2017, No sesuai dengan kebutuhan, maka perlu dibentuk Satuan Tugas Penanganan Masalah Perempuan dan Anak; e. berdasarkan pertimbangan sebagaim

dokumen-dokumen yang mirip
2017, No Kelola Unit Pelaksana Teknis Perlindungan Perempuan dan Anak; Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan An

2016, No atas Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 58, Tambahan

2016, No d. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a, huruf b, dan huruf c, perlu menetapkan Peraturan Menteri Pember

2017, No Indonesia Tahun 2002 Nomor 109, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4235), sebagaimana telah beberapa kali diubah, tera

MENTERI PEMBERDAYAAN PEREMPUAN DAN PERLINDUNGAN ANAK REPUBLIK INDONESIA

MENTERI PEMBERDAYAAN PEREMPUAN DAN PERLINDUNGAN ANAK REPUBLIK INDONESIA

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA BADAN KOORDINASI PENANAMAN MODAL REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA BADAN KOORDINASI PENANAMAN MODAL REPUBLIK INDONESIA,

2017, No Peraturan Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal tentang Perubahan atas Peraturan Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal Nomor 7 Tah

PERATURAN MENTERI PEMBERDAYAAN PEREMPUAN DAN PERLINDUNGAN ANAK REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 2015

2016, No Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2009 tentang Kesejahteraan Sosial (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 12, Tambahan L

2017, No d. bahwa upaya untuk memenuhi hak serta mempercepat perlindungan khusus bagi anak penyandang disabilitas perlu dikoordinasikan dengan

2016, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2003 Nomor 47, Tam

2017, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 39 Tahun 2008 tentang Kementerian Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 166

MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 46 TAHUN 2016 TENTANG LAPORAN KEPALA DESA

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA DAN REFORMASI BIROKRASI REPUBLIK INDONESIA,

2017, No Peraturan Menteri Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak tentang Perubahan atas Peraturan Menteri Pemberdayaan Perempuan dan Per

2017, No Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2009 tentang Pelayanan Publik (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 112, Tambahan Lemba

2017, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 28 Tahun 1999 tentang Penyelenggara Negara yang Bersih dan Bebas dari Korupsi, Kolusi dan Nepotisme

2016, No Indonesia Tahun 2009 Nomor 12, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4967); 3. Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2012 tentang Pen

- 1 - MENTERI DESA, PEMBANGUNAN DAERAH TERTINGGAL, DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA

2016, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 144, Tambahan

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

2017, No Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 244, Tambahan

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

2017, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 39 Tahun 2008 tentang Kementerian Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 166,

2017, No BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Peraturan Pemerintah ini yang dimaksud dengan: 1. Sistem Peradilan Pidana Anak adalah keseluruhan pr

2016, No Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4421); 3. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2007 tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasion

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN 2008 TENTANG

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

2016, No Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 244, Tambahan Lem

MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 33 TAHUN 2011 TENTANG

2017, No Undang-undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 N

MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2 TAHUN 2017 TENTANG STANDAR PELAYANAN MINIMAL DESA

MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 33 TAHUN 2011 TENTANG

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

2016, No (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 33, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4700); 4. Undang-Und

2016, No Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia; Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 28 Tahun 1999 tentang Penyelenggaraan Negara yang Bersih

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA

2017, No Indonesia Tahun 2014 Nomor 244, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5587) sebagaimana telah diubah beberapa kali terakhir

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN 2008 TENTANG

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

2017, No Perekonomian selaku Ketua Pengarah Tim Koordinasi Nasional Pengelolaan Ekosistem Mangrove Nasional; c. bahwa berdasarkan pertimbanga

PERATURAN MENTERI SOSIAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 15 TAHUN 2014 TENTANG

-2-3. Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2003 Nomor 39, Tambahan Lembaran Negara Repu

2015, No Undang-Undang Nomor 39 Tahun 2008 tentang Kementerian Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 166, Tambahan Lembar

2016, No Peraturan Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Nomor 29 Tahun 2015 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Hukum dan Hak Asas

2016, No Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak Nomor 16 Tahun 2012 tentang Penetapan Peringkat Jabatan di Lingkungan Kementerian Pemberd

2016, No Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 58, Tambahan Lembaran Neg

-2- Nomor 20 Tahun 2001 tentang Perubahan atas UndangUndang Nomor 31 Tahun 1999 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi (Lembaran Negara Republik

PERATURAN BUPATI PANDEGLANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PANDEGLANG,

2018, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 144, Tambahan

2017, No Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2009 tentang Kesejahteraan Sosial (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 12, Tambahan Le

2016, No tentang Perubahan Kedua atas Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia T

MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA

2017, No Transfer ke Daerah dan Dana Desa, persetujuan atas pembagian Dana Bagi Hasil Cukai Hasil Tembakau untuk provinsi/kabupaten/kota yang d

2016, No Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 5, Tambahan Lem

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA BADAN NARKOTIKA NASIONAL REPUBLIK INDONESIA,

- 1 - DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA,

2018, No Menteri Dalam Negeri tentang Kewaspadaan Dini di Daerah; Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 39 Tahun 2008 tentang Kementerian Negara (

2018, No Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2011 tentang Bantuan Hukum (Lembaran Negara Republik Tahun 2011 Nomor 104, Tambahan Lembaran Negara Re

2017, No Negara Republik Indonesia Nomor 4916); 2. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Ind

2016, No (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2011 Nomor 8, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5189); 2. Undang-Undang 15 T

2017, No Republik Indonesia Nomor 3676); 2. Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009

MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA

KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 23 TAHUN 2017 TENTANG TIM PENGENDALIAN INFLASI NASIONAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

2016, No Nomor 144, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5063); 2. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Da

2016, No provinsi/kabupaten/kota ditetapkan dengan Peraturan Menteri Keuangan; c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam hur

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 45 TAHUN 2013 TENTANG KOORDINASI PEMULANGAN TENAGA KERJA INDONESIA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

2017, No c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a dan huruf b, perlu menetapkan Peraturan Menteri Kesehatan tenta

BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA

MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 61 TAHUN 2016 TENTANG KOMISI PERLINDUNGAN ANAK INDONESIA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN KEPALA BADAN NARKOTIKA NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 5 TAHUN 2016 TENTANG KLASIFIKASI ARSIP BADAN NARKOTIKA NASIONAL

2016, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 43 Tahun 2009 tentang Kearsipan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 152, Tambahan L

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

2017, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 22

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 65 TAHUN 2015 TENTANG

2016, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 27 Tahun 2007 tentang Pengelolaan Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil (Lembaran Negara Republik I

2 BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Peraturan Pemerintah ini yang dimaksud dengan: 1. Sistem Peradilan Pidana Anak adalah keseluruhan proses penyeles

2017, No e. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a sampai dengan huruf d, perlu menetapkan Peraturan Komisi Nasional

-2- Pasal 68 ayat huruf c dan Pasal 69 ayat UndangUndang Nomor 41 Tahun 1999 tentang Kehutanan sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 19

2016, No Negara Republik Indonesia Nomor 5062); 2. Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 2010 tentang Badan Narkotika Nasional;

2017, No Republik Indonesia Nomor 4916); 3. Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor

2016, No Indonesia Tahun 2009 Nomor 12, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4967); 2. Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2011 tentang Pe

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

2017, No Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 244, Tambahan Le

2017, No Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 216, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5584); 4. Undang-Undang Nomor 23 Tah

2017, No Indonesia Tahun 2011 Nomor 83, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5235); 3. Peraturan Presiden Nomor 7 Tahun 2015 tent

MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 42 TAHUN 2010 TENTANG

RANCANGAN PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 33 TAHUN 2016 TENTANG PENYELENGGARAAN UJI MUTU OBAT PADA INSTALASI FARMASI PEMERINTAH

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 56 TAHUN 2010 TENTANG TATA CARA PENGAWASAN TERHADAP UPAYA PENGHAPUSAN DISKRIMINASI RAS DAN ETNIS

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA,

2017, No Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2014 tentang Kelautan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 294, Tambahan Lembaran Ne

2015, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 31 Tahun 1999 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahu

PEMERINTAH PROVINSI JAWA TENGAH

Transkripsi:

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.1154, 2017 KEMENPP-PA. Satuan Tugas Penanganan Masalah Perempuan dan Anak. PERATURAN MENTERI PEMBERDAYAAN PEREMPUAN DAN PERLINDUNGAN ANAK REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 2017 TENTANG SATUAN TUGAS PENANGANAN MASALAH PEREMPUAN DAN ANAK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PEMBERDAYAAN PEREMPUAN DAN PERLINDUNGAN ANAK REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa perempuan dan anak berhak memperoleh kemudahan dan perlakuan khusus untuk mendapatkan layanan yang dibutuhkan b. bahwa peraturan perundang-undangan yang dimaksudkan melindungi perempuan dan anak-anak mewajibkan pemerintah dan pemerintah daerah untuk memberikan layanan yang dibutuhkan bagi perempuan dan anak yang mengalami permasalahan; c. bahwa lembaga layanan memberikan layanan terhadap perempuan dan anak yang telah dibentuk di daerah belum optimal dalam memberikan layanan karena kendala lokasi korban yang jauh dan belum semua melakukan penjangkauan dan identifikasi kebutuhan korban; d. bahwa untuk membantu organisasi layanan perempuan dan anak yang telah dibentuk pemerintah daerah dalam memberikan layanan terhadap perempuan dan anak

2017, No.1154-2- sesuai dengan kebutuhan, maka perlu dibentuk Satuan Tugas Penanganan Masalah Perempuan dan Anak; e. berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a, huruf b, dan huruf c, perlu menetapkan Peraturan Menteri Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak tentang Satuan Tugas Penanganan Masalah Perempuan dan Anak; Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2002 Nomor 109, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4235) sebagaimana sebagaimana telah diubah beberapa kali, terakhir dengan Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2016 tentang Penetapan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2016 tentang Perubahan Kedua atas Undang Undang Nomor 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak menjadi Undang Undang (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 237, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5946); 2. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2004 tentang Penghapusan Kekerasan dalam Rumah Tangga (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 95, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4419); 3. Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2007 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Perdagangan Orang (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 58, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4720); 4. Undang-Undang Nomor 44 Tahun 2008 tentang Pornografi (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 181, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4928);

-3-2017, No.1154 MEMUTUSKAN: Menetapkan : PERATURAN MENTERI PEMBERDAYAAN PEREMPUAN DAN PERLINDUNGAN ANAK TENTANG SATUAN TUGAS PENANGANAN MASALAH PEREMPUAN DAN ANAK. BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam ketentuan ini yang dimaksud dengan: 1. Satuan Tugas Penanganan Masalah Perempuan dan Anak yang selanjutnya disebut Satgas PPA adalah satuan tugas yang dibentuk untuk menangani masalah perempuan dan anak yang dilaporkan ke organisasi layanan perempuan dan anak yang telah dibentuk pemerintah daerah. 2. Anak adalah seseorang yang belum berusia 18 (delapan belas) tahun, termasuk anak yang masih dalam kandungan. 3. Penjangkauan adalah tindakan untuk merespon adanya laporan dugaan permasalahan perempuan dan anak yang perlu dibuktikan guna memastikan kebenaran kasus serta untuk ditindaklanjuti. 4. Identifikasi adalah kegiatan yang mencari, menemukan, mengumpulkan, meneliti, mencatat data dan informasi dari kebutuhan perempuan dan anak yang mengalami permasalahan. 5. Menteri adalah menteri yang menyelenggarakan urusan pemerintahan di bidang pemberdayaan perempuan dan perlindungan anak. Pasal 2 Satgas PPA sebagai pedoman bagi pemerintah daerah provinsi dan kabupaten/kota dan pemerintah desa yang akan membentuk Satgas PPA di daerah.

2017, No.1154-4- BAB II KEDUDUKAN DAN TUGAS Pasal 3 Satgas PPA berkedudukan di Ibu Kota provinsi, kabupaten/kota atau di desa. Pasal 4 (1) Kedudukan Satgas PPA tingkat provinsi berada di bawah koordinasi kepala dinas yang menyelenggarakan urusan pemerintahan daerah di bidang pemberdayaan perempuan dan perlindungan anak tingkat provinsi. (2) Kedudukan Satgas PPA tingkat kabupaten/kota berada di bawah koordinasi kepala dinas yang menyelenggarakan urusan pemerintahan daerah di bidang pemberdayaan perempuan dan perlindungan anak tingkat kabupaten/kota. (3) Kedudukan Satgas PPA tingkat desa berada di bawah koordinasi Kepala Desa. Pasal 5 Satgas PPA mempunyai tugas untuk membantu organisasi layanan perempuan dan Anak yang telah dibentuk pemerintah daerah untuk menangani masalah perempuan dan Anak di daerah. Pasal 6 Dalam melaksanakan tugasnya sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 Satgas PPA mempunyai fungsi: a. melakukan penjangkauan terhadap perempuan dan Anak yang mengalami permasalahan di daerahnya; b. melakukan Identifikasi kondisi dan layanan yang dibutuhkan perempuan dan Anak yang mengalami permasalahan; c. melindungi perempuan dan Anak dari di lokasi kejadian dari hal yang dapat membahayakan dirinya;

-5-2017, No.1154 d. menempatkan dan mengungsikan perempuan dan Anak yang mengalami permasalahan; dan e. melakukan rekomendasi kepada organisasi layanan perempuan dan Anak yang dibentuk daerah untuk mendapatkan layanan lebih lanjut. BAB III PEMBENTUKAN DAN KEANGGOTAAN SATGAS PPA Pasal 7 (1) Satgas PPA di tingkat provinsi ditetapkan oleh Gubernur. (2) Satgas PPA di tingkat kabupaten/kota ditetapkan oleh Bupati/Walikota. (3) Satgas PPA di tingkat desa ditetapkan oleh Kepala Desa. Pasal 8 (1) Sebelum membentuk Satgas PPA, Gubernur/Bupati/ Walikota/Kepala Desa dapat melakukan analisa kebutuhan. (2) Analisa kebutuhan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan dengan: a. penelaahan atau masukan lebih rinci tentang kebutuhan dan kemampuan terwujudnya adanya Satgas PPA; b. menggali potensi yang ada dari masyarakat untuk menentukan terbentuknya Satgas PPA; dan c. mengetahui tantangan dan hambatan yang mungkin terjadi dalam pelaksanaan tugas Satgas PPA. Pasal 9 Keanggotaan Satgas PPA terdiri atas: a. 1 (satu) orang Ketua; b. 1 (satu) orang Wakil Ketua; dan c. Anggota.

2017, No.1154-6- Pasal 10 Ketua sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 huruf a mempunyai tugas: a. mengoordinasikan untuk meningkatkan keterpaduan pelaksanaan tugas Satgas PPA; b. memantau dan mengevaluasi hasil kerja anggota Satgas PPA; dan c. melaporkan pelaksanaan tugas Satgas PPA kepada organisasi layanan perempuan dan Anak di daerah. Pasal 11 Wakil Ketua sebagaimana dimaksud dalam pasal 9 huruf b mempunyai tugas: a. membantu pelaksanaan tugas dari Ketua Satgas PPA; dan b. melaksanakan tugas-tugas lain yang diperintahkan oleh Ketua Satgas PPA. Pasal 12 Keanggotaan Satgas PPA berasal dari unsur masyarakat seperti keluarga, lembaga swadaya masyarakat, tokoh agama, tokoh masyarakat, organisasi masyarakat, tokoh adat, pengacara, psikolog, pekerja sosial, tenaga kesehatan, psikiater, atau anggota satgas lain terkait perempuan dan Anak yang telah dibentuk di daerah. Pasal 13 Ketentuan pembentukan Satgas PPA lebih lanjut diatur dengan petunjuk teknis pembentukan Satgas PPA. BAB IV MEKANISME KERJA Pasal 14 (1) Perempuan dan Anak yang mengalami permasalahan, menyampaikan kasus yang dialami kepada Satgas PPA atau kepada organisasi layanan perempuan dan Anak yang

-7-2017, No.1154 dibentuk pemerintah daerah untuk dibantu penyelesaiannya. (2) Dalam hal perempuan dan Anak yang mengalami permasalahan melaporkan kepada anggota Satgas PPA sebagaimana yang dimaksud pada ayat (1), maka anggota Satgas PPA menyampaikan kepada organisasi layanan perempuan dan Anak yang dibentuk pemerintah daerah. (3) Setelah menerima pengaduan permasalahan perempuan dan Anak baik dari korban atau dari anggota Satgas PPA, organisasi layanan perempuan dan Anak yang dibentuk pemerintah daerah melakukan analisis permasalahan perempuan dan Anak yang dilaporkan. Pasal 15 (1) Dalam hal diperlukan Penjangkauan, organisasi layanan perempuan dan Anak yang dibentuk pemerintah daerah dapat memerintahkan Satgas PPA untuk melakukan Penjangkauan dengan mengeluarkan surat penugasan kepada anggota Satgas PPA. (2) Dalam melakukan Penjangkauan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) Satgas PPA: a. memastikan alamat rumah korban; b. membawa surat penugasan; c. berkoordinasi dengan pihak ketua Rukun Tetangga, Rukun Warga, atau Kepolisian bila diperlukan. Pasal 16 Dalam melakukan Identifikasi perempuan dan Anak yang mengalami permasalahan, Satgas PPA melakukan: a. wawancara; dan b. observasi korban. Pasal 17 Dalam hal korban anak, Satgas PPA melakukan identifikasi kebutuhan anak dengan mempertimbangkan kelangsungan hidup dan tumbuh kembang anak.

2017, No.1154-8- Pasal 18 (1) Satgas PPA dalam melakukan wawancara sebagaimana dimaksud dalam Pasal 16 dilakukan untuk: a. memastikan perempuan dan Anak merupakan korban; b. memperoleh informasi proses terjadinya permasalahan perempuan dan Anak; c. mengetahui keluhan yang dialami; dan d. mengetahui penanganan yang telah diperoleh. (2) Wawancara sebagaimana dimaskud pada ayat (1) dapat dilakukan secara terpisah dari pengantar, pendamping atau suami dengan membandingkan dengan keterangan pengantar. Pasal 19 Ketentuan mengenai wawancara terhadap perempuan dan Anak yang mengalami permasalahan diatur lebih lanjut dengan instrumen wawancara Satgas PPA. Pasal 20 Satgas PPA dalam melakukan observasi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 16 dilakukan untuk mengetahui: a. kondisi kesehatan fisik dan psikis perempuan dan Anak yang mengalami permasalahan; b. tindakan medis yang perlu diberikan; dan c. dampak dari permasalahan yang dihadapi. Pasal 21 Hasil Penjangkauan dan Identifikasi perempuan dan Anak yang mengalami permasalahan yang dilakukan satgas PPA sebagaimana dimaksud dalam Pasal 16 dilaporkan dan direkomendasi kepada organisasi layanan perempuan dan Anak yang dibentuk pemerintah daerah untuk ditindaklanjuti.

-9-2017, No.1154 Pasal 22 Ketentuan mengenai mekanisme layanan Satgas PPA kepada perempuan dan Anak yang mengalami permasalahan diatur lebih lanjut dalam Standar Layanan Satgas PPA. BAB V PEMBINAAN Pasal 23 (1) Dalam rangka pembinaan terhadap Satgas PPA, Menteri dapat : a. memberikan pelatihan kepada anggota Satgas PPA; b. memfasilitasi terselenggaranya rapat koordinasi Satgas PPA tingkat provinsi yang melibatkan Satgas PPA tingkat kabupaten/kota; c. memberikan bimbingan, pemantauan dan supervisi tentang pelaksanaan tugas dan fungsi Satgas PPA tingkat provinsi; d. memberikan pendanaan untuk Penjangkauan dan Identifikasi kebutuhan korban untuk Satgas PPA provinsi; dan e. evaluasi kinerja Satgas PPA tingkat provinsi dan kabupaten/kota. (2) Dalam memberikan bimbingan, sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a mencakup aspek tata laksana, kualitas, dan pengendalian. (3) Pemantauan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a dilakukan secara berkesinambungan dengan cara : a. pengisian kuisioner; b. wawancara; c. meminta laporan tertulis dari Satgas PPA terkait dengan kasus perempuan dan Anak yang dimintakan Penjangkauan dan Identifikasi atau kasus yang banyak dibicarakan di masyarakat; d. rapat kerja; atau e. rapat koordinasi.

2017, No.1154-10- (4) Pemantauan dapat dilakukan dengan menggunakan sarana media yang ada dalam bentuk whatsapp, telepon, email. Pasal 24 (1) Kepala Dinas yang menyelenggarakan urusan pemerintahan di bidang pemberdayaan perempuan dan perlindungan anak di tingkat provinsi : a. memberikan informasi kepada masyarakat terkait keberadaan Satgas PPA; b. mengupayakan rapat koordinasi Satgas PPA tingkat provinsi yang melibatkan Satgas PPA tingkat kabupaten/kota/desa; c. melakukan pemantauan dan supervisi kepada anggota Satgas PPA tingkat provinsi/kabupaten/ kota; dan d. melakukan evaluasi kinerja Satgas PPA tingkat provinsi/kabupaten/kota. (2) Dalam melakukan pemantauan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf c dilakukan secara berkesinambungan dengan cara : a. pengisian kuisioner; b. wawancara; dan c. meminta laporan tertulis dari Satgas PPA terkait dengan kasus perempuan dan Anak yang dimintakan Penjangkauan dan Identifikasi. (3) Pemantauan dapat dilakukan dengan menggunakan sarana media komunikasi yang ada. (4) Dalam melakukan evaluasi kinerja organisasi layanan perempuan dan Anak yang dibentuk oleh pemerintah daerah sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b dilakukan paling sedikit 1 (satu) kali dalam 1 (satu) tahun yang hasilnya digunakan sebagai dasar pertimbangan untuk perbaikan kerja Satgas PPA selanjutnya. Pasal 25 (1) Kepala Dinas yang menyelenggarakan urusan pemerintahan di bidang pemberdayaan perempuan dan

-11-2017, No.1154 perlindungan anak di tingkat kabupaten/kota memberikan: a. informasi kepada masyarakat terkait keberadaan Satgas PPA tingkat kabupaten/kota/desa; b. evaluasi kinerja Satgas PPA tingkat kabupaten/ kota/desa; dan c. pemantauan dan Supervisi Satgas PPA tingkat kabupaten/kota/desa. (2) Dalam melakukan pemantauan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a dilakukan secara berkesinambungan dengan cara : a. pengisian kuisioner; b. wawancara; dan c. meminta laporan tertulis dari Satgas PPA terkait dengan kasus perempuan dan anak yang dimintakan penjangkauan dan identifikasi. (3) Dalam melakukan evaluasi kinerja Satgas PPA sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b dilakukan paling sedikit satu kali dalam satu tahun yang hasilnya digunakan sebagai dasar pertimbangan untuk perbaikan kerja Satgas PPA selanjutnya. Pasal 26 (1) Kepala Desa memberikan: a. bimbingan, pemantauan dan 11upervise Satgas PPA tingkat desa; b. evaluasi kinerja Satgas PPA tingkat desa; dan c. memfasilitasi terselenggaranya rapat kerja Satgas PPA tingkat desa. (2) Dalam melakukan evaluasi kinerja Satgas PPA sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b dilakukan paling sedikit satu kali dalam satu tahun yang hasilnya digunakan sebagai dasar pertimbangan untuk perbaikan kerja Satgas PPA selanjutnya.

2017, No.1154-12- Pasal 27 (1) Satgas PPA melaporkan pelaksanaan tugasnya dalam penanganan masalah perempuan dan Anak. (2) Laporan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) memuat tentang: a. hasil Identifikasi; b. penanganan yang dilakukan; c. kendala atau hambatan; d. kebutuhan mendesak; dan e. rekomendasi. (3) Pelaporan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan: a. Satgas PPA provinsi kepada Menteri, Ketua organisasi layanan perempuan dan anak Tingkat provinsi dan kepada Kepala Dinas Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak provinsi; b. Satgas PPA Kabupaten/Kota kepada Ketua organisasi layanan perempuan dan anak Tingkat Kabupaten/Kota dan Kepala Dinas Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak Kabupaten/Kota; c. Satgas PPA tingkat desa kepada Satgas PPA kabupaten/kota. (4) Satgas PPA provinsi dalam memberikan laporan kepada Menteri sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat berupa laporan data terpilah kasus perempuan dan Anak yang ditangani. (5) Laporan Satgas PPA tingkat provinsi kepada Menteri dapat dilakukan dengan menggunakan aplikasi mobile. BAB VI PENDANAAN Pasal 28 Pendanaan yang diperlukan dalam pelaksanaan tugas Satgas PPA dapat diperoleh dari: a. Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara; b. Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah; atau c. Sumber lain yang sah dan tidak mengikat.

-13-2017, No.1154 BAB VII KETENTUAN PENUTUP Pasal 29 Peraturan Menteri ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan. Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengundangan Peraturan Menteri ini dengan penempatannya dalam Berita Negara Republik Indonesia. Ditetapkan di Jakarta pada tanggal 24 Juli 2017 MENTERI PEMBERDAYAAN PEREMPUAN DAN PERLINDUNGAN ANAK REPUBLIK INDONESIA, ttd YOHANA YEMBISE Diundangkan di Jakarta pada tanggal 22 Agustus 2017 DIREKTUR JENDERAL PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN KEMENTERIAN HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA REPUBLIK INDONESIA, ttd WIDODO EKATJAHJANA