BAB I PENDAHULUAN. pengetahuan, teknologi dan informasi, maka semakin luas alur keluar dan

dokumen-dokumen yang mirip
BAB 1 PENDAHULUAN. pada adanya pertambahan penduduk (Smith Adam, 1776). Dengan penduduk

BAB I PENDAHULUAN. dilirik pengusaha karena potensinya cukup besar. Ketatnya persaingan

BAB I: PENDAHULUAN BAB I. Pada bab ini dijelaskan mengenai latar belakang masalah, LATAR BELAKANG. rumusan masalah, tujuan penelitian dan kegunaan

BAB I PENDAHULUAN. perubahan perilaku konsumen, kebijakan pemerintah, persaingan bisnis, hanya mengikuti perkembangan penduduk namun juga mengikuti

BAB I. Semakin maraknya persaingan bisnis global, pasar menjadi semakin ramai. dengan barang-barang produksi yang dihasilkan. Bangsa Indonesia dengan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia dengan jumlah penduduk lebih dari 200 juta dan sekitar 87%

BAB I PENDAHULUAN. Kehadiran Agama Islam sebagai raḥmatallil ālamīn sesungguhnya telah

BAB I PENDAHULUAN. mayoritas beragama Islam terbesar di dunia. Sebanyak 87,18 % dari

BAB I PENDAHULUAN. informasi tentang produk yang akan digunakan, informasi dapat didefenisikan

BAB I PENDAHULUAN. kebutuhan hidup lainnya, seperti kebutuhan sandang dan papan. Secara etimologi

BAB I PENDAHULUAN. alam, yang dapat menyebabkan perasaan daya tarik dan ketentraman. emosional, karena hal itu merupakan pengalaman subyektif.

BAB I PENDAHULUAN. informasi produk yang ditawarkan perusahaan, akan cepat sampai kepada

I. PENDAHULUAN. Pangan merupakan kebutuhan primer bagi setiap manusia. Sebagai kebutuhan primer, maka

SERTIFIKASI HALAL DALAM PRODUK KULINER UMKM

BAB I PENDAHULUAN. Populasi umat Muslim di seluruh dunia saat ini semakin meningkat.

BAB I PENDAHULUAN. Kebutuhan manusia merupakan suatu keadaan akan sebagian dari pemuasan

BAB I PENDAHULUAN. Islam agama yang sempurna, yang diturunkan oleh Allah SWT kepada. Nabi Muhammad SAW yang memiliki sekumpulan aturan.

BAB I PENDAHULUAN. Kosmetik Oleh Mahasiswi Jurusan Ekonomi Islam Fakultas Ekonomi Dan Bisnis Universitas Airlangga, Jurnal EKonomi, 2016, hal. 1.

BAB I PENDAHULUAN. Seiring dengan pesatnya perkembangan media dewasa ini, arus informasi

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Seiring dengan perkembangan ilmu pengetahuan, budaya serta teknologi

BAB I PENDAHULUAN. manusia, karena dengan makanan itulah manusia akan dapat melakukan

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 33 TAHUN 2014 TENTANG JAMINAN PRODUK HALAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA TENTANG JAMINAN PRODUK HALAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN. penduduk yang beragama muslim, ada hal yang menjadi aturan-aturan dan

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 33 TAHUN 2014 TENTANG JAMINAN PRODUK HALAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 33 TAHUN 2014 TENTANG JAMINAN PRODUK HALAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN ANALISIS KEPUTUSAN KONSUMEN DALAM PEMBELIAN PRODUK KOSMETIK TANPA LABEL HALAL DI ANEKA JAYA NGALIYAN SEMARANG

Jurnal EduTech Vol. 3 No.2 September 2017 ISSN: e-issn:

MAKANAN DAN MINUMAN DALAM ISLAM OLEH : SAEPUL ANWAR

BAB I PENDAHULUAN. Kemajuan dalam bidang ilmu pengetahuan dan teknologi serta

BAB I PENDAHULUAN. yang halal, karena setiap makanan yang kita konsumsi akan mendarah. daging dalam tubuh dan menjadi sumber energi yang penting untuk

BAB III USAHA MIKRO KECIL MENENGAH (UMKM) DAN SERTIFIKASI HALAL

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA. Menurut ketentuan Pasal 1 Angka (1) Undang-undang No.7 Tahun 1996 tentang

BAB I PENDAHULUAN. pemenuhan kebutuhan. Dimana kebutuhan-kebutuhan tersebut semakin bervariasi

BAB IV. A. Analisis Terhadap Bentuk-Bentuk Perlindungan Konsumen Dalam Mas}lahah

BAB I PENDAHULUAN. terkait dengan daging babi dan lemak babi yang dicampur dalam produk

BAB 1 PENDAHULUAN. pemerintah yang baik agar masyarakat dapat merasa lebih aman dan terjamin dalam

SERTIFIKASI HALAL SEBAGAI UPAYA PENINGKATAN KUALITAS PRODUK OLAHAN KOMODITAS PERTANIAN UNGGULAN DAERAH

BAB I PENDAHULUAN. Bukan hanya umat Islam di pedesaan, tetapi lebih-lebih di perkotaan. Banyaknya

BAB I PENDAHULUAN. produk daging. Di Indonesia sendiri, daging yang paling banyak digemari

BAB I PENDAHULUAN. hukum syara yang saling berseberangan. Setiap muslim diperintahkan hanya untuk

BAB IV ANALISIS STANDAR SERTIFIKASI PENYEMBELIHAN HALAL DAN URGENSINYA. A. Analisis Terhadap Standar dan Prosedur Sertifikasi Penyembelihan Halal

PEDOMAN DAN PROSEDUR PENETAPAN FATWA

BAB I PENDAHULUAN. manusia saja hewan serta tumbuhanpun juga memerlukan makanan, sebab makanan

RANCANGAN PERATURAN PEMERINTAH NOMOR TAHUN... TENTANG PELAKSANAAN UNDANG-UNDANG NOMOR 33 TAHUN 2014 TENTANG JAMINAN PRODUK HALAL

Kuesioner Pengaruh Labelisasi Halal Terhadap Keputusan Masyarakat. Kecamatan Perbaungan Dalam Pembelian Produk Makanan Dalam Kemasan.

RANCANGAN PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG PELAKSANAAN UNDANG-UNDANG NOMOR 33 TAHUN 2014 TENTANG JAMINAN PRODUK HALAL

BAB I PENDAHULUAN. menerapkan ajaran agama dalam kehidupan. Al-Qur an menegaskan kepada

BAB I PENDAHULUAN. untuk menunjang penampilan seseorang, bahkan bagi masyarakat dengan gaya

TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA RI

BAB I PENDAHULUAN. perekonomian negara yang mendapat perhatian yang lebih besar. Pada saat ini

BAB IV PENUTUP. 1. Bahwa setiap produk makanan dalam kemasan yang beredar di Kota. Bengkulu wajib mencatumkan label Halal, karena setiap orang yang

Masyarakat Ekonomi Asean (MEA) MEA

SERTIFIKASI HALAL OLEH LPPOM DAN MUI PROVINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA. Lembaga Pengkajian Pangan, Obat-obatan dan Kosmetika (LPPOM) adalah

BAB I PENDAHULUAN. Fenomena persaingan yang ada dalam era globalisasi akan semakin ketat untuk

I. PENDAHULUAN 1. Latar Belakang

SKRIPSI PENGARUH PENCANTUMAN LABEL HALAL TERHADAP MINAT BELI LUWAK WHITE COFFE PADA MAHASISWA FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS 17 AGUSTUS 1945 SAMARINDA

BAB I PENDAHULUAN. sangat besar dalam membantu perekonomian rakyat. UKM Menurut UU No. 20 tahun 2008 Usaha Kecil dan Menengah adalah usaha

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. untuk diperhatikan, diminta, dicari, dibeli, digunakan, atau dikonsumsi pasar

IMPLEMENTASI UNDANG-UNDANG NO 8 TAHUN 1999 TENTANG PERLINDUNGAN KONSUMEN MENGENAI LABELISASI HALAL PADA PRODUK MAKANAN (STUDI KASUS KOTA LANGSA)

BAB I PENDAHULUAN. memposisikan produknya sesuai dengan kebutuhan dan keinginan pasar. variabel yang mempengaruhi kepercayaan terhadap produk.

Keputusan Menteri Agama R.I. Nomor 518 Tahun 2001 Tanggal 30 Nevember 2001 TENTANG PEDOMAN DAN TATA CARA PEMERIKSAAN DAN PENETAPAN PANGAN HALAL

BAB II KERANGKA TEORI. penyampai informasi produk kepada konsumen. Sebuah label biasanya berupa

B. Penelitian Terdahulu yang Relevan C. Kerangka Konseptual B. Tempat dan Waktu Penelitian... 44

populasi konsumen Muslim di Indonesia telah mencapai 90% dari jumlah total penduduk (BPS,2013). Sebagai negara dengan populasi kaum Muslim terbesar,

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

2. Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2014 tentang Jaminan Produk Halal

Sejauh mana penanganan label halal yang dilakukan oleh MUI (LPPOM) sekarang?

BAB I PENDAHULUAN. yang semakin ketat dan berbentuk sangat kompleks. Menghadapi persaingan

BAB I PENDAHULUAN. Usaha kecil dan menengah (UKM) pada umumnya membuka usahanya di

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Dewasa ini konsumen semakin kritis dalam mencari dan menggali

BAB II LANDASAN TEORI. dimana banyak muncul produk-produk kosmetik dengan jenis dan

BAB I PENDAHULUAN. 326 jiwa. Penyebaran penduduk menurut pulau-pulau besar adalah: pulau

BAB I PENDAHULUAN. dengan keimanan dan ketakwaan kepada Allah SWT. dengan cara yang paling mudah. Namun, dalam tatanan kehidupan Islam telah

BAB I PENDAHULUAN. setiap orang. Dalam hal ini yang dimaksud makanan adalah segala sesuatu. pembuatan makanan atau minuman. 1

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. ditawarkan bisa meliputi barang fisik (tangible) atau meliputi barang jasa

BAB I PENDAHULUAN UKDW. perusahaan salah satunya adalah dengan menciptakan brand. Brand suatu produk

BAB I PENDAHULUAN. 1

BAB I PENDAHULUAN. Allah menciptakan manusia, merupakan makhluk yang paling. sempurna, dengan dikarunia akal pikiran, paling disempurnakan sehingga

BAB I PENDAHULUAN. 2013, hal Nana herdiana, Manajemen Bisnis Syariah dan Kewirausahaan, Pustaka Setia, Bandung,

BAB I PENDAHULUAN. dan khususnya di bidang perindustrian dan perdagangan nasional telah

BAB I PENDAHULUAN. energi. Makanan dan minuman yang dikonsumsi manusia haruslah makanan. dalam Al-Qur an surat Al-Baqarah ayat 172:

BAB I PENDAHULUAN. yang sekarang merupakan negara mayoritas muslim terbesar di dunia. Pada

JURUSAN EKONOMI ISLAM FAKULTAS SYARI AH INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI WALISONGO SEMARANG 2013

BAB I PENDAHULUAN. Wanita dan kosmetik adalah dua hal yang tak dapat dipisahkan. Akan tetapi banyak kosmetik yang komposisinya mengandung bahan

BAB 1 PENDAHULUAN. produsen kosmetik atau produk perawatan kulit yang kini beredar di pasar, yaitu

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG PELABELAN. informasi verbal tentang produk atau penjualnya. 17

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 14 Tahun

BAB I. PENDAHULUAN. tahun Sedangkan dalam Undang-undang Republik Indonesia No. 18 tahun

KERANGKA PENDEKATAN TEORI. 1. Makanan olahan cepat saji sosis dan nugget. Daging restrukturisasi (restructured meat) merupakan salah satu bentuk

BAB I PENDAHULUAN. Semua manusia ingin tampil menarik dan menyenangkan, khususnya

Fokus Pagi Edisi Rabu, 29 Juli 2009 Tema : Kebijakan Topik : Nasib Rancangan Undang-Undang Jaminan Produk Halal

BAB I PENDAHULUAN. Ristiayanti Prasetijo dan John J.O.I Ihalauw, Perilaku Konsumen, Andi, Yogyakarta, 2005, hlm. 56.

BAB I PENDAHULUAN. pelanggan, karena kepuasan pelanggan merupakan hal terpenting yang. satu faktor dalam memenangkan persaingan.

Sertifikasi dan Sistem Jaminan Halal

KIAT MEMILIH PRODUK HALAL

-1- QANUN ACEH NOMOR 8 TAHUN 2016 TENTANG SISTEM JAMINAN PRODUK HALAL

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Di era globalisasi dan perdagangan bebas, dengan dukungan ilmu pengetahuan, teknologi dan informasi, maka semakin luas alur keluar dan masuknya barang dan jasa melintasi batas-batas negara. Hal ini mempermudah masyarakat untuk memenuhi kebutuhan akan produk barang dan jasa. 1 Manusia memiliki banyak sekali kebutuhan. Kebutuhan adalah suatu keadaan perasaan kekurangan akan kepuasan dasar tertentu. Manusia membutuhkan beberapa hal untuk bertahan hidup. Kebutuhan-kebutuhan tersebut adalah pangan, sandang, rumah, rasa aman, rasa memiliki dan harga diri. 2 Dalam upaya pemenuhan kebutuhannya, seseorang akan memilih produk yang dapat memberikan kepuasan tertinggi. Secara khusus, faktorfaktor yang menciptakan kepuasan tertinggi bagi setiap orang akan berbeda. Tetapi secara umum, faktor seperti produk itu sendiri, harga dari produk dan cara untuk mendapatkan produk seringkali menjadi pertimbangan. Seorang konsumen yang rasional akan memilih produk dengan mutu baik, harga terjangkau atau lebih murah dan produk yang mudah didapat. Mutu produk yang diinginkan oleh konsumen menyangkut manfaatnya bagi hlm. 161. 1 Neni Sri Imayati, Hukum Ekonomi dan Ekonomi Islam, Bandung: Mandar Maju, 2002, 2 P. Kotler, Manajemen Pemasaran: Analisis, Perencanaan, Implementasi, dan Pengendalian (Terjemahan), Jakarta: Erlangga, 1993, hlm. 5. 1

2 pemenuhan kebutuhan dan keamanannya bagi diri konsumen, sehingga konsumen merasa tenang lahir dan batin dalam menggunakan produk tersebut. Untuk memenuhi keinginan konsumen agar tenang lahir dan batin dalam mengkonsumsi produk, perusahaan harus memberitahukan manfaat produk dan cara penggunaannya. Khusus untuk produk pangan, obat-obatan dan kosmetik, perusahaan (produsen) harus mencantumkan keteranganketerangan yang berhubungan dengan produk. Keterangan-keterangan tersebut dapat berupa komposisi bahan campuran produk, masa berlaku produk, cara penggunaan produk dan keterangan-keterangan lain yang sekiranya dibutuhkan konsumen. Tetapi di balik itu, persoalan yang cukup mendesak yang dihadapi oleh umat Islam adalah membanjirnya produk makanan dan minuman olahan, obatobatan, serta kosmetik. Sejalan dengan ajaran Islam, ummat Islam menghendaki agar produk-produk yang akan dikonsumsi tersebut dijamin kehalalan dan kesuciannya. %&'( $!"# 123,./ 0 *+ ) ) 899:45 67" Dan makanlah makanan yang halal lagi baik dari apa yang Allah Telah rezekikan kepadamu, dan bertakwalah kepada Allah yang kamu beriman kepada-nya 3 (Q.S.Al-Maidah:88). Makanan adalah barang yang dimaksudkan untuk dimakan atau diminum oleh manusia serta bahan yang digunakan dalam produksi makanan dan minuman. Makanan olahan adalah makanan dan minuman yang diolah 122. 3 Departemen Agama RI, Al-Qur an dan Terjemahannya: Special for Women, 2007, hlm.

3 berasal dari bahan baku dengan proses teknologi yang sesuai dan atau ditambah dengan bahan pengawet dan atau bahan penolong serta tahan untuk disimpan. 4 Dalam Undang-undang No. 7 Tahun 1996 tentang Pangan menyebutkan pangan olahan adalah makanan atau minuman hasil proses dengan cara atau metode tertentu dengan atau tanpa bahan tambahan. 5 Kasus-kasus makanan halal yang dapat meragukan masyarakat akan mempunyai dampak negatif tidak hanya berpengaruh bagi perusahaan itu sendiri, tetapi juga bagi pertumbuhan ekonomi masyarakat dan bangsa pada umumnya. Yang paling penting bagi seorang muslim dalam hal makanan dan minuman adalah suatu yang erat sekali kaitannya dengan ibadah. 6 Adanya kasus yang terjadi pada tahun 1988, yaitu isu lemak babi pada banyak produk pangan. Ditambah lagi pada tahun 2000 tentang haramnya MSG Ajinomoto yang sebelumnya dinyatakan halal. Sebagaimana dikemukakan uraian di atas, masalah kehalalan produk yang akan dikonsumsi merupakan persoalan yang sangat besar, sehingga apa yang akan dikonsumsi itu benar-benar halal dan tidak tercampur sedikitpun dengan barang haram. Oleh karena itu, tidak semua orang dapat mengetahui kehalalan suatu produk secara pasti, sertifikat halal sebagai bukti penetapan 4 Bagian Proyek Sarana dan Prasarana Produk Halal Direktorat Jenderal Bimbingan Masyarakat Islam dan Penyelenggaraan Haji, Modul Pelatihan Auditor Internal Halal, Jakarta: Departemen Agama RI, 2003, hlm. 134. butir (2). 5 Lihat Undang-undang Republik Indonesia No. 7 Tahun 1996 tentang Pangan pasal 1 6 Bagian Proyek Sarana dan Prasarana Produk Halal Direktorat Jenderal Bimbingan Masyarakat Islam dan Penyelenggaraan Haji, Sistem dan Prosedur Penetapan Fatwa Produk Halal Majlis Ulama Indonesia, Jakarta: Departemen Agama RI, 2003, hlm. 2.

4 fatwa halal bagi suatu produk yang dikeluarkan oleh Majelis Ulama Indonesia (MUI) dan merupakan sesuatu yang mutlak diperlukan keberadaannya. 7 Majelis Ulama Indonesia (MUI) yang merupakan wadah musyawarah para ulama, Zu ama, dan cendekiawan muslim dipandang sebagai lembaga paling berkompeten dalam pemberian jawaban masalah sosial keagamaan (iftah) yang senantiasa timbul dan dihadapi masyarakat Indonesia. Hal ini mengingat bahwa lembaga ini merupakan wadah bagi semua umat Islam Indonesia yang beranekaragam kecenderungan dan madzhabnya, oleh karena itu fatwa yang dikeluarkan oleh MUI diharapkan dapat diterima oleh seluruh kalangan dan lapisan masyarakat, serta diharapkan pula dapat menjadi acuan pemerintah dalam pengambilan kebijaksanaan. 8 Salah satu wujud nyata dari upaya MUI adalah dengan dibentuknya lembaga pengkajian pangan, obat-obatan, dan kosmetika Majelis Ulama Indonesia (LP. POM MUI). Fungsi dari lembaga ini adalah melakukan penelitian, audit dan pengkajian secara seksama dan menyeluruh terhadap produk-produk olahan. Hasil penelitiannya kemudian dibawa ke komisi fatwa untuk membahas dalam sidang komisi dan kemudian difatwakan hukumnya, yakni fatwa halal, jika sudah diyakini bahwa produk bersangkutan tidak mengandung unsur-unsur benda-benda haram atau najis. 9 Manfaat adanya label halal dalam produk antara lain: 1. Membantu kedua belah pihak, baik itu produsen maupun konsumen. 2. Melindungi pengusaha dari tuntutan konsumen di kemudian hari. 7 Ibid, hlm. 14. 8 Ibid, hlm. 5. 9 Ibid, hlm. 6.

5 3. Melindungi konsumen dari keraguan dalam menyantap makanan. 4. Dapat meningkatkan kepuasan konsumen. 5. Dapat memperkuat dan meningkatkan image produk yang secara langsung maupun tidak langsung mempengaruhi persepsi konsumen. 10 Peraturan Pemerintah dan Fatwa MUI sangat diperlukan untuk mengambil jalan tengah, serta menentramkan jiwa umat muslim, dengan diterbitkannya peraturan tentang jaminan produk halal ini akan memberikan perlindungan dan kepastian hukum bagi masyarakat bahwa setiap produk yang bertanda label halal resmi dari MUI dijamin halal sesuai syariat Islam dan hukum positif, sehingga masyarakat tidak perlu ragu dalam memilih, mengkonsumsi dan menggunakan produk halal dengan rasa aman, karena dilindungi oleh hukum. Untuk mengetahui hal tersebut, konsumen harus lebih mengetahui tentang sertifikasi halal yang terdapat dalam produk tersebut. Berdasarkan data di LPPOM MUI Jawa Tengah, produk-produk yang sudah bersertifikat halal sampai dengan September 2013 adalah sebanyak 555 produk, meliputi produk makanan, minuman, obat-obatan dan kosmetika. Bila diambil persentase, produk yang sudah mendapatkan sertifikat halal hanya 30%. Sedangkan sisanya masih belum mendapatkan sertifikat halal dari LPPOM MUI Jawa Tengah. 11 Aspek yang juga harus diperhatikan adalah citra merek produk makanan tersebut. Citra merek itu seperti cerminan yang terjadi dalam memori 10 Syaiful Muslim, Fiqh Muamalah, Jakarta: PT Grasindo Persada, 2007, hlm. 78. 2013. 11 LPPOM MUI Jawa Tengan, Daftar Produk-produk Bersertifikat Halal s/d September

6 konsumen mengenai merek suatu produk yang dilihat, dipikirkan dan dibayangkan. Dengan menciptakan citra merek yang tepat untuk suatu produk, tentunya akan sangat berguna bagi pemasar, karena citra merek akan mempengaruhi penilaian konsumen atas merek alternatif yang diharapkan. Yang bukan hanya dapat memenuhi kebutuhan konsumen, tetapi dapat memberikan kepuasan yang lebih baik dan lebih terjamin. Semakin baik citra merek yang melekat pada produk, maka konsumen akan semakin tertarik untuk membeli produk tersebut. Konsumen senantiasa memilih merek berdasarkan citranya. Jika konsumen tidak mempunyai pengalaman dengan suatu produk, maka mereka cenderung untuk mempercayai merek yang disukai atau terkenal. Citra merek yang positif berkaitan dengan kesetiaan konsumen, kepercayaan konsumen, mengenai nilai merek yang positif, dan kesediaan untuk mencari merek tersebut. 12 Citra merek yang positif juga membantu meningkatkan minat konsumen dalam mengkonsumsi produk, dan membantu perusahaan dalam menghadapi berbagai kegiatan pemasaran pesaing yang semakin hari semakin ketat, dan untuk mendapatkan citra merek pada produknya, perusahaan harus memaksimalkan operasi perusahaan dan memperbaiki segala kesalahan dengan cepat dan tepat sesuai harapan konsumen. Konsumen Pusat Oleh-Oleh Pandanaran Semarang umumnya adalah masyarakat Semarang dan wisatawan, di mana masyarakat Semarang dan 2000, hlm. 141. 12 Schiffman, Leslie Lazar Kanuk, Consumen Behavior, New Jersey: Pretice Hall, Inc,

7 wisatawan terdiri dari para akademisi dan masyarakat biasa. Dan sebagian besar masyarakatnya adalah pemeluk agama Islam. Sudah sewajarnya mereka paham akan ajaran Islam. Sebagaimana dijelaskan dalam Q.S. Al-Maidah:88, Allah telah memerintahkan manusia untuk mengkonsumsi makanan yang halal dan baik, dan juga merangkaikan konteksnya dengan perintah taqwa. Rangkaian yang mengharuskan manusia untuk tetap dalam koridor ketaqwaan saat menjalankan perintah konsumsi makanan. Supaya manusia berupaya untuk menghindari makanan yang mengakibatkan siksa dan terganggunya rasa aman. Masyarakat Semarang dan wisatawan yang terdiri dari para akademisi dan masyarakat biasa adalah komunitas kritis. Bila ditinjau dari sisi informasi yang mereka peroleh dan kemampuan mereka untuk mencerna informasi adalah komunitas yang bisa memilah-milah produk-produk yang mereka konsumsi berdasarkan informasi yang mereka peroleh. Setiap konsumen muslim mempunyai hak untuk memperoleh jaminan bahwa produk-produk yang dikonsumsinya adalah halal, karena setiap muslim hanya boleh mengkonsumsi produk halal. Sementara tidak semua konsumen, seiring dengan rumitnya masalah teknologi pangan yang terus berkembang dapat mengetahui kehalalan produk makanan. 13 Di Pusat Oleh-oleh Pandanaran Semarang, ada beberapa toko yang menjual beraneka macam makanan khas Semarang. Di antaranya Toko Oleh- 13 Ichwan Sam, et al., Ijma Ulama Keputusan Ijtima Ulama Komisi Fatwa Se-Indonesia III Tahun 2009, Jakarta: Majelis Ulama Indonesia, Cet. ke-1, 2009, hlm. 84.

8 oleh Bonafide, Bandeng Juwana, Lumpia Mataram dan masih banyak lagi. Serta terdapat banyak PKL yang berjualan di sana. Berdasarkan uraian di atas, penulis tertarik untuk membahas lebih lanjut dengan melakukan penelitian tentang bagaimana pengaruh label halal pada minat pembelian masyarakat Muslim. Penulis memberikan judul pada penelitian ini adalah PENGARUH LABEL HALAL DAN CITRA MEREK TERHADAP MINAT BELI MASYARAKAT MUSLIM (Studi Lapangan di Pusat Oleh-Oleh Pandanaran Semarang). 1.2 Perumusan Masalah Untuk membuat permasalahan menjadi lebih spesifik dan sesuai dengan titik tekan kajian, maka harus ada rumusan masalah yang benar-benar fokus. Ini dimaksudkan agar pembahasan dalam karya tulis ini tidak melebar dari apa yang dikehendaki. Berdasarkan uraian latar belakang di atas, ada beberapa pokok masalah yang menjadi arah pembahasan penulis dalam penelitian ini, yaitu: 1. Apakah label halal dan citra merek berpengaruh secara parsial terhadap minat beli masyarakat muslim di Pusat Oleh-oleh Pandanaran Semarang? 2. Apakah label halal dan citra merek berpengaruh secara simultan terhadap minat beli masyarakat muslim di Pusat Oleh-oleh Pandanaran Semarang?

9 1.3 Tujuan dan Manfaat Penelitian 1.3.1 Tujuan penelitian Sesuai dengan permasalahan di atas, maka tujuan penelitian skripsi ini adalah sebagai berikut: Untuk mengetahui pengaruh label halal dan citra merek terhadap minat beli masyarakat muslim di Pusat Oleh-oleh Pandanaran Semarang. 1.3.2 Manfaat penelitian Adapun manfaat penelitian skripsi ini adalah sebagai berikut: 1. Secara ilmiah penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan pemikiran serta informasi bagi semua pihak terutama masyarakat muslim dan juga sebagai evaluasi terhadap pelaksanaan labelisasi halal MUI di Kota Semarang sekaligus sebagai acuan dan masukan dalam membuat kebijakan yang akan datang. 2. Secara praktis penelitian ini dapat dijadikan wawasan pengetahuan bagi penulis pada khususnya dan masyarakat pada umumnya, serta dapat dijadikan sebagai acuan bagi para pelaku bisnis dalam penerapan hukum Islam dan mengembangkan citra merek khususnya menyangkut makanan dan minuman. 3. Sebagai bahan informasi untuk penelitian lebih lanjut. 1.4 Sistematika Penulisan Skripsi ini terbagi ke dalam lima bab, dan masing-masing bab merupakan satu kesatuan yang utuh serta terdapat korelasi antara satu bab dengan bab yang lain, dari bab pertama hingga bab terakhir.

10 Bab pertama, berisi tentang pendahuluan. Pada bab ini dibahas tentang latar belakang, perumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, dan sistematika Penulisan. Bab kedua, berisi tentang tinjauan pustaka. Pada bab ini menguraikan landasan teori tentang label halal, citra merek dan minat beli, kajian pustaka, kerangka berfikir dan hipotesis. Bab ketiga, menjelaskan tentang metode penelitian yang digunakan dalam skripsi ini. Berisi tentang jenis dan sumber data, populasi dan sampel, metode pengumpulan data, definisi operasional variabel, metode analisis data yang berupa analisis deskriptif, uji validitas dan uji reabilitas, uji normalitas dan analisis regresi linier berganda. Bab keempat, menguraikan tentang objek penelitian yang terdiri dari gambaran umum Pusat oleh-oleh Pandanaran Semarang, deskriptif data penelitian dan responden, uji validitas dan reabilitas, deskriptif variabel penelitian, hasil analisis data dan uji hipotesa, pembahasan dan penilaian deskriptif responden terhadap masing-masing variabel. Bab kelima, merupakan akhir dari proses penulisan dan hasil penelitian yang berpijak pada bab-bab sebelumnya, isinya berupa kesimpulan, saransaran dan penutup.