BAB 1 PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan suatu masa dalam perkembangan hidup manusia. WHO

dokumen-dokumen yang mirip
SKRIPSI. Proposal skripsi. Skripsi ini Disusun untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Ijazah S-1 Kesehatan Masyarakat

BAB 1 PENDAHULUAN. remaja-remaja di Indonesia yaitu dengan berkembang pesatnya teknologi internet

SKRIPSI. Skripsi ini Disusun untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar S1 Kesehatan Masyarakat. Disusun oleh : DYAH ANGGRAINI PUSPITASARI

BAB I PENDAHULUAN. (Soetjiningsih, 2004). Masa remaja merupakan suatu masa yang menjadi

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. alat kelamin atau hal-hal yang berhubungan dengan perkara-perkara. dua orang yang berlainan jenis kelamin (Dariyo, 2004).

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Perilaku seksual merupakan segala tingkah laku yang didorong oleh hasrat

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Masa remaja merupakan masa perubahan atau peralihan dari masa kanak-kanak

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. berbagai tantangan dan masalah karena sifatnya yang sensitif dan rawan

BAB I PENDAHULUAN. yang dapat diwujudkan dalam tingkah laku yang bermacam-macam, mulai dari

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Perilaku kesehatan reproduksi remaja semakin memprihatinkan. Modernisasi,

BAB I PENDAHULUAN. Remaja merupakan masa transisi dari anak-anak menuju dewasa yang

BAB I PENDAHULUAN. melalui perubahan fisik dan psikologis, dari masa kanak-kanak ke masa

BAB I PENDAHULUAN. yang belum menikah cenderung meningkat. Hal ini terbukti dari beberapa

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang masalah. peka adalah permasalahan yang berkaitan dengan tingkat kematangan seksual

BAB 1 PENDAHULUAN. Hubungan karakteristik..., Sarah Dessy Oktavia, FKM UI, 2009 Universitas Indonesia

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Menurut WHO, remaja adalah penduduk dalam rentang usia tahun,

BAB I PENDAHULUAN. dan kreatif sesuai dengan tahap perkembangannya. (Depkes, 2010)

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Masa remaja dikatakan masa yang paling menyenangkan dan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 : PENDAHULUAN. produktif. Apabila seseorang jatuh sakit, seseorang tersebut akan mengalami

BAB I PENDAHULUAN. dewasa yang meliputi semua perkembangannya yang dialami sebagai. persiapan memasuki masa dewasa (Rochmah, 2005). WHO mendefinisikan

BAB 1 PENDAHULUAN. Undang-Undang No.23 Tahun 1992 mendefinisikan bahwa kesehatan

BAB I PENDAHULUAN. dalam tubuh yang mengiringi rangkaian pendewasaan. Pertumbuhan organ-organ

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Remaja merupakan masa peralihan dari anak-anak ke masa dewasa yang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Pada perkembangan zaman saat ini, perilaku berciuman ikut dalam

BAB 1 PENDAHULUAN. yang rata-rata masih usia sekolah telah melakukan hubungan seksual tanpa merasa

FAKTOR FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERILAKU SEKS PRANIKAH PADA SISWA KELAS XI SMK MUHAMMADIYAH 2 BANTUL YOGYAKARTA NASKAH PUBLIKASI

BAB I PENDAHULUAN. Pada masa remaja rasa ingin tahu terhadap masalah seksual sangat penting

BAB 5 HASIL PENELITIAN

BAB 1 PENDAHULUAN. Remaja merupakan masa peralihan dari anak-anak ke masa dewasa,

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja adalah masa peralihan diantara masa kanak-kanak dan dewasa.

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Seksualitas merupakan bagian integral dari kepribadian yang tidak dapat

BAB 1 PENDAHULUAN. Masa remaja adalah masa terjadinya perubahan-perubahan baik perubahan

BAB I PENDAHULUAN. seks mendorong remaja untuk memenuhi kebutuhan seksnya, mereka

BAB I PENDAHULUAN. definisikan sebagai masa peralihan dari masa kanak-kanak ke dewasa. Remaja

BAB I PENDAHULUAN. mengalami transisi dari masa kanak-kanak ke masa dewasa disertai dengan

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja adalah masa transisi dari masa kanak-kanak ke masa dewasa.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. menuju masyarakat modern, yang mengubah norma-norma, nilai-nilai dan gaya

BAB 1 PENDAHULUAN. Y, 2009). Pada dasarnya pendidikan seksual merupakan suatu informasi

BAB I PENDAHULUAN. Remaja adalah masa peralihan dari masa kanak-kanak menuju masa. reproduksi sehingga mempengaruhi terjadinya perubahan perubahan

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan masa peralihan dari masa kanak-kanak ke masa dewasa

BAB 1 PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan masa peralihan dari anak-anak ke masa dewasa.

BAB 1 PENDAHULUAN. ketertarikan mereka terhadap makna dari seks (Hurlock, 1997). media cetak maupun elektronik yang berbau porno (Dianawati, 2006).

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan era global saat ini membawa remaja pada fenomena maraknya

ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga BAB 1 PENDAHULUAN. yang bisa dikatan kecil. Fenomena ini bermula dari trend berpacaran yang telah

BAB I PENDAHULUAN. di Nigeria (79%), Kongo (74%), Afganistan (54%), dan Bangladesh (51%) (WHO,

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Seks bebas atau dalam bahasa populernya disebut extra-marital intercouse

BAB 1 PENDAHULUAN. masa dewasa yang berkisar antara umur 12 tahun sampai 21 tahun. Seorang remaja, memiliki tugas perkembangan dan fase

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH. WHO mendefinisikan, masa remaja (adolence) mulai usia 10 tahun sampai 19

BAB I PENDAHULUAN. dari 33 menjadi 29 aborsi per wanita berusia tahun. Di Asia

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. remaja merupakan masa peralihan dari masa kanak-kanan menuju masa dewasa.

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pemahaman masyarakat tentang seksualitas sampai saat ini masihlah kurang.

KARYA TULIS ILMIAH HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN REMAJA TENTANG KESEHATAN REPRODUKSI DENGAN SIKAP REMAJA TENTANG

BAB 1 PENDAHULUAN. Remaja merupakan masa peralihan dari kanak-kanak ke dewasa yang

BAB I PENDAHULUAN. belahan dunia, tidak terkecuali Indonesia. Tahun 2000 jumlah penduduk

mengenai seksualitas membuat para remaja mencari tahu sendiri dari teman atau

BAB I PENDAHULUAN. setiap individu yaitu merupakan periode transisi dari masa anak-anak ke masa dewasa

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN REMAJA TENTANG KESEHATAN REPRODUKSI DENGAN PERILAKU SEKS BEBAS PADA SISWA KELAS XI SMA NEGERI 6 SURAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang. Di seluruh dunia, lebih dari 1,8 miliar. penduduknya berusia tahun dan 90% diantaranya

BAB I PENDAHULUAN. Remaja merupakan periode transisi antara masa anak-anak ke masa dewasa

BAB I PENDAHULUAN. dapat diabaikan dalam kehidupan manusia. Namun demikian, orang tua masih

SKRIPSI Diajukan UntukMemenuhi Salah Satu Persyaratan Meraih Derajat Sarjana S-1 Keperawatan. Oleh : ROBBI ARSYADANI J

BAB I PENDAHULUAN. akurat khususnya teman (Sarwono, 2006). menarik secara seksual, apakah mereka akan bertumbuh lagi, apakah orang

BAB I PENDAHULUAN. tampak pada pola asuh yang diterapkan orang tuanya sehingga menjadi anak

BAB I PENDAHULUAN. dengan orang lain, perubahan nilai dan kebanyakan remaja memiliki dua

BAB 1 PENDAHULUAN. orang-orang yang lebih tua melainkan berada dalam tingkatan yang sama

BAB I PENDAHULUAN. penerus bangsa diharapkan memiliki perilaku hidup sehat sesuai dengan Visi Indonesia Sehat

BAB I PENDAHULUAN. perubahan fisik, emosi dan psikis. Masa remaja, yaitu tahun, adalah. disebut masa remaja. (Widyastuti, 2009).

BAB V PENUTUP. dalam arti dia memiliki penyesuaian sosial (social adjustment) yang tepat.

BAB I PENDAHULUAN. ketergantungan sosial-ekonomi secara total ke arah ketergantungan yang

BAB I PENDAHULUAN. remaja awal/early adolescence (10-13 tahun), remaja menengah/middle

UKDW BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Penyakit Menular Seksual adalah penyakit yang penularannya terutama

BAB I PENDAHULUAN. remaja. Kelompok usia remaja menurut WHO (World Health Organization) adalah kelompok umur tahun (Sarwono, 2008).

Dinamika Kebidanan vol. 2 no. 1. Januari 2012 STUDI DISKRIPTIF TENTANG GAYA PACARAN SISWA SMA KOTA SEMARANG. Asih Nurul Aini.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. negara-negara Barat, istilah remaja dikenal dengan adolescence yang berasal

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. menikmati masa remajanya dengan baik dan membahagiakan, sebab tidak jarang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. terjadinya peningkatan minat dan motivasi terhadap seksualitas. Hal ini dapat

BAB I PENDAHULUAN. Terjadinya kematangan seksual atau alat-alat reproduksi yang berkaitan dengan sistem

Untuk memenuhi sebagian persyaratan Meraih Derajat Sarjana S-1 Keperawatan. Disusun oleh : PUJI YATMI J

BAB I PENDAHULUAN. atau peralihan dari masa kanak-kanak ke masa dewasa yang meliputi

BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang Masalah Masa remaja merupakan salah satu fase krusial dalam

BAB 1 PENDAHULUAN. 1 Universitas Indonesia. Aspek biopsikososial higiene...irmatri Ariyani, FKM UI, 2009

BAB 1 PENDAHULUAN. Konsep diri adalah cara individu dalam melihat pribadinya secara utuh,

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dimasyarakat pada saat ini melalui media-media seperti televisi, koran, radio dan

BAB 1 PENDAHULUAN. berbagai pengenalan akan hal-hal baru sebagai bekal untuk mengisi kehidupan

BAB I PENDAHULUAN. A.Latar Belakang. Remaja adalah mereka yang berusia diantara tahun dan merupakan

BAB I PENDAHULUAN. untuk dibicarakan. Hal ini dimungkinkan karena permasalahan seksual telah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

Rina Indah Agustina ABSTRAK

BAB I PENDAHULUAN. habis-habisnya mengenai misteri seks. Mereka bertanya-tanya, apakah

BAB I PENDAHULUAN. muda). Diantaranya adalah keguguran,persalinan premature, BBLR, kelainan

BAB I PENDAHULUAN. dasarnya manusia tidak dapat hidup sendiri tanpa orang lain, maka mereka

BAB I PENDAHULUAN. Periode perkembangan manusia terdiri atas tiga yaitu masa anak-anak,

Transkripsi:

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masa remaja merupakan suatu masa dalam perkembangan hidup manusia. WHO mendefinisikan, masa remaja (adolescence) di mulai sejak usia 10 tahun sampai 19 tahun. Salah satu bentuk perkembangan yang menonjol pada masa remaja, yaitu terjadi perubahan-perubahan fisik yang mempengaruhi pula perkembangan kehidupan seksualnya. Utomo (2003), mengungkapkan bahwa jumlah remaja di Indonesia pada tahun 2000 ialah sebesar 43,3 juta (sekitar 21% dari total populasi), dan mereka berusia antara 15-24 tahun. Handajani (2001), menyatakan bahwa perkembangan arus informasi dan globalisasi serta budaya kebebasan yang semakin luas pada saat ini mempengaruhi dan mendorong para remaja untuk melakukan perbuatan- perbuatan yang negatif, salah satu diantaranya ialah mengenai perilaku seksual tidak aman di kalangan remaja. Adanya dorongan seksual akibat kumulasi dari informasi yang merangsang organ dan fungsi reproduksi, disertai kurangnya pembekalan mental, moral, dan tata nilai serta etika, dapat mengakibatkan remaja aktif seksual sebelum mereka mencapai kematangan mental dan sosial. Keadaan tersebut mendorong remaja untuk melakukan hubungan seksual di luar nikah dan lebih lanjut lagi menyebabkan timbulnya kehamilan yang tidak diinginkan serta upaya untuk melakukan pengguguran kandungan. 1

Suatu survei yang dilakukan pada beberapa negara maju menunjukkan bahwa Amerika Serikat mempunyai angka kehamilan remaja (usia 15-19 tahun) yang cukup tinggi. Santrock (2001), menyatakan bahwa setiap tahun 500.000 remaja Amerika Serikat hamil dan 70% diantara mereka belum menikah, kemudian lebih dari 200.000 wanita di Amerika Serikat memiliki anak sebelum usia delapan belas tahun. Angka ini dua kali lipat lebih dari Inggris, Prancis, dan Kanada, tiga kali lipat dari Swedia, serta sembilan kali lipat dari negeri Belanda dan Jepang. Pangkahila (1997), menyatakan bahwa sejak lebih dari satu dekade terakhir ini telah terjadi perubahan dalam pandangan dan perilaku seks di kalangan remaja di Indonesia dan hasil penelitian telah menunjukkan adanya perubahan tersebut. Pola pergaulan menjadi semakin bebas yang didukung oleh fasilitas, aktivitas seksual mudah dilakukan, bahkan mudah berlanjut menjadi hubungan seksual. Damayanti (2006), dalam penelitiannya yang dilakukan pada 119 sekolah dengan jumlah responden sebanyak 8941 siswa, menyatakan bahwa prevalensi perilaku seks pranikah pada remaja SLTA di DKI ialah sebesar 3,2% yaitu 1,8% untuk perempuan dan 4,3% untuk laki-laki melakukan hubungan seks pranikah. Dalam hal ini, dapat diketahui bahwa remaja lakilaki dua kali lipat berperilaku seks pranikah dibandingkan dengan remaja perempuan. Hasil penelitian di DKI Jaya dan DI Yogyakarta menunjukkan bahwa dari responden yang berjumlah 3967 yang pernah menyatakan pacaran adalah sebanyak 62,7% dan usia mulai pacaran berumur antara 15-19 tahun sebesar 78,4%; pada umur 10-14 tahun sebesar 19,6%. Adapun perilaku atau tindakan yang dilakukan oleh remaja tersebut pada waktu pacaran yaitu sebanyak 41,4% mengaku hanya berkunjung ke rumah dan bercanda; 37,4% menyatakan cium pipi, cium bibir dan yang menyatakan pernah senggama 4,1%. Dari yang pernah menyatakan bersenggama dilakukan pertama 2

kali pada usia 15-19 tahun menunjukkan 49,8%. Pasangan yang mengaku melakukan dengan pacarnya sebanyak 37,5%; sedangkan dengan WTS (pelacur) sebanyak 20,8%. Tempat melakukan senggama responden menyatakan 31,1% di hotel/ motel dan di rumah sendiri/pacar sebanyak 28,1%. Sebagian besar dari mereka (80,5%) mengetahui akibat buruk melakukan senggama, yaitu bisa menyebabkan kehamilan pada wanita yang melakukannya. Alasan mereka melakukan senggama, karena suka sama suka yaitu sebanyak 75,8% dan 6,1% diantaranya menyatakan karena dibohongi (Bandi dkk, 1991). Ada banyak faktor yang menjadi penyebab dari kompleksnya persoalan kesehatan reproduksi remaja tersebut. Faktor-faktor yang mempengaruhi antara lain kurangnya informasi yang baik dan benar yang dapat di akses remaja, tidak adanya pendidikan seks yang memadai bagi anak dan remaja di keluarga maupun sekolah, adanya anggapan umum yang salah terhadap seksualitas dan kesehatan reproduksi, tabu-tabu yang menyertai mengenai seks, keterbatasan kemampuan dan keberanian orang-orang dewasa serta pihak-pihak yang bertanggung jawab untuk berkomunikasi mengenai seksualitas dan kesehatan reproduksi pada remaja. Sumber informasi seks terbanyak bagi remaja adalah kelompok sebaya, sebagian kecil akurat namun sebagian besar tidak akurat dan keliru, informasi kelompok sebaya cenderung memberi motivasi untuk melakukan kegiatan seks (Ajik, 1993). Hal tersebut juga didukung oleh hasil penelitian Handajani (2001), bahwa sumber informasi terbanyak mengenai seks adalah dari teman (77,5%), kemudian dari media elektronik dan cetak (63,75% dan 41,25%) dan diantara responden yang mendapat informasi dari media elektronik, 6,25% mendapat informasi tersebut dari blue film. 3

Khisbiyah dkk (1997), mengungkapkan bahwa perubahan-perubahan mendasar dalam sikap dan perilaku seksual reproduksi di kalangan remaja telah menjadi satu masalah sosial yang memprihatinkan masyarakat indonesia, terutama dalam satu dekade terakhir ini. Ada beberapa akibat negatif yang ditimbulkan jika remaja mengalami kehamilan pranikah, yang diantaranya adalah anemia, persalinan prematur, kematian bayi dalam kandungan dan penyakit kelamin. Dari segi sosial remaja akan merasa malu, menghadapi sikap keluarga dan masyarakat yang negatif, trauma psikis, dan sebagainya (Ajik, 1995). Penanganan masalah kesehatan reproduksi remaja tidak dapat dipisahkan dari kesehatan remaja secara keseluruhan karena masalah-masalah tersebut biasanya diawali oleh sikap dan perilaku seks yang tidak sehat. 1.2 Rumusan Masalah Pacaran merupakan awal hubungan dekat bagi remaja yang berlainan jenis kelamin. Tanpa adanya komitmen yang jelas mengenai batasan pacaran, terkadang tanpa disadari atau direncanakan remaja dapat terbawa untuk melakukan hubungan seksual dengan pacarnya sebelum mereka menikah. Semakin meningkatnya hubungan seks pranikah dikalangan remaja, mendorong penulis untuk meneliti bagaimana perilaku pacaran serta sikap permisif mereka terhadap hubungan seks pra nikah dan faktor-faktor lain yang mempengaruhi perilaku tersebut, terutama mengenai pengaruh teman sebaya, pengaruh media pornografi, serta tingkat pengetahuan mereka tentang seks. Dalam hal ini, penulis melakukan penelitian mengenai perilaku pacaran di kalangan remaja yaitu khususnya pada siswa-siswi kelas 1 dan kelas 2 SMA PATRIOT Bekasi, pada bulan Mei 2008. 4

1.3 Pertanyaan Penelitian 1.3.1 Bagaimanakah gambaran perilaku pacaran pada remaja di SMA PATRIOT Bekasi? 1.3.2 Bagaimanakah hubungan antara umur dengan perilaku pacaran pada remaja di SMA PATRIOT Bekasi? 1.3.3 Bagaimanakah hubungan antara jenis kelamin dengan perilaku pacaran pada remaja di SMA PATRIOT Bekasi? 1.3.4 Bagaimanakah hubungan antara pengaruh teman sebaya dengan perilaku pacaran pada remaja di SMA PATRIOT Bekasi? 1.3.5 Bagaimanakah hubungan antara media pornografi dengan perilaku pacaran pada remaja di SMA PATRIOT Bekasi? 1.3.6 Bagaimanakah hubungan antara pengetahuan seks dengan perilaku pacaran pada remaja di SMA PATRIOT Bekasi? 1.3.7 Bagaimanakah hubungan antara sikap permisif dengan perilaku pacaran pada remaja di SMA PATRIOT Bekasi? 1.4 Tujuan Penelitian 1.4.1 Tujuan Umum Mengetahui hubungan antara pengaruh faktor lingkungan terhadap perilaku pacaran pada remaja di SMA PATRIOT Bekasi tahun 2008. 5

1.4.2 Tujuan Khusus 1. Mengetahui gambaran perilaku pacaran pada remaja di SMA PATRIOT Bekasi. 2. Mengetahui hubungan antara umur dengan perilaku pacaran pada remaja di SMA PATRIOT Bekasi 3. Mengetahui hubungan antara jenis kelamin dengan perilaku pacaran pada remaja di SMA PATRIOT Bekasi 4. Mengetahui hubungan antara pengaruh teman sebaya dengan perilaku pacaran pada remaja di SMA PATRIOT Bekasi. 5. Mengetahui hubungan antara media pornografi dengan perilaku pacaran pada remaja di SMA PATRIOT Bekasi. 6. Mengetahui hubungan antara pengetahuan seks dengan perilaku pacaran pada remaja di SMA PATRIOT Bekasi. 7. Mengetahui hubungan antara sikap permisif dengan perilaku pacaran pada remaja di SMA PATRIOT Bekasi. 1.5 Manfaat Penelitian 1.5.1 Manfaat untuk Penulis Sebagai syarat pemenuhan tugas akhir dalam menyelesaikan Pendidikan Program Sarjana di Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia dan merupakan kesempatan bagi penulis untuk menambah wawasan serta pengetahuan dengan cara menerapkan langsung ilmu yang diperoleh selama masa perkuliahan. 6

1.5.2 Manfaat untuk siswa-siswi SMA PATRIOT Bekasi Dapat digunakan sebagai masukan serta informasi dan menambah pengetahuan mengenai hal- hal yang berhubungan dengan perilaku pacaran yang cenderung beresiko pada remaja (mengarah pada perilaku seks pranikah), agar di kemudian hari dapat menghindari perilaku yang merugikan tersebut. 1.5.3 Manfaat untuk SMA PATRIOT Bekasi Dapat digunakan sebagai masukan serta informasi bagi pihak sekolah tekait dengan masalah kesehatan serta penanganan mengenai perilaku pacaran remaja yang cenderung mengarah pada hubungan seks pranikah, karena sekolah merupakan institusi yang potensial untuk menerapkan program intervensi bagi remaja. Selain itu juga dapat meningkatkan mutu pendidikan secara optimal dan memiliki siswa-siswi yang berkualitas. 1.5.4 Manfaat untuk FKM-UI Dapat dijadikan sebagai tambahan bahan referensi serta masukan untuk melakukan pengembangan penelitian kesehatan sejenis dimasa yang akan datang. 1.6 Ruang Lingkup Penelitian Penelitian ini dilakukan untuk melihat hubungan antara pengaruh faktor lingkungan terhadap perilaku pacaran pada remaja. Penelitian dilakukan pada bulan mei 2008 di SMA PATRIOT Bekasi. Objek penelitian masalah ini adalah para siswa-siswi kelas 1 dan kelas 2 SMA yang berusia sekitar 15-19 tahun, yang merupakan bagian dari 7

kelompok usia remaja, siswa- siswi kelas 3 dalam penelitian ini tidak diikutsertakan karena sedang melaksanakan ujian akhir nasional. SMA PATRIOT Bekasi merupakan salah satu sarana pendidikan, dimana komunitasnya mencakup para remaja yang sangat rentan akan berbagai hal negatif, terutama mengenai masalah perilaku pacaran pada remaja. Dalam hal ini penulis menggunakan rancangan cross sectional, dimana rancangan tersebut merupakan salah satu metoda penelitian survei analitik yaitu suatu penelitian untuk mempelajari hubungan antara faktor resiko (variabel independen) dengan faktor efek (variabel dependen), cara pengumpulan data pada penelitian ini baik variabel dependen & variabel independen dilakukan secara bersamaan. 8