BAB I PENDAHULUAN. ketergantungan sosial-ekonomi secara total ke arah ketergantungan yang

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. berbagai tantangan dan masalah karena sifatnya yang sensitif dan rawan

Hubungan Persepsi Kesehatan Reproduksi Dengan Sikap Terhadap Perilaku Seksual Pranikah Pada Mahasiswa Fakultas Psikologi Universitas Gunadarma.

BAB I PENDAHULUAN. yang dapat diwujudkan dalam tingkah laku yang bermacam-macam, mulai dari

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja adalah masa peralihan diantara masa kanak-kanak dan dewasa.

BAB 1 PENDAHULUAN. jumlah remaja dan kaum muda berkembang sangat cepat. Antara tahun 1970 dan

BAB 1 PENDAHULUAN. remaja-remaja di Indonesia yaitu dengan berkembang pesatnya teknologi internet

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pada masa transisi yang terjadi di kalangan masyarakat, secara khusus

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. tersebut terjadi akibat dari kehidupan seksual remaja yang saat ini semakin bebas

BAB I PENDAHULUAN. dengan orang lain, perubahan nilai dan kebanyakan remaja memiliki dua

SKRIPSI. Proposal skripsi. Skripsi ini Disusun untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Ijazah S-1 Kesehatan Masyarakat

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Remaja adalah masa peralihan diantara masa kanak-kanak dan dewasa.

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Pada perkembangan zaman saat ini, perilaku berciuman ikut dalam

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang masalah. peka adalah permasalahan yang berkaitan dengan tingkat kematangan seksual

BAB I PENDAHULUAN. dapat diabaikan dalam kehidupan manusia. Namun demikian, orang tua masih

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Masa remaja dikenal sebagai masa peralihan dari anak-anak menuju

BAB 1 PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan masa peralihan antara anak-anak yang dimulai saat

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. melalui perubahan fisik dan psikologis, dari masa kanak-kanak ke masa

BAB I PENDAHULUAN. A.Latar Belakang. Remaja adalah mereka yang berusia diantara tahun dan merupakan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian Masa remaja adalah masa peralihan dari anak-anak ke dewasa yang jangka

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Remaja merupakan periode transisi antara masa anak-anak ke masa dewasa

BAB I PENDAHULUAN. Remaja adalah masa peralihan dari masa kanak-kanak menuju masa. reproduksi sehingga mempengaruhi terjadinya perubahan perubahan

BAB I PENDAHULUAN. dewasa yang meliputi semua perkembangannya yang dialami sebagai. persiapan memasuki masa dewasa (Rochmah, 2005). WHO mendefinisikan

BAB I PENDAHULUAN. Perilaku seksual khususnya kalangan remaja Indonesia sungguh

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan masa peralihan dari masa kanak-kanak ke masa dewasa

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH. WHO mendefinisikan, masa remaja (adolence) mulai usia 10 tahun sampai 19

Riska Megayanti 1, Sukmawati 2*, Leli Susanti 3 Universitas Respati Yogyakarta *Penulis korespondensi

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Masa remaja merupakan masa perubahan atau peralihan dari masa kanak-kanak

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. untuk memiliki. Pada masa ini, seorang remaja biasanya mulai naksir lawan

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

SKRIPSI Diajukan UntukMemenuhi Salah Satu Persyaratan Meraih Derajat Sarjana S-1 Keperawatan. Oleh : ROBBI ARSYADANI J

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. topik yang menarik untuk dibicarakan. Topik yang menarik mengenai masalah

BAB I PENDAHULUAN. dari 33 menjadi 29 aborsi per wanita berusia tahun. Di Asia

BAB I PENDAHULUAN. tampak pada pola asuh yang diterapkan orang tuanya sehingga menjadi anak

BAB 1 : PENDAHULUAN. produktif. Apabila seseorang jatuh sakit, seseorang tersebut akan mengalami

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah-masalah pada remaja yang berhubungan dengan kesehatan

BAB I PENDAHULUAN. atau peralihan dari masa kanak-kanak ke masa dewasa yang meliputi

BAB I PENDAHULUAN. Remaja merupakan masa transisi dari anak-anak menuju dewasa yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Remaja merupakan salah satu tahap dalam kehidupan manusia. Tahap ini

BAB I PENDAHULUAN. kematangan mental, emosional, sosial dan fisik (Hurlock, 2007). World Health

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. remaja merupakan masa peralihan dari masa kanak-kanan menuju masa dewasa.

BAB 1 PENDAHULUAN. masa dewasa yang berkisar antara umur 12 tahun sampai 21 tahun. Seorang remaja, memiliki tugas perkembangan dan fase

BAB I PENDAHULUAN. perilaku remaja dalam pergaulan saat ini. Berbagai informasi mampu di

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. belahan dunia, tidak terkecuali Indonesia. Tahun 2000 jumlah penduduk

BAB I PENDAHULUAN. daya manusia yang potensial adalah generasi mudanya. Tarigan (2006:1)

BAB I PENDAHULUAN. data BkkbN tahun 2013, di Indonesia jumlah remaja berusia tahun sudah

BAB II KAJIAN PUSTAKA. 1. Pengertian Perilaku Seksual Pranikah

BAB I PENDAHULUAN. seorang individu. Masa ini merupakan masa transisi dari kanak-kanak ke masa

BAB I PENDAHULUAN. yang belum menikah cenderung meningkat. Hal ini terbukti dari beberapa

BAB I PENDAHULUAN. depan. Keberhasilan penduduk pada kelompok umur dewasa sangat. tergantung pada masa remajanya (BKKBN, 2011).

BAB I PENDAHULUAN. Remaja kota besar khususnya Jakarta semakin berani melakukan hubungan

, 2015 GAMBARAN KONTROL DIRI PADA MAHASISWI YANG MELAKUKAN PERILAKU SEKSUAL PRANIKAH

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. berbagai pengenalan akan hal-hal baru sebagai bekal untuk mengisi kehidupan

BAB 1 PENDAHULUAN. ketertarikan mereka terhadap makna dari seks (Hurlock, 1997). media cetak maupun elektronik yang berbau porno (Dianawati, 2006).

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Perilaku seksual merupakan segala tingkah laku yang didorong oleh hasrat

BAB I PENDAHULUAN. Manusia diciptakan Tuhan dalam dua bentuk yang berbeda, baik. secara fisik maupun psikis, yang kemudian diberi sebutan sebagai

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Masa remaja ini disebut sebagai masa penghubung atau masa

BAB I PENDAHULUAN. Menurut WHO, remaja adalah penduduk dalam rentang usia tahun,

BAB 1 PENDAHULUAN. Y, 2009). Pada dasarnya pendidikan seksual merupakan suatu informasi

BAB 1 PENDAHULUAN. Masa remaja adalah masa terjadinya perubahan-perubahan baik perubahan

HUBUNGAN ANTARA PERILAKU ASERTIF DENGAN PERILAKU SEKSUAL PRANIKAH PADA REMAJA PUTRI. Skripsi

(e) Uang saku rata-rata perbulan kurang dari Rp ,- (64,8%) dan sisanya (35,3%) lebih dari Rp per bulan.

BAB I PENDAHULUAN. yang lebih dikenal dengan International Conference on Population and

BAB 1 PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan suatu masa dalam perkembangan hidup manusia. WHO

BAB 1 PENDAHULUAN. Konsep diri adalah cara individu dalam melihat pribadinya secara utuh,

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan masa transisi antara masa kanak-kanak dan masa

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. menjadi yang terunggul dalam berbagai aspek kehidupan. Pembangunan sumber daya

Perpustakaan Unika LAMPIRAN

BAB 1 PENDAHULUAN. Statistik (BPS) Republik Indonesia melaporkan bahwa Indonesia memiliki

BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang Masalah Masa remaja merupakan salah satu fase krusial dalam

BAB I PENDAHULUAN. penduduk dunia terdiri dari remaja berusia tahun dan sekitar sembilan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Remaja sejatinya adalah harapan semua bangsa, negara-negara yang

BAB I PENDAHULUAN. Remaja Indonesia saat ini sedang mengalami perubahan sosial yang cepat

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. aktivitas seksual remaja juga cenderung meningkat baik dari segi kuanitas

BAB I PENDAHULUAN. Remaja diidentifikasikan sebagai masa peralihan antara anak-anak ke masa

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. menuju masyarakat modern, yang mengubah norma-norma, nilai-nilai dan gaya

BAB I PENDAHULUAN. (Soetjiningsih, 2004). Masa remaja merupakan suatu masa yang menjadi

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Dunia mengalami perkembangan pesat diberbagai bidang di abad ke 21

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian

BAB 1 PENDAHULUAN. manusia yang didalamnya penuh dengan dinamika. Dinamika kehidupan remaja ini

BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang. Di seluruh dunia, lebih dari 1,8 miliar. penduduknya berusia tahun dan 90% diantaranya

BAB 1 PENDAHULUAN. dipungkiri kenyataan bahwa remaja sekarang sudah berperilaku seksual secara bebas.

BAB I PENDAHULUAN. untuk dibicarakan. Hal ini dimungkinkan karena permasalahan seksual telah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang. Unwanted pregnancy atau dikenal sebagai kehamilan yang tidak

BAB I PENDAHULUAN. setiap individu yaitu merupakan periode transisi dari masa anak-anak ke masa dewasa

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. terjadinya peningkatan minat dan motivasi terhadap seksualitas. Hal ini dapat

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

HUBUNGA SEKSUAL SKRIPSII. Diajukan Oleh: F HUBUNGA

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Masalah seksualitas merupakan salah satu topik yang menarik untuk

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. latin adolescere yang berarti tumbuh atau tumbuh menjadi dewasa. Latifah

BAB I PENDAHULUAN. Fenomena perilaku seksual yang tidak sehat dikalangan remaja Indonesia

PERILAKU SEKSUAL WABAL DI TINJAU DARI KUALITAS KOMUNIKASI ORANG TUA-ANAK TENTANG SEKSUALITAS S K R I P S I

BAB I PENDAHULUAN. seksual, baik dengan lawan jenis maupun dengan sesama jenis (Sarwono, 2013).

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. atau keinginan yang kuat tentang perubahan-perubahan yang terjadi pada

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masa remaja usia (13-21 tahun) sebagai masa ketika perubahan fisik, mental, dan sosial-ekonomi terjadi. Secara fisik, terjadi perubahan karakteristik jenis kelamin sekunder menuju kematangan seksual dan reproduksi. Proses perubahan mental dan identitas usia dewasa berkembang pada masa remaja. Secara ekonomis, masa ini adalah masa transisi dari ketergantungan sosial-ekonomi secara total ke arah ketergantungan yang relatif lebih rendah. Masa ini juga merupakan masa yang paling penting dalam kehidupan, ketika keputusan-keputusan penting diambil dan persiapan dilakukan sehubungan dengan karir dan peranan dalam kehidupan (Raymundo dkk., 1997 dalam Imron, 2012: 39). Menurut, Kusmiran (2011: 33) Perubahan dan perkembangan perilaku seksual yang terjadi pada masa remaja dipengaruhi oleh berfungsinya hormon-hormon seksual (testosteron untuk laki-laki dan progesteron untuk perempuan). Hormon-hormon inilah yang berpengaruh terhadap dorongan seksual manusia. Dorongan seksual itu bisa memunculkan perilaku-perilaku seksual. Perilaku seksual adalah segala tingkah laku yang didorong oleh hasrat seksual, baik dengan lawan jenisnya maupun dengan sesama jenis. Bentuk-bentuk tingkah laku ini bisa bermacam-macam, mulai dari perasaan tertarik sampai tingkah laku berkencan, bercumbu, dan bersenggama. Objek sebenarnya bisa 1

2 berupa orang lain, orang dalam khayalan atau diri sendiri (Sarwono, 2012: 174). Hasil studi kasus yang dilakukan Pusat Informasi dan Pelayanan Remaja (PILAR) PKBI Jateng pada bulan Oktober 2002 terhadap 1.000 mahasiswa di Semarang menunjukan, ketika mereka melakukan aktivitas pacaran, sebanyak 7,06 % atau 76 mahasiwa mengaku pernah melakukan intercouse (hubungan kelamin), 25 atau 25,00 % atau 250 mahasiswa melakukan petting (meraba payudara dan alat kelamin). Aktivitas lain, mencium leher (361 mahasiswa atau 36,01 %), mencium bibir (609 mahasiswa atau 60,09 %), mencium pipi, kening (846 mahasiswa, 84,06 %), berpegangan tangan (933 mahasiswa,93,03 %) dan ngobrol (1.000) (Riza, 2003). Data yang diperoleh menunjukkan bahwa perilaku seksual di luar nikah yang terjadi di Indonesia cukup tinggi. Munculnya perilaku seseorang akan diwarnai atau dilatarbelakangi oleh sikap yang ada pada orang yang bersangkutan (Walgito, 2003: 124). Namun tidak semua remaja memiliki sikap yang sama terhadap perilaku seksual pranikah tersebut. Terbentuknya sikap sangat dipengaruhi oleh berbagai faktor seperti pengalaman pribadi, pengaruh orang lain yang dianggap penting, pengaruh kebudayaan, media massa, lembaga pendidikan dan lembaga agama, dan pengaruh faktor emosional (Azwar, 2009: 30). Sikap seseorang terhadap perilaku seksual pranikah sangat tergantung dari pengalaman pribadi dan pengaruh faktor emosional yang dimilikinya. Kebudayaan dimana seseorang hidup dan dibesarkan mempunyai pengaruh yang sangat besar terhadap pembentukan sikapnya. Apabila kita hidup dalam

3 budaya yang mempunyai norma longgar bagi pergaulan heteroseksual, sangat mungkin kita akan mempunyai sikap yang mendukung terhadap masalah kebebasan pergaulan heteroseksual (Azwar, 2009: 33). Faktor lain dari pembentukan sikap yaitu dari media massa, sebagai sarana komunikasi meskipun pengaruhnya tidak sebesar dari interaksi individu secara langsung namun dalam pembentukan dan perubahan sikap, peranan media massa tidak kecil artinya. Karena itulah apabila seorang remaja tidak bisa memilah-milah pengetahuan tentang perilaku seksual dan kesehatan reproduksi maka tidak jarang pula mereka akan tersugesti untuk melakukan hal-hal yang negatif seperti perilaku seksual di luar nikah. Untuk membuktikan bahwa sikap individu satu dengan yang lain terhadap peneliti juga melakukan survei awal sebelum penelitian dilakukan dengan 2 orang mahasiswa : saya gak setuju, hubungan seksual pranikah jelaslah itu dosa dalam islam itu dilarang, bisa dikatakan zina berat dalam islam, dan yang pasti yang dirugikan itu cewek. Dampak negatifnya banyak dan intinya kehormatan itu terletak pada keperawanan (DN, 19 tahun). (Surabaya, 28 Mei 2012) Wawancara yang kedua juga dilakukan oleh peneliti kepada salah satu mahasiswa pada tanggal 29 Mei 2012: Wah kalau saya sih, setuju-setuju saja asalkan suka sama suka. Si cewek tidak keberatan, saya sih oke-oke saja. Malah dulu cewek saya yang mengajak saya begituan, awalnya saya tolak akhirnya karena banyak setannya saya jadi terlarut dalam suasana (MK, 21 tahun). Dengan mengetahui sikap seseorang, orang dapat menduga bagaimana respon atau perilaku yang akan diambil oleh orang yang bersangkutan,

4 terhadap suatu masalah atau keadaan yang dihadapkan kepadanya. Jadi, dengan perilaku yang timbul dari orang yang bersangkutan. Keadaan ini menggambarkan hubungan sikap dengan perilaku (Walgito, 2003: 123). Munculnya perilaku seksual pranikah di kalangan remaja yang marak belakangan ini tidak terlepas dari pengaruh era globalisasi yang dianggap sebagai bentuk modernitas bagi sebagian remaja. Menurut Dianawati (2003: 72) anggapan zaman dulu, seseorang melakukan hubungan seksual demi memperoleh keturunan. Namun pandangan tersebut sekarang sudah banyak berubah. Banyak pasangan yang merasa bahwa hubungan seksual bukan hanya untuk memperoleh keturunan. Hubungan seksual sering dilakukan hanya untuk kesenangan. Ada juga orang yang berhubungan seksual demi mencapai kenikmatan sekejap. Era globalisasi telah berimbas pada keterbukaan informasi dengan ditandai semakin mudahnya orang mengakses berbagai informasi termasuk tentang seksologi sehingga berimplikasi pada terjadinya perilaku seksual pranikah di kalangan remaja. Perilaku seksual pranikah dapat menimbulkan serangkaian akibat seperti terjadinya kehamilan yang tidak diinginkan (KTD), penyakit kelamin termasuk AIDS. Perilaku seksual pranikah yang dilakukan oleh remaja akhir-akhir ini cukup memprihatinkan. Beberapa remaja berpendapat bahwa mereka permisif terhadap perilaku seksual pranikah. Bahkan banyak dari mereka yang sudah kehilangan keperawanan saat masih duduk di bangku sekolah.

5 Salah satu isu pembangunan yang juga sangat penting saat ini adalah masalah kesehatan reproduksi. Kesehatan reproduksi berawal dari usia remaja sehingga remaja menjadi perhatian utama karena pada masa remaja terjadi perkembangan yang dinamis dalam kehidupan individu yang di tandai dengan percepatan pertumbuhan fisik, emosional, dan sosial. Karena pada masa remaja cenderung memiliki tingkat seksual yang tinggi sehubungan dengan mulai matangnya hormon seksual dan organ-organ reproduksi. Selain itu, kondisi yang masih labil pada remaja, rendahnya pemahaman remaja tentang pengetahuan kesehatan reproduksi yang benar, serta seksualitas yang masih dianggap tabu memunculkan penyimpangan reproduksi seperti seks pranikah, aborsi, HIV/AIDS. Namun di sisi lain, arus informasi tentang reproduksi semakin deras dan orang tua tidak mampu berperan secara maksimal dalam pendidikan kesehatan reproduksi masih rendah serta konstruksi sosial yang menempatkan seksualitas sebagai masalah yang tabu untuk diperbincangkan di publik. Pada dasarnya kesehatan reproduksi merupakan unsur yang dasar dan penting dalam kesehatan umum, baik untuk laki-laki dan perempuan. Selain itu, kesehatan reproduksi juga merupakan syarat esensial bagi kesehatan bayi, anak-anak, remaja orang dewasa bahkan orang-orang yang berusia setelah masa reproduksi. Kesehatan reproduksi secara umum menunjuk pada kondisi kesejahteraan fisik, mental, dan sosial secara utuh dalam segala hal yang berkaitan dengan sistem, fungsi, dan proses reproduksi, termasuk hak dan

6 kebebasan untuk bereproduksi secara aman, efektif, tetap, terjangkau, dan tidak melawan hukum (WHO, 1992 dalam Imron, 2012: 40). Maraknya pergaulan bebas di kalangan remaja terutama mahasiswa akhir-akhir ini, antara lain di sebabkan karena kurangnya pengetahuan mereka tentang pendidikan seks yang jelas dan benar. Menurut Dianawati (2003) pendidikan seks kebanyakan dipersepsikan hanya diketahui dari penjelasan teman (yang belum tentu benar), membaca buku-buku porno, melihat gambargambar porno, dari buku maupun internet, bisa juga dari penjelasan yang kurang lengkap dari orang tua. Salah satu bukti ketidakpahaman remaja tentang proses reproduksi dapat dilihat dari surat yang dilayangkan oleh TN (18 tahun) yang berisi tentang : Dok, apakah berbahaya berhubungan badan saat menstruasi? (Nyata, 2009). Dalam tabloid tersebut menjelaskan bahwa hubungan seks saat menstruasi tidak berbahaya. Sepanjang itu dilakukan suami istri, kemungkinan infeksi itu tidak ada, hanya bila dilakukan dengan pasangan-pasangan yang bebas seks, besar kemungkinan infeksi juga ada. Sehingga tetap terlihat jelas bahwa hubungan seksual pranikah itu tetap tidak diperbolehkan karena resiko yang didapat akan sangat membahayakan seperti infeksi penyakit menular, HIV/AIDS, dan kehamilan yang tidak diinginkan. Dengan mengetahui lebih dalam tentang kesehatan reproduksi maka pengetahuan tentang kesehatan reproduksi sangatlah penting bagi setiap

7 manusia dan terutama dapat mengurangi perilaku seksual pranikah yang sudah banyak dilakukan oleh kalangan mahasiswa. Mahasiswa sebagai remaja akhir, memiliki tugas perkembangan dan fase perkembangan seksualnya yang mencorong mereka untuk menjalin relasi heteroseksual (seperti pacaran). Dalam menjalin relasi heteroseksual seorang individu memiliki kecenderungan untuk melakukan berbagai bentuk perilaku seksual. Disamping itu, ciri perilaku heteroseksual remaja masa kini adalah remaja cenderung mempunyai sikap yang jauh lebih lunak terhadap perilaku seksual pranikah. Perubahan perilaku seksual tampak menonjol, namun perubahan sikap seksual lebih menonjol lagi (Hurlock: 1980,228), maka tak heran jika ancaman pola hidup seks bebas di kalangan mahasiswa berkembang semakin serius. Namun melihat kondisi remaja saat ini, harapan remaja sebagai penerus bangsa yang menentukan kualitas negara di masa yang akan datang sepertinya bertolak belakang dengan kenyataan yang ada. Perilaku nakal dan menyimpang di kalangan remaja saat ini cenderung mencapai titik kritis. Telah banyak remaja yang terjerumus ke dalam kehidupan yang dapat merusak masa depan. Sikap longgar atau permisif terhadap masalah reproduksi terutama perilaku seksual sebelum menikah pada mahasiswa, tentulah menjadi hal yang perlu dipikirkan oleh kita semua terutama bagi orang tua, lembaga pendidikan, para ahli dan pihak-pihak lain yang ikut prihatin dengan masalah-masalah remaja, karena pada dasarnya perilaku seksual pranikah adalah perilaku yang melanggar ajaran agama manapun dan juga menurut norma yang ada di masyarakat, perilaku tersebut tidak dapat diterima dan dibenarkan.

8 Akhirnya peneliti tertarik untuk meneliti hubungan pengetahuan kesehatan reproduksi dengan sikap mahasiswa IAIN Sunan Ampel Surabaya angkatan tahun 2011 terhadap perilaku seksual pranikah. Penelitian dengan judul yang sama pernah dilakukan oleh Thresia Oie (2008) dengan judul Hubungan Pengetahuan Kesehatan Reproduksi dengan Sikap Terhadap Premarital Seks pada Remaja. Dalam penelitian yang dilakukan Thresia subyek yang diambil adalah remaja yang mempunyai usia antara 15-17 tahun (usia remaja awal) dengan jumlah sampel sebanyak 120 subyek dilakukan di SMA YPPI 1 Dharmahusada. Teknik pengambilan sampel yaitu Incidental Sampling. Analisis data menggunakan uji korelasi Spearman, dengan hasil tidak signifikan (p=0,939> 0,05). Penelitian pengetahuan kesehatan reproduksi juga pernah dilakukan oleh Citra Anggarini (2006), dengan judul Hubungan Antara Kematangan Emosi Remaja dengan Pengetahuan Kesehatan Reproduksi. Sampel yang digunakan yaitu siswa dari bimbingan belajar Ganesha Operation dan Dian Institute di Sidoarjo dengan hasil yang menunjukkan adanya hubungan positif antara kematangan emosi dengan pengetahuan kesehatan reproduksi. Penelitian serupa yang peneliti tahu pernah dilakukan oleh Riski Tri Astuti dan Dr. Awaluddin Tjalla (2008) dengan judul Hubungan Persepsi Kesehatan Reproduksi dengan Sikap Terhadap Perilaku Seksual Pranikah pada Mahasiswa Fakultas Psikologi Universitas Gunadarma. Sampel yang digunakan sebanyak 70 orang di Universitas Gunadarma. Teknik pengambilan sampel dengan Purposive Sampling dan analisis data menggunakan teknik korelasi Pearson (1-tailed) diketahui nilai koefisien

9 korelasi sebesar r = -0,888 dengan nilai sangat signifikansi sebesar 0,000 (p < 0,01). Hasil tersebut menunjukkan bahwa hipotesis penelitian ini diterima, artinya ada hubungan yang negatif (-) sangat signifikan persepsi terhadap kesehatan reproduksi dengan sikap terhadap perilaku seksual pranikah pada mahasiswa psikologi. Banyak penelitian serupa yang telah dilakukan oleh mahasiswa lain tetapi ada perbedaan antara penelitian ini dengan penelitian-penelitian tersebut yaitu terletak pada sampel penelitian. Dalam penelitian ini peneliti menggunakan sampel antara usia 18-21 tahun (remaja akhir) mahasiswa dan mahasiswi semester 2 yang di ambil peneliti di IAIN Sunan Ampel Surabaya. Berdasarkan semester yang dipilih, peneliti menggunakan semester 2 karena dalam semester 2 usia mahasiswa dan mahasiswinya rata-rata mempunyai usia yang sudah menjadi kriteria sampel penelitian dan juga merupakan semester awal peralihan dari masa SMA menuju masa kuliah. Tempat yang dipilih untuk penelitian ini adalah IAIN Sunan Ampel Surabaya karena IAIN Sunan Ampel Surabaya, merupakan salah satu institut yang berbasis islam. Di IAIN Sunan Ampel Surabaya tidak ada mata kuliah khusus yang membahas tentang masalah kesehatan reproduksi dan juga sangat minim akan sosialisasi dan seminar yang membahas kesehatan reproduksi sehingga kemungkinan ada sebagian subyek yang mempunyai pengetahuan atau informasi yang sangat minim tentang kesehatan reproduksi. Selama ini di IAIN Sunan Ampel Surabaya sendiri juga belum ada penelitian tentang pengetahuan kesehatan reproduksi dan sikap terhadap perilaku seksual pranikah. Berdasarkan asumsi

10 di atas maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul Hubungan antara pengetahuan kesehatan repoduksi dengan sikap mahasiswa IAIN Sunan Ampel Surabaya angkatan tahun 2011 terhadap perilaku seksual pranikah. B. Rumusan Masalah Berdasarkan atas latar belakang yang telah disebutkan di atas, dapat dibuat rumusan masalah sebagai berikut : Apakah terdapat hubungan antara pengetahuan kesehatan reproduksi dengan sikap mahasiswa IAIN Sunan Ampel Surabaya angkatan tahun 2011 terhadap perilaku seksual pranikah?. C. Tujuan Penelitian Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka penelitian ini bertujuan untuk mengetahui ada tidaknya hubungan antara pengetahuan kesehatan reproduksi dengan sikap mahasiswa IAIN Sunan Ampel Surabaya angkatan tahun 2011 terhadap perilaku seksual pranikah. D. Manfaat Penelitian Adapun manfaat dari penelitian ini adalah 1. Secara Teoritik Penelitian ini sebagai pengembangan ilmu itu sendiri, khususnya dalam bidang ilmu psikologi. Selain itu diharapkan menambah pengembangan

11 dan pemahaman terhadap teori yang sudah ada sehingga dapat dijadikan sebagai bahan rujukan untuk penelitian selanjutnya. 2. Secara Praktis a. Bagi Institusi Penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan bagi institusi tentang sikap mahasiswa terhadap perilaku seksual, untuk dijadikan sebagai bahan pertimbangan dalam menentukan kebijakan pemberian layanan akademik kepada mahasiswa. b. Bagi Remaja Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi kepada remaja tentang pentingnya kewaspadaan dalam perilaku seksual, demi untuk menjaga kesehatan reproduksinya. c. Bagi Masyarakat Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi kepada masyarakat akan pentingnya keterlibatan mereka dalam melakukan pengawasan terhadap perilaku seksual remaja. E. Sistematika Pembahasan Sistematika pembahasan dalam penelitian ini sebagai berikut : Bab I, merupakan Pendahuluan yang terdiri dari Latar Belakang Masalah, Rumusan Masalah, Tujuan Penelitian, Manfaat Penelitian, dan Sistematika Pembahasan.

12 Bab II, merupakan Kajian Pustaka, terdiri dari Pembahasan Teori yang meliputi pembahasan tentang sikap, perilaku seksual, pengetahuan, kesehatan reproduksi dan remaja, Kerangka Teoritik, dan Hipotesis Penelitian. Bab III, merupakan Metode Penelitian, terdiri dari Rancangan Penelitian, Subyek Penelitian, Instrumen Penelitian, dan Teknik Analisis Data. Bab IV, merupakan Penyajian dan Analisis Data terdiri dari Deskripsi Hasil Penelitian, Pengujian Hipotesis, dan Pembahasan Hasil Pengujian. Bab V, merupakan Penutup, terdiri dari Kesimpulan dan Saran dari penelitian yang telah dilakukan.