BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Tuntutan masyarakat secara umum untuk meningkatkan kualitas, profesionalisme dan akuntabilitas publik dalam menjalankan aktivitas pengelolaan keuangan pemerintah pusat maupun pemerintah daerah tidak dapat dibendung dan terus meningkat. Seiring dengan hal tersebut, tuntutan pelaksanaan akuntabilitas sektor publik terhadap terwujudnya good governance dan clean governance di Indonesia semakin meningkat. Akuntabilitas dan transparansi pengelolaan keuangan pemerintah pusat maupun pemerintah daerah merupakan tujuan penting reformasi akuntansi dan administrasi sektor publik (Badjuri dan Trihapsari, 2004). Badjuri dan Trihapsari (2004) mengatakan bahwa akuntabilitas dan transparansi tersebut dimaksudkan untuk memastikan bahwa pengelolaan keuangan pemerintah yang dilakukan aparatur pemerintah berjalan dengan baik. Pengelolaan keuangan pemerintah yang baik harus didukung audit sektor publik yang berkualitas, dengan memperkecil kemungkinan pemberian kelonggaran terhadap lembaga pemerintah untuk melakukan penyimpangan khususnya dalam penggunaan anggaran. Menurut Mardiasmo (2008), terdapat tiga aspek utama yang mendukung terciptanya good governance, yaitu pengawasan, pengendalian, dan pemeriksaan. Pengawasan merupakan kegiatan yang dilakukan oleh pihak di luar eksekutif, yaitu masyarakat dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) untuk mengawasi kinerja pemerintahan. Pengawasan internal terhadap penyelenggaraan 1
2 pemerintahan diperlukan untuk mendorong terwujudnya good governance dan clean government serta mendukung penyelenggaraan pemerintahan yang efektif, efisien, transparan, akuntabel serta bersih dan bebas dari praktik korupsi, kolusi, dan nepotisme. Auditor pemerintah daerah memegang peranan yang sangat penting dalam proses terciptanya akuntabilitas dan transparansi pengelolaan keuangan di daerah (Zeyn, 2014). Menurut Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 23 Tahun 2007 yang dimaksud dengan pengawasan atas penyelenggaraan Pemerintah Daerah adalah proses kegiatan yang ditujukan untuk menjamin agar Pemerintah Daerah berjalan secara efisien dan efektif sesuai dengan rencana dan ketentuan peraturan perundangundangan. Pengawasan atas penyelenggaraan Pemerintah Daerah tersebut dilakukan oleh inspektorat sebagaimana diperjelas dalam Peraturan Pemerintah Nomor 20 Tahun 2001 Jo. Peraturan Pemerintah Nomor 79 Tahun 2005 tentang Pedoman Pembinaan dan Pengawasan atas Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah, inspektorat merupakan unsur penunjang pemerintah daerah yang dipimpin oleh seorang kepala yang bertanggungjawab kepada Gubernur/Bupati/Walikota melalui sekretaris daerah, inspektorat sebagai lembaga yang dibentuk untuk melaksanakan pengawasan terhadap kinerja aparatur pemerintah daerah. Peran dan fungsi Inspektorat Propinsi, Kabupaten/Kota secara umum diatur dalam pasal 4 Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 64 Tahun 2007. Pasal tersebut menyatakan bahwa dalam melaksanakan tugas pengawasan urusan pemerintahan, Inspektorat Propinsi, Kabupaten/Kota mempunyai fungsi sebagai berikut: pertama, perencanaan program pengawasan; kedua, perumusan kebijakan
3 dan fasilitas pengawasan; dan ketiga, pemeriksaan, pengusutan, pengujian, dan penilaian tugas pengawasan. Berdasarkan pada Peraturan Pemerintah Nomor 60 Tahun 2008 tentang Sistem Pengendalian Intern Pemerintah, pengawasan internal di lingkungan Pemerintah Pusat dan Daerah dilakukan oleh Aparat Pengawasan Intern Pemerintah (APIP). Aparat Pengawasan Intern pemerintah (APIP) terdiri dari Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan (BPKP), Inspektorat Jenderal/ Inspektorat/Unit Pengawasan Intern pada Kementerian/Kementerian Negara, Inspektorat Utama/Inspektorat Lembaga Pemerintah non Kementerian, Inspektorat/Unit Pengawasan Intern pada Kesekretariatan Lembaga Tinggi Negara dan Lembaga Negara, Inspektorat Provinsi/Kabupaten/Kota dan Unit Pengawasan Intern pada Badan Hukum Pemerintah Lainnya sesuai dengan Peraturan Perundangundangan. Lebih lanjut, Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2004 tentang Pemeriksaan dan Pengelolaan Tanggung Jawab Keuangan Negara, Aparat Pengawas Internal Pemerintah di Inspektorat daerah berfungsi sebagai pemeriksa internal yang melakukan pengawasan dan pemeriksaan atas penerapan peraturan perundangundangan tersebut di pemerintah daerah. Aparat Pengawas Internal Pemerintah di Inspektorat daerah diharapkan dapat melakukan pengawasan berkaitan dengan penggunaan dan pengelolaan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD). Kualitas audit yang dilakukan oleh aparat Inspektorat Provinsi, Kota, dan Kabupaten saat ini masih menjadi sorotan. Salah satu kabupaten yang menjadi sorotan kurang berkualitasnya audit yang dilakukan APIP yaitu Kabupaten Klaten.
4 Hal ini dikarenakan APIP di Kabupaten Klaten masih berada pada level 2/lower levels dalam tahapan leveling APIP yang dilakukan oleh BPKP berdasarkan model IA-CM (Internal Audit Capability Model) yang mengadopsi The Institute of Internal Auditor, dimana level 2 memiliki karakteristik: - Unit internal audit membangun dan memelihara proses secara berulang-ulang dengan demikian kemampuan akan meningkat; - Unit internal audit telah memiliki aturan tertulis mengenai pelaporan kegiatan audit intern, infrastruktur manajemen dan administrasi, serta praktik profesional dan proses yang sedang dibangun; - Perencanaan audit ditentukan berdasarkan prioritas manajemen; - Masih ketergantungan pada ketrampilan dan kompetensi orang-orang tertentu; - Penerapan standar masih parsial. Menurut Sutton (1993), penilaian kualitas audit pada umumnya selalu ditinjau dari pihak auditor. Sementara kualitas audit yang baik memberikan konsekuensi bagi auditee. Salah satu bentuk konsekuensi tersebut adalah kepuasan auditee. Philip Kotler (1994) dalam Widagdo (2002) mendefinisikan kepuasan auditee sebagai tingkat perasaan seseorang setelah membandingkan kinerja atau hasil yang dirasakan dengan harapannya. Kualitas audit yang dirasakan auditee diperoleh melalui pengalaman diaudit atau diperiksa. Auditee akan terkesan dan merespon atas apa yang dialami termasuk dalam hal pengkomunikasian hasil pemeriksaan. Hall dan Elliot (1993) menyimpulkan bahwa kualitas jasa audit dan kepuasan auditee merupakan sesuatu yang berdiri sendiri. Namun atribut-atribut
5 kualitas audit seharusnya memberikan penjelasan mengenai faktor-faktor yang menentukan kepuasan auditee. Demikian hal ini juga berlaku untuk kualitas audit dalam sektor pemerintahan, yang memberikan pelayanan jasa audit terhadap instansi pemerintah baik pusat, maupun daerah. Salah satu keberhasilan proses audit ditentukan oleh adanya kerjasama yang diberikan oleh auditee. Pemeriksa atau auditor harus mampu memberikan jasa audit yang terbaik sesuai yang diharapkan auditee dan sebaiknya memberikan kontribusi untuk meningkatkan kinerja auditee. Audit yang memberikan nilai tambah bagi kinerja auditee tentunya akan memberikan kepuasan kepada auditee. Kualitas dan kepuasan auditee melambangkan dua hal yang penting tetapi memiliki konsep yang berbeda (Behn et al., 1997). Oleh karena itu, sebagai penyedia jasa, auditor harus berusaha keras untuk mewujudkan keduanya, dengan memberikan kualitas audit yang lebih tinggi dan mendapatkan kepuasan auditee yang lebih tinggi. Kualitas audit menurut De Angelo (1981) didefinisikan sebagai probabilitas seorang auditor yang dapat menemukan dan melaporkan penyelewengan dalam sistem akuntansi klien. Basuki dan Krisna (2006) menyatakan bahwa kualitas audit merupakan suatu isu yang komplek, karena begitu banyak faktor yang dapat mempengaruhi kualitas audit, yang tergantung dari sudut pandang masing-masing pihak. Hal tersebut menjadikan kualitas audit sulit pengukurannya, sehingga menjadi suatu hal yang sensitif bagi perilaku individual yang melakukan audit. Secara teoritis kualitas pekerjaan auditor biasanya dihubungkan dengan kualifikasi keahlian, ketepatan waktu penyelesaian pekerjaan,
6 kecukupan bukti pemeriksaan yang kompeten pada biaya yang paling rendah serta sikap independensinya dengan klien. Samelson et al. (2006) menunjukkan bahwa pengalaman tim audit, pemahaman terhadap industri klien, responsif atas kebutuhan klien, dan keterlibatan pimpinan KAP memberikan pengaruh terhadap kepuasan auditee. Zawitri (2009) menemukan perbedaan, hanya professional care dan commitment yang berhubungan positif dan signifikan terhadap kepuasan auditee. Hasil yang berbeda juga ditunjukkan Miswaty (2009) yang menunjukkan atribut keahlian, bekerja dengan tepat dan sikap skeptis auditor terbukti berhubungan secara signikan terhadap kepuasan auditee. Leiwaskabessy (2013) juga menunjukan hasil yang berbeda hanya variabel reputasi, keahlian, kapabilitas, independensi, dan sikap responsif auditor yang memiliki pengaruh positif dan signifikan terhadap kepuasan auditee. Mengacu pada beberapa penelitian terdahulu yang menguji pengaruh kualitas audit pada sektor private dan sektor publik terhadap kepuasan auditee yang memperlihatkan hasil berbeda-beda dengan masih terbatasnya jumlah penelitian mengenai kualitas audit internal di Pemerintah Daerah dan belum pernahnya penelitian mengenai topik tersebut dilakukan di Kabupaten Klaten, penulis tertarik untuk meneliti kembali topik tersebut, dengan mengambil judul Analisis Pengaruh Atribut-atribut Kualitas Audit Terhadap Kepuasan Auditee (Studi Pada Pemerintah Daerah Kabupaten Klaten).
7 1.2 Rumusan Masalah Perubahan paradigma yang terjadi dalam proses pemeriksaan laporan keuangan pemerintah daerah telah membawa tuntutan terhadap peningkatan kualitas audit intern pemerintah daerah. Kualitas audit sebenarnya melekat pada auditor sebagai pihak pelaksana dari audit (Otley dan Pierce, 1996). Anggota tim audit harus memiliki kompetensi di beberapa bidang ilmu atau pekerjaan (di semua sektor yang di periksa), agar kualitas audit pemerintah berkualitas. Terbatasnya jumlah penelitian di Indonesia yang menilai kualitas audit internal pemerintah daerah menjadi alasan peneliti untuk melakukan penelitian ini dengan didukung belum pernah dilakukannya penelitian mengenai kualitas audit (Inspektorat Daerah) terhadap kepuasan auditee di Pemerintah Daerah Kabupaten Klaten. Peneliti melakukan survei kepuasan auditee untuk menangkap aspirasi dan kebutuhan auditee secara lebih lengkap dan bermakna karena kepuasan pengguna jasa dalam akuntansi adalah central dari profesi akuntansi. Ketika ingin menilai berkualitas atau tidaknya suatu produk atau jasa maka perspektif dari pengguna yang perlu untuk diketahui (Miswaty, 2009). 1.3 Pertanyaan Penelitian Mengacu pada latar belakang masalah yang telah disampaikan, maka pertanyaan penelitian yang diajukan adalah: Apakah terdapat pengaruh atributatribut kualitas audit terhadap kepuasan auditee di Pemerintah Daerah Kabupaten Klaten?
8 1.4 Tujuan Penelitian Berdasarkan latar belakang penelitian yang telah dikemukakan, tujuan penelitian ini adalah untuk mendapatkan bukti empiris dengan menguji apakah atribut-atribut kualitas audit berpengaruh terhadap kepuasan auditee di Pemerintah Daerah Kabupaten Klaten. 1.5 Motivasi Penelitian Audit internal pemerintah daerah memiliki peranan penting bagi pemerintahan dalam upaya mencapai tujuannya secara efektif dan efisien. Pelaksanaan internal audit yang baik perlu mendapat dukungan dari auditee, namun demikian atribut-atribut kualitas audit yang mendukung tercapainya kepuasan auditee khususnya di Pemerintah Daerah Kabupaten Klaten hingga saat ini belum pernah diteliti, apakah atribut-atribut kualitas audit yang dimiliki auditor memberikan pengaruh dalam kepuasan auditee. Hal ini memotivasi penulis untuk melakukan penelitian mengenai pengujian pengaruh atribut-atribut kualitas audit internal pemerintah daerah di Kabupaten Klaten. 1.6 Kontribusi Penelitian Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi kepada beberapa pihak, antara lain: 1. Kontribusi bagi Pemerintah Daerah Kabupaten Klaten Penelitian ini merupakan studi kasus yang dilakukan pada Pemerintah Daerah Kabupaten Klaten. Hasil dari penelitian ini berupa kesimpulan yang
9 mengacu pada analisis data, yang dilakukan sesuai dengan tujuan penelitian, yang merupakan representasi dari keadaan nyata. Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi referensi, masukan, saran, serta sumbangsih pikiran untuk meningkatkan atribut-atribut kualitas audit internal yang dimiliki auditor internal sehingga memberikan kepuasan tersendiri bagi auditee. Hal ini dilakukan dalam rangka meningkatkan kinerja Pemerintah Daerah Kabupaten Klaten. 2. Kontribusi bagi Akademisi Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan dan pengetahuan yang sifatnya empiris kepada akademisi mengenai atribut-atribut kualitas audit internal yang berpengaruh terhadap kepuasan auditee. 3. Kontribusi bagi Penulis Penelitian ini menjadi sarana bagi penulis untuk mengimplementasi pengetahuan teoritis tentang kualitas audit internal pemerintah daerah, serta membandingkannya dengan fakta atau kondisi empiris yang terjadi di lapangan. 4. Kontribusi bagi Peneliti Lain Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi referensi empiris bagi peneliti lain atau peneliti selanjutnya yang berminat untuk mengkaji atribut-atribut kualitas audit internal yang berpengaruh terhadap kepuasan auditee. 1.7 Proses Penelitian Proses penelitian yang akan dilakukan dalam penelitian ini dapat digambarkan sebagai berikut:
10 Sumber: Pedoman Umum Penulisan Tesis (Program Maksi UGM, 2015). Gambar 1.1. Tahapan Penelitian 1.8 Sistematika Penulisan Penulisan tesis yang berupa laporan penelitian ini menggunakan sistematika sebagai berikut: BAB I : Pendahuluan Bagian ini menguraikan tentang latar belakang, perumusan masalah, pertanyaan penelitian, tujuan penelitian, motivasi penelitian, proses penelitian, dan kontribusi penelitian. BAB II : Tinjauan Pustaka Bagian ini membahas teori yang melandasi penelitian ini dan penelitian terdahulu yang telah dilakukan. BAB III : Latar Belakang Kontekstual Penelitian Bagian ini menguraikan mengenai gambaran umum objek yang diteliti.
11 BAB IV : Rancangan Penelitian Bagian ini menguraikan pembahasan pengambilan data dan analisis data dalam penelitian ini. BAB V : Pemaparan Temuan Bab ini menjelaskan temuan-temuan sebagai hasil dari investigasi lapangan yang menunjukkan fakta-fakta yang dapat digunakan untuk menjawab pertanyaan penelitian. BAB VI : Ringkasan dan Pembahasan Berisi pembahasan yang menunjukkan penjelasan mendalam mengenai hasil yang diperoleh dan implikasinya. BAB VII : Simpulan dan Rekomendasi Bagian ini memaparkan mengenai simpulan yang menjawab tujuan penelitian dan rekomendasi penelitian yang menunjukkan implikasi dari hasil penelitian untuk diterapkan di dunia praktek untuk memecahkan permasalahan yang diteliti.