Desain Sampul dan Tata Letak: Ridwan Efendi Penerbit: Departemen Pendidikan Fisika, FPMIPA UPI Redaksi: Jl. Dr. Setiabudhi 229, Bandung, Indonesia Telp: (022) 2004548 Fax: (022) 2004548 Email: fisika@upi.edu Website: http://fisika.upi.edu/ Cetakan pertama, November 2015 Hak cipta dilindungi oleh Undang-undang Dilarang memperbanyak karya tulis ini dalam bentuk dan dengan cara apapun tanpa ijin tertulis dari penerbit
Seminar Nasional Fisika (SINAFI) 2015 Bandung, 21 November 2015 ISBN: 978-602-74598-0-9 PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN POE (PREDICT-OBSERVE-EXPLAIN) UNTUK MENGURANGI MISKONSEPSI SISWA PADA KONSEP SUHU DAN KALOR Meliyani Hasanah*, Ida Kaniawati, Iyon Suyana, Endi Suhendi, Achmad Samsudin Departemen Pendidikan Fisika, FPMIPA, Universitas Pendidikan Indonesia e-mail: meliyanihasanah@gmail.com ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui penurunan miskonsepsi siswa pada konsep suhu dan kalor dengan diterapkannya model pembelajaran POE (Predict- Observe-Explain). Sampel penelitian adalah 31 siswa kelas X MIA 6 di salah satu SMA Negeri di Kota Cimahi yang terdiri dari 11 siswa laki-laki dan 20 siswa perempuan. Metode penelitian yang digunakan adalah penelitian eksperimen semu (Quasi Experiment) dengan desain penelitian pretest and posttest one group design. Teknik pengumpulan data yang digunakan berupa tes diagnostik miskonsepsi, lembar observasi, dan wawancara. Dalam dua kali pertemuan kegiatan pembelajaran POE terlaksana dengan rerata presentase aktivitas guru sebesar 91,67% dan aktivitas siswa sebesar 82,14%. Sebelum diberikan treatment besarnya miskonsepsi siswa pada konsep suhu dan kalor yaitu 32,25%. Setelah dilakukan pembelajaran POE, miskonsepsi siswa berkurang menjadi 21,43%. Adanya pengurangan miskonsepsi siswa sebesar 10,82% mengindikasikan bahwa model pembelajaran POE dapat mengurangi miskonsepsi siswa pada konsep suhu dan kalor. ABSTRACT This study aims to determine students misconceptions decline in the concept of temperature and heat with the implementation of learning model POE (Predict- Observe-Explain). The sample was 31 students of class X MIA 6 in one of the high schools in Cimahi consisting of 11 male students and 20 female students. The method used is a quasi-experimental research (Quasi Experiment) study design with one group pretest and posttest design. Data collection techniques used in the form of diagnostic tests misconceptions, observation sheets, and interviews. In two meetings POE learning activities implemented with the average percentage of 91.67% of teacher activity and student activity amounted to 82.14%. Before the treatment is given the magnitude of misconceptions students on the concept of temperature and heat that is 32.25%. After learning POE, misconceptions students was reduced to 21.43%. Reduction in student misconceptions of 10.82% indicates that the learning model POE can reduce misconceptions the students to the concept of temperature and heat. 2015 Departemen Pendidikan Fisika FPMIPA UPI Bandung Keywords: approach to discovery, learning physics, student achievement PENDAHULUAN Dalam kehidupan sehari-hari, kita sering menemukan fenomena alam yang sangat erat dengan fisika, tetapi karena kurang pahamnya kita akan konsep tersebut seringkali kita menganggapnya hal biasa. Mengingat betapa sulitnya fisika di tiap jenjang pendidikan, maka
Meliyani Hasanah, dkk, - Penerapan Model Pembelajaran POE 109 penguasaan konsep fisika siswa juga akan menjadi berbeda. Perbedaan penguasaan konsep akan memungkinkan siswa menjadi salah dalam menafsirkan konsep terkait materi fisika. Ketika mereka memandang konsep yang mereka yakini itu benar, maka mereka bisa saja mengalami miskonsepsi. Miskonsepsi adalah konsepsi awal siswa yang yang tidak dapat membuktikan sebuah gambaran fenomena fisika secara lebih jelas dan tidak sesuai dengan hukum-hukum fisika (Demirci, 2005). Miskonsepsi seperti ini juga terjadi pada konsep suhu dan kalor. Suparno (2005) menemukan banyak siswa yang beranggapan bahwa suatu benda yang mempunyai suhu yang lebih tinggi akan selalu membutuhkan kalor/ panas yang besar pula. Salah satu penyebab siswa mengalami miskonsepsi adalah proses pembelajaran yang kurang efektif (Yuliati, 2004). Dari hasil studi pendahuluan yang telah dilakukan di salah satu SMA di Kota Cimahi, didapatkan data bahwa sebanyak 35,25% siswa masih miskonsepsi pada konsep suhu dan kalor. Temuan sementara penelitian ini menunjukkan bahwa pengetahuan konsep siswa pada mata pelajaran fisika terutama dalam konsep suhu dan kalor masih tergolong rendah dan masih belum sesuai dengan konsepsi ilmiah. Berdasarkan hasil wawancara dengan siswa di SMA tersebut, diperoleh informasi bahwa ketika belajar Fisika metode pembelajaran yang sering digunakan adalah metode ceramah dan latihan soal-soal sehingga dapat mengindikasikan bahwa metode pembelajaran tersebut dapat menjadi salah satu penyebab siswa mengalami miskonsepsi. Maka, pembelajaran kooperatif merupakan alternatif yang tepat untuk memecahkan masalah tersebut. Dalam pembelajaran kooperatif, siswa dibentuk kedalam beberapa kelompok kecil dan bekerja bersama-sama dalam mencapai tujuan pembelajaran dengan semua potensi yang ada pada masing-masing individu dalam kelompok (Rorong, 2012). Salah satu pembelajaran kooperatif yang cocok digunakan dalam materi kalor adalah POE (Predict-Observe-Explain). Dengan model pembelajaran tersebut, guru dapat membantu siswa untuk menemukan sendiri pemahaman konsep yang utuh melalui demonstrasi dan kegiatan eksperimen. Dalam tahap pembelajaran POE terdapat tahap predict dimana siswa membuat sebuah prediksi terkait fenomena yang diberikan oleh guru, kemudian siswa menjawab prediksi mereka pada tahap observe dimana siswa melakukan observasi terhadap fenomena yang sedang dihadapi. Selanjutnya siswa dapat menjelaskan fenomena yang diamati dari simulasi komputer tersebut pada tahap explain. Tahapan pembelajaran POE dapat menjadi strategi pengajaran yang efektif untuk memfasilitasi pemahaman siswa terhadap suatu konsep (Kearney, 2004). Pembelajaran POE ini dapat menjadi salah satu cara untuk mengurangi miskonsepi siswa karena pada tahap predict, sebelumnya guru mengidentifikasi miskonsepsi siswa sehingga pada tahap explain, guru dapat memperbaiki konsepsi siswa yang salah dengan memberi penguatan pada konsep yang masih belum dipahami siswa. Penelitian untuk mengurangi miskonsepsi siswa pada konsep suhu dan kalor sudah banyak dilakukan akan tetapi masih sedikit peneliti yang menggunakan metode pembelajaran POE, sehingga tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengurangan miskonsepsi siswa pada konsep suhu dan kalor dengan penerapan model pembelajaran kooperatif POE (Predict- Observe-Explain). METODE Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kuasi eksperimen dengan bentuk desain penelitian pretest and posttest one group design. Dalam penelitian ini satu kelas diberi perlakuan (treatment) berupa penerapan model pembelajaran POE. Sebelum diberikan perlakuan, kelas tersebut diberikan sebuah tes awal untuk mengetahui konsepsi awal siswa sehingga dapat diidentifikasi miskonsepsi awal siswa. Kemudian diberikan perlakuan berupa penerapan pembelajaran POE selama dua kali pertemuan. Setelah diberikan perlakuan, kelas tersebut diberikan tes akhir untuk mendiagnostik miskonsepsi akhir siswa sehingga dapat diketahui penurunan miskonsepsi siswa pada konsep suhu dan kalor. Desain tersebut dapat digambarkan pada Gambar 1. Sampel dalam penelitian ini berjumlah 31 siswa dari kelas X IPA di salah satu SMA di kota Cimahi. Siswa yang terlibat terdiri dari 11 siswa laki-laki dan 20 siswa perempuan. Pengambilan sampel dilakukan melalui teknik purposive sampling. Sampel dipilih berdasarkan nilai ulangan harian Fisika yang ternyata menunjukkan masih banyak siswa yang slah dalam menjawab soal berbentuk
110 Seminar Nasional Fisika (SINAFI) 2015 konsep. Maka dari itu kelas tersebut dianggap cocok untuk dijadikan sampel penelitian. Data yang dikumpulkan berupa data hasil tes diagnostik miskonsepsi yang dilakukan ketika siswa melakukan tes awal dan tes akhir. Tujuan dari pemberian tes diagnostik ini adalah untuk melihat pengurangan miskonsepsi siswa setelah pembelajaran dengan menerapkan model pembelajaran POE. Pengumpulan data observasi dilakukan menggunakan lembar observasi yang diisi oleh dua observer. Lembar observasi yang digunakan terdiri dari lembar observasi keterlaksanaan aktivitas siswa dan guru yang dibuat dengan skala Guttman terlaksana-tidak terlaksana. Dalam lembar observasi, observer memberikan cheklist jika tahapan-tahapan dalam pembelajaran memang dilaksanakan. Data observasi ini digunakan untuk mendukung apakah pembelajaran sudah terlaksana sesuai RPP atau tidak. Wawancara dilakukan untuk studi pendahuluan penelitian ini. Teknik wawancara yang dilakukan adalah wawancara tidak terstruktur dengan menggunakan pedoman wawancara. Kelas Tes Awal Perlakuan Tes Akhir Eksperimen O X O Keterangan: X = perlakuan berupa penerapan model pembelajaran POE O = instrumen tes berupa tes dignostik untuk mengukur miskonsepsi siswa HASIL DAN PEMBAHASAN Penelitian ini dilakukan pada tanggal 8 dan 10 Juni 2015 selama dua kali pertemuan. Kelas yang dijadikan sampel penelitian diberikan perlakuan berupa model pembelajaran POE pada materi suhu dan kalor. Topik pembelajaran memuat beberapa konsep yaitu suhu, pemuaian, pengaruh kalor terhadap perubahan suhu, dan pengaruh kalor terhadap perubahan wujud. Proses pembelajaran dilaksanakan dengan berpanduan pada Rencana Pelaksaan Pembelajaran dan Gambar 1. Pola Desain Penelitian Keterlaksanaan Aktivitas Guru skenario pembelajaran yang telah dibuat. Penerapan model pembelajaran POE dapat dilihat keterlaksanaannya melalui lembar observasi yang telah diisi oleh observer. Lembar observasi tersebut dapat mengidentifikasi aktivitas guru dan siswa dalam pembelajaran apakah terlaksana sesuai dengan skenario pembelajaran atau tidak. Gambar 2 dan 3 menunjukkan hasil observasi yang telah dilakukan oleh observer terkait keterlaksanaan aktivitas guru dan siswa pada pembelajaran pertemuan pertama dan kedua: Gambar 2. Diagram Persentase Keterlaksanaan Aktivitas Guru Keterlaksanaan Aktivitas Siswa
Meliyani Hasanah, dkk, - Penerapan Model Pembelajaran POE 111 Gambar 3. Diagram Persentase Keterlaksanaan Aktivitas Siswa Gambar 4 tersebut menunjukkan bahwa rerata keterlaksanaan aktivitas guru lebih besar daripada aktivitas siswa. Hal ini dikarenakan guru sudah mengetahui skenario pembelajarannya sehingga dapat menjalankan aktivitas pembelajaran secara sistematis. Rerata Keterlaksanaan Aktivitas Guru dan Siswa Sedangkan siswa masih terpaku pada perintah guru dalam menjalankan aktivitas pembelajarannya. Aktivitas guru sebesar 91,67% dan aktivitas siswa sebesar 82,14% menunjukkan bahwa hampir seluruh kegiatan pembelajaran POE terlaksana. Gambar 4. Diagram Rerata Persentase Keterlaksanaan Aktivitas Guru dan Siswa Setelah dilakukan pembelajaran POE akhirnya diperoleh data tes awal dan tes akhir siswa. Melalui kedua tes ini maka akan diketahui penurunan miskonsepsi siswa. Tidak hanya miskonsepsi yang berkurang, tetapi kategori lainnya juga mengalami penurunan pada kategori lucky guess, guess, lack of knowledge dan peningkatan pada kategori scientific conception seperti yang terlihat pada Gambar 5. Presentase Hasil Diagnosis Jawaban Siswa Gambar 5. Grafik Persentase Hasil Diagnosis Jawaban Siswa Setelah dilakukan pembelajaran dengan POE, persentase siswa yang termasuk dalam kategori miskonsepsi berkurang menjadi 21,43% dan persentase siswa yang scientific conception bertambah menjadi 73,04% seperti yang diperlihatkan pada Gambar 1.4. Persentase miskonsepsi pada saat tes akhir lebih kecil dibandingkan saat tes awal dan termasuk dalam kategori miskonsepsi rendah. Siswa yang masih lucky guess dan guess juga berkurang persentasenya menjadi sebesar 3% dan 2,07%. Sisanya merupakan siswa yang masih lack of knowledge sebanyak 0,46%. Penurunan miskonsepsi siswa pada tiap sub konsep suhu dan kalor dapat diketahui dari Gambar 6. Dari Gambar 6 didapatkan informasi bahwa terjadi penurunan miskonsepsi pada sub konsep yang kategori miskonsepsinya tinggi yaitu kalor jenis dan pemuaian. Besarnya miskonsepsi kalor jenis sebelum diberikan treatment adalah 36% dan berkurang miskonsepsinya menjadi 25% yang termasuk kategori miskonsepsi rendah. Sedangkan besar miskonsepi pada sub konsep pemuaian sebelum treatment diberikan adalah 44% dan
112 Seminar Nasional Fisika (SINAFI) 2015 berkurang menjadi 24% yang termasuk kategori miskonsepsi rendah. Rekapitulasi Pengurangan Miskonsepsi Tiap Sub Konsep Suhu dan Kalor Gambar 6. Rata-rata Skor Pre Test dan Post Test Setelah diberikan treatment, miskonsepsi siswa pada sub konsep suhu dan kalor masih ada walaupun mengalami penurunan. Hal ini dikarenakan: 1. Pada saat tahap prediksi siswa menjawab asal-asalan. Mereka menjawab sesuai dengan apa yang mereka ingin ucapkan. Ada beberapa siswa yang menjawab dengan konsep yang mereka tahu dan ada siswa yang menjawab sesuai dengan pengalaman mereka langsung. 2. Pada saat tahap observasi siswa tidak fokus dalam melakukan pengamatan. Ada beberapa siswa yang main-main dengan paraktikum atau eksperimen yang diberikan sehingga mereka tertinggal informasi dengan kelompok lainnya. Hal ini menyebebkan mereka mengambil data penelitian dengan tidak benar. 3. Pada saat guru menjelaskan ada beberapa siswa yang tidak memperhatikan sehingga mereka tidak memahami konsepsi yang benar. Dari pembahasan di atas dapat diketahui bahwa pelaksanaan pembelajaran POE dapat mengurangi miskonsepsi siswa. Walaupun tidak semua miskonsepsi hilang tetapi metode pembelajaran tersebut dapat menambah pemahaman konsep siswa. Tidak mudah dalam menghilangkan miskonsepsi siswa karena siswa cenderung memiliki pengetahuan yang dibawa dari pengalaman mereka sendiri sehingga konsep yang sudah tertanam dalam pemikiran mereka cenderung akan bertahan lama. Masih ada juga sedikit siswa yang termasuk kategori lucky guess, guess dan lack of knowledge. Mereka yang termasuk kategori tersebut merupakan siswa yang sebelum pembelajaran POE mengalami miskonsepsi. Persentase miskonsepsi setelah diberikan perlakuan mengalami penurunan sebesar 10,82% dengan perhitungan gain ternormalisasi untuk penurunan miskonsepsi besarnya 0,36 yang termasuk kategori sedang. Tidak semua miskonsepsi siswa dapat dihilangkan. Miskonsepsi yang masih dimiliki siswa dapat terjadi karena beberapa faktor diantarannya aktivitas siswa pada tahapan pembelajaran POE yang masih belum terlaksana dengan baik dan juga konsep siswa yang sudah tertanam lama susah untuk dihilangkan. Siswa cenderung untuk menjawab pertanyaan dengan jawaban atas pengalaman mereka karena konsep itulah yang mudah diingat siswa. PENUTUP Berdasarkan dari hasil penelitian dapat dikatakan bahwa pembelajaran dengan menerapkan model pembelajaran POE (Predict-Observe-Explain) dapat mengurangi miskonsepsi siswa pada konsep suhu dan kalor. Saran untuk penelitian selanjutnya yaitu setelah melihat data bahwa masih ada siswa yang mengalami miskonsepsi, maka penelitian ini tidak boleh berhenti. Perlu ada tanggapan dari guru dan pihak terkait sehingga dapat
Meliyani Hasanah, dkk, - Penerapan Model Pembelajaran POE 113 dilakukan tindak lanjut terhadap siswa-siswa yang masih mengalami miskonsepsi tersebut. DAFTAR PUSTAKA Demirci, N. (2005). A Study About Students Misconceptions In Force And Motion Concepts By Incorporating A Web- Assisted Physics Program. The Turkish Online Journal of Educational Technology TOJET, 4 (7), hlm. 40-48 Kearney, M. (2004). Classroom Use of Multimedia-Supported Predict-Observe- Explain Task in a Social Contructivist Learning Environment. Springer Link Research in Science Education, 4(34), hlm. 427-453. Rorong, A. R. (2012). Pengaruh Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD terhadapa Hasil Belajar Siswa pada Mata Diklat Menganalisa Rangkaian Listrik dengan Mengontrol Kemampuan Awal Siswa. (Skripsi). Jurusan Pendidikan Teknik Elektro, Universitas Negeri Manado, Manado. Suparno. P. (2005). Miskonsepsi dan Perubahan Konsep dalam Pendidikan Fisika. Jakarta: Gramedia Yuliati, L. (2004). Miskonsepsi dan Remediasi Pembelajaran IPA. Bandung: Tidak diterbitkan