BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PENAHANAN SAWAH SEBAGAI JAMINAN PADA HUTANG PIUTANG DI DESA KEBALAN PELANG KECAMATAN BABAT KABUPATEN LAMONGAN

dokumen-dokumen yang mirip
BAB IV TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP GADAI KTP SEBAGAI JAMINAN HUTANG

BAB IV ANALISIS TERHADAP MEKANISME PEMBIAYAAN EMAS DENGAN AKAD RAHN DI BNI SYARIAH BUKIT DARMO BOULEVARD CABANG SURABAYA

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTIK JUAL BELI SAWAH BERJANGKA WAKTU DI DESA SUKOMALO KECAMATAN KEDUNGPRING KABUPATEN LAMONGAN

BAB IV PEMANFAATAN GADAI SAWAH PADA MASYARAKAT DESA SANDINGROWO DILIHAT DARI PENDAPAT FATWA MUI DAN KITAB FATH}UL MU I<N

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTIK JUAL BELI BARANG SERVIS DI TOKO CAHAYA ELECTRO PASAR GEDONGAN WARU SIDOARJO

BAB IV\ ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP MEKANISME PENGUPAHAN PEMOLONG CABE DI DESA BENGKAK KECAMATAN WONGSOREJO KABUPATEN BANYUWANGI

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTIK PENGULANGAN PEKERJAAN BORONGAN PEMBUATAN TAS DI DESA KRIKILAN KECAMATAN DRIYOREJO KECAMATAN GRESIK

BAB IV ANALISIS PENELITIAN

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PELAKSANAAN SEWA MENYEWA POHON UNTUK MAKANAN TERNAK

BAB VI ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP TRADISI GADAI SAWAH DI DESA MORBATOH KECAMATAN BANYUATES KABUPATEN SAMPANG

Elis Mediawati, S.Pd.,S.E.,M.Si.

BAB IV ANALISIS TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PENUKARAN UANG DENGAN JUMLAH YANG TIDAK SAMA JIKA DIKAITKAN DENGAN PEMAHAMAN PARA PELAKU

BAB II RAHN, IJA<RAH DAN HAK MILIK DALAM ISLAM. Secara bahasa, rahn berarti ا لث ب و ت و ال دو ام as-thubu>t wa ad-

BAB I PENDAHULUAN. Melakukan kegiatan ekonomi dan bermuamalah merupakan tabi at. manusia untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Dalam melakukan kegiatan

BAB IV ANALISIS PENERAPAN BIAYA IJARAH DI PEGADAIAN SYARIAH SIDOKARE SIDOARJO MENURUT PRINSIP NILAI EKONOMI ISLAM

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PEMBULATAN TIMBANGAN PADA PT. TIKI JALUR NUGRAHA EKAKURIR DI JALAN KARIMUN JAWA SURABAYA

BAB IV TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PEMBAYARAN KODE UNIK DALAM JUAL BELI ONLINE DI TOKOPEDIA. A. Analisis Status Hukum Kode Unik di Tokopedia

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTEK PENGUPAHAN DI DESA SUMBERREJO KECAMATAN WONOAYU KABUPATEN SIDOARJO. Kecamatan Wonoayu Kabupaten Sidoarjo

BAB II MEKANISME GADAI SYARIAH (RAHN) harta yang diserahkan sebagai jaminan secara hak, dan dapat diambil kembali

BAB IV TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP IMPLEMENTASI HUTANG PUPUK DENGAN GABAH DI DESA PUCUK KECAMATAN DAWARBLANDONG KABUPATEN MOJOKERTO

BAB IV ANALISIS TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PANDANGAN TOKOH AGAMA ISLAM TENTANG SEWA POHON MANGGA

BAB II GADAI DALAM HUKUM ISLAM. etimologi mengandung pengertian menggadaikan, merungguhkan. 1

RAHN, DAN KETENTUAN FATWA DEWAN SYARIAH

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP SISTEM PINJAM MEMINJAM UANG DENGAN BERAS DI DESA SAMBONG GEDE MERAK URAK TUBAN

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP UTANG PIUTANG HEWAN TERNAK SEBAGAI MODAL PENGELOLA SAWAH DI DESA RAGANG

BAB IV ANALISIS TERHADAP JUAL BELI IKAN BANDENG DENGAN PEMBERIAN JATUH TEMPO DALAM PERSPEKTIF HUKUM ISLAM

BAB II GAMBARAN UMUM GADAI EMAS (AR-RAHN) DALAM FATWA DEWAN SYARIAH NASIONAL-MAJLIS UALAMA INDONESI (DSN-MUI) TENTANG RAHN DAN RAHN EMAS

murtahin di Desa Karangankidul Kecamatan Benjeng Kabupaten Gresik. Dari

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP IMPLEMENTASI IJĀRAH JASA SIMPAN DI PEGADAIAN SYARIAH CABANG BLAURAN SURABAYA

BAB I PENDAHULUAN. ingin tahu, Man is corious animal. Dengan keistimewaan ini, manusia dengan

BAB IV TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP KLAIM ASURANSI DALAM AKAD WAKALAH BIL UJRAH

BAB IV ANALISIS FATWA DSN-MUI NOMOR 25/III/2002 TERHADAP PENETAPAN UJRAH DALAM AKAD RAHN DI BMT UGT SIDOGIRI CABANG WARU SIDOARJO

A. Analisis Tentang Tata Cara Akad Manusia tidak bisa tidak harus terkait dengan persoalan akad

BAB II GADAI (RAHN) DALAM ISLAM

BAB IV PRAKTIK UTANG-PIUTANG DI ACARA REMUH DI DESA KOMBANGAN KEC. GEGER BANGKALAN DALAM TINJAUAN HUKUM ISLAM

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP TRANSAKSI QARD} UNTUK USAHA TAMBAK IKAN DI DESA SEGORO TAMBAK KECAMATAN SEDATI KABUPATEN SIDOARJO

BAB IV ANALISIS TERHADAP PRAKTIK BISNIS JUAL BELI DATABASE PIN KONVEKSI. A. Analisis Praktik Bisnis Jual Beli Database Pin Konveksi

BAB IV. A. Mekanisme Penundaan Waktu Penyerahan Barang Dengan Akad Jual Beli. beli pesanan di beberapa toko di DTC Wonokromo Surabaya dikarenakan

BAB IV TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP SISTEM JUAL BELI IKAN DENGAN PERANTAR PIHAK KEDUA DI DESA DINOYO KECAMATAN DEKET KABUPATEN LAMONGAN

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTIK PENGEMBALIAN SISA PEMBAYARAN DI KOBER MIE SETAN SEMOLOWARU

Solution Rungkut Pesantren Surabaya Perspektif Hukum Islam

Rahn - Lanjutan. Landasan Hukum Al Qur an. Al Hadits

adalah suatu transaksi yang sering terjadi saat masyarakat membutuhkan adalah penjual mencari seorang pembeli melalui jasa makelar.

BAB IV. A. Analisis Hukum Islam Terhadap Praktek Utang Piutang Dengan Jaminan. bab sebelumnya, bahwa praktek utang piutang dengan jaminan barang

BAB IV SUMUR DENGAN SISTEM BORONGAN DI DESA KEMANTREN KECAMATAN PACIRAN KABUPATEN LAMONGAN

BAB IV TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PEMBERIAN WASIAT DENGAN KADAR LEBIH DARI 1/3 HARTA WARISAN KEPADA ANAK ANGKAT

BAB IV TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP AKAD PELAYANAN PAKET PERAWATAN JENAZAH ONLINE DI KELURAHAN SUMBER REJO KECAMATAN PAKAL KOTA SURABAYA

BAB IV ANALISIS TENTANG PEMOTONGAN GAJI KULI KONTRAKTOR DALAM PERSPEKTIF HUKUM ISLAM

Prosiding Keuangan dan Perbankan Syariah ISSN:

BAB I PENDAHULUAN. dapat dijawab dengan tuntas oleh ajaran Islam melalui al-qur an sebagai

BAB IV ANALISIS PERSAMAAN, PERBEDAAN, DAN AKIBAT HUKUM ANTARA HUKUM ISLAM DAN HUKUM PERDATA DALAM MENGATUR OBJEK JAMINAN GADAI

BAB IV\ ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PELAKSANAAN PERJANJIAN SEWA SAWAH NGGANTUNG PARI DI DESA BECIRONGENGOR KECAMATAN WONOAYU KABUPATEN SIDOARJO

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP JAMINAN HUTANG BERUPA AKTA KELAHIRAN ANAK DI DESA WARUREJO KECAMATAN BALEREJO KABUPATEN MADIUN

BAB IV ANALISIS APLIKASI PEMBERIAN UPAH TANPA KONTRAK DI UD. SAMUDERA PRATAMA SURABAYA

Pada hakikatnya pembiayaan Kredit Pemilikan Rumah (KPR) di Bank. pemenuhan kebutuhan akan rumah yang disediakan oleh Bank Muamalat

waka>lah. Mereka bahkan ada yang cenderung mensunnahkannya dengan

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP TRADISI PELAKSANAAN UTANG PIUTANG BENIH PADI DENGAN SISTEM BAYAR GABAH DI

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP HUTANG PIUTANG PETANI TAMBAK KEPADA TENGKULAK DI DUSUN PUTAT DESA WEDUNI KECAMATAN DEKET KABUPATEN LAMONGAN

BAB IV ANALISIS PERSPEKTIF HUKUM ISLAM TERHADAP APLIKASI QARD} BERAGUN EMAS DI BANK BRI SYARIAH KANTOR CABANG (KC) SIDOARJO

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP AKAD JASA PENGETIKAN SKRIPSI DENGAN SISTEM PAKET DI RENTAL BIECOMP

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PROSEDUR DAN APLIKASI PERFORMANCE BOND DI BANK BUKOPIN SYARIAH CABANG SURABAYA

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP HAK KHIYA>R PADA JUAL BELI PONSEL BERSEGEL DI COUNTER MASTER CELL DRIYOREJO GRESIK

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP JUAL BELI IKAN TANGKAPAN NELAYAN OLEH PEMILIK PERAHU DI DESA SEGORO TAMBAK KECAMATAN SEDATI KABUPATEN SIDOARJO

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP AKAD PEMBIAYAAN MUDHARABAH DENGAN SISTEM KELOMPOK DI BMT KUBE SEJAHTERA KRIAN SIDOARJO

BAB I PENDAHULUAN. Islam adalah agama yang amat damai dan sempurna telah diketahui dan dijamin

tabarru dengan tujuan tolong menolong yang dianjurkan oleh ajaran Islam.

BAB IV TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PENERAPAN AKAD QARD\\} AL-H\}ASAN BI AN-NAZ AR DI BMT UGT SIDOGIRI CABANG WARU SIDOARJO

BAB II GADAI DALAM HUKUM ISLAM. A. Pengertian Gadai Dalam fiqih muamalah, perjanjian gadai disebut rahn. Istilah rahn

BAB IV ANALISA HUKUM ISLAM TERHADAP SIMPAN PINJAM BERGULIR PADA P2KP (PROYEK PENANGGULANGAN KEMISKINAN DI PERKOTAAN)

BAB IV. A. Analisis Hukum Islam terhadap Pasal 18 Ayat 2 Undang-Undang. memberikan pelayanan terhadap konsumen yang merasa dirugikan, maka dalam

BAB IV TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PERPANJANGAN SEWA- MENYEWA MOBIL SECARA SEPIHAK DI RETAL SEMUT JALAN STASIUN KOTA SURABAYA

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP TAMBAHAN HARGA DARI HARGA NORMAL YANG DIMINTA TUKANG BANGUNAN DALAM PRAKTEK JUAL BELI BAHAN BANGUNAN

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP OPERASIONALISASI DANA DEPOSITO DI BNI SYARI AH CAB. SURABAYA

BAB IV ANALISIS DUA AKAD (MURA>BAH}AH DAN RAHN) DALAM PEMBIAYAAN MULIA (MURA>BAH}AH EMAS LOGAM MULIA UNTUK INVESTASI ABADI) MENURUT HUKUM ISLAM

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTIK PEMOTONGAN HARGA JUAL BELI BESI TUA DAN GRAM BESI DI PT. FAJAR HARAPAN CILINCING JAKARTA UTARA

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP GADAI GANDA KENDARAAN BERMOTOR DI KELURAHAN PAGESANGAN KECAMATAN JAMBANGAN KOTA SURABAYA

Rahn /Gadai Akad penyerahan barang / harta (marhun) dari nasabah (rahin) kepada bank (murtahin) sebagai jaminan sebagian atau seluruh hutang

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM DAN PASAL 106 KOMPILASI HUKUM ISLAM TENTANG JUAL BELI TANAH MILIK ANAK YANG DILAKUKAN OLEH WALINYA

BAB IV GADAI TANAH PERTANIAN SEBAGAI BARANG GADAI DAN PEMANFAATANNYA OLEH PENERIMA GADAI DI DESA GUNUNGANYAR KECAMATAN SOKO KABUPATEN TUBAN

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP APLIKASI RIGHT ISSUE DI BURSA EFEK INDONESIA (BEI) SURABAYA

BAB IV. A. Tinjauan terhadap Sewa Jasa Penyiaran Televisi dengan TV Kabel di Desa Sedayulawas

BAB I PENDAHULUAN. melalui Rasulullah saw yang bersifat Rahmatan lil alamin dan berlaku

BAB IV ANALISIS SADD AH TERHADAP JUAL BELI KREDIT BAJU PADA PEDAGANG PERORANGAN DI DESA PATOMAN ROGOJAMPI BANYUWANGI

ija>rah merupakan salah satu kegiatan muamalah dalam memenuhi

BAB IV ANALISIS TERHADAP PRAKTIK MERTELU LAHAN PERTANIAN CABAI MERAH DI DESA SARIMULYO KECAMATAN CLURING KABUPATEN BANYUWANGI

BAB IV PERSAMAAN DAN PERBEDAAN ANTARA HUKUM ISLAM DAN UU NO 8 TAHUN 1999 TENTANG PERLINDUNGAN KONSUMEN TERHADAP PEMBULATAN HARGA

BAB IV TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP APLIKASI PERUBAHAN PENGHITUNGAN DARI SISTEM "FLAT" KE "EFEKTIF" PADA

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PERUBAHAN HARGA JUAL BELI SAPI SECARA SEPIHAK DI DESA TLOGOREJO KECAMATAN

BAB IV ANALISIS HUKUM BISNIS ISLAM TERHADAP PENGAMBILAN KEUNTUNGAN PADA PENJUALAN ONDERDIL DI BENGKEL PAKIS SURABAYA

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP UTANG PIUTANG SISTEM IJO (NGIJO) DI DESA SEBAYI KECAMATAN GEMARANG KABUPATEN MADIUN

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PELAKSANAAN SEWA- MENYEWA TANAH FASUM DI PERUMAHAN TNI AL DESA SUGIHWARAS CANDI SIDOARJO

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP IMPLEMENTASI PENETAPAN TARIF JASA ANGKUTAN UMUM BIS ANTAR KOTA/PROVINSI SURABAYA-SEMARANG

BAB IV PENERAPAN AKTA JAMINAN FIDUSIA DALAM PERJANJIAN PEMBIAYAAN AL QARDH. A. Analisis Penerapan Akta Jaminan Fidusia dalam Perjanjian Pembiayaan Al

BAB IV. A. Analisis terhadap Sistem Bagi Hasil Pengelolaan Ladang Pesanggem Antara

BAB IV TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP DENDA YANG TIDAK UMMAT SIDOARJO. Keuangan Syariah dalam melakukan aktifitasnya yaitu, muraba>hah, ija>rah

online. Mulai dari pencarian campaign hingga transfer uang donasi dapat dilakukan Website Kitabisa menawarkan kepada setiap orang yang ingin melakukan

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM DAN UU PERLINDUNGAN KONSUMEN NOMOR 8 TAHUN 1999 TERHADAP JUAL BELI BARANG REKONDISI

BAB IV ANALISIS TRANSAKSI JUAL BELI BBM DENGAN NOTA PRINT BERBEDA SPBU PERTAMINA DI SURABAYA UTARA

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PERJANJIAN BAGI HASIL PENGOLAHAN TANAH DI DUSUN DARAH DESA SADENGREJO KEC. REJOSO KAB.

BAB IV ANALISIS DATA. A. Proses Akad yang Terjadi Dalam Praktik Penukaran Uang Baru Menjelang Hari Raya Idul Fitri

Transkripsi:

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PENAHANAN SAWAH SEBAGAI JAMINAN PADA HUTANG PIUTANG DI DESA KEBALAN PELANG KECAMATAN BABAT KABUPATEN LAMONGAN A. Analisis Pelaksanaan Penahanan Sawah sebagai Jaminan pada Hutang Piutang di Desa Kebalan Pelang Kecamatan Babat Kabupaten Lamongan Hutang piutang merupakan suatu kegiatan yang sudah menjadi kebiasaan di masyarakat Desa Kebalan Pelang Kecamatan Babat Kabupaten Lamongan, hutang piutang yang dilaksanakan di desa tersebut biasanya menjadikan barang berharga milik orang yang berhutang menjadi suatu jaminan, yang mana jaminan tersebut digunakan untuk meyakinkan orang yang memberi pinjaman bahwa hutang tersebut akan dilunasi atau dibayar. Pada umumnya sawah yang dijadikan sebagai jaminan adalah sawah yang masih produktif dan tanahnya masih subur. Adapun ketika sawah tersebut dijadikan sebagai jaminan, sawah tersebut masih bisa dimanfaatkan dan dikuasai oleh ra>hin. Sawah yang berada di Desa Kebalan Pelang Kecamatan Babat Kabupaten Lamongan kebanyakan belum mempunyai sertifikat tanah termasuk juga sawah yang dijadikan jaminan, ketika akad pun tidak ada bukti tertulis, sehingga kedua belah pihak hanya saling percaya dalam melaksanakan akad tersebut. Pada dasarnya pada akad hutang piutang di Desa Kebalan Pelang Kecamatan Babat Kabupaten Lamongan, 75

76 sawah hanya dijadikan sebagai jaminan sehingga ketika hutang tersebut dibayar maka jaminan harus dikembalikan kepada pemiliknya. Namun jika dalam jatuh tempo ra>hin tidak mampu membayar hutangnya maka sawah tersebut akan ditahan oleh murtahin. Praktik seperti itu merupakan suatu hal yang sering dilakukan (kebiasaan) di Desa Kebalan Pelang. Menurut masyarakat desa yang pernah melakukan hutang piutang dengan memberikan jaminan mengungkapkan bahwa penahanan sawah yang dilakukan oleh murtahin itu merupakan suatu hal yang biasa dilakukan di desa tersebut jika ra>hin tidak mampu melunasi hutangnya saat jatuh tempo. Namun berkaitan dengan penyewaan barang jaminan ini para masyarakat menganggap ini adalah suatu tindakan yang memang dulu pernah dilakukan oleh beberapa orang, namun untuk beberapa tahun terakhir ini tidak ada lagi yang melakukan praktik tersebut karena banyaknya pro dan kontra, karena jika ra>hin ingin melunasi hutangnya sedangkan sawahnya masih disewakan kepada orang lain, maka pelunasan dilakukan setelah masa sewa berakhir. Para tokoh agama di desa tersebut juga mengungkapkan bahwa penahanan sawah yang kemudian disewakan itu adalah tindakan yang kurang manusiawi, dan juga mengatakan bahwa praktik tersebut bertentangan dengan ajaran agama Islam karena dianggap tindakan tersebut telah mend}alimi pihak ra>hin meskipun ra>hin masih memiliki hutang kepada murtahin. 1 Sebagaimana bapak Abdullah juga mengungkapkan bahwa berkaitan dengan penahanan dan penyewaan sawah yang dijadikan jaminan 1 Makin, Wawancara, Desa Kebalan Pelang, 9 Desember 2016.

77 menurut beliau adalah sesuatu yang boleh-boleh saja, namun beliau mengatakan seharusnya jika pemilik sawah sebenarnya sudah bisa melunasi hutangnya maka sawah tersebut seharusnya dikembalikan kepada pemiliknya meskipun masih dalam masa sewa, untuk urusan penggantian uang sewa itu dikembalikan lagi kepada para pihak yang saling sewa menyewa tersebut. 2 Berdasarkan dengan penelitian yang dilakukan oleh penulis, dan juga pendapat masyarakat serta para tokoh agama di Desa Kebalan Pelang Kecamatan Babat Kabupaten Lamongan maka dapat dikatakan bahwa praktik tersebut secara teori memang berbeda dengan ketentuan hukum Islam, dimana ketika jangka waktu telah habis yakni dalam jangka dua tahun dan ra>hin tidak mampu melunasi hutangnya maka akan dilakukan penjualan barang jaminan, apalagi barang jaminan tersebut disewakan kepada orang lain itu juga secara teori memang berbeda dari ketentuan hukum Islam. Dengan disewakannya sawah tersebut berdampak besar pada ra>hin yakni ia tidak bisa menebus dan menguasai sawahnya untuk dimanfaatkan, kalaupun ra>hin mampu melunasi hutangnya maka ia harus menunggu masa sewa berakhir untuk bisa mengambil sawahnya. Namun penyewaan barang jaminan yang dilakukan oleh murtahin ini bukanlah tanpa alasan, beliau menyatakan bahwa sudah beberapa kali menagih namun ra<hin selalu menyatakan belum mampu membayar, sehingga Bapak Sidik kemudian menyewakan sawah tersebut dikarenakan sangat membutuhkan uang dan 2 Abdullah, Wawancara, Desa Kebalan Pelang, 9 Desember 2016.

78 juga beranggapan bahwa jika dalam waktu yang lama sawah itu tidak dimanfaatkan maka akan berpengaruh pada kesuburan tanah. Maka dari itu menurut penulis, penahanan sawah yang dilakukan di Desa Kebalan Pelang Kecamatan Babat Kabupaten Lamongan diperbolehkan karena sebelum dilakukan penahanan, murtahin telah meminta izin kepada ra>hin untuk menahan sawahnya, penahanan itu untuk memastikan bahwa ra>hin akan membayar hutang dengan secepatnya. Berkaitan dengan penyewaan barang jaminan berupa sawah itulah yang awalnya menjadi suatu permasalahan karena memang menyewakan barang yang bukan milik murtahin, dan juga penyewaan tersebut tanpa meminta izin ataupun memberitahu kepada ra>hin selaku pemilik sawah, sehingga pada saat ra>hin mau menebus sawahnya, ia harus menunggu masa sewa berakhir dan dalam hal ini ra>hin tidak rela jika sawahnya disewakan. Namun menurut pendapat penulis penyewaan itu merupakan suatu hal yang diperbolehkan karena secara tidak langsung murtahin memliki hak berupa hak milik manfaat dari sawah tersebut sehingga berhak menyewakannya hanya untuk diambil manfaatnya saja dari sawah jaminan itu, dan juga murtahin mengedepankan sisi maslahah nya, serta penyewaan ini berawal dari tindakan ra>hin yang tidak mampu menepati janjinya untuk melakukan pembayaran. Akan tetapi sebaiknya jika ingin menyewakan jaminan tersebut meminta izin dan memberitahu terlebih dahulu kepada pemilik aslinya.

79 B. Analisis Hukum Islam Terhadap Penahanan Sawah sebagai Jaminan pada Hutang Piutang di Desa Kebalan Pelang Kecamatan Babat Kabupaten Lamongan 1. Analisis Berkaitan dengan Rahn Hasil penelitian yang dilakukan oleh penulis berkaitan dengan praktik penahanan sawah sebagai jaminan sebagaimana telah dijelaskan pada pembahasan sebelumnya, yang secara garis besarnya adalah murtahin menahan sawah milik ra>hin dikarenakan ia tidak bisa membayar hutangnya sesuai dengan waktu yang disepakati yakni dua tahun, adapun setelah sawah tersebut berada di tangan murtahin, sawah tersbut disewakan kepada pihak lain. Hutang piutang dengan memberikan jaminan dalam Islam disebut dengan rahn. Adapun yang dimaksud rahn adalah penahanan terhadap suatu barang dengan hak sehingga dapat dijadikan sebagai pembayaran dari barang tersebut. 3 Jika melakukan praktik seperti yang terjadi di Desa Kebalan Pelang Kecamatan Babat Kabupaten Lamongan harusnya memperhatikan ketentuan-ketentuan yang telah diatur dalam Islam. Rahn sendiri merupakan suatu praktik yang diperbolehkan dalam Islam sebagaimana firman Allah Swt : 3 Rachmat Syafe i, Fiqih Muamalah..., 159.

80 Jika kamu dalam perjalanan (dan bermu'amalah tidak secara tunai) sedang kamu tidak memperoleh seorang penulis, maka hendaklah ada barang tanggungan yang dipegang 4 (oleh yang berpiutang). akan tetapi jika sebagian kamu mempercayai sebagian yang lain, maka hendaklah yang dipercayai itu menunaikan amanatnya (hutangnya) dan hendaklah ia bertakwa kepada Allah Tuhannya; dan janganlah kamu (para saksi) menyembunyikan persaksian. dan barangsiapa yang menyembunyikannya, maka sesungguhnya ia adalah orang yang berdosa hatinya; dan Allah Maha mengetahui apa yang kamu kerjakan. (Q.S. al-baqarah : 283) Sebagaimana hadith yang diriwayatkan oleh Aisyah yang menjelaskan bahwa Rasulullah Saw juga pernah melakukan praktik rahn adalah sebagai berikut : ح دث ن ا إ س ح ا ق ب ن إ ب ر ا ه ي م ا لح ن ظ ل ي وع ل ي ب ن ح ش ر م ق ا ل: أ خ ب ر ن ا : و الع م ش ع ن ا ب ر اه ي م س ل م م ن ي ه و د ع ن الا س و د ع ن ع ا ي ش ة ق ال ت ي ط ع ام ا و ر هن ه د رع ا م ن ح د ي د (رواه مسلم) إ ش ت ر ى ر س و ل عي س ب ن ي و ن س ب ن االله صل ى ااالله عل ي ه Telah diriwayatkan kepada kami Ishaq bin Ibrahim al-hanz}aliy dan Ali bin H{asyram berkata : keduanya mengabarkan kepada kami Isa bin Yu>nus bin Amsyi dari Ibrahim dari Aswad dari A isyah berkata : bahwasanya Rasullullah saw, membeli makanan dari seorang Yahudi dengan menggadaikan baju besinya. (HR. Muslim) 5 Dalam hukum Islam rahn memiliki rukun dan syarat yang harus dipenuhi, sehingga siapapun yang melaksanakan praktik rahn tersebut dapat dikatakan sah oleh syara. Adapun rukunnya adalah sebagai berikut: a. Para pihak yang berakad, yakni orang yang menggadaikan (ra>hin) dan orang yang menerima gadai (murtahin). b. Shighat (ija>b dan qabu>l) c. Barang yang digadaikan/jaminan (marhu>n) 4 Barang tanggungan (borg) itu diadakan bila satu sama lain tidak percaya mempercayai. 5 Husain Muslim bin Hajjaj Al Kusyairy an Naisaburi, S{ah}i>h }Muslim, juz 2..., 51.

81 d. Hutang (marhu>n bih) 6. Adapun syarat-syaratnya adalah sebagai berikut : a. Syarat bagi pihak yang berakad Syarat yang terkait dengan orang yang berakad yaitu ahli tasharruf yakni orang yang mampu membelanjakan hartanya. 7 Menurut ulama syafi iyyah disyaratkan pula bagi para pihak yang berakad adalah seorang ahliyyah yaitu orang yang telah sah melakukan transaksi yakni berakal dan mumayyiz, akan tetapi tidak disyaratkan harus orang yang baligh. Maka dari itu seorang anak kecil yang sudah mumayyiz, dan orang bodoh yang mendapatkan izin dari walinya itu diperbolehkan melakukan akad. 8 b. Syarat s}ighat Pernyatan ija>b qabu>l yang terdapat pada rahn tidak boleh digantungkan ( mu allaq) dengan syarat tertentu yang bertentangan dengan hakikat rahn. 9 c. Syarat marhu>n Marhu>n adalah barang yang dijadikan jaminan oleh ra>hin. Para Ulama Fiqih sepakat mensyaratkan marhu>n sebagaimana persyaratan barang dalam jual beli, sehingga barang tersebut dapat dijual untuk memenuhi hak murtahin. d. Syarat marhu>n bih 6 Hendi Suhendi, Fiqih Muamalah...,107. 7 Ibid, 108. 8 Rachmat Syafe i, Fiqih Muamalah...,162. 9 Burhanuddin S, Fiqih Muamalah Pengantar Kuliah Ekonomi Islam...,173.

82 Marhu>n bih adalah hak yang diberikan kepada ra>hin. Ulama Hanafiyyah memberikan beberapa syarat, yaitu 1) Marhu>n bih hendaklah barang yang wajib diserahkan. Menurut ulama selain Hana>fiyah, marhu>n bih hendaklah berupa utang yang wajib diberikan kepada orang yang menggadaikan barang, baik berupa uang ataupun berbentuk benda. 2) Marhu>n bih memungkinkan untuk dibayarkan. Jika marhu>n bih tidak dapat dibayarkan, rahn menjadi tidak sah, sebab menyalahi maksud dan tujuan disyari atkannya rahn. 3) Hak atas marhu>n bih harus jelas. Dengan demikian, tidak boleh memberikan dua marhu>n bih tanpa dijelaskan utang mana menjadi rahn. Berdasarkan penjelasan mengenai praktik dan juga teori tentang rahn, maka dapat dikatakan bahwa praktik penahanan sawah di Desa Kebalan Pelang Kecamatan Babat Kabupaten Lamongan telah sesuai dengan rukun dan syarat yang diatur dalam hukum Islam yakni dari sisi rukunnya terdapat dua orang yang berakad dan kedua belah pihak yang berakad merupakan orang dewasa, tasharruf, mumayyiz, dan dalam keadaan sadar serta keduanya saling rela dalam berakad, ada ucapan serah terima yang mana pada ucapan tersebut tidak memberikan suatu syarat yang tidak sesuai dengan hakikat rahn, ada hutang sebesar Rp. 6.000.000,- yang hutang tersebut dapat diserahkan, dan juga ada jaminan yang diberikan berupa sawah seluas 250 M 2 yang sawah tersebut telah

83 memenuhi syarat berikut : bermanfaat, jelas, milik ra>hin, bisa diserahkan, tidak bersatu dengan harta lain. Dari sisi pemanfaatan barang jaminan juga masih sesuai dengan ketentuan hukum Islam, yakni barang jaminan tersebut masih dikuasai dan dimanfaatkan oleh ra>hin meskipun sawah tersebut telah dijaminkan atas hutangnya kepada murtahin. Namun, ada aspek yang belum sesuai dengan teori hukum Islam yakni berkaitan dengan penyelesaian masalah saat ra>hin tidak mampu membayar hutangnya saat jatuh tempo. Pada praktiknya, ketika ra>hin tidak mampu membayar hutangnya, sawah yang dijadikan jaminan akan ditahan oleh murtahin sampai dengan ra>hin mampu membayarnya. Sedangkan dalam teori hukum Islam yang berkaitan dengan rahn, ketika ada permasalahan seperti itu, maka cara yang bisa dilakukan adalah murtahin berhak melakukan penjualan barang jaminan melalui dua cara yakni : Pertama, Jika ra>hin bersedia menjual barang jaminan itu sendiri dan marhun (barang jaminan) berada pada ra>hin maka penjualannya dilakukan oleh ra>hin sendiri. Akan tetapi jika marhun telah dikuasai atau ditahan oleh murtahin, maka sebelum menjual barang jaminan tersebut ra>hin harus meminta izin kepada murtahin untuk melakukan penjualan terhadap barang jaminan tersebut. Kedua, Jika ra>hin tidak mampu membayar hutangnya saat jatuh tempo dan dia tidak mau menjual barang jaminannya maka hakim berhak

84 atau bahkan diharuskan memaksa ra>hin untuk menjual barang jaminannya sebagai pelunasan hutang. 10 Maka dari itu, apabila dalam praktiknya terjadi suatu permasalahan yang mana ra>hin tidak mampu membayar hutangnya saat jatuh tempo, maka sebaiknya para pihak mengacu kepada ketentuan hukum Islam yaitu melakukan penjualan barang jaminan (sawah) untuk digunakan sebagai pelunasan hutang dari ra>hin kepada murtahin. Memang secara teori yang dijelaskan di atas, jika ra>hin tidak mampu melunasi hutangnya saat jatuh tempo, hal yang seharusnya dilakukan adalah menjual barang jaminan tersebut sebagai alat pelunasan hutang. Namun, penahanan sawah ketika ra>hin tidak mampu melunasi hutangnya saat jatuh tempo yang terjadi di Desa Kebalan Pelang ini merupakan kebiasaan masyarakat sejak lama, dan juga dalam hal kedua belah pihak saling rela jika dilakukan penahanan karena pada dasarnya dalam hal bermuamalah prinsip yang paling penting adalah saling relanya kedua belah pihak sehingga praktik seperti itu diperbolehkan. Adapun kebolehannya hanya sekedar menahan sawah tersebut tanpa berpindahnya kepemilikan, sehingga murtahin tidak berhak memanfaatkan, ataupun menyewakan sawah tersebut. 2. Analisis Berkaitan dengan Ija>rah Adapun berkaitan dengan penyewaan barang jaminan yang dilakukan oleh masyarakat di Desa Kebalan Pelang Kecamatan Babat 10 Wahbah az-zuhaili, Fiqih Islam Wa Adillatuhu, Jilid 6, Penerjemah, Abdul Hayyie al-kattani, dkk,...,256.

85 Kabupaten Lamongan dapat dianalisa menggunakan teori ija>rah, yaitu pemindahan hak guna atas barang atau jasa dalam batasan waktu tertentu melalui pembayaran upah sewa, tanpa diikuti dengan pemindahan hak kepemilikan atas barang. 11 Ija>rah merupakan salah satu transaksi bermuamalah yang diperbolehkan dalam Islam sebagaimana firman Allah Swt sebagai berikut : Kemudian jika mereka menyusukan (anak -anak)mu untukmu Maka berikanlah kepada mereka upahnya. (Q.S. at-thalaq : 6) 12 Dasar kebolehan ija>rah juga dijelaskan pada Hadits Nabi Saw sebagai berikut : أ ع ط و ا الا ج ي ر أ ج ر ه ق ب ل أ ن يج ف ع ر ق ه. (رواه ابن ماجه) Berikanlah upah pekerja sebelum keringatnya kering. (H.R. Ibnu Majah) 13 Dari ayat di atas dijelaskan bahwa diperbolehkan untuk menyewa (jasa) seseorang untuk melakukan atau mengerjakan sesuatu sesuai dengan keinginan penyewa seperti halnya menyusukan anak-anak kepada orang lain, namun setelah itu penyewa haruslah memberikan upah kepada seseorang yang telah engkau sewa (jasanya) dengan patut. 11 Ismail Nawawi, Fiqh Mu amalah...,312. 12 Ibid, 559. 13 Sayyid Sabiq, Fiqih Sunnah...,147.

86 Pada praktik penyewaan barang jaminan itu telah memenuhi rukun ija>rah yakni : a. Orang yang berakad ( mu jir yaitu orang yang memberikan upah dan yang menyewakan dan musta jir yaitu orang yang menerima upah untuk melakukan sesuatu dan yang menyewa sesuatu). b. S{ighat (ijab Kabul) c. Ujrah (upah) d. Barang yang disewakan atau sesuatu yang dikerjakan dalam upah mengupah. 14 Berdasarkan teori dan praktiknya, bahwa itu telah memenuhi rukun dan syarat ija>rah, yakni ada dua orang yang berakad yakni mu jir dan musta jir yaitu disyaratkan seorang yang baligh, berakal, cakap melakukan tasharruf, dan saling meridhai. Allah Swt berfirman: Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu saling memakan harta sesamamu dengan jalan yang batil, kecuali dengan jalan perniagaan yang Berlaku dengan suka sama-suka di antara kamu. (Q.S. an-nisa : 29) 15, Ada ucapan serah terima antara pihak yang menyewakan dengan pihak yang menyewa, ada upah yang diberikan kepada orang yang menyewakan sebesar Rp. 5.000.000,- untuk jangka waktu pemanfaatan 14 Hendi Suhendi, Fiqh Muamalah...,117. 15 Kementerian Agama Republik Indonesia, Al-Qur an dan Terjemahannya,73.

87 selama 3 tahun, dan juga ada barang yang disewakan, yakni berupa sawah. Berdasarkan teori ija>rah diatas dapat dikatakan bahwa penyewaan barang jaminan ini diperbolehkan dan juga sah karena memenuhi semua unsur rukun dan syarat ija>rah, termasuk syarat pelaksanaan akad yang menyatakan bahwa obyek sewa haruslah memiliki hak atau kepemilikan terhadap barangnya. Jika dilihat dari teori hak milik dijelaskan bahwa hak milik terbagi menjadi dua yaitu hak milik ta>m dan juga hak milik na>qis. Untuk permasalahan pada hak milik yang terjadi di Desa Kebalan Pelang ini orang yang menyewakan memang tidak memiliki hak milik secara bendanya ta>m), namun dia mempunyai hak dari sisi memanfaatkan sehingga praktik penyewaan ini sah dan sesuai ketentuan ija>rah. Maka dari itu dapat disimpulkan bahwa penyewaan barang jaminan yang terjadi di Desa Kebalan Pelang Kecamatan Babat Kabupaten Lamongan ini bisa dikatakan sah karena telah sesuai dengan ketentuan ija>rah dan pembolehan itu dikarenakan Bapak Sidik (murtahin) memiliki hak milik na>qis (pemanfaatan) terhadap barang jaminan tersebut.