BAB III METODE PENELITIAN

dokumen-dokumen yang mirip
BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. satu dari 14 Kabupaten/Kota yang berada di Provinsi Kalimantan Barat. Provinsi

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. sektor ekonomi yang menyusun PDRB atas harga konstan 2010 menurut

BAB VI KESIMPULAN, SARAN DAN KETERBATASAN PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. akan tetapi untuk melengkapi data penelitian ini dibutuhkan suatu

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB VI SIMPULAN, SARAN DAN KETERBATASAN PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

DAFTAR ISI BAB I PENDAHULUAN... 1

BAB I PENDAHULUAN. atau suatu keharusan bagi kelangsungan pembangunan ekonomi dan peningkatan

BAB III METODE PENELITIAN

III.METODE PENELITIAN. rakyat setempat bahkan dapat menolong perekonomian daerah secara keseluruhan

Data PDRB Atas Dasar Harga Konstan 2010 ( Juta Rupiah) dan Laju Pertumbuhan PDRB Karesidenan Kedu Tahun

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN. Bantul periode , maka dapat disimpulkan bahwa:

BAB III METODE PENELITIAN. Ruang lingkup penelitian ini, berfokus pada sektor basis, faktor

BAB I PENDAHULUAN. Globalisasi mengharuskan Indonesia dituntut siap dalam bersaing dengan

BAB 1 PENDAHULUAN. pemerintah daerah dan masyarakaat mengelola sumberdaya-sumberdaya

BAB I PENDAHULUAN. kota dan desa, antara pulau Jawa dengan luar Pulau Jawa maupun antara dua

BAB I PENDAHULUAN. menciptakan lapangan kerja dan merangsang perkembangan kegiatan ekonomi

ANALISIS SEKTOR UNGGULAN DAN POTENSI PERTUMBUHAN EKONOMI DI KABUPATEN TABANAN

ANALISIS SEKTOR EKONOMI POTENSIAL DI PROVINSI ACEH PERIODE

III. METODE PENELITIAN. tujuan penelitian. Wilayah yang akan dibandingkan dalam penelitian ini

BAB III METODE PENELITIAN

METODE PENELITIAN. bersumber dari Badan Pusat Statistik (BPS). Data yang tercakup dalam

ANALISIS PERTUMBUHAN EKONOMI KABUPATEN MURUNG RAYA MENURUT 14

PENENTUAN POTENSI EKONOMI DI PRABUMULIH DAN OKU BERDASARKAN INDIKATOR PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO (PDRB)

BAB II TINJAUAN EKONOMI MURUNG RAYA TAHUN

METODE PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan data sekunder yang berupa data time series,

BAB III METODE PENELITIAN

ANALISIS DISPARITAS PENDAPATAN DAN PENGEMBANGAN SEKTOR UNGGULAN ANTAR DAERAH DI KAWASAN PURWOMANGGUNG TAHUN

BAB VI PENUTUP. Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan tentang analisis perekonomian

ANALISIS SEKTOR BASIS DAN NON BASIS EKONOMI KOTA TOMOHON TAHUN

Bila dilihat dari penciptaan sumber pertumbuhan

BAB I PENDAHULUAN. daerah beserta masyarakatnya bersama-sama mengelola sumberdaya yang ada dan

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

PERTUMBUHAN EKONOMI PROVINSI JAMBI TRIWULAN I-2017

ANALISIS PEMBANGUNAN WILAYAH BERBASIS SEKTOR UNGGULAN DAN STRATEGI PENGEMBANGANNYA : STUDI KASUS KABUPATEN OGAN KOMERING ULU TAHUN


PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA BARAT TRIWULAN III-2015

BPS KABUPATEN BATU BARA

DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL...

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. satu tujuan nasional yaitu memajukan kesejahteraan umum, seperti yang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian. Kabupaten Ponorogo merupakan daerah di Provinsi Jawa Timur

BAB I PENDAHULUAN. upaya mencapai tingkat pertumbuhan pendapatan perkapita (income per capital) dibandingkan laju pertumbuhan penduduk (Todaro, 2000).

PERTUMBUHAN EKONOMI PROVINSI JAMBI TAHUN 2014

PERTUMBUHAN EKONOMI JAKARTA UTARA TAHUN 2015

PERTUMBUHAN EKONOMI KABUPATEN TAPANULI UTARA DARI SISI PDRB Lapangan Usaha TAHUN 2015

Pertumbuhan Ekonomi Gorontalo Triwulan III-2017

BAB III METODE PENELITIAN

PERTUMBUHAN EKONOMI PROVINSI SUMATERA SELATAN TRIWULAN I-2016

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dalam pembukaan Undang-Undang Dasar alinea keempat,

PERTUMBUHAN EKONOMI GORONTALO TRIWULAN I Ekonomi Gorontalo Triwulan I-2015 Tumbuh 4,69 Persen Melambat Dibanding Triwulan I-2014

PERTUMBUHAN EKONOMI GORONTALO TRIWULAN III-2016 Ekonomi Gorontalo Triwulan III-2016 Tumbuh 6,98 Persen Meningkat Dibanding dengan Triwulan II-2016

BAB I PENDAHULUAN. antar daerah dan struktur perekonomian yang seimbang (Sukirno, 2005).

BPS KABUPATEN MALINAU

PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA BARAT 2016

PERTUMBUHAN EKONOMI LABUHANBATU TAHUN 2015

PERTUMBUHAN EKONOMI JAKARTA UTARA TAHUN 2014

BAB I PENDAHULUAN. peranan penting dari keseluruhan perekonomian nasional. Wilayah Indonesia

PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA BARAT TRIWULAN I-2017

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan data sekunder periode tahun dari instansi

PERTUMBUHAN EKONOMI PAPUA BARAT TRIWULAN II-2017

Analisis Penentuan Sektor Unggulan Atas Dasar Penyerapan Tenaga Kerja Studi Kasus di Kota Manado Tahun

PERTUMBUHAN EKONOMI TAHUN 2015 KABUPATEN BANGKA SELATAN

PERTUMBUHAN EKONOMI PROVINSI SUMATERA SELATAN TRIWULAN III-2015

III. METODE PENELITIAN. Konsep dasar dan definisi operasional dalam penelitian ini mencakup semua

PERTUMBUHAN EKONOMI PROVINSI JAMBI TRIWULAN I-2016

PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO KABUPATEN BOJONEGORO ATAS DASAR HARGA BERLAKU MENURUT LAPANGAN USAHA (JUTA RUPIAH),

PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA BARAT TAHUN 2015

PERTUMBUHAN EKONOMI RIAU TRIWULAN III/2016

PERTUMBUHAN EKONOMI JAKARTA SELATAN TAHUN 2014

BAB III METODE PENELITIAN

PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TENGAH TRIWULAN I-2015

PERTUMBUHAN EKONOMI RIAU TAHUN 2016

PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA BARAT TRIWULAN I-2016

PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA BARAT TRIWULAN II-2017

ANALISIS SEKTOR UNGGULAN DALAM MENINGKATKAN PEREKONOMIAN KABUPATEN PACITAN TAHUN

PERTUMBUHAN EKONOMI SUMATERA BARAT TRIWULAN II-2017

Salah satu komponen esensial dari pembangunan adalah pembangunan ekonomi Penentuan target pembangunan ekonomi perlu melihat kondisi atau tingkat

PERTUMBUHAN EKONOMI PROVINSI JAMBI TRIWULAN II-2017

PERTUMBUHAN EKONOMI NTT TAHUN 2016

PERTUMBUHAN EKONOMI PROVINSI JAMBI TAHUN 2016

III. METODE PENELITIAN. Provinsi Lampung adalah data sekunder berupa PDRB tiap kabupaten/kota di

PERTUMBUHAN EKONOMI GORONTALO TAHUN 2016 Ekonomi Gorontalo Tahun 2016 Tumbuh 6,52 Persen

PERTUMBUHAN EKONOMI JAKARTA UTARA TAHUN 2016

PERTUMBUHAN EKONOMI GORONTALO TRIWULAN I-2017

PERTUMBUHAN EKONOMI PROVINSI SUMATERA SELATAN TRIWULAN II-2015

PERTUMBUHAN EKONOMI PAPUA BARAT TRIWULAN I-2016

PERTUMBUHAN EKONOMI PROVINSI SUMATERA SELATAN TRIWULAN I-2017

Pertumbuhan Ekonomi Sulawesi Barat Triwulan I 2017 Terhadap Triwulan I 2016 (y on y)

III. METODOLOGI PENELITIAN. sebuah penelitian. Variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah Struktur

PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TIMUR TRIWULAN I-2017

PERTUMBUHAN EKONOMI SERDANG BEDAGAI TAHUN 2015

Transkripsi:

BAB III METODE PENELITIAN A. Obyek Penelitian Penelitian ini dilakukan di Kabupaten Kulon Progo yang merupakan salah satu dari lima kabupaten/kota yang ada di Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta. Sektor-sektor ekonomi di Kabupaten Kulon Progo dijadikan obyek penelitian karena dilihat dari letak geografis, luas wilayah dan populasi penduduk yang menjadikan wilayah ini memiliki peranan penting dalam perekonomian Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta. B. Jenis dan Sumber Data Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder berupa data PDRB Kabupaten Kulon Progo dan PDRB Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta. Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah PDRB menurut lapangan usaha atas dasar harga konstan tahun 2010 dalam kurun waktu lima tahun yaitu 2011-2015. Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini diperoleh dari Badan Pusat Statistik (BPS) Kabupaten Kulon Progo, BPS Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta dan sumber lain seperti literatur-literatur tertulis baik yang diperoleh dari instansi terkait maupun internet. 1

C. Teknik Pengumpulan Data Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini adalah studi literatur dengan cara mengumpulkan data yang dibutuhkan yang bersumber dari laporan tahunan Badan Pusat Statistik (BPS), baik yang dipublikasi di website resmi BPS maupun laporan-laporan tertulis yang sudah dibukukan. D. Definisi Operasional Variabel Penelitian Definisi operasional variabel dalam penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Pertumbuhan Ekonomi Pertumbuhan ekonomi merupakan sebuah proses perubahan kondisi perekonomian suatu wilayah menuju keadaan yang lebih baik dalam selang waktu tertentu yang biasanya diindikasikan dengan peningkatan kapasitas produksi yang diwujudkan dalam bentuk kenaikan pendapatan nasional tanpa dikaitkan dengan pertambahan jumlah penduduk. 2. Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) merupakan indikator penting dalam perekonomian yang biasa didefinisikan sebagai jumlah nilai tambah yang dihasilkan dari seluruh kegiatan perekonomian suatu wilayah (regional) tertentu dalam jangka waktu tertentu. 3. Sektor-sektor Ekonomi Terdapat tujuh belas sektor ekonomi di masing-masing kabupaten / kota. Adapun sektor-sektor perekonomian yang dimaksud yakni : a. Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan 2

b. Pertambangan dan Penggalian c. Industri Pengolahan d. Pengadaan Listrik dan Gas e. Pengadaan Air, Pengelolaan Sampah, Limbah, dan Daur Ulang f. Konstruksi g. Perdagangan Besar dan Eceran; Reparasi Mobil dan Sepeda Motor h. Transportasi dan Pergudangan i. Penyediaan Akomodasi dan Makan Minum j. Informasi dan Komunikasi k. Jasa Keuangan dan Asuransi l. Real Estat m. Jasa Perusahaan n. Administrasi Pemerintahan, Pertahanan, dan Jaminan Sosial Wajib o. Jasa Pendidikan p. Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial q. Jasa Lainnya 4. Sektor Basis dan Sektor Non Basis Sektor basis merupakan sektor yang mampu mengekspor barang dan jasa keluar batas perekonomian masyarakatnya bila dibandingkan dengan sektor yang sama pada lingkup yang lebih luas. Sedangkan sektor non basis merupakan sektor yang tidak mengekspor barang keluar daerah karena sektor tersebut hanya mampu untuk mencukupi kebutuhan daerah yang bersangkutan dan pasarnya bersifat lokal. 3

5. Keunggulan Kompetitif Suatu sektor dapat dikatakan memiliki keunggulan kompetitif apabila laju pertumbuhan sektor yang bersangkutan di tingkat kabupaten lebih tinggi dari pada laju pertumbuhan pada sektor yang sama di tingkat provinsi. 6. Spesialisasi Suatu sektor dapat dikatakan memiliki spesialisasi apabila variabel wilayah nyata lebih besar dibandingkan dengan variabel yang diharapkan. E. Metode Analisis Data Metode analisis data dalam penelitian ini menggunakan : 1. Analisis Location Quotient (LQ) Analisis LQ digunakan untuk mengidentifikasi sektor yang menjadi basis ekonomi suatu wilayah dengan membandingkan peran perekonomian daerah dengan peranan kegiatan ekonomi sejenis di lingkup yang lebih luas baik regional maupun nasional. Alat analisis LQ merupakan salah satu pendekatan yang umum digunakan dalam model ekonomi basis sebagai langkah awal untuk memahami kegiatan sektor ekonomi yang dapat memacu pertumbuhan ekonomi suatu daerah dengan mengukur derajat spesialisasi kegiatan ekonomi melalui pendekatan perbandingan. Secara matematis analisis LQ dirumuskan sebagai berikut : vi LQ = vt Vi Vt 4

Dimana : LQ vi vt Vi Vt = Koefisien Location Quotient = Nilai PDRB sektor i Kabupaten Kulon Progo pada tahun tertentu = Nilai PDRB total Kabupaten Kulon Progo pada tahun tertentu = Nilai PDRB sektor I D.I. Yogyakarta pada tahun tertentu = Nilai PDRB total D.I. Yogyakarta pada tahun tertentu Berdasarkan rumus diatas, kriteria pengukuran nilai Location Quotient (LQ) yang dihasilkan adalah sebagai berikut : a. Jika nilai LQ lebih besar dari 1 (LQ > 1), maka tingkat spesialisasi sektor tersebut di Kabupaten Kulon Progo lebih tinggi dari D.I. Yogyakarta pada sektor yang sama. Artinya sektor yang bersangkutan memiliki keunggulan komparatif dan dikategorikan sebagai sektor basis yang dapat dikembangkan sebagai penggerak perekonomian Kabupaten Kulon Progo. b. Jika nilai LQ lebih kecil dari 1 (LQ < 1), maka tingkat spesialisasi sektor tersebut di Kabupaten Kulon Progo lebih rendah dari D.I. Yogyakarta pada sektor yang sama. Artinya sektor yang bersangkutan dikategorikan sebagai sektor non basis yang kurang tepat untuk dikembangkan sebagai penggerak perekonomian Kabupaten Kulon Progo. c. Jika nilai LQ sama dengan 1 (LQ = 1), maka tingkat spesialisasi sektor tersebut di Kabupaten Kulon Progo sama dengan D.I. Yogyakarta pada sektor yang sama. Artinya sektor yang bersangkutan mengalami peningkatan. Metode LQ memiliki kelebihan karena tergolong sederhana dalam penerapannya, mudah, dan tidak membutuhkan program pengolahan data yang 5

rumit. Namun, dibalik kemudahan dalam penyelesaian analisisnya, metode ini juga memiliki keterbatasan dalam hal akurasi data. Untuk menggunakan analisis ini maka dituntut untuk mendapatkan data yang akurat dan sebaiknya tidak kurang dari lima tahun sehingga hasil yang didapatkan valid. Keterbatasan yang lain terletak pada penetapan batasan wilayah yang dikaji dan ruang lingkup aktivitasnya yang sering tidak jelas acuannya sehingga hasil yang didapatkan menjadi rancu atau tidak sesuai dengan potensi wilayah yang bersangkutan. 2. Analisis Shift Share (SS) Analisis Shift Share merupakan salah satu alat analisis kuantitatif yang biasa digunakan dalam menganalisis perubahan atau peningkatan suatu indikator pertumbuhan ekonomi suatu wilayah dalam kurun waktu tertentu dengan membandingkan perubahan struktur ekonomi daerah tertentu terhadap struktur ekonomi daerah yang secara administratif lebih tinggi. Analisis ini menggunakan metode pengisolasian dari faktor-faktor yang mempengaruhi perubahan struktur industri suatu daerah dalam pertumbuhannya dari satu kurun waktu ke kurun waktu berikutnya. Hal ini meliputi penguraian faktor penyebab pertumbuhan berbagai faktor di suatu daerah dalam kaitannya dengan perekonomian nasional (Robinson Tarigan, 2004). Analisis ini memberikan data tentang kinerja perekonomian dalam 3 bidang yang berhubungan satu sama lain (Lincolin Arsyad, 1999) : 6

a. Pertumbuhan ekonomi daerah diukur dengan cara menganalisis perubahan pengerjaan agregat secara sektoral dibandingkan dengan perubahan pada sektor yang sama di perekonomian yang dijadikan acuan. b. Pergeseran proporsional (proporsional shift) mengukur perubahan relatif, peningkatan atau penurunan pada daerah dibandingkan dengan perekonomian yang lebih besar yang dijadikan acuan. c. Pergeseran diferensial (differential shift) membantu dalam menentukan seberapa jauh daya saing industri daerah (lokal) dengan perekonomian yang dijadikan acuan. Analisis ini bertujuan untuk menentukan kinerja atau produktivitas kerja perekonomian daerah dibandingkan dengan perekonomian pada tingkatan yang lebih tinggi (regional atau nasional). Metode ini membandingkan laju pertumbuhan sektor-sektor ekonomi dan mengamati penyimpanganpenyimpangan dari perbandingan yang dilakukan. Jika penyimpangannya positif, berarti sektor yang bersangkutan pada suatu daerah memiliki keunggulan kompetitif. Persamaan dan komponen-komponen dalam analisis Shift Share sebagai berikut : Dij = Nij + Mij + Cij Dalam penelitian ini variabel-variabel yang digunakan adalah : Dij = Eij* Eij Nij = Eij. rn Mij = Eij (rin rn) 7

Cij = Eij (rij rn) Dimana : rij, relatif mewakili laju pertumbuhan wilayah kabupaten dan laju pertumbuhan wilayah provinsi yang masing-masing didefinisikan sebagai berikut: rij = rin = rn = (Eij Eij) Eij (Ein Ein) Ein (En En) En Keterangan : Eij Ein En rij rin rn : pendapatan sektor I di Kabupaten Kulon Progo : pendapatan sektor I di Provinsi D.I. Yogyakarta : pendapatan Provinsi D.I. Yogyakarta : laju pertumbuhan sektor I di Kabupaten Kulon Progo : laju pertumbuhan sektor I di Provinsi D.I. Yogyakarta : laju pertumbuhan pendapatan Provinsi D.I. Yogyakarta Sehingga didapat persamaan Shift Share untuk sektor I di wilayah j (Soepono, 1993) sebagai berikut : Dij = Eij. rn + Eij (rin rn) + Eij (rij rin) Keterangan : Dij Nij Mij Cij Eij : perubahan variabel output sektor I di wilayah j : pertumbuhan ekonomi nasional : bauran industri sektor I di wilayah j : keunggulan kompetitif sektor I di wilayah j : pendapatan sektor I di wilayah j 8

Adapun dari rumus diatas diketahui ada dua indikator dari hasil perhitungan Shift Share dalam perekonomian suatu daerah : a. Jika nilai dari komponen pergeseran proporsional dari sektor > 0 (lebih besar dari nol), maka sektor yang bersangkutan mengalami pertumbuhan yang cepat dan memberikan pengaruh yang positif kepada perekonomian daerah, berlaku pula sebaliknya. b. Jika nilai komponen pergeseran differensial suatu sektor < 0 (kurang dari nol), maka keunggulan komparatif dari sektor tersebut meningkat dalam perekonomian yang lebih tinggi, berlaku pula sebaliknya. 3. Analisis Klassen Typology Analisi Klassen Typology digunakan untuk melihat gambaran tentang pola dan struktur pertumbuhan masing-masing sektor ekonomi. Gambaran tentang pola dan struktur pertumbuhan daerah ini dapat digunakan untuk memperkirakan prospek pertumbuhan ekonomi daerah pada masa yang akan datang. Selain itu, dapat juga digunakan sebagai bahan pertimbangan dalam menentukan kebijaksanaan pembangunan daerah. Menurut tipologi daerah, daera dibagi menjadi empat kualifikasi, yaitu : a. Daerah cepat maju dan cepat tumbuh. Daerah yang dimaksud adalah daerah yang memiliki laju pertumbuhan ekonomi dan pendapatan per kapita yang lebih tinggi dari rata-rata wilayah. 9

b. Daerah maju tetapi tertekan. Daerah yang dimaksud adalah daerah yang memiliki pendapatan per kapita yang lebih tinggi, tetapi tingkat pertumbuhan ekonominya lebih rendah dari rata-rata. c. Daerah sedang berkembang. Daerah yang dimaksud adalah daerah yang memiliki tingkat pertumbuhan ekonomi yang lebih tinggi, tetapi pendapatan per kapitanya lebih rendah dari rata-rata. d. Daerah relatif tertinggal. Daerah yang dimaksud adalah daerah yang memiliki tingkat pertumbuhan ekonomi dan pendapatan per kapita yang lebih rendah dari rata-rata. TABEL 3.1 Klasifikasi Sektor PDRB menurut Klassen Typology y r yi > y ri > r Sektor cepat maju dan cepat tumbuh ri < r Sektor maju tetapi tertekan Sumber : Nadia Hilda Mariska 2015 yi < y Sektor sedang berkembang Sektor relatif tertinggal Keterangan : ri : laju pertumbuhan sektor I r : laju pertumbuhan PDRB yi : kontribusi sektor I terhadap PDRB y : kontribusi rata-rata sektor terhadap PDRB 10

4. Analisis SWOT Analisis SWOT merupakan alat analisis yang bersifat kualitatif yang dapat digunakan untuk mengidentifikasi berbagai faktor secara sistematis dan dapat menyelaraskan faktor-faktor dari lingkungan internal dan eksternal serta mengarahkan dan berperan sebagai katalisator dalam proses perencanaan strategis. Analisis SWOT dilaksanakan dengan memfokuskan pada dua hal, yaitu peluang dan ancaman serta identifikasi kekuatan dan kelemahan intern. Analisis ini didasarkan pada asumsi bahwa suatu strategi yang efektif akan memaksimalkan kekuatan dan peluang serta meminimalkan kelemahan dan ancaman (Peace dan Robinson dalam Muhammad Ghufron, 2008). Unsur-unsur SWOT meliputi S (strengh) yang mengacu kepada keunggulan kompetitif dan kompetensi lainnya, W (weakness) yaitu hambatan yang membatasi pilihan-pilihan pada pengembangan strategi, O (opportunity) yakni menyediakan kondisi yang menguntungkan atau peluang yang membatasi penghalang dan T (threat) yang berhubungan dengan kondisi yang dapat menghalangi atau ancaman dalam mencapai tujuan. Matriks ini dapat menghasilkan empat sel kemungkinan alternatif strategi, yaitu strategi S-O, strategi W-O, strategi W-T dan strategi S-T. Terdapat delapan tahap dalam membentuk matriks SWOT, yaitu : a. Membuat daftar kekuatan kunci internal wilayah. b. Membuat daftar kelemahan kunci internal wilayah. c. Membuat daftar peluang eksternal wilayah. d. Membuat daftar ancaman eksternal wilayah. 11

e. Menyesuaikan kekuatan-kekuatan internal dengan peluang-peluang eksternal dan mencatat hasilnya dalam sel strategi S-O. f. Menyesuaikan kelemahan-kelemahan internal dengan peluang-peluang eksternal dan mencatat hasilnya dalam sel strategi W-O. g. Menyesuaikan kekuatan-kekuatan internal dengan ancaman-ancaman eksternal dan mencatat hasilnya dalam sel strategi S-T. h. Menyesuaikan kelemahan-kelemahan internal dengan ancaman-ancaman eksternal dan mencatat hasilnya dalam sel strategi W-T. TABEL 3.2 Matriks SWOT Internal Eksternal OPPORTUNITIES (O) Daftar Peluang Eksternal THREATS (T) Daftar Ancaman Eksternal Sumber : Nadia Hilda Mariska (2015) STRENGTH (S) Daftar Kekuatan Internal STRATEGI S-O Gunakan kekuatan untuk memanfaatkan peluang STRATEGI S-T Gunakan kekuatan untuk menghindari ancaman WEAKNESS (W) Daftar Kelemahan Internal STRATEGI W-O Mengatasi kelemahan dengan memanfaatkan peluang STRATEGI W-T Meminimalkan kelemahan dan menghindari ancaman 12