BAB I PENDAHULUAN. sekolah dasar. Kedua kemampuan ini akan menjadi tonggak atau landasan bagi

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. dan watak siswa agar memiliki sikap dan kepribadian yang baik.

BAB I PENDAHULUAN. penting dalam perkembangan kognitif dan sosial anak. Dengan kata lain, guru memegang peranan yang strategis dalam

sebagai wahana sumber daya manusia, perlu dikembangkan iklim belajarmengajar

BAB I PENDAHULUAN. Dalam upaya meningkatan mutu pendidikan pemerintah. mengeluarkan berbagai kebijakan. Salah satu kebijakannya adalah mengganti

BAB I PENDAHULUAN. diharapkan membantu peserta didik mengenal dirinya, budayanya, mengembangkan gagasan dan perasaan serta dapat digunakan untuk

BAB I PENDAHULUAN. masalah penelitian yang berisikan pentingnya keterampilan menulis bagi siswa

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Keterampilan berbahasa meliputi empat aspek yaitu menyimak, berbicara,

sendiri dari hasil pengalaman belajarnya.

BAB I PENDAHULUAN. Komunikasi akan lancar apabila perbendaharaan katanya cukup memadai. Hal ini

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Kata media berasal dari bahasa latin yaitu medium yang secara harfiah berarti

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan yang dilalui oleh anak usia dini. formal, non-formal dan informal. Pendidikan anak usia dini jalur pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan pondasi dasar dari kemajuan suatu bangsa, tidak ada

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi menyebabkan kurikulum

BAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini ilmu pengetahuan dan teknologi berkembang dengan pesat.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH

I. PENDAHULUAN. mampu berkompetensi baik secara akademik maupun non akademik. Memenuhi kebutuhan pendidikan yang mampu mengembangkan akademik

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat, bangsa dan Negara (UUSPN No.20 tahun 2003).

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan suatu keharusan bagi manusia karena pada

BAB I PENDAHULUAN. mengungkapkan berbagai keinginan maupun kebutuhannya, serta memungkinkan

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan pada dasarnya adalah usaha sadar untuk menumbuh kembangkan

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan mempunyai perencanaan yang sangat menentukan bagi perkembangan dan

BAB 1 PENDAHULUAN. pendidikan di Indonesia masih belum selesai dengan problematika sarana dan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pendidikan merupakan hal paling utama dalam kehidupan. Pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Membaca sangat berperan penting untuk mencapai kesuksesan dalam

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kehidupan dalam era global menuntut berbagai perubahan pendidikan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa memiliki peranan penting dalam kehidupan manusia, karena

BAB I PENDAHULUAN. interaksi antara guru-siswa dan komunikasi timbal balik yang berlangsung dalam

BAB I PENDAHULUAN. budayanya dan budaya orang lain, serta mengemukakan gagasan dan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. positif dan negatif pada suatu negara. Orang-orang dari berbagai negara

BAB I PENDAHULUAN. yang harus dipenuhi sepanjang hayat. Pendidikan adalah investasi masa

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. di tingkat dasar dalam rangka mencapai tujuan pendidikan nasional.

BAB I PENDAHULUAN. Pembelajaran sastra merupakan pembelajaran yang dapat memperkaya

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan adalah usaha sadar untuk menyiapkan siswa melalui kegiatan

UPAYA MENINGKATKAN KUALITAS KEMAMPUAN MEMBACA PERMULAAN DALAM MATA PELAJARAN BAHASA INDONESIA MELALUI MEDIA CERITA BERGAMBAR DI SEKOLAH DASAR

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan adalah suatu hal yang harus dipenuhi dalam upaya meningkatkan

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan suatu bangsa dan negara hendaknya sejalan dengan

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Keberhasilan suatu proses pembelajaran tidaklah lepas dari berbagai hal

BAB I PENDAHULUAN. Dalam UU No.20/2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional (Sisdiknas)

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan secara historis telah menjadi landasan moral dan etik dalam

I PENDAHULUAN. Pada usia prasekolah (3-6 tahun) atau biasa disebut masa keemasan (golden age)

BAB I PENDAHULUAN. Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK) yang berguna untuk memperluas

BAB I PENDAHULUAN. yang dimilikinya. Makin kaya kosakata yang dimiliki, makin besar pula

BAB II GAMBARAN UMUM OBJEK PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan suatu proses yang dialami oleh setiap individu dan

BAB I PENDAHULUAN. disebabkan karena kurangnya minat dan motivasi belajar bahasa Jawa. lingkungan sekolah maupun luar sekolah.

BAB I PENDAHULUAN. dengan memberi keteladanan, membangun kemauan, dan mengembangkan. memanfaatkan semua komponen yang ada secara optimal.

BAB I PENDAHULUAN. rumusan masalah, (3) tujuan penelitian, (4) ruang lingkup penelitian, dan (5)

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan adalah wahana untuk mengembangkan dan melestarikan. dan moral yang berakar pada budaya bangsa Indonesia yang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. tersebut, pemerintah sangat serius dalam menangani bidang pendidikan.

BAB I PENDAHULUAN. dan emosional. Bahasa Indonesia merupakan bahasa pengantar pendidikan di

PENINGKATAN KEMAMPUAN MEMBACA PERMULAAN SISWA DENGAN MENGGUNAKAN METODE STRUKTUR ANALITIK SINTETIK (SAS)

BAB I PENDAHULUAN. Kaling berpenghasilan dari hasil membuat batu bata dan karyawan. anak jadi rendah sehingga prestasi juga rendah pula.

BAB I PENDAHULUAN. berbagai aktivitas yang melibatkan kemampuan kognitif, afektif, maupun. UUD 1945 yakni mencerdaskan kehidupan bangsa.

BAB I PENDAHULUAN. potensi intelektual dan sikap yang dimilikinya, sehingga tujuan utama

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. dengan kehidupan masyarakat dan cenderung pada pendidikan afektif. Sedangkan

BAB 1 PENDAHULUAN. dalam hal berpikir kritis peserta didik dimulai dari jenjang Sekolah Dasar sampai dengan

BAB I PENDAHULUAN. Pembelajaran merupakan kunci keberhasilan sumber daya manusia untuk

I. PENDAHULUAN. Karakteristik abad 21 berbeda dengan abad-abad sebelumnya. Pada abad 21 ini

BAB I PENDAHULUAN. produktif. Di sisi lain, pendidikan dipercayai sebagai wahana perluasan akses.

BAB I PENDAHULUAN. berpikir dan berupaya para pemerhati pendidikan merupakan hal yang bersifat. tantangan zaman dalam era globalisasi ini.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. semakin modern, diharapkan dapat meningkatkan aktivitas serta kreativitas

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Paradigma pendidikan mengalami perubahan yang disesuaikan dengan

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. merupakan salah satu upaya untuk menciptakan manusia yang cerdas, trampil

BAB I PENDAHULUAN. kewajiban sebagai warga negara yang baik. Pendidikan pada dasarnya merupakan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Anak adalah Tunas harapan bangsa. Mereka ibarat bunga yang tengah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. strategis bagi peningkatan sumber daya manusia adalah pendidikan.

BAB I PENDAHULUAN. menyeluruh. Menurut Undang-Undang No. 20 Tahun 2003 tentang SISDIKNAS,

BAB 1 PENDAHULUAN. Asep Saputra, 2014 Universitas Pendidikan Indonesia repository.upi.edu

BAB I PENDAHULUAN. menghadapi perkembangan ini dan harus berfikiran lebih maju. Ciri-ciri

BAB I PENDAHULUAN. empat aspek, yakni mendengarkan, berbicara, membaca dan menulis. Dalam

BAB 1 PENDAHULUAN. sebuah kelompok social, bahasa di gunakan untuk berkomunikasi, berbagi

BAB 1 PENDAHULUAN. pembangunan negara. Pendididkan memiliki peranan yang sangat penting pada

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. Berkembangnya era globalisasi berdampak pada tatanan persaingan

BAB I PENDAHULUAN. memiliki pengetahuan, nilai, sikap, dan kemampuan terhadap empat

BAB I PENDAHULUAN. globalisasi seperti sekarang ini akan membawa dampak diberbagai bidang

PENERAPAN PEMBELAJARAN MEMBACA DENGAN PERMAINAN KARTU GAMBAR PADA ANAK KELOMPOK B TK SATU ATAP MARDI PUTRA I WONOGIRI TAHUN PELAJARAN 2009/2010

BAB I PENDAHULUAN. dalam berbagai tema. Kata tema berasal dari kata Yunani tithenai yang berarti

BAB I PENDAHULUAN. kualitas pendidikan saat ini adalah lemahnya para pendidik dalam menggali

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Pendidikan mempunyai peranan yang sangat penting dalampembangunan

BAB I PENDAHULUAN. Memberdayakan anak adalah dengan menanamkan kelonggaran bagi anak

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Pembelajaran Bahasa Indonesia diarahkan untuk meningkatkan kemampuan siswa

BAB I PENDAHULUAN. berkualitas. Menurut UU tentang Sisdiknas No. 20 tahun 2003: terhadap manusia menuju ke arah yang lebih baik.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pendidikan dapat diartikan sebagai suatu proses, di mana pendidikan

Transkripsi:

1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kemampuan membaca dan menulis permulaan merupakan kemampuan dasar yang harus dimiliki ketika mereka mulai memasuki jenjang pendidikan di sekolah dasar. Kedua kemampuan ini akan menjadi tonggak atau landasan bagi pemerolehan kemampuan-kemampuan lainnya yang akan mereka peroleh melalui proses pembelajaran di sekolah dan untuk bekal hidupnya di masyarakat. Pemerolehan literasi awal belajar membaca dan menulis merupakan fase yang sangat penting. Pada fase ini anak secara mandiri akan mempunyai pengalaman yang efektif mengenal lambang-lambang cetak dalam bentuk bahasa tulis sebagai repesentrasi dari bahasa lisan yang sudah lebih dahulu dikenalnya. Pembelajaran literasi awal pertama kali diajarkan di Sekolah Dasar melalui pembelajaran membaca menulis permulaan. Di Sekolah Dasar pembelajaran membaca terbagi ke dalam dua tingkatan, yaitu membaca permulaan dan membaca lanjutan. Membaca permulaan dilakukan di kelas I dan II Sekolah Dasar. Orientasi pembelajaran lebih ditekankan pada proses melek huruf. Oleh karena itu jenis membaca yang dilatihkan pada kelaskelas permulaan ini lebih ditekankan pada ketrampilan membaca teknis melalui kegiatan membaca nyaring, pengenalan lambang-lambang bunyi, kebenaran dan ketepatan pelafalan, Intonasi, jeda dan lagu kalimat menjadi perhatian utama dalam pembelajaran membaca permulaan. 1

2 Sejak kelas III dan seterusnya pembelajaran membaca lebih ditekankan pada pembelajaran membaca lanjutan. Orientasi pembelajaran lebih diarahkan pada kepentingan melek wacana. Siswa bukan hanya sekedar dituntut untuk menguasai ketrampilan membaca tekhnis, melainkan lebih lanjut dituntut kemampuan memahami isi bacaan secara tepat dan cepat. Oleh karena itu kemampuan membaca dalam hati dan membaca cepat harus dilatihkan secara memadai. Peralihan situasi dan kondisi dari lingkungan sekolah menimbulkan dampak yang beragam pada setiap anak. Dampak yang paling umum berkaitan dengan dampak positif psikologis. Situasi keluarga yang santai, informal, dan penuh kekeluargaan baralih pada situasi formal, bersistem dan beraturan. Dalam kaitannya dengan dunia pendidikan dan persekolahan, setiap anak akan mengalami peralihan dari dunia pemerolehan (aquisition) kedunia pembelajaran (learning). Pembelajaran literasi akan menjadi suguhan pertama dan utama pada saat anak-anak memasuki dunia sekolah. Kemampuan melek huruf menjadi pondasi bagi pemerolehan kemampuan-kemampuan lainnya, baik untuk kehidupan akademik maupun kehidupan sosial. Peralihan dari situasi bermain ke situai belajar dapat menimbulkan geger budaya (shock culture). Dengan demikian sekolah harus sanggup menciptakan situasi yang dapat menjembatani dua dunia yang berbeda. Di samping itu tuntutan kemampuan literasi (membaca, menulis) dikelas awal secara cepat dan tepat mengharuskan guru dapat memilih dan menerapkan strategi pembelajaran yang tepat. Didalamnya terkait pula tentang pemilihan metode, bahan ajar dan media ajar yang tepat. Atas dasar pemikiran

3 tersebut tulisan ini akan menyoroti ikhwal pemerolehan literasi, khususnya yang berkaitan dengan kegiatan pra membaca dan pramenulis. Pembelajaran literasi yang berkaitan dengan pembelajaran membaca-menulis permulaan (melek huruf). Dengan diberlakukannya kurikulum 2013 yang semula dalam KTSP 2006 bahasa Indonesia sejajar dengan mata pelajaran lain. Sekarang bahasa Indonesia sebagai penghela (penghubung) mata pelajaran lain (sikap dan keterampilan berbahasa). Mempelajari bahasa disekolah dasar bukan mempelajari pengetahuan bahasa melainkan keterampilan berbahasanya sebagai alat yang digunakan dalam berkomunikasi. Anak yang memiliki kemampuan membaca tidak hanya akan menguasai keterampilan dan proses penguasaan bahasa dan bagaimana pemakaiannya. Pembaca yang baik dapat menggunakan kemampuannya untuk memperoleh dan menyatakan struktur pengetahuan tentang dunia dalam kehidupan sehari-hari, itu berarti anak yang benar-benar mampu membaca akan menyadari eksistensinya sebagai manusia serta mampu membangun karakter hidupnya berdasarkan cara hidup yang jelas. Guru dalam kurikulum 2013 harus berupaya untuk tidak menghasilkan anak-anak yang bisa membaca tetapi tidak mau membaca sebab mereka jelas merupakan kelompok masyarakat yang sangat merugikan, kelompok anak-anak itu menghabiskan banyak biaya, tenaga dan waktu yang mubazir. Sarana dan dana yang sangat besar jumlahnya itu tidak bermanfaat karena mereka tidak menjadi bangsa yang membaca, sehingga mereka tetap terpencil dari arus informasi dan kemajuan zaman yang sangat cepat. Kemajuan dalam proses belajar dan menerima informasi banyak di tentukan oleh kesediaan anak untuk membaca. Jika syarat ini diabaikan maka proses belajar

4 untuk mencapai kemajuan menjadi terhambat. Dengan demikian anak yang tidak ikut ambil bagian dalam proses membaca tidak dapat memberikan arti pada dunia. Dengan membaca wawasan anak akan bertambah luas. Anak yang berwawasan luas mudah menerima pendapat tetapi tetap kritis terhadap perubahan. Mereka akan peka terhadap semua aspek untuk pemenuhan tuntutan kehidupan. Anak yang mampu dan gemar membaca akan menjadi masyarakat modern dan tidak akan tersingkir dalam kompetisi dalam perkembangan zaman. Seiring perkembangan zaman yang semakin maju, diperlukan jugan fondasi yang kuat untuk menanggulangi agar generasi penerus tidak tergilas oleh zaman. Dalam kurikulum 2013, dipersiapkan sejumlah pembelajaran yang bermakna yang tidak hanya mengedepankan pengetahuan dan keterampilan saja, namun di sini dilaksanakan adanya penilaian sikap spiritual dan sikap sosial. Untuk menghadapi era generasi emas, dibutuhkan tidak hanya manusia-manusia yang pintar saja, tetai dibutuhkan juga manusia-manusia yang benar, yang memiliki karakter serta sikap-sikap baik dan berakhlakhul karimah. Maka untuk mempersiapkannya, sangatlah tepat diberlakukannya kurikulum 2013 sebagai awal tercetaknya generasi yang pintar dan benar. Pintar dalam hal ilmu pengetahuan dan benar dalam hal akhlak atau sikap. Dimana sikap spiritual dan sikap sosial menjadi penilaian yang harus dilaksanakan oleh guru dalam menilai peserta didik di pembelajaran pada Kurikulum 2013. Kemampuan membaca adalah kemampuan dasar yang harus dimiliki ketika semereka mulai memasuki jenjang pendidikan di sekolah dasar. Kemampuan ini akan menjadi tonggak atau landasan bagi pemerolehan

5 kemampuan-kemampuan lainya yang akan mereka peroleh melalui proses pembelajaran di sekolah dan untuk bekal hidupnya di masyarakat. Pada kenyataannya pembelajaran membaca permulaan di Sekolah Dasar banyak dikeluhkan oleh para guru. berdasar informasi yang diperoleh melalui pertemuan Kelompok Kerja Guru ( KKG ), pada umumnya keluhan itu mengarah pada, pertama pembelajaran membaca permulaan kurang diminati siswa, kompetensi siswa tidak bisa dimaksimalkan pencapaiannya. Pada pembelajaran literasi awal yaitu membaca menulis permulaan merupakan masalah yang sangat mempengaruhi efektifitas pencapaian tujuan pembelajaran. Masalah minat ini sangat personal sifatnya sehingga pola penangannya pun sangat bervariasi. Faktor metode dan media yang menarik sangat erat kaitannya dengan menumbuhkan minat belajar pada siswa. Hasil pengamatan dan wawancara dengan rekan-rekan guru menunjukan masih seringnya terjadi pembelajaran yang kurang fariatif dan penggunaan media yang tidak menarik bagi siswa. Pembelajaran Literasi awal cenderung konvensional, pembelajaran dilakukan dengan menugasi peserta didik untuk membaca teks dan menuliskan jawaban pertanyaan yang berkaitan dengan isi teks. Pengajaran konvensional memiliki kelemahan utama yaitu pengajaran terpusat pada guru. Guru memegang kendali penuh dalam proses pembelajaran sementara peserta didik hanya sebagai objek pembelajaran, sehingga proses belajar peserta didik tidak maksimal. Peserta didik tidak mendapat kesempatan luas dalam mengembangkan kemampuan berpikir sehingga kompetensi kognetifnya lemah. Peserta didik juga kurang termotivasi danlemahnya respon

6 belajar dikarenakan pengajaran berpusat pada dan tidak adanya proses belajar secara langsung. Kelemahan yang lain dalam pembelajaran konvensional adalah tidak memberikan kesempatan luas bagi peserta didik berinteraksi dalam kegiatan empiris dan mendapatkan pengalaman secara langsung, peseta didik juga kurang mendapatkan kesempatan memperoleh keterampilan belajar, sehingga bersikap pasif. Mereka tidak lebih hanya menerima apa yang disampaikan guru tanpa ada usaha aktif menemukan sendiri. Rendahnya respon peserta didik berimplikasi pada hasil belajar sehingga tujuan akhir pembelajaran tidak akan tercapai. Selain itu kurangnya minat baca sangat erat hubunganya dengan kemampuan membaca, seseorang yang kurang kemampuan membaca pemahaman yang cukup dan mempunyai minat baca yang tinggi akan mendapat informasi leebih banyak. Kompetensi yang akan dikuasai tidak akan tercapai apabila informasi yang ada dalam bahan ajar tidak sampai kepada peserta didik, karena peserta didik tidak tahu apa yang dimaksud dalam wacana, mungkin karena bahasa, bahan atau materi yang kurang sesuai sehingga berdampak peserta didik kurang termotivasi dan tidak senang membaca. Tetapi ketidaksenangan terhadap materi jangan sampai mengakibatkan tumpulnya kemampuan peserta didik dalam mencapai kompetensi membaca. Jika minat baca tinggi yang didasari rasa senang akan tumbuh kebiasaan membaca. Senang membaca akan memperkaya pengalaman peserta didik dan menjadikannya lebih tanggap terhadap peristiwaperistiwa di sekitarnya. Tujuan akhirnya adalah menanam, menumbuhkan, dan mengembangkan kepekaan terhadap masalah-masalah manusiawi, pengenalan dan

7 rasa hormatnya terhadap tata nilai, baik dalam konteks individual maupun sosial. Untuk menumbuhkan motivasi peserta didik agar mau dan mampu menangkap pesan bacaan dibutuhkan media yang menarik. Sehingga pembelajaran lebih menyenangkan dan dapat mengembangkan aspek afektif berupa minat dan sikap yang positif dalam pembelajaran. Kondisi yang demikian menuntut guru untuk lebih inovatif mencari atau membuat media pembelajaran yang menarik dan dapat menumbuhkan minat belajar sehingga mendukung proses pembelajaran. Hal ini sesuai dengan Hernowo (2005: 19) apabila di dalam diri seseorang tidak muncul gairah untuk mengajar atau belajar tentang hal-hal yang diajarkan atau dipelajarinya, maka di dalam lingkungan belajar mengajar itu sulit dikatakan ada kegembiraan. Sedangkan permasalahan yang kedua lebih disebabkan oleh kondisi sistem pembelajaran yang berlaku di SD N I Bakulan umumnya bersifat klasikal. Pada pembelajaran klasikal tentu perbedaaan kompetensi individual kurang bisa dihargai secara maksimal. Setiap individu dengan lainnya memiliki perbedaan bentuk tubuh dan sifat mental seperti kecerdasan, motivasi, penghayatan penalaran dan kemauan yang berbeda. Menurut Hemalik (2002: 159) perbedaan individual anak dapat berupa: kecerdasan, bakat. Keadaan jasmani, penyesuaian sosial dan emosional; latar belakang keluarga, dan prestasi belajar. Perbedaaan ini harus diupayakan untuk mendapat pelayanan dengan memberikan pelajaran pilihan, sistem tutorial, belajar mandiri dan sebagainya.

8 Perbedaan individual seseorang mempengaruhi hasil belajar peserta didik. Menurut Muhamad Yamin (2007: 111) perbedaan itu akan bermakna manakala mendapat pelayanan yang optimal dari tenaga pendidik dan peserta didik mendapat kesempatan mengembangkan diri sesuai dengan kemampuan yang dimiliki. Permasalahan di atas tidak boleh dibiarkan dan harus segera diatasi karena menyebabkan proses belajar tidak maksimal yang berimplikasi pada hasil belajar peserta didik yang rendah. Untuk memecahkan masalah tersebut maka harus dilakukan upaya, antara lain dengan penerapan strategi pembelajaran membaca yang melibatkan peserta didik dalam kegiatan mental secara aktif sehingga memperoleh pengalaman belajar secara langsung dengan tidak menggantungkan diri kepada orang lain. Dalam hal ini, guru sesuai dengan dengan pengertian belajar yang disampaikan Hilgard dan Brower (Hamalik, 2002: 45), bahwa belajar sebagai perubahan dalam perbuatan melalui aktivitas, praktik dan pengalaman. Untuk menumbuhkan kebiasaan membaca serta melatih kemandirian, diperlukan media yang menarik dan sesuai karakteristik peserta didik. Secara psykologis peserta didik 7-12 tahun berada pada tahap operasional kongkrit. Karakteristik inilah yang menjadi pijakan guru untuk mencari media yang tepat, yaitu media buku besar yang berukuran 30x20 cm serta didalamnya terdapat gambar berwarna warni yang diambilkan dari majalah bekas yang tersusun indah dan dibawahnya terdapat teks wacana yang menggambarkan gambar tersebut. Media visual ini lebih memikat dan menimbulkan gairah untuk membacanya.

9 Penggunaan media buku besar membantu proses belajar guru dan siswa lebih hidup, lebih bersemangat dan lebih termotivasi. Media diartikan sebagai semua alat yang digunakan dalam ruang belajar yang lain untuk mempermudah kata- kata yang ditulis maupun yang diucapkan (Sulemaman, 1985: 12). Kecenderungan menggunakan media buku besar memiliki kelebihan yaitu: 1. Media buku besar menumbuhkan gairah peserta didik untuk membacanya karena buku yang berukuran besar 2. Dengan gambar-gambar yang menarik akan menimbulkan motivasi yang tinggi bagi siswa untuk membacanya, 3. Dengan ilustrasi gambar dan tulisan yang besar menjadi daya pikat tersendiri bagi anak untuk mau membacanya. Dengan penggunaan buku besar ini guru menggunakan sumber belajar yang menarik bagi siswa. Sehingga siswa akan tertarik untuk membaca buku cerita melalui media buku besar yang nantinya menjadi kebiasaan yang dapat menumbuhkan kemampuan dan peningkatan daya kritis siswa. Buku besar ini bervariasi dengan berbagai judul sesuai dengan tema yang dipelajarinya. Memperhatikan hal tersebut maka diperlukan penelitian yang menawarkan pengaruh kebiasaan media buku besar sebagai media pembelajaran yang mempengaruhi siswa terhadap penumbuhan kemampuan dan peningkatan daya kritis siswa. Penelitian ini untuk dapat meningkatkan kualitas proses pembelajaran bahasa Indonesia yang dapat tergambar dari peningkatan hasil belajar lebih baik dari aspek kognetif, psikomotorik dan afektifnya.

10 Disamping kelebihannya, media buku besar ini juga ada kekurangannya yaitu untuk membuat media ini diperlukan waktu yang agak lama dan bahanbahan yang disesuaikan dengan materi/tema yang diambil. Penelitian ini memilih Sekolah Dasar dengan pertimbangan siswa di Sekolah Dasar berada pada tingkat operasional kongkrit, menurut Piaget (Dahar, 1988: 183). Peneliti juga sebagai guru kelas V di SD N I Bakulan Kecamatan Kemangkon Kabupaten Purbalingga, yang senantiasa berhadapan dengan dilema- dilema pembelajaran tersebut. B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang masalah di atas, permasalahan penelitian dapat dirumuskan sebagai berikut : 1. Adakah pengaruh kebiasaan membaca cerita dengan media buku besar terhadap penumbuhan sikap sosial? 2. Adakah pengaruh kebiasaan membaca cerita dengan media buku besar terhadap peningkatan daya kritis siswa? C. Tujuan Penelitian 1. Untuk mengetahui pengaruh kebiasaan membaca dengan media buku besar terhadap penumbuhan sikap sosial. 2. Untuk mengetahui pengaruh kebiasaan membaca cerita dengan media buku besar terhadap peningkatan daya kritis siswa

11 D. Variabel Penelitian dan Variabel Operasional Di dalam penelitian ini ada beberapa variabel yang digunakan dan menjadi fokus penelitian. Fokus pertama dalam penelitian ini adalah tentang Buku Besar yang digunakan di dalam kegiatan pembiasaan membaca cerita melalui media Buku Besar disebut variabel bebas (X) atau variabel penentu dikarenakan variabel tersebut akan menentukan variabel-variabel lainnya. Kebiasan Membaca di dalam hal ini dimaknai sebagai hasil pengaruh dari Media Buku Besar yang memadukan antara penumbuhan sikap sosial dan peningkatan daya kritis siswa yang telah dimiliki oleh siswa dengan kebiasaan membaca sehingga nantinya menghubungkan kemampuan akademik dan sikap sosial siswa. Fokus kedua di dalam penelitian Kebiasaan Membaca sebagai variabel (Y1). Focus tersebut mengacu pada Media Buku Basar yang akan mempengaruhi penumbuhan sikap sosial siswa. Di mana diharapkan Media Buku Besar dapat mempengaruhi terhadap penumbuhan sikap sosial siswa. Fokus ketiga di dalam penelitian ini adalah peningkatan daya kritis siswa adalah sebagai variabel terikat (Y2). Fokus tersebut mengacu pada kedudukan media Buku Besa yang akan mempengaruhi daya kritis siswa. Media Buku Besar di dalam hal ini dimaknai sebagai variasi metode untuk kondisi di mana peserta didik mengalami kondisi psikologis yang mempengaruhi kondisi fisik berupa kesulitan dalam memahami ide atau gagasan dalam membaca teks.

12 E. Manfaaat Hasil Penelitian Manfaat Penelitian Pengembangan Media Buku Besar Aspek Membaca Permulaaan Pada Siswa SD kelas V dibedakan menjadi dua yaitu manfaat kebutuhan praktis dan kebutuhan teoritis. Manfaat kebutuhan teoritisnya adalah: 1. Hasil Penelitian ini digunakan sabagai bahan referensi terkait pemanfaatan media buku besar dalam pembelajaran 2. Hasil penelitian ini digunakan sebagai bahan referensi terkait kebiasaan membaca 3. Hasil penelitian ini digunakan sebagai bahan referensi terkait daya kritis siswa Manfaat kebutuhan praktis penelitian pengembangan ini dibedakan menjadi tiga, yaitu bagi peserta didik, guru dan sekolah. 1. Bagi Guru a. Dapat meningkatkan kualitas pembelajaran yang disesuaikan dengan tujuan, materi, karakteristik siswa dan kondisi pembelajaran terutama dalam mengimplementasikan kurikulum 2013. b. Dapat meningkatkan kemampuannya dalam merancang media yang tepat untuk meningkatkan keterampilan berbahasa siswa terutama dalam membaca menulis permulaan.

13 2. Bagi Siswa a. Dapat meningkatkan motivasi dan minat siswa untuk terbiasa membaca cerita dalam menumbuhkan kemampuan dan peningkatan daya kritis siswa. b. Dapat mempermudah siswa dalam memahami materi tematik terpadu membaca menulis permulaan yang diimplemantasikan dalam kurikulum 2013.