendidikan sekolah dasar (KTSP) mata pelajaran

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. lebih terfokus. Pembelajaran bahasa Indonesia dilakukan dengan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan adalah salah satu upaya untuk menciptakan manusia- manusia

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat dan terjaminnya kebutuhan kehidupan mereka kelak. Sejalan dengan

BAB I PENDAHULUAN. Peningkatan kualitas pada berbagai jenis dan jenjang pendidikan termasuk

I. PENDAHULUAN. Ilmu kimia merupakan ilmu yang diperoleh dan dikembangkan berdasarkan

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan Nasional bab I pasal (1), disebutkan bahwa :

BAB 1 PENDAHULUAN. ke jenjang menengah itu, pelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia merupakan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. terlihat pada rendahnya kualitas pendidikan, dengan adanya kenyataan bahwa

BAB I PENDAHULUAN. memberikan pengetahuan serta membentuk kepribadian individu. Sehubungan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi saat ini sangat mempengaruhi berbagai aspek kehidupan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pembelajaran bahasa Indonesia diarahkan untuk meningkatkan

I. PENDAHULUAN. sekolah. Proses pembelajaran yang terjadi selama ini kurang mampu. mengembangkan kemampuan berfikir anak, karena keberhasilan proses

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan cara untuk memenuhi dan meningkatkan mutu

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kesusastraan merupakan salah satu sarana untuk meningkatkan kemampuan intelektual dan pengembangan penalaran. Karya sastra adalah wujudnya sastra. Karya sastra dapat mengembangkan kepribadian, memperluas wawasan kehidupan serta meningkatkan pengetahuan dan kemampuan berbahasa dan bersastra. Karya sastra mempunyai tiga genre utama, yaitu puisi, prosa, dan drama. Dari ketiga unsur tersebut, drama lah yang dianggap paling dominan dalam menampilkan unsur-unsur kehidupan yang terjadi pada masyarakat (Ratna, 2004:335). Bagian penting dalam drama yang membedakan dengan puisi dan prosasecara lahiriah adalah terdapat sebuah dialog. Dialog adalah sebuah bagian dari naskah drama yang berupa percakapan antar tokoh satu dengan tokoh yang lainnya dan merupakan perkembangan dari sebuah cerita. Waluyo (2001:2) menyatakan : Drama adalah sebuah karya sastra yang bertujuan menggambarkan kehidupan dengan menampilkan pertikaian/konflik dan emosi lewat lakon dan dialog. Dalam Kurikulum 2013 bidang studi Bahasa Indonesia, pada siswa kelas XI terdapat kompetensi dasar yaitu menganalisis struktur teks film/drama baik melalui lisan mapun tulisan. Dalam hal ini peneliti lebih menekankan ke dalam sebuah teks drama. Melalui pembelajaran ini, siswa diharapkan mampu

memahami dan menganalisis struktur teks di dalam sebuah drama. Namun pada kenyataannya harapan tersebut tidak sesuai dengan hasil yang ditemukan di lapangan bahwakemampuan siswa menganalisis struktur teks dalam sebuah drama masih rendah. Berdasarkan hasil observasi terhadap salah seorang guru Bahasa Indonesia di MAS Miftahul Falah Diski dapat disimpulkan bahwa masih banyak siswa yang kurang mampu dalam pembelajaran drama, terutama menganalisis struktur teks di dalam sebuah drama. Masalah ini juga diperkuat oleh hasil penelitian Ainul Husna (2009) yang berjudul Peningkatan Kemampuan Mengapresiasi Naskah Drama Siswa Kelas XI SMA Swasta Parulian 2 Medan Tahun Pembelajaran 2009/2010.Hasil penelitian menunjukkan bahwa Siswa di sekolah tersebut mengalami permasalahan dalam mengapresiasi drama, masalah yang terungkap, yakni (1). Siswa mengalami kesulitan menganalisis struktur teks drama, (2). Motivasi dan daya apresiasi siswa lemah, (3). Siswa kurang termotivasi untuk berpikir kritis, keaktifan, pemahaman, dan penguasaan informasi secara individual dalam pembelajaran tidak merata bagi seluruh siswa di kelas, (4). Siswa tidak mengetahui keterbatasan kemampuannya dalam setiap sajian materi pembelajaran, (5). Siswa belum diberi kesempatan untuk saling berbagi pengalaman dan kemampuan antar siswa dalam pembelajaran. Dalam kegiatan pembelajarannya, guru seyogianya melaksanakan pembelajaran secara efektif, hal itu dapat dilakukan dengan jalan memilih metode atau model pembelajaran yang tepat. Penggunaan model pembelajaran dimaksudkan untuk menggairahkan belajar anak didik. Dengan bergairahnya anak

didik dalam pembelajaran, anak didik tidak akan sukar untuk mencapai tujuan pembelajaran karena bukan guru yang memaksa anak didik untuk mencapai tujuan, tetapi anak didiklah dengan sadar untuk mencapai tujuan. Mengingat pentingnya penerapan suatu model pembelajaran dalam proses belajar mengajar, maka guru harus menerapkan suatu model pembelajaran di dalam proses belajar mengajar Djamarah dan Zain (2006:76), menyatakan Sebagai salah satu sumber belajar, guru berkewajiban menyediakan lingkungan belajar yang kreatif bagi kegiatan belajar anak didik di dalam kelas. Salah satu cara yang dapat dilakukan guru untuk menyediakan lingkungan belajar yang kreatif adalah dengan pemilihan dan penggunaan model yang menarik dalam proses belajar mengajar. Pemilihan dan penggunaan model yang dilakukan oleh guru adalah supaya dapat mencapai tujuan yang diharapkan. Saat ini proses pembelajaran masih didominasi dengan penggunaan metode konvensional dan kegiatan lebih berpusat pada guru. Efektifitas peserta didik dapat dikatakan mendengarkan penjelasan guru dan mencatat hal-hal yang dianggap penting. Seperti yang dikemukakan oleh Trianto (2011:5-6) bahwa: Berdasarkan hasil analisis penelitian terhadap rendahnya hasil belajar peserta didik yang disebabkan dominannya proses pembelajaran konvensional. Pada pembelajaran ini suasana kelas cenderung teacher-centered sehingga siswa menjadi pasif. Begitu juga yang diungkapkan oleh Slameto (2010: 65) bahwa: Guru biasa mengajar dengan metode ceramah saja. Siswa menjadi bosan, mengantuk, pasif dan hanya mencatat saja. Guru yang progesif berani mencoba metode metode yang baru yang dapat membantu meningkatkan kegiatan belajar mengajar, dan meningkatkan motivasi siswa untuk

belajar. Agar siswa dapat belajar dengan baik, maka metode mengajar harus diusahakan yang setepat, efisien dan efektif mungkin. Oleh karena itu, hendaknya dilakukan perubahan paradigma atau reorientasi terhadap proses pembelajaran. Seperti yang diungkapkan oleh Komaruddin (dalam Trianto, 2011:8) yaitu: Salah satu perubahan paradigma pembelajaran tersebut adalah orientasi pembelajaran yang semula berpusat pada guru (teacher centered) beralih berpusat pada murid (student centered); metodologi yang semula didominasi ekspositori berganti ke partisipatori; dan pendekatan yang semula lebih banyak bersifat tekstual berubah menjadi kontekstual. Semua perubahan tersebut dimaksudkan untuk memperbaiki mutu pendidikan, baik dari segi proses maupun hasil pendidikan. Salah satu alternatif yang ditempuh oleh guru dalam upaya meningkatkan prestasi belajar siswa adalah dengan menerapkan model pembelajaran yang melibatkan langsung siswa secara aktif dalam proses belajar mengajar. Guru sebagai fasilitator mempunyai peran yang sangat strategis dalam proses pembelajaran. Salah satu upaya yang dapat dilakukan dalam proses belajar mengajar untuk mengatasi kesulitan siswa dalam memahami dan menganalisis struktur teks drama adalah dengan menerapkan model pembelajaran Inkuiri yaitu model penemuan yang berpusat pada siswa. Model pembelajaran inkuiri adalah rangkaian kegiatan pembelajaran yang menekankan pada proses berpikir secara kritis dan analitis untuk mencari dan menemukan sendiri jawaban dari suatu masalah yang dipertanyakan. Model pembelajaran inkuiri lebih menekankan pada proses mencari dan menemukan dari jawaban masalah yang dipertanyakan. Melalui proses inkuiri ini akan menimbulkan ketertarikan mempelajari materi pelajaran dan ini merupakan hal yang sangat penting, sehingga siswa belajar dalam kondisi yang tidak dipaksakan.

Dengan menggunakan model pembelajaran Inkuiri, siswa diharapkan mampu mengembangkan kepemimpinan siswa di dalam mengemukakan pendapat. Sehubungan dengan itu menurut Gulo (2008:84-85) menyatakan bahwa: Inkuiri berarti suatu rangkaian kegiatan belajar yang melibatkan secara maksimal seluruh kemampuan siswa untuk mencari dan menyelidiki secara sistematis, kritis, logis, analitis, sehingga mereka dapat merumuskan sendiri penemuannya dengan penuh percaya diri. Sasaran utama kegiatan mengajar pada strategi ini ialah (1) keterlibatan siswa secara maksimal dalam proses kegiatan belajar; (2) keterarahan kegiatan secara logis dan sistematis pada tujuan pembelajaran; dan (3) mengembangkan sikap percaya pada diri sendiri (self-belief) pada diri siswa tentang apa yang ditemukan dalam proses inkuiri. Dengan menggunakan model pembelajaran Inkuiri, Guru dapat memfasilitasi dan memotivasi siswa untuk menuangkan ide, gagasan dan ilmu pengetahuan awal yang mereka miliki untuk menganalisis struktur teks drama tersebut. Berdasarkan uraian di atas, peneliti tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul Pengaruh Model Pembelajaran Inkuiri Terhadap Kemampuan Menganalisis Struktur Teks Drama Oleh Siswa Kelas XI MAS Miftahul Falah Diski T.A 2014/2015. B. Identifikasi Masalah Dari uraian latar belakang masalah yang dikemukakan diatas terdapat sejumlah masalah yang muncul berkaitan dengan kemampuan menganalisis struktur teks drama pada siswa di sekolah. Masalah tersebut dapat diidentifikasikan sebagai berikut : (1) Kemampuan siswa dalam menganalisis struktur teks drama masih rendah.

(2) Kurang efektifnya penggunaan model pembelajaran yang digunakan guru. (3) Kurangnya keterlibatan siswa dalam proses belajar mengajar. (4) Pengaruh model pembelajaran inkuiri terhadap kemampuan menganalisis struktur teks drama. C. Batasan Masalah Pembatasan masalah merupakan langkah yang perlu dilakukan dengan tujuan agar cakupan penelitian tidak terlalu luas. Penelitian ini dibatasi dan difokuskan pada Pengaruh Model Pembelajaran Inkuiri Terhadap Kemampuan Menganalisis Struktur Teks Drama Pada Siswa Kelas XI MAS Miftahul Falah Diski Tahun Pembelajaran 2014/2015. Kemampuan menganalisis struktur drama dibatasi pada kemampuan siswa dalam menganalisis struktur drama yang meliputi Orientasi (Perkenalan), Komplikasi (Pertikaian Awal), Klimaks (Titik Puncak Cerita), Anti Klimaks, dan Resolusi (Penyelesaian Masalah). D. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang, identifikasi masalah dan pembatasan masalah di atas maka permasalahan dalam penelitianini dapat dirumuskan sebagai berikut : (1) Bagaimanakah kemampuan menganalisis struktur teksdrama siswa kelas XI MAS Miftahul Falah Diski Tahun Pembelajaran 2014/2015 dengan menggunakan model pembelajaran inkuiri?

(2) Bagaimanakah kemampuan menganalisis struktur teks drama siswa kelas XI MAS Miftahul Falah Diski Tahun Pembelajaran 2014/2015 dengan menggunakan modelpembelajaran konvensional? (3) Adakah pengaruh model pembelajaran inkuiri terhadap kemampuan menganalisis struktur teks drama siswa kelas XI MAS Miftahul Falah Diski Tahun Pembelajaran 2014/2015? E. Tujuan Penelitian Tujuan dari penelitian ini adalah untuk: (1) Mengetahui bagaimanakah kemampuan menganalisis struktur teks drama siswa kelas XI MAS Miftahul Falah Diski Tahun Pembelajaran 2014/2015menggunakan model pembelajaran inkuiri. (2) Mengetahui bagaimanakah kemampuan menganalisis struktur teks drama siswa kelas XI MAS Miftahul Falah Diski Tahun Pembelajaran2014/2015 menggunakan model pembelajaran konvensional. (3) Mengetahui apakah model pembelajaran inkuiri berpengaruh positif dalam meningkatkan kemampuan menganalisis struktur teks drama siswa kelas XI MAS Miftahul Falah Diski Tahun Pembelajaran 2014/2015. F. Manfaat Penelitian Manfaat yang dapat diperoleh penelitian ini adalah sebagai berikut:

(1) Manfaat Teoretis Secara teoretis diharapkan hasil penelitian ini dapat berguna sebagai berikut: a. Melengkapi informasi mengenai pembelajaran menganalisis struktur teks drama. b. Menambah informasi bagi orang lain untuk meningkatkan kemampuan siswa dalam menganalisis struktur teks drama. (2) Manfaat Praktis a. Bagi Siswa Bagi siswa dapat memberikan motivasi kepada siswa untuk meningkatkan prestasi belajar bahasa Indonesia khususnya kemampuan menganalisis struktur teks drama. b. Bagi Guru Bagi guru sebagai bahan masukan untuk dapat mempertimbangkan model pembelajaran yang lebih baik dalam pembelajaran bahasa Indonesia. c. Bagi Sekolah Hasil penelitian ini dapat memberikan sumbangan yang baik bagi sekolah dalam perbaikan pengajaran bahasa Indonesia di MAS Miftahul Falah Diski.

d. Bagi Peneliti Lain Memberikan kontribusi konkrit dalam pembelajaran bahasa dan sastra indonesia dan penelitian ini juga dapat dijadikan pijakan untuk memperkuat suatu pemikiran ataupun pemahaman, juga menjadi landasan untuk dapat dikembangkan pada penelitian selanjutnya, khususnya yang berhubungan dengan kemampuan menganalisis struktur teks drama.