BAB I PENDAHULUAN. dengan tuntutan dan kebutuhan masyarakat, bersamaan dengan perubahan

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. bangsa Indonesia kini sedang dihadapkan pada persoalan-persoalan kebangsaan

BAB I PENDAHULUAN. dapat menghadapi segala tantangan yang akan timbul, lebih-lebih dalam

BAB I PENDAHULUAN. Islam memandang manusia sebagai makhluk yang termulia dan sempurna. Ia

BAB I PENDAHULUAN. diperbincangkan, baik dari kalangan praktisi pendidikan, politisi, masyarakat

BAB I PENDAHULUAN. dan perkembangan bangsa. Pendidikan Agama Islam akan mengenalkan bangsa

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana

BAB I PENDAHULUAN. pengetahuan, berketerampilan, dan berakhlak mulia. hubungan ini tepat sekali ajaran agama Islam yang menjunjung tinggi ilmu

BAB I PENDAHULUAN. rangka mencerdaskan kehidupan bangsa yang diatur dengan undang-undang.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah dan Penegasan Judul

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah dan Penegasan judul

BAB I PENDAHULUAN. Sehubungan dengan itu Allah Swt berfirman dalam Alquran surah At-Tahrim

BAB I PENDAHULUAN. kondisi sosial kultural masyarakat Indonesia( Hamalik, 2001: 1)

BAB I PENDAHULUAN. yang harus dipenuhi sepanjang hayat. Pendidikan pada dasarnya. tidak hanya menyampaikan dan memberi hafalan. Pendidikan yang ideal

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan adalah suatu proses yang kompleks yang terjadi pada diri

BAB I PENDAHULUAN. akan mendorong individu untuk melakukan hal-hal yang lebih baik. Minat

BAB I PENDAHULUAN. dipengaruhi oleh pendidikan formal informal dan non-formal. Penerapan

BAB I PENDAHULUAN. belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan

BAB I PENDAHULUAN. Sebagaimana firman Allah SWT dalam surat Al-Mujadilah ayat 11:

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah dan Penegasan Judul. martabat manusia, karena dari proses pendidikan itu

BAB I PENDAHULUAN. dirumuskan itu bersifat abstrak sampai pada rumusan-rumusan yang dibentuk

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan adalah upaya mencerdaskan kehidupan bangsa, dan lewat

BAB I PENDAHULUAN. mencapai tujuan pendidikan yang diinginkan. Pendidikan adalah usaha sadar

BAB I PENDAHULUAN. ini. Kenyataan ini menunjukkan bahwa manusia memerlukan pendidikan. Akan

BAB I PENDAHULUAN. posisi itu selalu didambakan oleh semua orang yang benar dan orang yang

BAB I PENDAHULUAN. pembelajaran bagi individu agar berkembang dan tumbuh menjadi manusia yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah dan Penegasan Judul. diantara ajaran tersebut adalah mewajibkan kepada umatnya untuk melaksanakan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah dan Penegasan Judul. berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, dan mandiri.

BAB I PENDAHULUAN. sangat dianjurkan pelaksanaannya oleh Allah SWT. Islam juga memerintah

BAB I PENDAHULUAN. kepribadian dan kemampuan menuju kedewasaan serta pembentukan manusia

BAB I PENDAHULUAN. dirumuskan itu bersifat abstrak sampai pada rumusan-rumusan yang dibentuk

BAB I PENDAHULUAN. derajat dan kedudukan suatu negara tersebut menjadi lebih tinggi. Sebagaimana

BAB I PENDAHULUAN. sesuatu yang penting dan utama dalam konteks pembangunan bangsa dan Negara,

BAB I PENDAHULUAN. kebutuhan primer manusia sebagai makhluk sosial bahkan pada situasi tertentu,

BAB I PENDAHULUAN. * Seluruh Teks dan terjemah Al-Qur`ān dalam skripsi ini dikutip dari Microsoft Word Menu Add-Ins

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan Agama Islam merupakan salah satu aspek penting dalam

BAB I PENDAHULUAN. potensi anak didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan

3BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah dan Penegasan Judul. bagi rakyatnya, sehingga mampu mandiri dan dapat membangun bangsa.

BAB I PENDAHULUAN. Setiap manusia terlahir dengan mempunyai faktor bawaan naluri dalam

PEMERINTAH KABUPATEN SUMENEP

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah dan Penegasan Judul. bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa. Hal ini sejalan dengan tujuan pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. berbangsa dan bernegara. Maju mundur suatu bangsa sebagian besar ditentukan

Islam adalah satu-satunya agama yang haq dan diridhoi Alloh SWT yang. disampaikan melalui nabi Muhammad SAW kepada seluruh umat manusia agar

BAB I PENDAHULUAN. terutama generasi muda sebagai pemegang estafet perjuangan untuk mengisi

BAB I PENDAHULUAN. proses optimalisasi yang memerlukan waktu serta tahapan-tahapan tertentu. yang memiliki ilmu pengetahuan yang luas dan berprestasi.

BAB I PENDAHULUAN. nasional sebagaimana yang dirumuskan dalam Undang-Undang RI No.20 Tahun

BAB I PENDAHULUAN. Mempelajari pendidikan Islam sangat penting bagi kehidupan setiap. muslim karena pendidikan merupakan suatu usaha yang membentuk

BAB I PENDAHULUAN. Dalam upaya meningkatkan mutu pendidikan nasional, pemerintah khususnya

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan di tingkat Madrasah Ibtidaiyah merupakan lembaga pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. pembinaan kepada anak-anaknya dengan memberikan bimbingan, perintah,

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan formal yang paling dasar. Di tingkat ini, dasar-dasar ilmu pengetahuan,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Firman Allah SWT. Dalam Surat Al-Mujaadilah [58:11]:

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan adalah modal utama bagi suatu bangsa dalam upaya meningkatkan

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan suatu hal yang sangat penting dalam kehidupan.

BAB I PENDAHULUAN. selesai sampai kapanpun, sepanjang ada kehidupan manusia di dunia ini, karena

BAB I PENDAHULUAN. tercapainya suatu tujuan Pendidikan Nasional. bersaing dan menyesuaikan diri dengan perubahan zaman tersebut.

BAB I PENDAHULUAN. terkecuali bangsa Indonesia. Pemerintah selalu berupaya untuk mewujudkan

BAB I PENDAHULUAN. oleh kualitas sumber daya manusianya. Untuk meningkatkan kualitas manusianya

BAB I PENDAHULUAN. Hal ini disebabkan karena segala aktivitas kehidupan manusia membutuhkan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan upaya untuk mencerdaskan, kehidupan bangsa dan

BAB I PENDAHULUAN. suatu kelompok manusia dapat berkembang sejalan dengan aspirasi (cita-cita)

BAB I PENDAHULUAN. sebuah instansi, organisasi maupun lembaga-lembaga lainnya. Adapun

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan hal yang tidak bisa dipisahkan dalam kehidupan

BAB I PENDAHULUAN. Allah swt Berfirman. dalam surat Al-Mujadallah ayat 11.

BAB I PENDAHULUAN. Di antara berbagai program kegiatan pembangunan nasional, salah satunya

NILAI-NILAI PENDIDIKAN KARAKTER DALAM SURAT LUQMAN AYAT (Kajian Tafsir Al Misbah, Tafsir Ibnu Katsir dan Tafsir Fi Zhilalil Qur an)

BAB I PENDAHULUAN. Undang No. 20 Tahun 2003 Bab II Pasal 3 sebagai berikut. Hal ini sejalan pula dengan Hadist Rasulullah SAW dari Abu Hurairah r.a.

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan adalah hal yang penting dan tidak dapat dipisahkan dari kehidupan.

BAB I PENDAHULUAN. UU No. 20 tahun 2003 tentang sistem Pendidikan Nasional disebutkan bahwa:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Islam adalah diajarkannya cara menulis Al-Quran dan Hadits. Pembelajaran

BAB I PENDAHULUAN. beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah dan Penegasan Judul. lingkungan masyarakat atau dalam istilah lain yaitu jalur pendidikan sekolah dan

BAB I PENDAHULUAN. yang membedakan manusia dengan makhluk lainnya. Untuk mengembangkan potensi yang dimiliki oleh manusia tersebut maka

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan nasional merupakan pelaksanaan pendidikan suatu negara

memberikan gairah dan motivasi kepada para siswa. Sesuai dengan Undang dengan visi misi pendidikan nasional dan reformasi pendidikan menyebutkan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah dan Penegasan Judul. Maju tidaknya peradaban manusia, tidak terlepas dari eksistensi pendidikan.

BAB I PENDAHULUAN. lingkungan masyarakat adalah orang-orang dewasa, orang-orang yang. dan para pemimpin formal maupun informal.

BAB I PENDAHULUAN. akan pentingnya pendidikan harus dilaksanakan sebaik-baiknya sehingga dapat

BAB I PENDAHULUAN. dijangkau dengan sangat mudah. Adanya media-media elektronik sebagai alat

NASKAH PUBLIKASI. Disusun untuk memenuhi sebagian persyaratan Guna mencapai derajat Sarjana S-1. Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan

BAB I PENDAHULUAN. secara sistematis dan terencana dalam setiap jenis dan jenjang pendidikan.

BAB I PENDAHULUAN. menjadi dasar untuk mencapai tujuan tersebut, pendidikan berupaya

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. dirumuskan itu bersifat abstrak sampai pada rumusan-rumusan yang dibentuk. khusus memudahkan pencapaian tujuan yang lebih tinggi.

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan usaha manusia untuk menumbuhkan dan. mengembangkan potensi dan kemampuan anak didik sesuai dengan nilai-nilai

BAB I PENDAHULUAN. bergaul satu sama lain. Dalam pergaulan di masyarakat, interaksi sesama manusia

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan zaman kualitas hidup serta cara berpikir seseorang akan jauh lebih

BAB I PENDAHULUAN. dalam keluarga, masyarakat, maupun kehidupan berbangsa dan bernegara. Maju

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Al-Qur an merupakan kitab suci umat Islam yang berisi firman Allah

BAB I PENDAHULUAN. penting karena dapat menentukan perkembangan dan kemajuan suatu kelompok

BAB I PENDAHULUAN. Implementasi Kurukulum 2013 Pada Pembelajaran PAI Dan Budi Pekerti

BAB I PENDAHULUAN. maju. Dalam Al-qur an surah ar-ra du ayat 11 Allah SWT berfirman:

BAB I PENDAHULUAN. dan mendidik hingga pada akhirnya terjadi keseimbangan antara fisik dan mental.

BAB I PENDAHULUAN. merubah dirinya menjadi individu yang lebih baik. Pendidikan berperan

BAB I PENDAHULUAN. keseimbangan dan keserasian antara aspek-aspek material dan spiritual. Untuk

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat, bangsa, dan negara. Pasal 4 menjelaskan pula bahwa. warga negara yang demokratis serta bertanggungjawab dalam rangka

BAB I PENDAHULUAN. untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia. 1. dan meningkatkan kualitas sumber daya manusia yang beriman dan bertaqwa

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan dibidang pendidikan merupakan sara dan wahana yang sangat baik

BAB I PENDAHULUAN. Manusia adalah makhluk yang dinamis dan bercita-cita ingin meraih

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dunia pendidikan sedang diguncang oleh berbagai perubahan sesuai dengan tuntutan dan kebutuhan masyarakat, bersamaan dengan perubahan tersebut kita ditantang untuk dapat menjawab berbagai permasalahan lokal dan perubahan global yang terjadi begitu pesat (Mulyasa, 2007: 3). Masalah-masalah pokok yang dihadapi bangsa Indonesia seperti kemiskinan, pengangguran, KKN, dan kekerasan (baik secara individu ataupun kelompok) belum dapat diselesaikan secara maksimal. Menurut banyak kalangan, persoalan-persoalan yang dihadapi itu disebabkan karena rendahnya kualitas sumber daya manusia (SDM) yang dimiliki oleh bangsa Indonesia (Kunandar, 2007: 7-8). Bersamaan dengan itu, bangsa Indonesia dihadapkan pada fenomena yang sangat dramatis, yakni rendahnya daya saing hal ini menjadi indikator bahwa pendidikan yang diselenggarakan di negara kita belum mampu menghasilkan sumber daya manusia (SDM) yang berkualitas (Mulyasa, 2007: 3). Beberapa indikator yang menunjukkan rendahnya kualitas pendidikan di Indonesia sebagaimana dikemukakan oleh Kunandar (2007: 1-2) yaitu: Pertama, lulusan dari sekolah atau perguruan tinggi yang belum siap memasuki dunia kerja karena minimnya kompetensi yang dimiliki. Kedua, peringkat Human Developement Index (HDI) Indonesia yang masih rendah seperti tahun 2004 peringkat 111 dari 117 negara dan tahun 2005 peringkat 110 di bawah Vietnam dengan peringkat 108. Ketiga, laporan International Educational Achievement (IEA) bahwa kemampuan membaca siswa SD Indonesia berada di urutan 38 dari 39 negara yang disurvei. Keempat, mutu akademik antarbangsa melalui 1

2 PISA (Program for International Student Assasement) 2003 menunjukkan bahwa 41 negara yang disurvei untuk bidang IPA, Indonesia menempati peringkat ke-38, sementara untuk bidang matematika dan kemampuan membaca menempati peringkat ke-39. Kelima, laporan World Competitiveness Yearbook tahun 2000, daya saing SDM Indonesia berada pada posisi 46 dari 47 negara yang disurvei. Keenam, posisi perguruan tinggi Indonesia yang dianggap favorit, seperti Universitas Indonesia dan Universitas Gajah Mada hanya berada pada posisi ke-61 dan 68 dari 77 perguruan tinggi di Asia. Ketujuh, ketertingalan bangsa indonesia dalam bidang IPTEK dibanding negara tetangga seperti Malaysia, Singapura, dan Thailand. Melihat hasil survei oleh di atas, sangat menggambarkan bahwa penyelenggaraan pendidikan di negara Indonesia belum bisa dikatakan sebagai pendidikan yang berkualitas dan berhasil. padahal kalau kita memperhatikan rumusan fungsi dan tujuan pendidikan yang dicita-citakan oleh pendidkan nasional sangatlah ideal. Undang-Undang No.20 tahun 2003 (Sisdiknas, pasal 3), merumuskan fungsi dan tujuan pendidikan nasional adalah sebagai berikut: Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembansa potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertangung jawab (Mendiknas, 2005: 5-6). Salah satu komponen penting yang harus diperhatikan secara terus menerus dalam meningkatkan kualitas pendidikan adalah guru (pendidik). Pendidik adalah orang dewasa yang bertanggung jawab memberikan pertolongan kepada peserta didik dalam perkembangan jasmani dan ruhaninya, agar mencapai tingkat kedewasaan, mampu mandiri dalam memenuhi tugasnya sebagai hamba Allah dan khalifah Allah dan mampu melaksanakan tugas sebagai makhluk sosial dan sebagai makhluk individu yang mandiri (Umar, 2010: 83).

3 Guru (pendidik) dalam konteks pendidikan mempunyai peranan yang besar dan strategis. Hal ini disebabkan karena pendidik menjadi subjek terdepan dalam proses pelaksanaan pendidikan. Pendidik adalah sosok yang langsung berhadapan dengan peserta didik dalam mentransfer ilmu pengetahuan dan teknologi, sekaligus mendidik putra bangsa dengan nilai-nilai konstruktif. Pendidik dengan demikian mengemban misi dan tugas yang berat, sehingga profesi pendidik dipandang sebagai tugas mulia. Meskipun demikian, dalam realitasnya pendidik selalu dipandang sebelah mata dan untuk menghibur mereka, digelarilah sebagai pahlawan tanpa tanda jasa (Janawi, 2011: 10). Melihat konteks pendidikan agama Islam, masih banyak pendidik PAI yang belum bisa menulis ayat-ayat al-qur an dengan benar dan baik, belum bisa membaca al-qur an yang benar dan baik sesuai dengan ilmu tajwid, tidak mampu menjawab masalah fikih sederhana yang tumbuh dan berkembang di masyarakat, kurang menguasai sejarah Islam, dan seterusnya (Muhaimin, 2011: 194). Sungguh memilukan, menjadi orang yang mendidik agama tetapi tidak memahami apa yang diajarkan. Tuntutan-tuntutan tersebut tentu harus segera direspon oleh para pendidik dengan bersedia dan bersemangat melanjutkan studi ke jenjan yang lebih tinggi, baik di dalam maupun di luar negeri. Semakin tinggi tingkat studi mereka, maka semakin dapat meningkatkan kualitas kompetensinya. Bagi guru (pendidik), akan lebih utama jika mereka melanjutkan studi pada jenjang pascasarjana (S-2) meskipun standar pendidikan minimal mereka strata satu (S-

4 1). Sedangkan bagi dosen seharusnya semuanya menempuh program doktor kecuali bagi yang sangat mendekati pension. Kalau dosen menempuh post doctoral, itu akan lebih baik. Pendidik harus sering melibatkan diri dalam berbagai kegiatan ilmiah baik itu berupa seminar, dialog, sarasehan, konferensi, workshop, bedah buku, studi banding, sandwich, research fellow, penelitian, dan penulisan karya ilmiah baik untuk jurnal, makalah seminar, buku ilmiah, pengantar buku karya orang lain, penyuntingan, penerjemahan, buku modul, diktat, dan sebagainya (Qomar, 2013: 147-148). Merosotnya kualitas pendidikan di Indonesia tentunya tidak terlepas dari merosotnya kualitas yang dimiliki oleh para pendidik. Walau demikian, merosotnya kualitas pendidikan di Indonesia juga tidak boleh sepenuhnya menyalahkan para pendidik. Karena pendidik hanyalah salah satu komponen saja dalam proses pendidikan. Selain pendidik, masih banyak faktor lain yang ikut menentukan kualitas pendidikan, seperti sistem pendidikan yang diterapkan bangsa, perhatian pemerintah dan bangsa terhadap pendidikan itu sendiri, penyaluran dana, pola pengelolaan dan faktor lain yang secara inheren sebagai bagian dari proses pendidikan itu sendiri (Janawi, 2011: 12). Guru (pendidik) dalam pendidikan Islam juga merupakan figur yang sangat penting, begitu pentingnya pendidik sehingga menempatkan mereka setingkat di bawah kedudukan para Nabi dan Rasul. Maka dalam pendidikan Islam, pendidik adalah komponen yang sangat penting dalam sistem kependidikan, karena ia yang mengantarkan peserta didik pada tujuan yang telah ditentukan, bersama komponen yang lain terkait dan lebih bersifat

5 komprehensif. Peranan pendidik dalam menunjang keberhasilan pendidikan sangat penting. Karena itu, upaya apa pun yang diselenggarakan untuk meningkatkan mutu pendidikan harus bersentuhan dengan sumber daya guru (pendidik) (Fathurrahman dan Sulistyorini, 2012: 5). Kehadiran guru (pendidik) dalam proses pembelajaran merupakan peranan yang sangat penting, peran guru (pendidik) itu sampai saat ini masih belum dapat digantikan oleh teknologi sekali pun seperti radio, televisi, tape recorder, komputer, internet maupun teknologi yang paling modern. Banyak unsur-unsur manusiawi seperti sikap, sistem nilai, perasaan, motivasi kebiasaan dan keteladanan, yang diharapkan dari hasil proses pembelajaran yang semua itu tidak dapat dicapai kecuali melalui pendidik (Izzan dan Saehudin, 2012: 161). Begitu pentingnya peranan pendidik dalam pendidikan, Qomar bahkan menyebutkan pendidik (guru/dosen/ustadz) merupakan jantung dari pendidikan Islam di samping perpustakaan, dan laboratorium (Qomar, 2013: 143-144). Menghadapi kenyataan seperti di atas tentunya pendidik dituntut untuk senantiasa meningkatkan kompetensinya. Dalam Undang-Undang Republik Indonesia nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru Bab IV Pasal 10, ditegaskan bahwa kompetensi guru meliputi kompetensi pedagogik, kompetensi kepribadian, kompetensi sosial, dan kompetensi profesional yang diperoleh melalui pendidikan profesi (Mendiknas, 2006: 10). Sedangkan dalam pendidikan Islam, menurut Hamruni sebagaimana dikutip Fahturrahman dan Sulistyorini (2012: 122), pendidik harus memiliki kompetensi yang lengkap karena akan menjadi landasan keberhasilan baginya dalam menjalankan

6 tugasnya. Beberapa kompetensi yang harus dimiliki itu di antaranya yaitu: kompetensi pesonal-religius, kompetensi sosial-religius, kompetensi profesional-religius, dan kompetensi pedagogik-religius. Al-Qur an berbicara tentang pokok-pokok ajaran tentang Tuhan, Rasul, kejadian dan sikap manusia, alam jagat raya, akhirat, akal dan nafsu, ilmu pengetahuan, amar makruf nahi munkar, pembinaan generasi muda, kerukunan hidup antarumat beragama, pembinaan masyarakat dan penegakan disiplin. Namun demikian, al-qur an bukanlah kitab suci yang siap pakai, dalam arti berbagai konsep yang dikemukakan al-qur an tersebut tidak langsung dapat dihubungkan dengan berbagai masalah tersebut. Ajaran al-qur an tampil dalam sifatnya yang global, dan general. Untuk dapat memahami ajaran al-qur an tentang berbagai masalah tersebut, maka seseorang harus melewati jalur tafsir sebagaimana yang telah dilakukan para ulama (Nata, 2002: 1-2). Di antara masalah yang membutuhkan tuntunan dari al-qur an adalah tentang bagaimana seharusnya menjadi seorang pendidik yang berkompeten. Surah al- Alaq terdiri dari 19 ayat. Kata al- Alaq yang berarti segumpal darah, diambil dari ayat 2. al- Alaq adalah surah ke 96. Surah ini disepakati turun di Mekah sebelum Nabi berhijrah, bahkan hampir semua ulama sepakat bahwa wahyu al-qur an pertama yang diterima Nabi Muhammad saw. adalah lima ayat pertama surah ini. Tema utama yang terdapat di dalamnya adalah tentang pengajaran kepada Nabi Muhammad saw. serta penjelasan tentang Allah dalam sifat dan perbuatan-nya, dan bahwa Dia adalah sumber ilmu pengetahuan (Shihab, 2002: 389-391).

7 Surah al- Alaq dimulai dengan perintah untuk membaca, menelaah, meneliti dengan syarat semua hal tersebut harus dilakukan dengan atau demi nama Tuhan yang selalu memelihara dan membimbing manusia. Kemudian menjelaskan tentang adanya potensi yang dimiliki manusia, yaitu sebagai makhluk sosial yang selalu membutuhkan bantuan sesamanya. Selanjutnya menjelaskan pentingnya kesadaran akan kehadiran Tuhan di alam raya ini serta pengetahuan-nya akan gerak langkah serta detak-detik hati manusia, akan mengantarkan kepada kesadaran akan jati diri manusia serta peran yang harus diembannya dalam kehidupan ini. Tafsir Al-Mishbah yang ditulis oleh M. Quraish Shihab berjumlah XV volume, mencakup keseluruhan isi al-qur an sebanyak 30 juz. Kitab ini pertama kali diterbitkan oleh Penerbit Lentera Hati, Jakarta, pada 2000. Kemudian dicetak lagi untuk kedua kalinya pada 2004. (Masduki, 2012: 20). Warna keindonesiaan yang ditampilkan oleh penulis menjadikan penafsirannya menarik dan khas, serta sangat relevan untuk memperkaya khazanah pemahaman dan penghayatan umat Islam terhadap rahasia makna ayat Allah swt. (Aminah, 2013: 94-95). M. Quraish Shihab termasuk ulama yang juga terjun langsung di dunia pendidikan, ini terlihat dari pengalamannya yang menjabat di berbagai jabatan akademis. Seperti setelah pulang menyelesaikan pendidikan magister, ia membantu ayahnya membina perguruan tinggi di Ujungpandang. Quraish Shihab dipercaya untuk menjabat Wakil Rektor bidang Akademis dan Kemahasiswaan pada IAIN Alaudin. Juga terpilih sebagai Koordinator

8 Perguruan Tinggi Swasta (Wilayah VII Indonesia Bagian Timur) (Aminah, 2013: 73). Sejak tahun 1984, Quraish Shihab ditugaskan di Fakultas Ushuluddin dan Fakultas Pascasarjana IAIN Syarif Hidayatullah, Jakarta. Selain itu, di luar kampus ia juga dipercaya menduduki berbagai jabatan, antara lain ketua Majelis Ulama Indonesia (MUI) Pusat sejak 1984, anggota Lajnah Pentashih al-qur an Departemen Agama sejak 1989, anggota Badan Pertimbangan Pendidikan Nasional sejak 1989 (Masduki, 2012: 12). Melihat fenomena-fenomena di atas, maka penulis tertarik untuk mengkaji masalah kompetensi pendidik dalam pendidikan Islam perspektif al- Qur an. Dengan judul Kompetensi Pendidik dalam Pendidikan Islam Perspektif Al-Qur an (Telaah Tafsir Al-Mishbah Surah Al- Alaq). B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka rumusan masalah dalam penelitian adalah bagaimana kompetensi pendidik dalam perspektif al- Qur an, yang terdapat dalam Tafsir Al-Mishbah surah al- Alaq?. C. Tujuan Penelitian Tujuan utama penelitian ini adalah untuk menjawab permasalahan sebagaimana yang telah dirumuskan di atas, yang secara umum mendeskripsikan kompetensi pendidik yang terdapat dalam al-qur an surah al- Alaq yang terdapat dalam Tafsir Al-Mishbah. Maka terdapat tujuan yang hendak dicapai dalam penelitian ini, yaitu: Mendeskripsikan kompetensi

9 pendidik dalam perspektif al-qur an yang terdapat dalam Tafsir Al-Mishbah surah al- Alaq. D. Manfaat Penelitian 1. Manfaat Secara Teoritis Penelitian ini diharapkan dapat memberi sumbangan pemikiran pendidikan Islam sehingga tercipta pendidikan Islam yang maju. Selain itu penelitian ini diharapkan dapat dijadikan bahan informasi, bahan kajian untuk penelitian lebih lanjut, khususnya dalam penelitian yang berhubungan dengan kompetensi pendidik dalam bingkai pendidikan Islam. 2. Manfaat Secara Praktis Adapun secara praktis, manfaat penelitian ini adalah: a. Dengan memahami konsep pendidik dalam al-qur an yang ada dalam Tafsir Al-Mishbah surah al- Alaq, diharapkan kepada para pendidik dapat lebih sungguh-sungguh dalam meningkatkan mutu pendidikan Islam. b. Bagi peneliti sendiri, penelitian ini berguna untuk menambah wawasan keilmuan tentang kompetensi pendidik dalam al-qur an yang ada dalam Tafsir Al-Mishbah surah al- Alaq. E. Kajian Pustaka Berdasarkan judul penelitian di atas, maka penulis menemukan beberapa hasil penelitian yang relevan dengan penelitian yang akan dilakukan antara lain:

10 Pertama, Triyono (UMS, 2011) dalam tesis yang berjudul Studi Kompetensi Guru PAI dalam Upaya Meningkatkan Kualitas Pembelajaran Agama Islam di Sekolah (Studi di SMK Negeri 1 Sukoharjo). Kesimpulan dari penelitian tersebut adalah: a) Pembelajaran Pendidikan Agama Islam yang bermutu dibutuhkan kompetensi guru yang memadai baik kompetensi kepribadian, kompetensi pedagogik, kompetensi professional dan kompetensi sosial. b) Dalam upaya peningkatan mutu pembelajaran Pendidikan Agama Islam di sekolah telah menempuh berbagai cara baik dalam proses belajar mengajar di kelas dengan perencanaan pengajaran, pemanfaatan media belajar, metode pengajaran, serta evaluasi. Di luar jam pelajaran juga diadakan bimbingan belajar al-qur an dan pengajian rutin..c) Hambatan yang paling utama dalam pembelajaran PAI adalah minimnya jumlah jam pelajaran yang hanya 2 jam seminggu dan terbatasnya dana untuk peningkatan sarana dan prasarana belajar mengajar. Kedua, Tri Handayani (UMS, 2013) dalam tesis yang berjudul Kompetensi Profesional Guru Bersertifikat Pendidik di Smp Negeri 4 Tulakan Kabupaten Pacitan. Kesimpulan dari penelitian tersebut adalah Kompetensi profesional yang dimiliki guru bersertifikat pendidik di SMP Negeri 4 Tulakan Kabupaten Pacitan dalam menguasai materi, struktur, konsep dan pola pikir keilmuan yang mendukung mata pelajaran yang diampunya termasuk dalam kriteria baik. Namun ada beberapa indikator kompetensi profesional yang termasuk dalam kriteria kurang baik, yaitu pada indikator kemampuan membuka pelajaran dan kemampuan mengadakan variasi pembelajaran.

11 Kompetensi profesional guru bersertifikat pendidk di SMP Negeri 4 Tulakan Kabupaten Pacitan dalam mengembangkan keprofesian melalui tindakan reflektif sudah cukup baik namun masih perlu ditingkatkan dimana masih ditemui keikutsertaan guru dalam kegiatan forum MGMP yang masih kurang optimal, selain itu guru memiliki kelemahan dalam penulisan karya ilmiah dan melaksanakan penelitian pembelajaran. Ketiga, Syaiful Rahman (UMS, 2013) dalam tesis yang berjudul Pengelolaan Kompetensi Sosial Guru Sdn Gasang II Kecamatan Tulakan. Kesimpulan dari penelitian tersebut adalah: a) Kompetensi sosial guru dalam membangun hubungan internal SDN Gasang II dilakukan dalam keharmonisan hubungan antar warga sekolah yang meliputi; hubungan guru dengan kepala sekolah, hubungan guru dengan teman sejawat, hubungan guru dengan peserta didik, hubungan guru dengan penjaga sekolah. b) Kompetensi sosial guru dalam membangun hubungan eksternal SDN Gasang II, hubungan antara sekolah dengan masyarakat terjadi pada saat pembagian raport akhir semester, kerja bakti di lingkungan sekolah dan keikutsertaan guru dalam organisasi kemasyarakatan. Keempat, Sunardin Syamsuddin (UMM, 2013) dalam tesis yang berjudul Pendidikan Karakter dalam Perspektif Al-Qur an (Telaah Tafsir Al-Mishbah Surah Al-Furqan: 63-75. Kesimpulan dari penelitian tersebut adalah bahwa dalam Tafsir Al-Mishbah surah al-furqan: 63-75, membicarakan karakter dan sifat-sifat Ibadur Rahman. Hamba-hamba Tuhan yang Pengasih, hambahamba Tuhan yang pengasih itu adalah manusia yang: tawaḍu, al- afwu

12 (pemaaf), ṣahihul ibadah (ibadah yang benar), istiqamah (komitmen), tawazun (seimbang), salimul aqidah (memiliki aqidah yang bersih), tasamuh (toleransi/saling menghargai), iffah (menjaga kesucian diri), ṣiddiq (benar dalam berkata dan benar dalam perbuatan), nafi un ligairihi (bermanfaat bagi orang lain), mendapat martabat dan tempat yang mulia karena kesabarannya. Berdasarkan beberapa kajian pustaka yang telah ada, peneliti belum menemukan penelititan yang membahas secara spesifik terkait kompetensi pendidik dalam pendidikan perspektif al-qur an. Dengan demikian masalah yang diangkat dalam penelitian ini merupakan unsur kebaruan dan layak untuk diteliti. F. Kerangka Teori Undang-Undang nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen, dijelaskan bahwa: kompetensi adalah seperangkat pengetahuan, katerampilan, dan perilaku yang harus dimiliki, dihayati,, dan dikuasai oleh guru atau dosen dalam melaksanakan tugas keprofesionalan (UU Guru dan Dosen, 2006: 10). Menurut Mulyasa, kompetensi adalah kemampuan melaksanakan sesuatu yang diperoleh melalui pendidikan (Mulyasa, 2007: 26). Kompetensi dapat juga didefinsikan sebagai seperangkat tindakan intelijen penuh tanggung jawab yang harus dimiliki seseorang sebagai syarat untuk dianggap mampu melaksanakan tugas-tugas dalam bidang pekerjaan tertentu (Majid, 2012: 83). Kompetensi dengan demikian, adalah sekumpulan kemampuan yang dimiliki oleh individu yang diperoleh melalui pendidikan untuk dapat

13 melaksanakan tugas keprofesionalan tertentu. Seseorang akan dapat dikatakan sebagai orang yang berkompetensi apabila penguasaan pengetahuan itu dia wujudkan dalam bertindak secara profesional dalam menjalankan tugasnya. Undang-Undang nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru, Bab IV, Pasal 10, ditegaskan bahwa kompetensi guru meliputi kompetensi pedagogik, kompetensi kepribadian, kompetensi social, dan kompetensi professional yang diperoleh melalui pendidikan profesi (Mendiknas, 2006: 10). Undang-Undang Sisdiknas no.20 tahun 2003 disebutkan bahwa pendidik adalah tenaga kependidikan yang berkualifikasi sebagai guru, dosen, konselor, pamong belajar, widya iswara, tutor, instruktur, dan sebutan lain yang sesuai dengan kekhususannya, serta berpartisipasi dalam penyelenggaraan pendidikan (Mendiknas, 2005: 3). Menurut Bukhari Umar (2010: 83), pendidik adalah orang dewasa yang bertanggung jawab memberikan pertolongan kepada peserta didik dalam perkembangan jasmani dan ruhaninya, agar mencapai tingkat kedewasaan, mampu mandiri dalam memenuhi tugasnya sebagai hamba Allah dan khalifah Allah dan mampu melaksanakan tugas sebagai makhluk sosial dan sebagai makhluk individu yang mandiri. Menurut Abuddin Nata (2010: 165), pendidik adalah tenaga profesional yang diserahi tugas dan tanggung jawab untuk menumbuhkan, membina, mengembangkan bakat, minat, kecerdasan, akhlak, moral, pengalaman, wawasan, dan keterampilan peserta didik. Menurut Ahmad Izzan dan Saehudin (2012: 133), bahwa yang dimaksud dengan pendidik adalah orang yang mengajar dan bertanggung jawab

14 terhadap perkembangan potensi anak didik baik kognitif, afektif, maupun psikomotorik, dan menjadikan manusia seutuhnya yaitu beriman dan bertakwa kepada Allah swt. sebab itu, ia harus memiliki sifat dan sikap yang menjadi figur dan suri tauladan yang baik bagi anak didiknya. Beberapa pengertian pendidik di atas dapat disimpulkan bahwa pendidik adalah semua orang yang memiliki wewenang dan memiliki rasa tanggung jawab terhadap pendidikan. Tanggung jawab yang dilakukan oleh seorang guru adalah bukan hanya menyampaikan materi pelajaran, akan tetapi juga berupa pembentukan akhlak atau kepribadian yakni bagaimana materi yang diajarkan dapat diaplikasikan oleh para murid dalam kehidupan sehari-hari. Kompetensi pendidik adalah sekumpulan kemampuan yang dimiliki oleh individu yang berwewenang dan bertanggunjawab dan diperoleh melalui pendidikan untuk dapat melaksanakan tugas keprofesionalan tertentu. Menurut Abuddin Nata dalam literatur kependidikan Islam terdapat sejumlah istilah yang mengacu kepada pengertian pendidik. Istilah tersebut antara lain al-murabbi, al-mu allim, al-muzakki, al-ulama, al-rasikhuna fi al- ilm, ahl al-żikr, al-muaddib, al-mursyid, al-ustaż, ulul al-bab, ulu al-nuha, alfaqih, dan al-muwa id (Nata, 2010: 160). Sedangkan Muhaimin menyebutkan hanya 7 saja yaitu ustaż, mu allim, murabbiy, mursyid, mudarris, mu addib, dan muzakki (Muhaimin, 2011: 173). Lebih lanjut Abuddin Nata mengatakan adanya berbagai istilah sebagaimana tersebut di atas menunjukkan bahwa seorang pendidik dalam ajaran Islam memiliki peran dan fungsi yang amat luas.

15 Sebagai orang yang dijadikan panutan, maka seharusnya para pendidik memiliki sifat yang baik, di antaranya adalah ikhlas, takwa, berilmu, penyabar, dan memiliki rasa tanggung jawab (Ulwan, 1999: 337-350). Dengan sikapsikap seperti ini pendidik akan lebih dicintai oleh orang-orang yang ada di sekelilingnya, terutama para siswa yang menjadi orang yang mendapatkan bimbingan dan pengajaran darinya. Tugas mendidik bukanlah pekerjaan yang mudah dan sembarang, maka tentunya pendidik harus memenuhi beberapa syarat. Menurut Ahmad Izzan dan Saehudin (2012: 141-142), syarat pendidik di antaranya adalah sebagai berikut: 1. Sifat, pendidik yang baik tentunya harus memiliki sifat-sifat antusias, mendorong siswa untuk maju, berorientasi pada tugas, pekerja keras, toleran, dapat dipercaya, dan sebagainya. 2. Pengetahuan, pendidk yang baik harus memiliki kemampuan yang memadai dan terus mengikuti perkembangan zaman. 3. Apa yang disampaikan, pendidik yang baik mampu memberikan jaminan bahwa materi yang disampaikannya mencakup semua unit bahasa yang diharapkan siswa secara maksimal. 4. Bagaimana mengajar, pendidik yang baik harus mampu menguasai perangkat kegiatan belajar mulai dari perencanaan sampai penyelenggaraan evaluasi. 5. Harapan, pendidik yang baik mampu memberikan harapan kepada siswa, dan mendorong partisipasi orang tua dalam kemajuan akademi siswanya. 6. Reaksi pendidik terhadap siswa, pendidik yang baik biasa menerima berbagai masukan, resiko dan tantangan, menghargai perbedaan latar belakang sosial, ekonomi, dan kultur siswa. 7. Manajemen, pendidik yang baik harus mampu menunjukkan keahlian dalam perencanaan, kemampuan mengorganisir kelas, sampai dengan tetap dapat menjaga siswa untuk tetap belajar menuju sukses. Pendidik dalam Islam merupakan sosok yang sangat penting, karena mereka adalah di antara pewaris para Nabi. Pendidik mewarisi para nabi dalam

16 hal ketaatan, keilmuan, dan kepribadian. Hal ini sebagaimana yang disabdakan oleh Nabi yaitu: إ ن ال ع ل م اء ه م و ر ث ة ال ا ن ب ي اء ل م ي ر ث وا د ين ار ا و ل ا د ر ه م ا و إ نم ا و ر ث وا ال ع ل م ف م ن أ خ ذ ه أ خ ذ ب ح ظ و اف ر (رواه أحمد و الترمذي و أبي داود و إبن ماجه و الدارمى والفظ لا حمد.) Sesungguhnya para ulama' adalah pewaris para nabi, dan para nabi tidak mewariskan dinar dan dirham, melainkan mereka hanya mewariskan ilmu, maka barangsiapa mengambil ilmu tersebut, ia akan mendapatkan keuntungan besar (HR Ahmad, Tirmidzi, Abu Dawud, dan Ibnu Majah dari Abu Darda ) (CD Ensiklopedi Hadits Kitab 9 Imam Hadits). Tafsir Al-Mishbah adalah tafsir yang ditulis oleh mufassir Indonesia yaitu M. Quraish Shihab. Tafsir Al-Mishbah adalah tergolong dalam tafsir yang menarik dan khas, serta dengan hadirnya tafsir ini sangat mempermudah umat Islam Indonesia dalam memahami al-qur an terutama bagi masyarakat yang tidak bisa memahami bahasa Arab. Surah al- Alaq merupakan surah yang tema utamanya adalah pengajaran kepada Nabi Muhammad saw. serta penjelasan tentang Allah dalam sifat dan perbuatan-nya, dan bahwa Dia adalah sumber ilmu pengetahuan (Shihab, 2002: 389-391). G. Metode Penelitian Memecahkan suatu masalah digunakan cara atau metode tertentu yang sesuai dengan pokok masalah yang akan dibahas. Metode-metode tersebut dipilih agar penelitian dapat menghasilkan data-data positif dan dipercaya kebenarannya. Metode dalam penelitian ini adalah:

17 1. Jenis Penelitian Penelitian dalam tesis ini termasuk kategori penelitian kepustakaan (library research), dengan objek berupa naskah-naskah, buku maupun naskah-naskah lain yang berhubungan dengan persoalan yang akan dibahas. Dalam hal ini peneliti akan menganalisis kompetensi pendidik dalam pendidikan Islam perspektif al-qur an (telaah Tafsir Al-Mishbah surah al- Alaq). 2. Pendekatan Penelitian Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis wacana (discourse analysis). Menurut Mustari (2012: 78), analisis wacana merupakan salah satu cara mempelajari pesan. Selain dapat membedah muatan teks komusikasi yang bersifat nyata (manifest), ia pun dapat memfokuskan pada pesan yang tersembunyi (laten). Titik perhatian bukan hanya pada pesan (massage) tetapi jugaa makna yang laten. Analisis wacana ini digunakan untuk menganalisis kompetensi pendidik dalam pendidikan Islam perspektif al-qur an (telaah Tafsir Al-Mishbah surah al- Alaq). 3. Sumber Data Sumber data dalam penelitian ini terdiri dari sumber data primer dan data sekunder. Sumber data primernya adalah Tafsir Al-Mishbah: Pesan, Kesan, dan Keserasian Al-Quran, juz Amma, volume 15, karangan M. Quraish Shihah, dicetak tahun 2000, diterbitkan oleh Lentera Hati.

18 Sedangkan sumber data sekunder adalah buku-buku atau hasil penelitian lain yang terkait dengan masalah yang akan dibahas dalam penelitian ini. 4. Teknik Pengumpulan Data Metode yang digunakan untuk pengumpulan data dalam penelitian ini adalah dokumentasi. Dokumentasi adalah mengumpulkan data dengan melihat atau mencatat suatu laporan yang sudah tersedia. Metode ini dilakukan dengan melihat dokumen-dokumen resmi seperti monograf, catatan-catatan serta buku-buku peraturan yang ada (Tanzeh, 2011: 92). Dokumentasi yang dimaksud dalam penelitian ini adalah Tafsir Al-Mishbah surah al- Alaq. 5. Teknik Analisis Data Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis hermeneutika yaitu untuk menganalisis dan menginterpretasikan data yang berpusat pada makna data kualitatif khususnya data teks. Ketika peneliti telah mengumpulkan data teks, maka peneliti harus mampu mengurutkan, mengartikan (menginterpretasikan), dan menjelaskan data yang terkumpul sehingga dapat dipahami (Sarosa, 2012: 77). Cara kerja hermeneutika adalah memfokuskan pada objek yang berkaitan dengan simbol-simbol, bahasa, atau pada teks-teks serta karya budaya lainnya (Kaelan, 2012: 195). Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengumpulkan data-data berupa teks, mengurutkan tafsir teks menjadi data yang sistematis, mengartikan (menginterpretasikan) data dan menjelaskan data yang terkumpul yang sesuai dengan rumusan dan tujuan masalah

19 penelitian, yaitu bagaimana kompetensi pendidik dalam perspektif al-qur an (telaah surah al- Alaq Tafsir Al-Mishbah). Menurut Mukhtar (2009: 198), dalam melakukan analisis data ada beberapa tahapan yang harus dilakukan oleh seorang peneliti yaitu: a. Meringkas data Hal ini dilakukan agar data yang dipresentasikan dapat dipahami dan diinterpretasikan secara objektif, logis, dan proporsional, seiring itu, data dapat digabungkan dan memiliki ketersambungan dengan pembahasan-pembahasan yang lain. Dalam penelitian ini, peneliti meringkas data dalam Tafsir Al-Mishbah surah al- Alaq yang memiliki ketersambungan dengan pembahasan-pembahasan yang terkait dengan rumusan masalah dan tujuan penelitian. b. Menemukan/membuat berbagai pola, tema dan topik yang akan dibahas Berdasarkan data-data yang telah dikumpulkan dari berbagai bacaan dan telaah yang telah dilakukan peneliti, ditarik berbagai pola, tema atau topik-topik pembahasan pada bab-bab pembahasan. Penarikan berbagai pola, tema dan topik harus relevan dengan masalah yang telah dibangun sebelumnya. Dalam penelitian ini, peneliti mensistematisasi Tafsir Al-Mishbah surah al- Alaq ke dalam tema yang sesuai dengan rumusan masalah dan tujuan penelitian. c. Mengembangkan sumber-sumber data Data-data yang telah dihimpun, diuraikan atau dikemukakan apa

20 adanya, sesuai dengan sumber yang diperoleh. Teknik dalam menguraikan data-data ini, dapat dilakukan secara langsung atau tidak langsung. Secara langsung, artinya data yang ditemukan dikutip seperti apa adanya, dan peneliti tidak berubah sebagaimana kutipan aslinya. Kemudian, sesudahnya baru dilakukan pengembangan (generalisasi) lalu diakhiri dengan sintesis (simpul). Secara tidak langsung, seorang peneliti boleh merubah konsep kutipannya, sepanjang tidak merubah substansi makna sumber, kemudian sesudahnya diikuti dengan analisis dan kemudian juga diakhiri dengan sintesis. Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam penguraian data adalah, bahasa yang digunakan harus tegas tidak berbelit-belit, sistematis dan fokus pada tema, pola atau topik yang telah dirancang. Penelitian ini penulis menguraikan data dalam Tafsir Al- Mishbah surah al- Alaq, mengembangkan data sesuai dengan kerangka teori yang telah digunakan, lalu menarik kesimpulan dari hasil data yang telah dianalisis. 6. Keabsahan Data Penelitian ini menggunakan teknik keabsahan data yang berupa konfirmabilitas (confirmability). Menurut Satori dan Komariah (2013: 167), confirmabilty yaitu bahwa data yang diperoleh dapat dilacak kebenarannya dan sumber informannya jelas. Konfirmabiltas berhubungan dengan objektivitas hasil penelitian. Teknik ini untuk mengecek kebenaran sumber rujukan yang digunakan dalam penelitian ini yaitu Tafsir Al-Mishbah karangan M. Quraish Shihab.

21 H. Sistematika Penulisan Tesis Untuk memudahkan pengkajian dan pemahaman terhadap persoalan yang ada. Adapun sistematika dalam penulisan tesis ini sebagai berikut: Bab I Pendahuluan, meliputi latar belakang masalah, perumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, tinjauan pustaka, kerangka teori, metode penelitian dan sistematika penulisan tesis. Bab II Kajian Teori Kompetensi Pendidik dalam Pendidikan Islam dan Muhammad Quraish Shihab. Bab ini akan membahas tentang kompetensi pendidik yang mencakup pengertian kompetensi pendidik, syarat pendidik, sifat pendidik, tugas pendidik, kedudukan pendidik dalam pendidikan Islam, dan kompetensi pendidik dalam pendidikan Islam. Selanjutnya akan dibahas tentang M. Quraish Shihab yang mencakup biografi dan karya-karya. Bab III Paparan Hasil Penelitian. Bab ini akan membahas tentang Tafsir Al-Mishbah yang mencakup latar belakang penulisan Tafsir Al-Mishbah, metode Tafsir Al-Mishbah, corak Tafsir Al-Mishbah dan sumber penafsiran. Selanjutnya akan dipaparkan teks Tafsir Al-Mishbah surah al- Alaq. Bab IV Pembahasan Hasil Penelitian. Bab ini akan dibahas tentang urgensi pendidik dalam pendidikan Islam. Selanjutnya akan dibahas bagaimana konsep kompetensi pendidik yang terdapat dalam teks Tafsir Al-Mishbah surah al- Alaq. Sehingga dengan demikian dapat ditemukan konsep yang seharusnya diperhatikan oleh para pendidik dalam menjalankan kegiatan kependidikan. Bab V Penutup. Bab ini berisi tentang kesimpulan, saran, dan rekomendasi.