BAB II KAJIAN PUSTAKA

dokumen-dokumen yang mirip
BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. bangsa. Hal tersebut sesuai dengan Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 Pasal 3

BAB I PENDAHULUAN. dalam proses pembelajaran matematika dan salah satu tujuan dari materi yang

II. KERANGKA TEORITIS. kepada siswa untuk bekerja sama dengan sesama siswa dalam tugas-tugas yang

BAB I PENDAHULUAN. adalah nilai yang melebihi dari KKM. Faktor yang mempengaruhi keberhasilan

BAB I PENDAHULUAN. teknologi modern, mempunyai peran penting dalam berbagai disiplin dan

JURNAL SKRIPSI PEMBELAJARAN KEMAMPUAN PENALARAN MATEMATIS SISWA MELALUI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE THINK PAIR SHARE (PTK

BAB I PENDAHULUAN. yang akan dihadapi peserta didik dimasa yang akan datang. menyatakan bahwa pendidikan adalah usaha sadar yang terencana untuk

BAB II KAJIAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA. Matematika merupakan cabang ilmu pengetahuan eksak yang digunakan hampir

TINJAUAN PUSTAKA. yang diberikan pendidik agar dapat terjadi proses perolehan ilmu dan. untuk membantu peserta didik agar dapat belajar dengan baik.

II. TINJAUAN PUSTAKA. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia efektivitas berasal dari kata efektif yang

TINJAUAN PUSTAKA. pembelajaran matematika. Dengan pemahaman, siswa dapat lebih mengerti akan

TINJAUAN PUSTAKA. Komunikasi merupakan hal yang sangat penting bagi manusia. Komunikasi dapat

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. yang harus dimiliki siswa dalam proses belajar mengajar. Pemahaman konsep

II. TINJAUAN PUSTAKA. Belajar merupakan perkembangan yang dialami oleh seseorang menuju kearah

I. PENDAHULUAN. Matematika merupakan salah satu mata pelajaran yang termuat dalam kurikulum

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pendidikan merupakan salah satu usaha masyarakat untuk memajukan peradaban dan pengetahuan. Pendidikan berperan

SKRIPSI. Oleh: DERIA EGA FITRIAWATI NPM:

BAB II KAJIAN PUSTAKA

Indah Purnama *) Kartini dan Susda Heleni **) Progam Studi Pendidikan Matematika FKIP UR HP :

PENERAPAN PEMBELAJARAN KOOPERATIF THINK PAIR SQUARE UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA KELAS VIII SMPIT AL-FITYAH PEKANBAU

UNTUK MENINGKATKAN KOMPETENSI PENALARAN DAN KOMUNIKASI MATEMATIKA. (PTK Pembelajaran Matematika Kelas VII Semester II SMP Negeri 2

BAB I PENDAHULUAN. manusia. Peran pendidikan sangat dibutuhkan dalam mempersiapkan dan

BAB I PENDAHULUAN. penguasaan matematika yang kuat sejak dini (BNSP, 2007).

II. KAJIAN PUSTAKA. menyampaikan sesuatu seperti menjelaskan konsep dan prinsip kepada siswa.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

II. TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Matematika sebagai salah satu mata pelajaran yang diajarkan di

BAB I PENDAHULUAN. bangsa yang bermartabat dan mencerdaskan kehidupan bangsa. Secara spesifik

II. TINJAUAN PUSTAKA. Istilah komunikasi berpangkal pada perkataan latin Communis yang artinya membuat

I. PENDAHULUAN. sebagai upaya menunjukkan eksistensi diri. Salah satu bidang yang menunjang

II. TINJAUAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA

Keywords: Model pembelajaran kooperatif, Think Pair Square, Hasil Belajar

I. PENDAHULUAN. Menurut UU RI No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, pasal 1

BAB II KAJIAN TEORI. Kata komunikasi berasal dari bahasa latin yaitu Communicare yang

BAB I PENDAHULUAN. terutama dalam mata pelajaran matematika sejauh ini telah mengalami

Prosiding Seminar Nasional Volume 03, Nomor 1 ISSN

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. proses untuk menuntun siswa agar mencapai tujuan tersebut. Sebagaimana dengan

BAB II KAJIAN PUSTAKA. A. Pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) SD. social studies, seperti di Amerika. Sardjiyo (repository. upi.

BAB I PENDAHULUAN. Belajar dapat terjadi dimana saja dan kapan saja. Trianto (2009:16) belajar

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STAD UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA KELAS III SEKOLAH DASAR NEGERI 003 KOTO PERAMBAHAN

BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Masalah Rini Apriliani, 2013

BAB I PENDAHULUAN. jenjang pendidikan di Indonesia mengindikasikan bahwa matematika sangatlah

BAB I PENDAHULUAN. menciptakan siswa berpikir logis, rasional, kritis, ilmiah dan luas. Selain itu,

PEMBELAJARAN AKUNTANSI MELALUI METODE KOOPERATIF TIPE THINK-PAIR-SHARE (TPS)

BAB II LANDASAN TEORI. Kata komunikasi berasal dari bahasa latincommunicare, berarti. merupakan proses informasi ilmu dari guru kepada siswa.

BAB I PENDAHULUAN. kembangkan potensi-potensi siswa dalam kegiatan pengajaran. Pendidikan

BAB II KAJIAN PUSTAKA

a. Kemampuan komunikasi matematika siswa dikatakan meningkat jika >60% siswa mengalami peningkatan dari pertemuan I dan pertemuan II.

I. PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan suatu kebutuhan, sebab tanpa pendidikan manusia akan

II. TINJAUAN PUSTAKA. terjadi dalam diri seseorang dan interaksi dengan lingkungannya. Hal ini sesuai

Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Two Stay Two Stray

TINJAUAN PUSTAKA. kesempatan kepada peserta didik untuk mengembangkan potensi. Pengembangan

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. penting. Salah satu bukti yang menunjukkan pentingnya. memerlukan keterampilan matematika yang sesuai; (3) merupakan sarana

BAB 1 PENDAHULUAN. SD Negeri Tlahap terletak di Desa Tlahap Kecamatan Kledung Kabupaten

II. TINJAUAN PUSTAKA. Pembelajaran kooperatif adalah salah satu bentuk pembelajaran yang

MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA DENGAN METODE THINK PAIR SHARE PADA MATERI TURUNAN

BAB I PENDAHULUAN. menghadapi berbagai tantangan dan hambatan. Salah satu tantangan yang cukup

tanya jawab, pemberian tugas, atau diskusi kelompok) dan kemudian siswa merespon/memberi tanggapan terhadap stimulus tersebut. Pembelajaran harus

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi semakin pesat, arus globalisasi semakin hebat.

UPAYA PENINGKATAN PEMAHAMAN SISWA TERHADAP MATERI KUBUS DAN BALOK MELALUI METODE PEMBELAJARAN PICTURE AND PICTURE

BAB I PENDAHULUAN 1.1.LatarBelakang

II. TINJAUAN PUSTAKA. A. Pembelajaran Kooperatif (Cooperative Learning) efektif untuk kelompok kecil. Model ini menunjukkan efektivitas untuk berpikir

Ustatik 1. Kata Kunci: Model pembelajaran kooperatif; Think Pair Share (TPS); hasil belajar; penelitian tindakan kelas.

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF PENDEKATAN STRUKTURAL THINK PAIR SQUARE

BAB I PENDAHULUAN. berkembangnya ilmu pengetahuan di dunia pendidikan. Salah satu ilmu. batas tertentu perlu menguasai matematika.

BAB I PENDAHULUAN. dengan kemampuan keterampilan atau skill seseorang 1. Oleh karena itu, masyarakat terutama siswa sekolah formal.

BAB I PENDAHULUAN. menyelesaikan masalah jika mereka menemui masalah dalam kehidupan. adalah pada mata pelajaran matematika.

I. PENDAHULUAN. Pendidikan adalah salah satu bentuk perwujudan kebudayaan manusia yang

Sulaiman & Irminy Norbaity Program Magister Manajemen Pendidikan Universitas Lambung Mangkurat

BAB II KAJIAN TEORI. aktivitas untuk mencapai kemanfaatan secara optimal. yang bervariasi yang lebih banyak melibatkan peserta didik.

2 PENERAPAN METODE THINK-PAIR-SHARE UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN MENYIMPULKAN ISI BERITA YANG DIBACAKAN PADA PESERTA DIDIK KELAS VII 2 SMPN TELAGA TAH

II. TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

Dedi Kurniawan ABSTRAK

BAB II KAJIAN PUSTAKA

EKSPERIMENTASI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STAD DAN TPS PADA POKOK BAHASAN RELASI DAN FUNGSI

BAB I PENDAHULUAN. dalam pembelajaran, hal ini menuntut guru dalam perubahan cara dan strategi

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan memegang peranan penting dalam perkembangan ilmu. pengetahuan dan teknologi. Pendidikan mampu menciptakan sumber daya

I. PENDAHULUAN. Istilah pendidikan mengandung fungsi yang luas dari pemelihara dan

II. KERANGKA TEORETIS. Sesuatu yang telah dimiliki berupa pengertian-pengertian dan dalam batasan

PENERAPAN MODEL KOOPERATIF TEKNIK THINK PAIR SHARE DALAM PENINGKATAN PEMBELAJARAN MATEMATIKA DI KELAS IV SD

2014 PENGGUNAAN ALAT PERAGA TULANG NAPIER DALAM PEMBELAJARAN OPERASI PERKALIAN BILANGAN CACAH UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA

BAB II KAJIAN PUSTAKA Pengertian Model Cooperative Learning

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB II KAJIAN TEORITIK. a. Kemampuan Komunikasi Matematis

METODE THINK PAIR SHARE (TPS) UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR BAHASA INGGRIS SISWA SEKOLAH MENENGAH PERTAMA

BAB 1 PENDAHULUAN. pendidikan tidak terlepas dari tujuan pendidikan yang telah hendak dicapai,

BAB I PENDAHULUAN. mendorong berbagai upaya dan perhatian seluruh lapisan masyarakat terhadap

Kemampuan yang harus dimiliki siswa adalah sebagai berikut :

PENERAPAN TEKNIK TPS (THINK, PAIR, AND SHARE) UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN MENENTUKAN KALIMAT UTAMA PARAGRAF DESKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) merupakan mata pelajaran yang

BAB I PENDAHULUAN. diperlukan di era globalisasi seperti saat ini. Pemikiran tersebut dapat dicapai

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

Transkripsi:

BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori Pada bagian ini peneliti akan membahas beberapa kajian-kajian teori diantaranya ialah tentang hakikat matematika serta pembelajaran matematika dan tujuan pembelajaran matematika di SD. Pada bagian ini juga akan membahas teori tentang model pembelajaran kooperatif tipe TPS ( Think Pair Share) yang dikemukakan oleh para ahli yang akan mendukung penelitian. 2.1.1 Hakikat Matematika Matematika menurut Ahmad Susanto (2013: 183) merupakan salah satu bidang studi yang ada pada semua jenjang pendidikan, mulai dari tingkat sekolah dasar hingga perguruan tinggi. Bahkan matematika diajarkan di taman kanakkanak secara informal sehingga belajar matematika merupakan syarat cukup untuk melanjutkan pendidikan ke jenjang berikutnya, karena dengan belajar matematika kita akan belajar bernalar secara kritis, kreatif, dan aktif. Senada dengan itu Menurut Subarinah dalam Wahyudi dan Kriswandani (2012: 10) matematika juga berguna untuk membentuk pola pikir orang yang mempelajarinya menjadi pola pikir matematis yang sistematis, logis, kritis dengan penuh kecermatan. Matematika juga merupakan salah satu mata pelajaran yang memberikan kontribusi positif tercapainya masyarakat yang cerdas dan bermartabat melalui sikap kritis dan berfikir logis Menurut Suminarsih dalam Wahyudi dan Kriswandani (2013:11). Dalam kurikulum Depdiknas 2004 disebutkan bahwa standar kompetensi matematika di sekolah dasar yang harus dimiliki siswa setelah melakukan kegiatan pembelajaran bukanlah penguasaan matematika, namun yang diperlukan ialah dapat memahami dunia sekitar,mampu bersaing,dan berhasil dalam kehidupan. Berdasarkan beberapa pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa matematika merupakan ilmu dasar yang sudah menjadi alat untuk mempelajari ilmu-ilmu yang lain sehingga penguasaan terhadap matematika mutlak diperlukan 6

7 dan konsep-konsep matematika harus dipahami dengan betul dan benar sejak dini, dengan itu maka matematika dipilih menjadi salah satu mata pelajaran yang diberikan di ketiga tingkat pendidikan di Indonesia, yaitu pendidikan dasar (Sekolah Dasar/SD dan Sekolah Menengah Pertama/SMP),pendidikan menengah (Sekolah Menengah Atas/SMA),dan pendidikan. Menurut Depdikbud yang dikutip oleh Suharmo (Wahyudi Dkk,2013: 11), matematika yang diberikan di pendidikan tingkat dasar sampai tingkat menengah disebut juga dengan matematika sekolah. 2.1.2 Pembelajaran Matematika di SD Sepintas konsep matematika yang diberikan pada siswa sekolah dasar (SD) sangatlah sederhana dan mudah, tetapi sebenarnya materi matematika SD memuat konsep-konsep yang mendasar dan penting serta tidak boleh dipandang gampang. Maka guru hendaknya dapat menyajikan pembelajaran yang efektif dan efesien, sesuai dengn kurikulum dan pola pikir siswa. Dalam mengajarkan matematika, guru harus memahami bahwa kemampuan setiap siswa berbeda-beda, serta tidak semua siswa menyenangi mata pelajaran matematika. Contoh tersebut menunjukkan bahwa konsep-konsep matematika harus diberikan secara benar sejak awal siswa mengenal suatu konsep, sebab kesan yang pertama kali ditangkap oleh siswa akan terus terekam dan menjadi pandangannya di masamasa selanjutnya. Konsep-konsep pada kurikulum matematika SD dapat dibagi menjadi tiga kelompok besar, yaitu penanaman konsep dasar (penanaman konsep), pemahaman konsep, dan pembinaan keterampilan. Memang tujuan akhir pembelajaran matematika di SD ini yaitu agar siswa terampil dalam menggunakan berbagai konsep matematika dalam kehidupan sehari-hari. Akan tetapi untuk menuju tahap keterampilan tersebut harus memulai langkah-langkah benar yang sesuai dengan kemampuan dan lingkungan siswa. Berikut ini adalah pemaparan pembelajaran yang ditekankan pada konsep-konsep matematika. 1. Penanaman Konsep Dasar (Penanaman Konsep), yaitu pembelajaran suatu konsep baru matematika, ketika siswa belum pernah mempelajari konsep tersebut. Kita dapat mengetahui konsep ini dari isi kurikulum, yang dicirikan dengan kata mengenal. Pembelajaran penanaman

8 konsep dasar merupakan jembatan yang harus dapat menghubungkan kemampuan kognitif siswa yang konkret dengan konsep baru matematika yang abstrak. Dalam kegiatan pembelajaran konsep dasar ini, media atau alat peraga diharapkan dapat digunakan untuk membantu pola piker siswa. 2. Pemahaman konsep, yaitu pembelajaran lanjutan dari penanaman konsep, yang bertujuan agar siswa lebih memahami suatu konsep matematika. Pemahaman konsep terdiri atas dua pengertian. Pertama, merupakan kelanjutan dari pembelajaran penanaman konsep dalam satu pertemuan. Sedangkan kedua, pembelajaran pemahaman konsep dilakukan pada pertemuan berbeda, tetapi masih merupakan lanjutan dari pemahaman konsep. Pada pertemuan tersebut, penanaman konsep dianggap sudah disampaikan pada pertemuan sebelumnya, di semester atau kelas sebelumnya. 3. Pembinaan Keterampilan, yaitu pembelajaran lanjutan dari penanaman konsep dan pemahaman konsep. Pembelajaran pembinaan keterampilan bertujuan agar siswa lebih terampil dalm menggunakan berbagai konsep matematika. Seperti halnya pada pemahaman konsep, pembinaan keterampilan juga terdiri atas dua pengertian. Pertama, merupakan kelanjutan dari pembelajaran penanaman konsep dalam satu pertemuan. Sedangkan kedua, pembelajaran pembinaan keterampilan dilakukan pada pertemuan yang berbeda, tapi masih merupakan lanjutan dari penanaman dan pemahaman konsep. Pada pertemuan tersebut, penanaman dan pemahaman konsep dianggap sudah disampaikan pada pertemuan sebelumnya, di semester atau kelas sebelumnya. 2.1.3 Tujuan Pembelajaran Matematika di Sekolah Dasar Tujuan mata pelajaran matematika menurut Permendiknas nomor 22 tahun 2006 adalah sebagai berikut: 1) Memahami konsep matematika, menjelaskan keterkaitan antar konsep dan mengaplikasikan konsep atau algoritma, secara luwes, akurat, efisien, dan tepat, dalam pemecahan masalah 2) Menggunakan penalaran pada pola dan sifat, melakukan manipulasi matematika dalam membuat generalisasi, menyusun bukti, atau menjelaskan gagasan dan pernyataan matematika

9 3) Memecahkan masalah yang meliputi kemampuan memahami masalah, merancang model matematika, menyelesaikan model dan menafsirkan solusi yang diperoleh 4) Mengomunikasikan gagasan dengan simbol, tabel, diagram, atau media lain untuk memperjelas keadaan atau masalah 5) Memiliki sikap menghargai kegunaan matematika dalam kehidupan, yaitu memiliki rasa ingin tahu, perhatian, dan minat dalam mempelajari matematika, serta sikap ulet dan percaya diri dalam pemecahan masalah. Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar disusun sebagai landasan pembelajaran untuk mengembangkan kemampuan tersebut diatas. Selain itu dimaksudkan pula untuk mengembangkan kemampuan menggunakan ide atau gagasan dengan menggunakan ide atau gagasan dengan menggunakan symbol, tabel, diagram, dan media lain. Kompetensi dasar ini merupakan standar minimum yang secara nasional harus dicapai oleh siswa dan menjadi acuan dalam pengembangan kurikulum di setiap satuan pendidikan. Pencapaian SK dan KD didasarkan pada pemberdayaan siswa untuk membangun kemampuan, bekerja ilmiah, dan pengetahuan sendiri yang difasilitasi oleh guru. Secara rinci SK dan KD untuk mata pelajaran Matematika yang ditujukan bagi siswa kelas IV SD disajikan melalui tabel 2.1 berikut ini: Tabel 2.1 Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar Matematika Kelas 4 Semester II Standar Kompetensi 6. Menggunakan pecahan dalam pemecahan masalah Kompetensi Dasar 6.2 Menyederhanakan berbagai bentuk pecahan

10 2.1.4 Hasil Belajar Hasil belajar merupakan tingkat kemampuan yang bisa dicapai oleh murid dalam mengikuti proses belajar mengajar, sesuai dengan tujuan yang ditetapkan. Menurut Dimyati dan Mudjiono (2006: 3) hasil belajar merupakan hasil dari suatu interaksi tindak belajar dan tindak mengajar. Senada dengan hal ini Sukmadinata (2007: 102) mengatakan hasil belajar merupakan realisasi atau pemekaran dari kecakapan-kecakapan potensial atau kemampuan yang dimiliki seseorang. Sedangkan hasil belajar menurut Arikunto (2013:63) sebagai hasil yang telah dicapai seseorang setelah mengalami proses belajar dengan terlebih dahulu mengadakan evaluasi dari proses belajar yang dilakukan. Jadi dengan adanya pendapat dari beberapa orang dapat saya tarik kesimpulan bahwa hasil belajar ialah tingkat kemampuan yang diperoleh seseorang yang dapat diukur dengan adanya evaluasi atau penilaian dengan bermacam bentuk penilaian yakni penilaian tes maupun non tes setelah selesai pembelajaran berlangsung. Hasil belajar bersifat kuantitatif, melalui pengukuran. Pengukuran menurut Wardani NS, dkk (2012: 47) adalah kegiatan atau upaya yang dilakukan untuk memberikan angka-angka pada suatu gejala atau peristiwa. Pengukuran juga dapat diartikan penetapan angka dengan cara yang sistematik untuk menyatakan keadaan individu. Alen dan Yen dalam Wardani NS, dkk (2012:48) Dalam melakukan pengukuran diperlukan alat ukur yang disebut dengan instrumen. Penggunaan instrumen ini tergantung dari teknik pengumpulan datanya. Teknik penilaian dan bentuk instrumen secara rinci disajikan dalam tabel 2.1 berikut:

11 Tabel 2.2 Teknik Penilaian dan Bentuk Instrumen Bentuk Instrumen Teknik Penilaian 1. Tes tertulis Tes pilihan: pilihan ganda, benar salah, menjodohkan, dan lain-lain. Tes isian: isian singkat, dan uraian. 2. Tes lisan Daftar pertanyaan 3. Tes praktik (tes kinerja) Tes identifikasi Tes simulasi Tes uji petik kinerja 4. Penugasan individual atau kelompok Pekerjaan rumah Projek 5. Penilaian portofolio Lembar penilaian portofolio 6. Jurnal Buku catatan jurnal 7. Penilaian diri Kuisioner/lembar penilaian diri 8. Penilaian antar teman Lembar penilaian antar teman Salah satu prinsip penilaian pada Kurikulum 2013 adalah menggunakan acuan kriteria, yakni menggunakan kriteria tertentu dalam menentukan ketuntasan siswa. Kriteria paling rendah untuk menyatakan siswa mencapai ketuntasan dinamakan Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM). Kriteria ketuntasan minimal ditetapkan oleh satuan pendidikan berdasarkan hasil musyawarah guru mata pelajaran di satuan pendidikan atau beberapa satuan pendidikan yang memiliki karakteristik yang hampir sama. 2.2 Model pembelajaran Kooperatif Menurut Anita Lie (2002: 12) Pembelajaran Cooperative learning adalah sistem pembelajaran yang memberikan kesempatan kepada anak didk untuk bekerjasama dengan sesama siswa dalam tugas-tugas terstruktur. Sama halnya dengan pandangan Slavin dalam Solihatin (2007:4) bahwa Cooperative learning adalah suatu model pembelajaran dimana siswa belajar dan bekerja didalam kelompok-kelompok kecil secara kolaboratif yang anggotanya terdiri dari 4 sampai 6 orang, dengan struktur kelompoknya yang bersifat heterogen,

12 yang keberhasilannya tergantung pada kemampuan dan aktivitas anggota kelompok,baik secara individual maupun secara kelompok. Senada dengan hal tersebut menurut Richard M Felder and Rebecca Brent (2007:2) bahwa Cooperative learning ialah pendekatan kelompok yang meminimalkan suatu kejadian yang tidak menyenangkan dan memaksimalkan kegiatan belajar mengajar untuk hasil kerja tim yang maksimal dan memuaskan. Sedangkan Menurut Isjoni (2007: 16) Cooperative Learning adalah suatu model pembelajaran yang saat ini banyak digunakan untuk mewujudkan kegiatan belajar mengajar yang berpusat pada siswa (student oriented), terutama untuk mengatasi permasalahan yang ditemukan guru dalam mengaktifkan siswa, yang tidak dapat bekerja sama dengan orang lain,siswa yang agresif dan tidak peduli pada yang lain. Dari berbagai pendapat para ahli diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa Cooperative Learning adalah suatu model pembelajaran yang menuntut siswa untuk bekerjasama bersama teman dikelompoknya untuk mendapatkan suatu hasil akhir yang memuaskan. 2.2.1 Think Pair Share TPS (Think pair share ) memiliki prosedur secara eksplisit dapat memberi siswa waktu lebih banyak untuk berpikir, menjawab, saling membantu satu sama lain Ibrahim (2007:10) dengan cara ini diharapkan siswa mampu bekerja sama, saling membutuhkan dan saling bergantung pada kelompok-kelompok kecil secara kooperatif. Model pembelajaran kooperatif tipe TPS (Think Pair Share ) merupakan salah satu model pembelajaran kooperatif yang mampu mengubah asumsi bahwa metode resitasi dan diskusi perlu diselenggarakan dalam setting kelompok secara keseluruhan. Karakteristik model TPS (Think Pair Share ) siswa dibimbing secara mandiri, berpasangan, dan saling berbagi untuk menyelesaikan permasalahan. Strategi TPS (Think Pair Share) atau berpikir berpasangan berbagi merupakan jenis pembelajaran kooperatif yang dirancang untuk

13 mempengaruhi pola interaksi siswa dan pertama kali dikembangkan oleh Frank Lyman dan koleganya di universitas Maryland sesuai yang dikutip Arends (1997), bahwa Think Pair Share merupakan cara yang efektif untuk membuat variasi suasana pola diskusi kelas. Dengan asumsi bahwa diskusi membutuhkan pengaturan untuk mengendalikan kelas secara keseluruhan dan prosedur yang digunakan dalam metode ini memberi lebih banyak siswa waktu berpikir, merespon dan saling membantu. Menurut Trianto (2009:81) langkah-langkah pembelajaran Think Pair Share adalah sebagai berikut: a. Langkah I : Berpikir (thinking) Guru mengajukan pertanyaan atau masalah yang dikaitkan dengan pelajaran dan meminta siswa menggunakan waktu beberapa menit untuk berpikir sendiri jawaban atau masalah. siswa membutuhkan penjelasan bahwa berbicara atau mengerjakan bukan bagian berfikir. b. Langkah II : Berpasangan (Pairing) Selanjutnya guru meminta siswa untuk berpasangan dan mendiskusikan apa yang telah mereka peroleh. Interaksi selama waktu yang disediakan dapat menyatukan jawaban jika suatu pertanyaan yang diajukan atau menyatukan gagasan apabila suatu masalah khusus yang diidentifikasi. Secara normal guru memberi waktu tidak lebih dari 4 atau 5 menit untuk berpasangan. c. Langkah III : Berbagi ( Sharing) Pada langkah akhir,guru meminta pasangan-pasangan untuk berbagi dengan keseluruhan kelas yang telah mereka bicarakan. Hal ini efektif untuk berkeliling ruangan dari pasangan ke pasangan dan melanjutkan sampai sekitar sebagian pasangan mendapatkan kesempatan untuk melapor. Arends,(1997) disadur Tjokrodihardjo,(2003). Jadi tujuan penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe TPS (Think Pair Share) ini agar siswa yang mempunyai pengetahuan lebih dapat menyalurkan pengetahuan serta pengalamannya dengan teman lainnya yang

14 belum bisa dalam menyelesaikan proses belajar mengajar dikelas agar hasil akhir pembelajaran mendapatkan hasil yang memuaskan untuk semua siswa. 2.3 Penelitian yang Relevan Dari penerapan model pembelajaran kooperatif tipe TPS (Think Pair Share) terbukti hasil belajar siswa meningkat,dengan adanya kerjasama antar siswa dengan pasangan masing-masing akan menambah pemahamannya terhadap materi menyederhanakan berbagai bentuk pecahan seperti yang telah dilakukan oleh beberapa peneliti diantaranya sebagai berikut: a) Sri Novianti (2013) dalam penelitiannya yang berjudul dalam penelitiannya yang berjudul Peningkatan hasil belajar matematika melalui model pembelajaran Think Pairs and Share pada siswa kelas V SDN Karangwage 02 Kecamatan Trangkil Kabupaten Pati semester I Tahun Pelajaran 2013/2014 prosentase ketuntasan siswa dapat mengalami peningkatan dari 25% pada siklus I menjadi 95% pada siklus II. b) Murniati (2013) dalam penelitiannya yang berjudul Upaya Meningkatan Hasil Belajar Matematika Melalui Model Pembelajaran Think Pair and Share pada siswa kelas 4 SD Negeri Blado 03 Kecamatan Blado Kabupaten Batang semester I Tahun Pelajaran 2013/2014 prosentase ketuntasan siswa dapat mengalami peningkatan dari 54% pada siklus I menjadi 95% pada siklus II. c) Sri Yulikah (2011) dalam penelitiannya yang berjudul Peningkatan Aktivitas dan Hasil Belajar matematika melalui model pembelajaran Think Pairs and Share siswa kelas V SDN Trangkil 05 semester I Tahun 2012/2113 dapat meningkatkan ketuntasan siswa dari 25% mencapai 90%. Berdasarkan penelitian terdahulu yang dilakukan oleh beberapa memilih model pembelajaran kooperatif tipe TPS Think Pair Share yang digunakan untuk melakukan penelitian sesuai dengan latar belakang, batasan dan rumusan masalah yang diambil. Memotivasi peneliti untuk bisa merancang dan melaksanakan penelitian dengan menggunakan model pembelajaran Tipe TPS (Think Pair Share).Sehingga nantinya diharapkan dapat meningkatkan hasil belajar siswa dalam mata pelajaan matematika kelas IV SDN Kutowinangun 01 Tahun Ajaran 2015/2016.

15 2.4 Kerangka Pikir Berdasarkan kajian teoritis di atas maka dirumuskan kerangka pemikiran sebagai berikut: 1. Penerapan model pembelajaran TPS (Think Pair Share) diharapkan siswa yang pandai akan mengajari pasangannya yang kurang pandai untuk memahami materi pelajaran. 2. Dari proses pembelajaran TPS (Think Pair Share) diharapkan ada kerjasama antar siswa dengan pasangannya dan dapat diadakan sharing antar pasangan dalam kelompok 3. Dengan adanya kerjasama yang efektif diharapkan dapat meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa pada pelajaran matematika. Kondisi Awal Guru menerapkan metode konvensional Hasil belajar Matematika rendah Tindakan Kondisi Akhir Menerapkan model pembelajaran tipe Think Pair share Melalui model pembelajaran TPS hasil belajar meningkat Pembelajaran siklus I menggunakan model TPS Pembelajaran siklus II menggunakan model TPS dengan media Gambar 2.1 Penerapan PTK Model TPS (Think Pair Share)

16 2.5 Hipotesis Tindakan Berdasarkan kajian teori dan kerangka pikir diatas dapat dirumuskan hipotesis sebagai berikut: Model pembelajaran kooperatif tipe TPS (Think Pair Share) dapat meningkatkan hasil belajar matematika pada Siswa Kelas IV SD N Kutowinangun 01 Semester II Tahun Ajaran 2015/2016.