BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. yang secara terminologi disebut sebagai anak usia pra-sekolah. Usia demikian

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. dasar bagi perkembangan anak selanjutnya. dilakukan melalui pemberian rangsangan pendidikan untuk membantu

BAB I PENDAHULUAN. penting karena Pendidikan Anak Usia Dini merupakan fondasi dasar. Pendidikan Nasional, Pendidikan Anak Usia Dini adalah suatu upaya

BAB I PENDAHULUAN. Dalam Undang-Undang Republik Indonesia no. 20 tahun 2003 tentang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan di Indonesia sangat berkembang pesat. Pemerintah

BAB I PENDAHULUAN. buruknya masa depan bangsa. Jika sejak usia dini anak dibekali dengan

BAB I PENDAHULUAN. (PAUD) adalah suatu upaya pembinaan yang ditujukan kepada anak sejak

BAB I PENDAHULUAN. anak menentukan perkembangan anak selanjutnya. Anak usia dini merupakan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. oleh mutu pendidikan dari bangsa itu sendiri. Pendidikan yang tinggi akan

BAB I PENDAHULUAN. Anak Usia Dini menurut NAEYC (National Association Educational

BAB I PENDAHULUAN. dan pertumbuhan anak karena merupakan masa peka dalam kehidupan anak. Masa

BAB I PENDAHULUAN. generasi yang handal dan mampu membangun bangsa. pasal 1, butir 14 tentang sistem pendidikan nasional PAUD adalah suatu

BAB I PENDAHULUAN. komponen dalam rangka mencapai tujuan yang diharapkan. Indonesia telah mencanangkan pendidikan wajib belajar yang semula 6 tahun

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pendidikan anak usia dini adalah jenjang pendidikan sebelum memasuki

BAB I PENDAHULUAN. memasuki pendidikan lebih lanjut (UU Sisdiknas, bab I pasal I butir 4).

BAB I PENDAHULUAN. dengan adanya fitrah yang suci. Sebagaimana pendapat Chotib (2000: 9.2) bahwa

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Dirjen Pendidikan Anak Usia Dini dalam Kerangka Besar. Pembangunan PAUD menyatakan :

BAB I PENDAHULUAN. sejak lahir sampai usia enam tahun, yang dilakukan melalui pemberian

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Istilah kognitif sering kali dikenal dengan istilah intelek. Intelek

BAB I PENDAHULUAN. tahun yang bertujuan untuk membangun manusia Indonesia seutuhnya.

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan Anak Usia Dini adalah upaya pembinaan yang. ditunjukkan kepada anak sejak lahir sampai dengan usia enam tahun

BAB I PENDAHULUAN. fisik dan psikis yang siap merespon stimulasi yang diberikan oleh. anak perlu diberi stimulasi yang optimal melalui pendidikan.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Astriana Rahma, 2014

BAB I PENDAHULUAN. terhadap apa yang dilihat, didengar, dan dirasakan. Anak seolah-olah tidak

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual

BAB I PENDAHULUAN. suasana belajar dan proses pembelajaran atau pelatihan agar peserta didik secara

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU - PAUD JURUSAN PEDAGOGIK FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA 2009

BAB I PENDAHULUAN. tentang Sistem Pendidikan Nasional Pasal 1 ayat 14 menyatakan bahwa. Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak yang menyatakan bahwa :

BAB I PENDAHULUAN. mengatakan bahwa pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk

BAB I PENDAHULUAN. ditangani, dan tidak akan pernah selesai untuk dikerjakan dari waktu ke

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan anak usia dini (PAUD) adalah jenjang pendidikan sebelum

BAB I PENDAHULUAN. dalam perwujudan diri individu terutama bagi pembangunan bangsa dan Negara.

BAB I PENDAHULUAN. sehingga kebutuhan anak usia dini terlayani sesuai dengan masa. perkembangannya. Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem

BAB I PENDAHULUAN. tumbuh kembang anak pada usia dini akan berpengaruh secara nyata pada

BAB I PENDAHULUAN. (Abdulhak, 2007 : 52). Kualitas pendidikan anak usia dini inilah yang

BAB I PENDAHULUAN. Sumber Daya Manusia (SDM) yang unggul merupakan aset yang paling berharga

BAB I PENDAHULUAN. 1.1.Latar Belakang. Pendidikan anak usia dini (PAUD) adalah jenjang pendidikan sebelum

BAB I PENDAHULUAN. depan, jika pondasi lemah maka akan susah berharap bangunannya berdiri kokoh

BAB I PENDAHULUAN. pilar yaitu, learning to know, learning to do, learning to be, dan learning to live

BAB I PENDAHULUAN. dan pengembangan yang ditujukan bagi anak sejak lahir sampai usia enam

PENDIDIKAN TPA & KB. Martha Christianti

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan formal, non formal dan informal. Taman Kanak-kanak adalah. pendidikan anak usia dini pada jalur pendidikan formal.

BAB I PENDAHULUAN. selanjutnya. Berdasarkan penelitian Benyamin S. Bloon (1992)

BAB I PENDAHULUAN. apabila ingin memenuhi kebutuhan anak dan memenuhi perkembangan

Pendidikan TPA/ KB. Eka Sapti C

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan anak usia dini. Di dalam undang-undang Sisdiknas Nomor 20 Tahun. bagi anak berusia empat tahun sampai enam tahun.

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan anak usia dini adalah suatu upaya pembinaan yang ditujukan kepada anak sejak lahir

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. Anak usia dini berada pada rentang usia 0-8 tahun (NAEYC, 1992). Anak usia

BAB I PENDAHULUAN. yang diberikan pada anak pun harus disusun secara bertingkat, dimulai dari

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN. tersebut perubahan tidak akan terjadi dan tujuan tidak akan tercapai. Pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. E. Mulyasa, Manajemen PAUD, PT Remaja Rosdakarya, Bandung, 2014, hlm

BAB I PENDAHULUAN. manusia. Artinya, pendidikan diharapkan dapat membuat manusia menyadari

PERAN PEMERINTAH DALAM PENGEMBANGAN PAUD DI INDONESIA. Annisa Meitasari Wahyono

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan adalah usaha yang dilakukan keluarga, masyarakat,

BAB I PENDAHULUAN. memasuki pendidikan lebih lanjut (UU No. 20 Tahun 2003, pasal 1 : 14).

BAB I PENDAHULUAN. pesat dan mendapat perhatian yang luar biasa terutama di negara-negara maju,

BAB I PENDAHULUAN. yang dilakukan oleh pendidik atau pengasuh anak usia 0-6 tahun dengan

BAB I PENDAHULUAN. dan berlangsung seumur hidup. Oleh karena itu, pendidikan. sistem yang terdiri dari komponen-komponen yang saling berhubungan dan

BAB I PENDAHULUAN. dari berbagai pihak yaitu pemerintah, masyarakat, dan steakholder yang terdiri

BAB I PENDAHULUAN. yang sederajat) dan jalur pendidikan informal yang berbentuk pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. Nasional adalah suatu upaya pembinaan yang ditujukan kepada anak sejak

BAB I PENDAHULUAN. tersebut sangat menentukan bagi anak untuk mengembangkan seluruh. potensinya. Berdasarkan kajian dalam Ernawulan Syaodih dan Mubiar

BAB I PENDAHULUAN. Nomor 20 tahun 2003 pasal 1 ayat 14.

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan yang dilalui oleh anak usia dini. formal, non-formal dan informal. Pendidikan anak usia dini jalur pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Anak usia dini merupakan manusia yang memiliki karakteristik yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Usia dini merupakan usia yang sangat penting bagi perkembangan

BAB I PENDAHULUAN. usia ini merupakan usia emas (golden age) yang merupakan masa peka dan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. kembang anak usia lahir hingga enam tahun secara menyeluruh. yang mencakup aspek fisik dan nonfisik dengan memberikan rangsangan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Anak Usia Dini masih menjadi pro dan kontra, masing-masing punya alasan

BAB I PENDAHULUAN. yaitu TPA, Playgroup dan PAUD sejenis (Posyandu). Pendidikan formal yaitu. Taman Kanak-kanak (TK) maupun Raudhatul Athfal (RA).

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan dalam UU RI NO.20 TH 2003 adalah:

BAB I PENDAHULUAN. suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Anak adalah seorang laki-laki ataupun perempuan yang belum dewasa

BAB I PENDAHULUAN. pemerintah, melalui bimbingan, pengajaran dan latihan yang berlangsung di

PENERAPAN PEMBELAJARAN MEMBACA DENGAN PERMAINAN KARTU GAMBAR PADA ANAK KELOMPOK B TK SATU ATAP MARDI PUTRA I WONOGIRI TAHUN PELAJARAN 2009/2010

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan anak usia dini (PAUD) adalah proses pembinaan tumbuh

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Anak usia dini adalah usia emas dimana anak memiliki karakteristik

BAB I PENDAHULUAN. Usia dini merupakan masa keemasan (golden age), oleh karena itu

BAB I PENDAHULUAN. Usia dini merupakan masa keemasan atau golden age (Slamet. Suyanto, 2005: 6). Oleh karena itu pendidikan pada masa ini merupakan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Upaya Meningkatkan Nilai-Nilai Keagamaan Anak Usia D ini Melalui Metode Bernyanyi

BAB I PENDAHULUAN. Anak usia dini berada dalam tahap pertumbuhan dan perkembangan yang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah Rinda Hermayanti, 2014 Pengaruh model pembelajaran area terhadap motivasi belajar anak

I. PENDAHULUAN. anak belajar menguasai tingkat yang lebih tinggi dari aspek-aspek gerakan,

BAB I PENDAHULUAN. jamak (multiple intelegence) maupun kecerdasan spiritual. yaitu usia 1-6 tahun merupakan masa keemasan (golden age), yang pada

BAB I PENDAHULUAN. Dunia pendidikan merupakan aset nasional yang paling strategis

BAB I PENDAHULUAN. Ilmu pendidikan telah berkembang pesat dan terspesialisasi. Salah satu di

BAB I PENDAHULUAN. kesiapan dalam memasuki pendidikan yang lebih tinggi. Salah satu bentuk. pendidikan Taman Kanak-kanak (PP No.27 Tahun 1990).

BAB I PENDAHULUAN. hal yang penting untuk diberikan sejak usia dini. Pendidikan merupakan

I. PENDAHULUAN. berkualitas. Menurut Undang-undang Sisdiknas, Pendidikan adalah usaha

BAB I PENDAHULUAN. adanya pendidikan yang memadai untuk putra-putrinya, terlebih pada saat

BAB I PENDAHULUAN. kesiapan dalam memasuki pendidikan yang lebih tinggi. yang di selenggarakan di lingkungan keluarga.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Anak adalah Tunas harapan bangsa. Mereka ibarat bunga yang tengah

BAB I PENDAHULUAN. hlm 3. 1 Suyadi, Manajemen PAUD, (Yogyakarta : Pustaka Pelajar, 2011),

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan Anak Usia Dini adalah suatu upaya pembinaan yang ditujukan

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Anak usia 4 sampai dengan 6 tahun merupakan bagian dari anak usia dini yang secara terminologi disebut sebagai anak usia pra-sekolah. Usia demikian merupakan masa peka bagi anak. Para ahli menyebut sebagai masa golden age, dimana perkembangan kecerdasan pada masa ini mengalami peningkatan sampai 50 %. Pada masa ini terjadinya pematangan fungsi-fungsi fisik dan psikis yang siap merespon stimulasi yang diberikan oleh lingkungan. Masa ini merupakan tempo untuk meletakkan dasar pertama dalam mengembangkan kemampuan fisik, kognitif, bahasa, seni, sosial emosional, disiplin diri, nilai-nilai agama, konsep diri dan kemandirian (Isjoni, 2010). Undang-undang Sistem Pendidikan Nasional menyatakan bahwa Pendidikan Anak Usia Dini (selanjutnya disebut: PAUD) adalah upaya pembinaan yang ditujukan kepada anak sejak lahir sampai dengan usia enam tahun yang dilakukan melalui pemberian rangsangan pendidikan untuk membantu pertumbuhan dan perkembangan jasmani dan rohani agar anak memiliki kesiapan dalam memasuki pendidikan lebih lanjut (UU sisdiknas, 2003). Direktorat PAUD Kementerian Pendidikan Nasional menyatakan bahwa PAUD adalah suatu proses pembinaan tumbuh kembang anak usia lahir hingga enam tahun secara menyeluruh, yang mencakup aspek fisik dan non fisik, dengan memberikan rangsangan bagi perkembangan jasmani, rohani (moral dan spiritual), 1

2 motorik, akal-fikir, emosional dan sosial yang tepat dan benar agar anak dapat tumbuh dan berkembang secara optimal. Dengan ungkapan lain, PAUD adalah suatu bentuk layanan pendidikan yang diberikan kepada anak sejak lahir hingga usia enam tahun dengan cara memberikan rangsangan terhadap seluruh aspek perkembangan yang dimiliki oleh anak meliputi aspek fisik dan non fisik. Pada hakikatnya anak usia dini, baik pada satuan pendidikan TPA, Kelompok Bermain maupun Pra Sekolah (TK) adalah dalam masa proses perkembangan. Raudhatul Athfal (RA) adalah salah satu lembaga pendidikan pra sekolah yang formal dan kedudukannya sederajat dengan Taman Kanak- Kanak (TK), jika TK berada di bawah naungan Kementerian Pendidikan Nasional namun keberadaan RA di bawah naungan Kementerian Agama. Raudhtul Athfal Darul Ma'arif Pringapus dalam penyelenggaraan proses pembelajaran keseharian tentu hambatan dan tantangan tidak lepas begitu saja, namun sebagaimana fenomena yang terjadi pada orang tua/wali murid bahwa mereka memiliki asumsi selesai/tamat dari RA tuntutan mereka tidak lain adalah putra putrinya harus bisa membaca dan menulis. Contoh konkret (sebagaimana hasil wawancara lima orang tua/wali murid RA Darul Ma'arif Pringapus Kabupaten Semarang yang berininsial In, Sn, Id, Tw dan Kh). Kemampuan membaca dan menulis di kalangan anak-anak perlu dipersiapkan secara dini dengan berbagai upaya yang maksimal dan dukungan dari berbagai pihak. Hal ini mengingat bahwa : (1) usia lahir sampai dengan memasuki pendidikan dasar di SD/MI merupakan masa keemasan (the golden age) sekaligus

3 masa kritis dalam tahapan kehidupan manusia yang akan menentukan perkembangan anak selanjutnya, (2) layanan pendidikan anak usia dini merupakan salah satu bagian terpenting guna mencapai tujuan pendidikan yang lebih besar (baca: tujuan pendidikan nasional), (3) pendidikan merupakan investasi sumber Daya Manusia (SDM) jangka panjang yang sangat menentukan sekaligus memberikan konstribusi besar bagi masa depan bangsa (Asmani, 2009). Sementara pada tataran praksis pembelajaran membaca dan menulis pada Raudhatul Athfal selanjutnya disebut dengan RA, terdapat sekurang-kurangnya 3 (tiga) persoalan utama yang harus diperhatikan secara seksama. Ketiga permasalahan tersebut adalah Pertama, metode atau model membaca dan menulis yang dipilih oleh guru, Kedua, permasalahan pendekatan dan metode pembelajaran. Cara-cara pemaksaan dalam belajar tidak akan membuat anak memperoleh ilmu, tetapi justru akan kehilangan masa-masa emas (the golden age) proses pembentukan mental dan karakter, Ketiga, permasalahan media dan sumber yang digunakan dalam pembelajaran (Isjoni, 2010). Pro dan kontra dalam pembelajaran membaca dan menulis di RA Darul Ma'arif memang berkembang di lingkungan orang tua/wali murid serta di tengahtengah masyarakat. Akan tetapi jika melihat kebutuhan riil yang lebih besar terutama pada saat anak-anak akan memasuki SD/MI ditambah dengan adanya realita bahwa terdapat di kalangan SD/MI tertentu yang mempersyaratkan adanya tes masuk khususnya kemampuan membaca dan menulis, maka tidak ada salahnya mengajarkan membaca dan menulis pada peserta didik RA. Hal yang penlu ditekankan adalah bagaimana pola menyikapi agar peserta didik tidak ketinggalan

4 dalam penguasaan membaca dan menulis dan sisi lain yang sangat perlu adalah mencari metode pembelajaran membaca yang tepat bagi peserta didik RA Darul Ma'arif serta menggunakan bahan ajar yang tepat merupakan langkah yang harus ditindak lanjuti, selanjutnya hal yang tidak boleh diabaikan terutama oleh guru adalah adanya kenyataan yang ada bahwa kesiapan anak untuk belajar memang tidaklah sama. Sesuai dengan data yang diperoleh dari Wali kelas dan Kepala RA Darul Ma arif keadaan prestasi dan kemampuan membaca peserta didik adalah sebagai berikut: a. Kelompok A tahun Pelajaran 2011/2012 semester I baru mengenal huruf alfabetik belum bisa membaca. b. Kelompok B tahun Pelajaran 2011/2012 semester I baru 4,35 % yang mampu membaca sederhana. Tamatan peserta didik dari RA pada tahun pelajaran 2010/2011 yang mendaftar di Sekolah Dasar favorit di wilayah Pringapus dan SD tersebut dengan syah telah memiliki predikat setandart nasional, pendaftar alumni dari RA ke SD tersebut jumlah 75 % dari keseluruhan tamatan, 25 % mendaftar di SD/MI lain. Dari 75% pendaftar yang di nyatakan diterima di SD favorit di di wilayah Pringapus sejumlah 25%. Keadaan inilah yang menjadi problem keberadaan lembaga pendidikan di RA Darul Ma arif Pringapus yang sampai tahun pembelajaran saat ini belum menciptakan inovasi pembelajaran yang berhubungan dengan peningkatan kemampuan membaca bagi peserta didik Raudhatul Athfal (RA), baik model, setrategi dan metode yang sesuai dengan perkembangan peserta

5 didik. Kegiatan pembelajarn pengenalan membaca yang diselenggarakan pada tahun pemebelajaran 2011/2012 dan sebelumnya menerapkan belajar membaca dengan mengeja, sehingga belum mampu mencapai tingkat keberhasilan yang maksimal. Dengan demikian agar eksistensi lembaga pendidikan Raudhatul Athfal (RA) Darul Ma arif tetap eksis di tengah-tengah masyarakat maka perlu ditemukan inovasi tentang model, strategi dan metode yang sesuai dan cocok bagi peserta didik di RA agar dapat mensejajarkan prestasinya dengan lembaga-lembaga pendidikan pra sekolah di sekitar Pringapus. Metode pembelajaran fun card sort adalah salah satu alternatif metode yang dapat diterapkan dalam upaya meningkatkan kemampuan membaca permulaan karena di dalam setrategi dan model pembelajaran, anak diajak bermain dengan alat peraga edukatif berupa kartu yang berupa huruf dan gambar, di samping itu pelaksanaan pembelajaran tidak monoton dilaksanakan indoor atau diruangan kelas saja, namun pelaksanaan pembelajaran dapat dilaksanakan indoor maupun out door dengan berbagai permainan, sehingga membuat anak fun (menyenangkan) dan dalam pembelajaran dengan alat peraga edukatitif berupa flash card dapat memberi energi bagi anak yang sudah merasa letih dalam belajar. (Silberman, 2009). B. Perumusan Masalah Rumusan masalah yang diajukan dalam penelitian ini adalah: Apakah metode pembelajaran fun card sort dapat meningkatkan kemampuan membaca permulaan pada peserta didik Raudhatul Athfal (RA) Darul Ma'arif Pringapus Kabupaten Semarang Tahun Pelajaran 2011/2012?

6 C. Tujuan Penelitian Tujuan yang hendak dicapai dalam penelitian ini adalah: Untuk mengetahui apakah metode pembelajaran fun card sort dapat meningkatkan kemampuan membaca permulaan pada peserta didik Raudhatul Athfal (RA) Darul Ma 'arif Pringapus Kabupaten Semarang Tahun Pelajaran 2011/2012. D. Manfaat Penelitian Penelitian ini diharapkan memiliki manfaat antara lain : 1. Manfaat Teoritis Dapat memberikan kontribusi dan memperkaya kajian tentang Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD), baik pada tataran fundasional (paradigma, visi dan misi), structural-institusional (manajemen lembaga), serta operasional (sistem pembelajaran). Pengetahuan mengenai hal ini, memiliki urgensi untuk menemukan format ideal tentang Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) sesuai dengan kecenderungan dan kebutuhan masyarakat. 2. Manfaat Praktis Penelitian ini merupakan salah satu bentuk evaluasi pembelajaran membaca pada Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD). Secara spesifik, penelitian ini dapat dimanfaatkan oleh pemerintah dan atau pengambil kebijakan baik pada tingkat lokal maupun regional untuk menata ulang penyelenggaraan Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) agar mampu menghasilkan output yang berkualitas. Bagi Lembaga Pendidikan RA Darul Ma arif penelitian ini dapat dimanfaatkan sebagai acuan untuk menyelenggarakan inovasi dalam pembelajaran, sementara

7 bagi guru PAUD dapat dimanfaatkan sebagai terobosan baru untuk penerapan metode pembelajaran. E. Keaslian Penelitian Setelah peneliti melaksanakan penelusuran terhadap penelitian terdahulu terdapat beberapa penelitian yang ada kaitannya dengan metode pembelajaran membaca, diantaranya adalah: 1. Penelitian yang dilakukan oleh Selby, dkk (2007) bahwa penggunaan metode pembelajaran lecture rater dan game dapat meningkatkan kemampuan mengingat. 2. Hasil penelitian yang dilakukan oleh Paul (2008) menunjukkan bahwa metode card sort (dengan sortir kartu) sebagai pendekatan modified Delphi, sangat praktis dalam meningkatkan kemampuan membaca. 3. Sesiani ( 2007 ) bahwa metode multisensori dapat meningkatkan kemampuan membaca permulaan yang ditunjukan adanya perbedaan positif antara skor ratarata subyek kelompok eksperimen dengan subyek kelompok kontrol. Penelitian yang dilakukan oleh Selby dkk, dengan lecture rater dan game membutuhkan alat alat yang berhubungan dengan IT, sehingga terkesan proses pembelajaran membutuhkan sarana dan prasarana yang harus memadahi, sedang penelitian yang dilaksanakan Paul, metode card sort (sortir kartu) tanpa ada unsur permainan apabila diterapkan pada anak usia dini, anak merasa terbebani, karena proses pelaksanaannya membutuhkan konsentrasi, begitu juga metode multisensori apabila diterapkan pada anak usia dini dengan tanpa permainan / game anak akan cepat mengalami densitas atau kejenuhan.

8 4. Karena belum ada penelitian yang mengungkap tentang metode yang bernuansa permainan, maka penulis bermaksud untuk melakukan penelitian tentang pembelajaran berbasis permainan yang menyenangkan (Fun Card sort), dengan pertimbangan alat peraga edukatif berupa kartu huruf yang mudah didapat.