I. Pendahuluan Pada awal tahun 2004 kita dikejutkan kembali dengan merebaknya penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD), dengan jumlah kasus yang cukup

dokumen-dokumen yang mirip
Skripsi ini Disusun Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Ijazah S1 Kesehatan Masyarakat. Disusun Oleh: DIAH NIA HERASWATI J

BAB I PENDAHULUAN. gigitan nyamuk dari genus aedes misalnya Aedes aegypti atau Aedes albovictus.

BAB 1 PENDAHULUAN. Hubungan faktor..., Amah Majidah Vidyah Dini, FKM UI, 2009

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. tropis. Pandangan ini berubah sejak timbulnya wabah demam dengue di

BAB I PENDAHULUAN. yang masuk ke peredaran darah manusia melalui gigitan snyamuk dari genus Aedes,

masyarakat, bangsa dan negara yang ditandai oleh penduduknya yang hidup dalam lingkungan sehat, berperilaku hidup bersih dan sehat (PHBS), mempunyai

ANALISIS FAKTOR RISIKO PERILAKU MASYARAKAT TERHADAP KEJADIAN DEMAM BERDARAH DENGUE (DBD) DI KELURAHAN HELVETIA TENGAH MEDAN TAHUN 2005

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) dalam beberapa tahun terakhir

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

HUBUNGAN FAKTOR PERILAKU DENGAN KEJADIAN DEMAM BERDARAH DENGUE DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS BOYOLALI I

BAB I PENDAHULUAN Latar belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. selalu diusahakan peningkatannya secara terus menerus. Menurut UU No.36 Tahun 2009 tentang kesehatan, dalam pasal 152

BAB 1 PENDAHULUAN. Di era reformasi, paradigma sehat digunakan sebagai paradigma

BAB I PENDAHULUAN. penyebarannya semakin meluas. DBD disebabkan oleh virus Dengue dan

BAB I PENDAHULUAN. setiap tahunnya. Salah satunya Negara Indonesia yang jumlah kasus Demam

BAB 1 PENDAHULUAN. Demam Berdarah Dengue (DBD) masih merupakan salah satu masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) atau Dengue Haemorrhagic Fever

BAB I : PENDAHULUAN. menular yang disebabkan oleh virus dengue, virus ini ditularkan melalui

BAB I PENDAHULUAN. Bupati dalam melaksanakan kewenangan otonomi. Dengan itu DKK. Sukoharjo menetapkan visi Masyarakat Sukoharjo Sehat Mandiri dan

SKRIPSI PERBEDAAN PENGETAHUAN DAN SIKAP JUMANTIK KECIL SEBELUM DAN SESUDAH PEMBERIAN PELATIHAN PENCEGAHAN DEMAM BERDARAH DENGUE (DBD) DI MIN KETITANG

BAB I PENDAHULUAN. disebabkan oleh virus dengue yang ditularkan melalui gigitan nyamuk Aedes

BAB I PENDAHULUAN. harus dipenuhi oleh setiap bangsa dan negara. Termasuk kewajiban negara untuk

Al Ulum Vol.54 No.4 Oktober 2012 halaman

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB 1 : PENDAHULUAN. Berdarah Dengue (DBD). Jumlah penderita dan luas daerah penyebarannya

BAB I LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

EFEKTIVITAS EKSTRAK ETANOL DAUN RAMBUTAN (Nephelium lappaceum L.)TERHADAP KEMATIAN LARVA NYAMUK Aedes aegypti INSTAR III

BAB 1 PENDAHULUAN. dari genus Aedes,misalnya Aedes aegypti atau Aedes albopictus. Penyakit DBD dapat

BAB 1 PENDAHULUAN. Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) atau Dengue Haemorrhagic Fever

BAB I PENDAHULUAN. dengue dan ditularkan melalui gigitan nyamuk demam berdarah (Aedes

PENYELIDIKAN KEJADIAN LUAR BIASA DI GIANYAR. Oleh I MADE SUTARGA PROGRAM STUDI ILMU KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS UDAYANA 2015

BAB I PENDAHULUAN. umum dari kalimat tersebut jelas bahwa seluruh bangsa Indonesia berhak untuk

BAB 1 PENDAHULUAN. Gambaran epidemiologi..., Lila Kesuma Hairani, FKM UI, 2009 Universitas Indonesia

BAB 1 PENDAHULUAN. Menurut Kementerian Kesehatan RI (2010), program pencegahan dan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) atau Dengue Haemorhagic Fever

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. banyak penyakit yang menyerang seperti dengue hemoragic fever.

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) atau Dengue Hemorrhagic Fever

INFORMASI UMUM DEMAM BERDARAH DENGUE

BAB I PENDAHULUAN. Tenggara. Terdapat empat jenis virus dengue, masing-masing dapat. DBD, baik ringan maupun fatal ( Depkes, 2013).

BAB I PENDAHULUAN. 3 tahun berturut turut. Berdasarkan laporan yang masuk dari rumah sakit dan

Demam Berdarah Dengue (DBD) merupakan penyakit yang disebabkan oleh. virus Dengue yang ditularkan dari host melalui gigitan nyamuk Aedes Aegypti.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

SKRIPSI. Skripsi Ini Disusun untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Ijazah S1 Kesehatan Masyarakat. Disusun Oleh AGUS SAMSUDRAJAT J

BAB I PENDAHULUAN. Dengue ditularkan kepada manusia melalui gigitan nyamuk Aedes

PENDEKATAN DIAGNOSIS DEMAM BERDARAH DENGUE PADA ANAK DI SELURUH PUSKESMAS KEPERAWATAN WILAYAH KABUPATEN JEMBER PERIODE 1 JANUARI 31 DESEMBER 2007

BAB I PENDAHULUAN. kejadian luar biasa dengan kematian yang besar. Di Indonesia nyamuk penular

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia dan menjadi masalah kesehatan di masyarakat. Penyakit yang

KERANGKA ACUAN PROGRAM P2 DBD

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Tujuan pembangunan berkelanjutan 2030/Suistainable Development Goals (SDGs)

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) atau Dengue Hemorrhagic Fever

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. tahun 2009, World Health Organization (WHO) mencatat negara Indonesia sebagai

BAB I PENDAHULUAN. penghujan disebabkan oleh virus Dengue yang ditularkan ke manusia melalui vektor nyamuk

BAB I PENDAHULUAN. dan tantangan yang muncul sebagai akibat terjadinya perubahan sosial ekonomi dan

WALIKOTA BLITAR PERATURAN WALIKOTA BLITAR NOMOR 35 TAHUN 2011 TENTANG PENGENDALIAN PENYAKIT DEMAM BERDARAH DENGUE DI KOTA BLITAR

PERATURAN DAERAH PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA NOMOR 6 TAHUN 2007 TENTANG PENGENDALIAN PENYAKIT DEMAM BERDARAH DENGUE

BAB 1 PENDAHULUAN. kesehatan masyarakat di Indonesia dan bahkan di Asia Tenggara. World Health

BAB I PENDAHULUAN. 1 Universitas Kristen Maranatha

BAB I PENDAHULUAN. 2009, World Health Organization (WHO) mencatat negara Indonesia sebagai

BAB 1 PENDAHULUAN. di Indonesia yang cenderung jumlah pasien serta semakin luas. epidemik. Data dari seluruh dunia menunjukkan Asia menempati urutan

PENINGKATKAN KEMANDIRIAN DASA WISMA KELURAHAN SEKARAN DALAM PENCEGAHAN DEMAM BERDARAH DENGUE

WALIKOTA KEDIRI PERATURAN WALIKOTA KEDIRI NOMOR 51 TAHUN 2011 TENTANG PENGENDALIAN PENYAKIT DEMAM BERDARAH DENGUE DI KOTA KEDIRI WALIKOTA KEDIRI,

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

SARANG NYAMUK DALAM UPAYA PENCEGAHAN PENYAKIT DEMAM BERDARAH DI DESA KLIWONAN MASARAN SRAGEN

BAB I PENDAHULUAN. serotype virus dengue adalah penyebab dari penyakit dengue. Penyakit ini

PERANCANGAN DAN INTEGRASI SITEM PCM ANALYSIS PENCEGAHAN TERHADAP VIRUS ZIKA. Oleh: Rika Puspitasari Rangkuti

BAB I PENDAHULUAN. mempunyai risiko tinggi tertular Demam Dengue (DD). Setiap tahunnya

BAB 1 PENDAHULUAN. tinggi dan dalam waktu yang relatif singkat. Penyakit jenis ini masih

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BUPATI PAKPAK BHARAT PROVINSI SUMATERA UTARA

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Sumber: Dinas Kesehatan Kabupaten Banyumas 2013

BAB I PENDAHULUAN. perjalanan penyakit yang cepat, dan dapat menyebabkan. kematian dalam waktu yang singkat (Depkes R.I., 2005). Selama kurun waktu

BAB I. dalam kurun waktu yang relatif singkat. Penyakit menular umumnya bersifat akut

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Demam Berdarah Dengue (DBD) atau Dengue Haemorrhage Fever (DHF) banyak

BAB 1 PENDAHULUAN. pembekuan darah, sehingga mengakibatkan perdarahan-perdarahan.penyakit ini

BAB I PENDAHULUAN. dewasa (Widoyono, 2005). Berdasarkan catatan World Health Organization. diperkirakan meninggal dunia (Mufidah, 2012).

ARTIKEL STUDIKUALITATIF PENGETAHUAN DAN PERAN TOKOH MASY ARARAT DALAM PENGENDALIAN DEMAM BERDARAH DENGUE DIKOTA SALATIGA

GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 20 TAHUN 2011 TENTANG

BUPATI MALANG PERATURAN BUPATI MALANG NOMOR 2 TAHUN 2011 TENTANG PENGENDALIAN PENYAKIT DEMAM BERDARAH DENGUE DI KABUPATEN MALANG BUPATI MALANG,

WALI KOTA PALU PROVINSI SULAWESI TENGAH

EFEKTIVITAS EKSTRAK DAUN PANDAN WANGI (Pandanus amaryllifolius Roxb.) DALAM MEMBUNUH LARVA Aedes aegypti

WALIKOTA BATU PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN WALIKOTA BATU NOMOR 20 TAHUN 2016 TENTANG PENGENDALIAN PENYAKIT DEMAM BERDARAH DENGUE

BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang. yaitu Den-1, Den-2, Den-3, Den-4 dan yang terbaru adalah Den-5.

BAB I PENDAHULUAN. Chikungunya merupakan penyakit re-emerging disease yaitu penyakit

BAB 1 : PENDAHULUAN. yang akan memungkinkan setiap orang hidup produktif secara sosial ekonomis.

BAB 1 PENDAHULUAN. Demam Berdarah Dengue (DBD) merupakan salah satu penyakit yang

BUPATI BANYUWANGI SALINAN PERATURAN BUPATI BANYUWANGI NOMOR 15 TAHUN 2012 TENTANG PENGENDALIAN PENYAKIT DEMAM BERDARAH DENGUE DI KABUPATEN BANYUWANGI

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) atau Haemorraghic Fever

BAB 1 PENDAHULUAN. mengalami kemajuan yang cukup bermakna ditunjukan dengan adanya penurunan

ASUHAN KEPERAWATAN PADA An. H. DENGAN DENGUE HEMORAGIC FEVER GRADE II DI BANGSAL MELATI II RSUD DR.MOEWARDI SURAKARTA

BAB 1 PENDAHULUAN. Penyakit demam berdarah dengue (DBD) sampai saat ini merupakan

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu upaya pemerintah untuk meningkatkan kesejahteraan. keluarga dengan melaksanakan pembangunan yang berwawasan kesehatan,

BAB I PENDAHULUAN. yaitu dengue shock syndrome (DSS). Kewaspadaan dini terhadap. tanda-tanda syok pada penderita demam berdarah dengue (DBD)

Transkripsi:

I. Pendahuluan Pada awal tahun 2004 kita dikejutkan kembali dengan merebaknya penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD), dengan jumlah kasus yang cukup banyak. Hal ini mengakibatkan sejumlah rumah sakit menjadi kewalahan dalam menerima pasien DBD. Untuk mengatasinya pihak rumah sakit menambah tempat tidur di lorong-lorong rumah sakit serta merekrut tenaga medis dan paramedis. Merebaknya kembali kasus DBD ini menimbulkan reaksi dari berbagai kalangan. Sebagian menganggap hal ini terjadi karena kurangnya kesadaran masyarakat akan kebersihan lingkungan dan sebagian lagi menganggap karena pemerintah lambat dalam mengantisipasi dan merespon kasus ini. Sejak Januari sampai dengan 5 Maret tahun 2004 total kasus DBD di seluruh propinsi di Indonesia sudah mencapai 26.015, dengan jumlah kematian sebanyak 389 orang (CFR=1,53% ). Kasus tertinggi terdapat di Propinsi DKI Jakarta (11.534 orang) sedangkan CFR tertinggi terdapat di Propinsi NTT (3,96%). Pada tahun 2005 ada 159 kasus, 2006 sebanyak 116 kasus, tahun 2007 mencapai 264 kasus dan tahun 2009 sebanyak 399 kasus. Penyakit Demam Berdarah atau Dengue Hemorrhagic Fever (DHF) ialah penyakit yang disebabkan oleh virus dengue yang ditularkan melalui gigitan nyamuk Aedes aegyptidan Aedes albopictus. Kedua jenis nyamuk ini terdapat hampir di seluruh pelosok Indonesia, kecuali di tempattempat ketinggian lebih dari 1000 meter di atas permukaan air laut. Penyakit DBD sering salah didiagnosis dengan penyakit lain seperti flu atau tipus. Hal ini disebabkan karena infeksi virus dengue yang menyebabkan DBD bisa bersifat asimtomatik atau tidak jelas gejalanya. Data di bagian anak RSCM menunjukkan pasien DBD sering menunjukkan gejala batuk, pilek, muntah, mual, maupun diare. Masalah bisa bertambah karena virus tersebut dapat masuk bersamaan dengan infeksi penyakit lain seperti flu atau tipus. Oleh karena itu diperlukan kejelian pemahaman tentang perjalanan penyakit infeksi virus dengue, patofisiologi, dan ketajaman pengamatan klinis. Dengan pemeriksaan klinis yang baik dan lengkap, diagnosis DBD serta pemeriksaan penunjang (laboratorium) dapat membantu terutama bila gejala klinis kurang memadai. Penyakit DBD pertama kali di Indonesia ditemukan di Surabaya pada tahun 1968, akan tetapi konfirmasi virologis baru didapat pada tahun 1972. Sejak itu penyakit tersebut menyebar ke berbagai daerah, sehingga sampai tahun 1980 seluruh propinsi di Indonesia kecuali Timor-Timur telah terjangkit penyakit. Sejak pertama kali ditemukan, jumlah kasus menunjukkan kecenderungan meningkat baik dalam jumlah maupun luas wilayah yang terjangkit dan secara sporadis selalu terjadi KLB setiap tahun. KLB DBD terbesar terjadi pada tahun 1998, dengan Incidence Rate (IR) = 35,19 per 100.000 penduduk dan CFR = 2%. Pada tahun 1999 IR menurun tajam sebesar 10,17%, namun tahun-tahun berikutnya IR cenderung meningkat yaitu 15,99 (tahun 2000); 21,66 (tahun 2001); 19,24 (tahun 2002); dan 23,87 (tahun 2003). Meningkatnya jumlah kasus serta bertambahnya wilayah yang terjangkit, disebabkan karena semakin baiknya sarana transportasi penduduk, adanya pemukiman baru, kurangnya perilaku masyarakat terhadap pembersihan sarang nyamuk, terdapatnya vektor nyamuk hampir di seluruh pelosok tanah air serta adanya empat sel tipe virus yang bersirkulasi sepanjang tahun. Sedangkan

nyamuk Aedes aegypti masih tersebar luas di pelosok tanah air kecuali di ketinggian > 1000 meter dari permukaan laut, masih banyak di ketemuinya jentik di rumah (30,5%), sekolah (31,5%), tempattempat umum (27,6%), sedangkan pengetahuan sikap perilaku terhadap DBD 53,3%. II. Tujuan Program ini bertujuan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan hidup sehat bagi setiap masyarakat agar terhindar dari penyakit DBD melalui terciptanya masyarakat yang hidup dengan perilaku dan lingkungan yang sehat terbatas dari penyakit DBD, serta memiliki kemampuan untuk menjangkau pelayanan kesehatan yang bermutu dan merata. III. Kebijaksanaan Mengingat obat dan vaksin pencegah penyakit DBD hingga dewasa ini belum ada maka upaya pemberanyasan DBD dititik beratkan pada: 1. Kewaspadaan dini terhadap penyakit DBD dengan melaksanakan surveilans vektor guna mencegah dan membatasi agar tidak terjadi KLB/wabah. 2. Pemberantasan nyamuk penularnya Nyamuk dewasa Jentik IV. Strategi Karena titik berat program pemberantasan penyakit DBD adalah penggerakan masyarakat melalui Pemberantasan Sarang Nyamuk DBD meliputi: 1. Menyelanggarakan penyuluhan kepada masyarakat agar mampu secara mandiri mencegah penyakit DBD. 2. Penggerakan masyarakat dalan pemberantasan sarang nyamuk DBD melalui kerjasama lintas program yang dikoordinasikan oleh kepala wilayah/daerah. 3. Melakukan tindakan kewaspadaan dini kasus/klb-dbd. 4. Melaksanakan pengobatan/pertolongan penderita DBD di RS dan puskesmas. 5. Menanggulangi secepatnya KLB-DBD agar penyebaran dapat dibatasi. V. Sasaran, Waktu, Tempat Pelayanan, Dan Tenaga Pelaksana. A. Sasaran Sasaran adalah seluruh masyarakat di kelurahan Tobimeita dan Anggalo Melai kecamatan Abeli yang mempunyai faktor resiko tinggi terhadap penyebaran penyakit Demam Berdarah Dengue. B. Waktu Pelaksanaan Kegiatan ini dilaksanakan di kelurahan Tobimeita dan Anggalo Melai kecamatan Abeli selama 4 minggu pada tanggal 1-28 Desember 2011.

C. Tempat Pelayanan Program pemberantasan penyakit Demam Berdarah Dengue ini dengan menggunakan metode pemfogingan dan abatesasi yang dilaksanakan di seluruh kediaman warga Kelurahan Tobimeita dan anggolo Melai. Sedangkan tempat pelayanan penyuluhan adalah di posyandu atau tempat-tempat lain berdasarkan kesepakatan, misalnya puskesmas, puskesmas pembantu, polindes,dll. D. Tenaga Jumlah tenaga disesuaikan dengan sasaran yang ada. Tenaga pelaksana program pemberantasa penyakit DBD ini terdiri atas tenaga paramedis, non paramedis dan kader dengan tugas sebagai berikut: a. Tenaga Kesehatan Tenaga paramedis untuk memeriksa kesehatan masyarakat baik penderita DBD maupun yang belum menderita DBD. Tenaga non paramedis untuk mencatat, membantu mengisi kartu, menyiapkan sarana pelayanan,dll. b. Kader bertugas: Pendataan sasaran Penyuluhan Menyiapkan tempat pelayanan VI. Kegiatan Pokok Program Untuk mencapai keberhasilan program pemberantasan penyakit DBD dilakuakan kegiatan-kegiatan sebagai berikut: No Kegiatan Minggu I II III IV 1 Tahap Persiapan (Kewaspadaan Dini) a.penyusunan rencana kerja - - -

b.mobilisasi sumber dana - - - c. Pelatihan d. Kunjungan rumah e. Penemuan dan pelaporan penderita f. Penyuluhan g.penggerakan masyarakat 2 Tahap Pelaksanaan (Penanggulangan KLB) a.gerakan 3M (PSN-DBD) b.fogging - - c.abatisasi - - 3 Pembinaan (Meningkatkan SDM) 4 Monitoring dan Evaluasi Monitoring dan Evaluasi Pemantauan Kegiatan Pemantauan dilaksanakan untuk setiap tahap kegiatan sesuai dengan rencana. 1. Pemantauan dilakukan melalui: ~ Sistem pencatatan dan pelaporan program. ~ Unit pengaduan masyarakat. ~ Kunjungan rumah 2. Tindak Lanjut Pemantauan dilakukan melalui: ~ Umpan Balik ~ Supervisi ~ Bimbingan teknis Evaluasi Kegiatan Evaluasi dilakukan secara bertahap. Evaluasi hasil kegiatan berupa: a. jumlah penderita DBD yang diberikan pengobatan dan penyuluhan di desa-desa resiko tinggi. b. Jumlah fogging yang dipakai. c. Lokasi dan jumlah pos pelayanan. d. Masalah pendistribusian bubuk abate. e. Masalah-masalah lain. VII. Anggaran Kegiatan Sumber dana dari APBN dan APBD. - Dana dari APBN berupa penyedian Fogging dan bubuk Abate. - Dana dari APBD berupa biaya operasional.yakni: No. Biaya Operasional Jumlah 1 Biaya Tenaga/ Satuan Output

Rp.50.000 x 15 org x 10 hr/4 mgg Rp.7.500.000 2 Biaya Transpor/ Satuan Output Rp.20.000 x 15 org x 10 hr/4 mgg Rp. 3.000.000 3 Biaya Snack/ Satuan Output Rp.15.000 x 15 org x 10 hr/4 Rp 2.250.000 mgg 4 Biaya tidak tetap/ Satuan Output Rp.500.000 Biaya Total Rp.13.250.000

KERANGKA ACUAN EVALUASI PELATIHAN MANAJEMEN DAN KEPEMIMPINAN DINKES-PUSKESMAS DI NTT A. Latar Belakang Pelatihan Manajemen dan Kepemimpinan untuk puskesmas dan dinas kesehatan kabupaten di 4 Kabupaten di Provinsi NTT telah mencapai tahap implementasi rencana program di masing-masing instansi. Kegiatan implementasi ini telah dimulai sejak bulan November 2012 dan berakhir pada minggu pertama bulan Januari 2012. Sebagai tindak lanjut dari kegiatan implementasi ini, maka akan dilakukan kegiatan evaluasi untuk melihat hasil-hasil yang dicapai selama implementasi, sekaligus sebagai supervisi/ monitoring tentang kelanjutan program di waktu yang akan datang. B. Tujuan Kegiatan evaluasi akhir ini bertujuan untuk: 1. Mengetahui perkembangan implementasi proposal/ Plan Of Action (POA) jangka pendek. 2. Mengetahui perkembangan implementasi proposal/ Plan Of Action (POA) jangka menengah. 3. Menilai kompetensi manajemen dan kepemimpinan. 4. Mengetahui manfaat yang diperoleh individu maupun organisasi. 5. Melakukan pendampingan dalam bentuk konsultasi antara perserta latih dengan fasilitator mengenai permasalahan dalam implementasi. C. Peserta Evaluasi Akhir 1. Peserta latih dari Puskesmas yang telah mengikuti pelatihan ini sejak Tahap Awal. 2. Peserta latih dari Dinas Kesehatan Kabupaten yang telah mengikuti pelatihan ini sejak Tahap Awal.

3. Kepala dinas dan kepala bidang-kepala bidang Dinas Kesehatan Kabupaten. 4. Salah satu Kepala Bidang dari Dinas Kesehatan Provinsi NTT. 5. Narasumber kabupaten (mentor lokal). 6. Fasilitator dari IAKMI/ PMPK UGM. D. Jadual Kegiatan Hari Jam Pokok Bahasan Pengampu Keterangan Hari pertama (I) Workshop Evaluasi Akhir Penjelasan kegiatan evaluasi akhir Paparan hasil Implementasi dari Dinas Kesehatan Kabupaten/ Kota Puskesmas I Puskesmas II Puskesmas III Puskesmas IV Puskesmas V Puskesmas VI Hari kedua (II) Observasi Lapangan Tinjauan ke Puskesmas Hari ketiga (III) Observasi Lapangan Tinjauan ke Puskesmas Fasilitator IAKMI/ UGM Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/ Kota Fasilitator IAKMI dan peserta latih PML Puskesmas-Dinkes Kabupaten/ Kota Fasilitator IAKMI dan peserta latih PML Puskesmas-Dinkes Kabupaten/ Kota E. Waktu dan Tempat Kegiatan dilaksanakan di 4 Kabupaten yaitu: Kabupaten Sikka, Kabupaten Manggarai, Kabupaten Belu dan Kabupaten Sumba Timur, pada:

Kabupaten Sikka: 28-30 Januari 2013 Kabupaten Manggarai: 21-23 Januari 2013 Kabupaten Belu: (disesuaikan dengan informasi dari Dinas Kesehatan Kabupaten Belu) Kabupaten Sumba Timur: (disesuaikan dengan informasi dari Dinas Kesehatan Kabupaten Sumba Timur) Tempat: Hari 1: Dinas Kesehatan Kabupaten atau tempat yang direkomendasikan Hari 2: Observasi dan pertemuan di puskesmas Hari 3: Observasi dan pertemuan di puskesmas F. Metoda Evaluasi akhir akan dilaksanakan selama 3 (tiga) hari efektif. Kegiatan Uraian Kegiatan Paparan dari dinas kesehatan kabupaten dan puskesmas tentang implementasi yang meliputi: Hal-hal positif yang dicapai (sesuai dengan proposal/ POA jangka pendek dan jangka menengah, termasuk ketersedian dan sumber dana). Penerimaan/ retensi terhadap perubahan yang terjadi. Hari 1: Hambatan-hambatan selama implementasi. Manfaat implementasi proposal/ POA program PML. Kondisi fisik instansi (dulu dan setelah PML), termasuk bukti dokumentasi dan foto. Indikator KIA 2010 2012 dan profil instansi. Hari 2 dan 3: Observasi dimasing-masing instansi. Tujuan observasi ini adalah verifikasi ke instansi peserta latih untuk melihat secara langsung apa yang telah dipaparkan pada hari pertama, sekaligus memberikan supervisi dan monitoring untuk perbaikan lebih lanjut kepada masing-masing instansi. Dokumen paparan dari peserta latih akan menjadi checklist bagi tim evaluator dari IAKMI. G. Rencana Biaya

Biaya akan ditanggung seluruhnya oleh IAKMI-AIPMNH Provinsi NTT.