BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kesehatan jiwa menurut Undang-Undang No. 3 Tahun 1966 merupakan

dokumen-dokumen yang mirip
Kesehatan jiwa menurut Undang-Undang Republik Indonesia No. 18. secara fisik, mental, spiritual, dan sosial sehingga individu tersebut menyadari

BAB I PENDAHULUAN. Kesehatan adalah keadaan sehat fisik, mental dan sosial, bukan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kesehatan adalah keadaan sehat fisik, mental dan sosial, bukan sematamata

BAB I PENDAHULUAN. keselarasan dan keseimbangan kejiwaan yang mencerminkan kedewasaan

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. Kesehatan jiwa menurut Undang-Undang No. 18 pasal 1 Tahun

BAB I PENDAHULUAN. baik yang berhubungan dengan fisik, maupun dengan mental. Masalah gangguan kesehatan jiwa menurut data World Health

BAB I PENDAHULUAN. Keadaan sehat atau sakit mental dapat dinilai dari keefektifan fungsi

BAB I PENDAHULUAN. Kesehatan jiwa Menurut World Health Organization adalah berbagai

BAB I PENDAHULUAN. ekonomi berkepanjangan juga merupakan salah satu pemicu yang. memunculkan stress, depresi, dan berbagai gangguan kesehatan pada

BAB I PENDAHULUAN. Kesehatan jiwa adalah berbagai karakteristik positif yang. menggambarkan keselarasan dan keseimbangan kejiwaan yang

BAB I PENDAHULUAN. berasal dari sudut panang medis. Rentang adaptasi-maladaptasi berasal dari sudut sudut

BAB I PENDAHULUAN. dan kestabilan emosional. Upaya kesehatan jiwa dapat dilakukan. pekerjaan, & lingkungan masyarakat (Videbeck, 2008).

BAB I PENDAHULUAN. terpisah. Rentang sehat-sakit berasal dari sudut pandang medis. Rentang

BAB I PENDAHULUAN. Kesehatan jiwa menurut World Health Organization (WHO) adalah. keseimbangan kejiwaan yang mencerminkan kedewasaan kepribadian

BAB I PENDAHULUAN. kecacatan. Kesehatan jiwa menurut undang-undang No.3 tahun 1966 adalah

BAB I PENDAHULUAN. Kesehatan jiwa adalah berbagai karakteristik positif yang menggambarkan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang

BAB I PENDAHULUAN. keluarga, kelompok, organisasi atau komunitas. ANA (American nurses

BAB I PENDAHULUAN. Berbagai permasalahan dalam kehidupan dapat memicu seseorang

mengalami gangguan jiwa ditemukan di negara-negara berpenghasilan rumah tangga menderita gangguan kesehatan jiwa (Yosep, 2009).

BAB I PENDAHULUAN. utuh sebagai manusia. Melalui pendekatan proses keperawatan untuk

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kesehatan jiwa bukan hanya sekedar terbebas dari gangguan jiwa,

BAB 1 PENDAHULUAN. Penderita gangguan skizifrenia di seluruh dunia ada 24 juta jiwa dengan angka

BAB I PENDAHULUAN. kecacatan. Maka secara analogi kesehatan jiwa pun bukan hanya sekedar bebas dari

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Manusia adalah makhluk hidup yang lebih sempurna dibandingkan

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. Definisi sehat menurut kesehatan dunia (WHO) adalah suatu keadaan

BAB I PENDAHULUAN. negara berkembang seperti Indonesia bertambahnya atau semakin tinggi. Menurut Dr. Uton Muchtar Rafei, Direktur WHO ( World Health

BAB I PENDAHULUAN. Kesehatan jiwa menurut undang undang Kesehatan Jiwa Tahun 2014

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. salah satunya adalah masalah tentang kesehatan jiwa yang sering luput dari

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN. dengan adanya distress ( tidak nyaman, tidak tentram dan rasa nyeri ), disabilitas

BAB I PENDAHULUAN. muncul dalam masyarakat, diantaranya disebabkan oleh faktor politik, sosial

BAB I PENDAHULUAN. Menurut data World Health Organization (WHO), masalah gangguan

BAB I PENDAHULUAN. yang menyebabkan meningkatnya penderita gangguan jiwa. Gangguan jiwa adalah gangguan dalam cara berpikir (cognitive),

BAB I PENDAHULUAN. Kesehatan jiwa saat ini telah menjadi masalah kesehatan global bagi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Sehat adalah suatu keadaan sempurna baik fisik, mental dan sosial serta

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan mental (jiwa) yang sekarang banyak dialami masyarakat.

ABSTRAK. Kata Kunci: Manajemen halusinasi, kemampuan mengontrol halusinasi, puskesmas gangguan jiwa

BAB I PENDAHULUAN. menggambarkan keselarasan dan keseimbangan kejiwaan yang. mencerminkan kedewasaan kepribadiannya (WHO, 2011).

BAB I PENDAHULUAN. Kesehatan jiwa merupakan salah satu dari empat masalah kesehatan

BAB I PENDAHULUAN. Keperawatan jiwa adalah proses interpersonal yang berupaya untuk

BAB 1 PENDAHULUAN. keluarga, kelompok, organisasi, atau komunitas. (Stuart, 2007).

BAB I PENDAHULUAN. Kesehatan jiwa menurut WHO (World Health Organization) adalah ketika

BAB I PENDAHULUAN. serta ketidakpastian situasi sosial politik membuat gangguan jiwa menjadi

BAB I PENDAHULUAN. Pelayanan kesehatan yang menjadi pintu layanan terdepan dalam. hubungan dengan masyarakat adalah di rumah sakit.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Manusia sebagai makhluk holistik dipengaruhi oleh lingkungan dari dalam

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan Undang Undang No. 18 tahun 2014 tentang kesehatan jiwa, mampu memberikan kontribusi pada komunitasnya.

BAB I PENDAHULUAN. kemampuan sendiri, dapat mengatasi tekanan, dapat bekerja secara produktif,

BAB 1 PENDAHULUAN. juga dengan masyarakat (Maslim, 2002 ; Maramis, 2010). masalah yang mesti dihadapi, baik menggunakan fisik ataupun psikologig

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Halusinasi merupakan salah satu gejala yag sering ditemukan pada klien

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kesehatan jiwa merupakan salah satu dari empat masalah

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan jiwa di masyarakat yang sangat tinggi, yakni satu dari empat

BAB I PENDAHULUAN. positif terhadap diri sendiri dan orang lain (Menkes, 2005). Masyarakat (Binkesmas) Departemen Kesehatan dan World Health

BAB I PENDAHULUAN. siklus kehidupan dengan respon psikososial yang maladaptif yang disebabkan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. World Health Organitation (WHO) mendefinisikan kesehatan sebagai

BAB I PENDAHULUAN. teknologi yang pesat menjadi stresor pada kehidupan manusia. Jika individu

BAB I PENDAHULUAN. dapat meningkatkan jumlah penderita gangguan jiwa (Nurdwiyanti,2008),

PENGELOLAAN GANGGUAN PERSEPSI SENSORI : HALUSINASI PENDENGARAN DAN PENGLIHATAN PADA Tn. E DI RUANG P8 WISMA ANTAREJA RSJ Prof. dr.

BAB I PENDAHULUAN. seiring dengan dinamisnya kehidupan masyarakat. Masalah ini merupakan

BAB I PENDAHULUAN. keadaan tanpa penyakit atau kelemahan (Riyadi & Purwanto, 2009). Hal ini

ASUHAN KEPERAWATAN JIWA PADA TN. S DENGAN GANGGUAN MENARIK DIRI DI RUANG ABIMANYU RSJD SURAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. Kemajuan teknologi dan ilmu pengetahuan di zaman global seperti sekarang

BAB I PENDAHULUAN. gangguan pada fungsi mental, yang meliputi: emosi, pikiran, perilaku,

BAB 1 PENDAHULUAN. sisiokultural. Dalam konsep stress-adaptasi penyebab perilaku maladaptif

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Berkembangnya ilmu pengetahuan dan teknologi serta perbedaan

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan jiwa di seluruh dunia memang sudah menjadi masalah yang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Kesehatan Jiwa menurut Rancangan Undang-Undang Kesehatan Jiwa tahun

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan jiwa pada manusia. Menurut World Health Organisation (WHO),

BAB II KONSEP DASAR A. PENGERTIAN. Halusinasi adalah suatu persepsi yang salah tanpa dijumpai adanya

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN TEORI. dengan orang lain (Keliat, 2011).Adapun kerusakan interaksi sosial

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Organisasi kesehatan dunia (WHO) mendefinisikan kesehatan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Menurut World Health Organitation (WHO), prevalensi masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Keperawatan jiwa adalah proses interpesonal yang berupaya untuk

PENATALAKSANAAN PASIEN GANGGUAN JIWA DENGAN ISOLASI SOSIAL: MENARIK DIRI DI RUANG ARIMBI RSJD Dr. AMINO GONDOHUTOMO SEMARANG. Oleh

BAB I PENDAHULUAN. dalam pengendalian diri serta terbebas dari stress yang serius. Kesehatan jiwa

BAB I PENDAHULUAN. menghambat pembangunan karena mereka tidak produktif. terhadap diri sendiri, tumbuh, berkembang, memiliki aktualisasi diri,

BAB I PENDAHULUAN. Psychiatric Association,1994). Gangguan jiwa menyebabkan penderitanya tidak

BAB I PENDAHULUAN. gangguan tersebut dapat menimbulkan ketidakmampuan individu dalam

MODUL KEPERAWATAN JIWA I NSA : 420 MODUL ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN WAHAM DISUSUN OLEH TIM KEPERAWATAN UNIVERSITAS ESA UNGGUL

BAB I PENDAHULUAN. Gangguan jiwa ditemukan disemua lapisan masyarakat, dari mulai

BAB I PENDAHULUAN. berkaitan dengan suatu gejala penderitaan (distress) di dalam satu atau lebih. fungsi yang penting dari manusia (Komarudin, 2009).

BAB I PENDAHULUAN. mencerminkan kedewasaan kepribadiannya. halusinasi. Meskipun bentuk halusinasinya bervariasi tetapi sebagian besar

ASUHAN KEPERAWATAN PADA Sdr. D DENGAN GANGGUAN PERSEPSI SENSORI : HALUSINASI DI RUANG MAESPATI RUMAH SAKIT JIWA DAERAH SURAKARTA

BAB 1 PENDAHULUAN. stressor, produktif dan mampu memberikan konstribusi terhadap masyarakat

BAB IV PEMBAHASAN DAN KESIMPULAN

BAB I PENDAHULUAN. merupakan suatu keadaan dimana seseorang yang terbebas dari gangguan

BAB II TINJAUAN TEORI. (DepKes, 2000 dalam Direja, 2011). Adapun kerusakan interaksi sosial

BAB 1 PENDAHULUAN. Gangguan jiwa adalah gangguan dalam cara berfikir (cognitive),

BAB I PENDAHULUAN. adanya tekanan fisik dan psikologis, baik secara internal maupun eksternal yang

BAB I PENDAHULUAN. karena adanya kekacauan pikiran, persepsi dan tingkah laku di mana. tidak mampu menyesuaikan diri dengan diri sendiri, orang lain,

BAB I PENDAHULUAN. digambarkan sebagai perasaan yang negatif terhadap diri sendiri, merasa gagal

ASUHAN KEPERAWATAN PADA Tn. H DENGAN PERUBAHAN PERSEPSI SENSORI HALUSINASI PENDENGARAN DI RUANG SENA RUMAH SAKIT JIWA DAERAH SURAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. tersebut yang disertai dengan perilaku mengamuk yang tidak dapat dibatasi

BAB I PENDAHULUAN. World Health Organization (WHO) (2009) memperkirakan 450 juta. orang di seluruh dunia mengalami gangguan mental, sekitar 10% orang

BAB I PENDAHULUAN. melainkan mengandung berbagai karakteristik yang positif yang. mencerminkan kedewasaan kepribadiannya. Menurut data WHO pada tahun

BAB I PENDAHULUAN. Dari berbagai kasus klien dengan gangguan jiwa yang ada, salah satu

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kesehatan jiwa menurut Undang-Undang No. 3 Tahun 1966 merupakan suatu kondisi yang memungkinkan perkembangan fisik, intelektual dan emosional yang optimal dari seseorang dan perkembangan itu berjalan selaras dengan keadaan orang lain (Suliswati, 2005). Sedangkan keadaan sehat atau sakit mental dapat dinilai dari kefektifan fungsi perilaku, yaitu bagaimana prestasi kerja yang ditampilkan oleh individu baik proses maupun hasilnya, bagaimana hubungan interpersonal di lingkungan dimana individu yang sehat jiwa dapat menggunakan waktunya untuk hal-hal yang produktif dan positif bagi dirinya dan bagi lingkungannya (Rasmun, 2009). Gangguan jiwa adalah adalah sindrom atau pola perilaku yang secara klinis bermakna yang berkaitan langsung dengan distress (penderitaan) dan menimbulkan hendaya (disabilitas) pada satu atau lebih fungsi kehidupan manusia. Fungsi gangguan jiwa terganggu meliputi fungsi biologis, psikologis, sosial, dan spiritual. Secara umum gangguan fungsi jiwa yang dialami seseorang individu dapat terlihat dari penampilan, komunikasi, proses pikir, interaksi dan aktivitasnya sehari-hari (Keliat, 2012). Menurut Ngadiran (2011) bahwa karakteristik sehat jiwa terdiri dari persepsi yang sesuai dengan realitas, mampu menerima diri sendiri dan orang 1

2 lain secara alami, mampu fokus dalam memecahkan masalah, menunjukan kemampuannya secara spontan, mempunyai otonomi, mandiri, kreatif, puas dengan hubungan interpersonal, kaya pengalaman yang bermanfaat, menganggap hidup ini sebagai sesuatu yang indah. Menurut American Nurses association (ANA), Keperawatan Jiwa adalah area khusus dalam praktek keperawatan yang menggunakan ilmu tingkah laku manusia sebagai dasar dan menggunakan diri sendiri secara teraputik dalam meningkatkan, mempertahankan, memulihkan kesehatan mental klien dan kesehatan mental masyarakat dimana klen berada (Yosep,2011). Proses keperawatan pada klien dengan masalah kesehatan jiwa merupakan tantangan yang unik karena masalah kesehatan jiwa mungkin tidak dapat langsung, seperti masalah kesehatan fisik yang memperlihatkan bermacam-macam gejala dan di sebabkan berbagai hal. Kejadian masa lalu yang sama dengan kejadian saat ini, tetapi mungkin muncul gejala yang berbeda. Banyak klien dengan masalah kesehatan jiwa tidak dapat menceritakan masalahnya mungkin menceritakan hal yang berbeda dan kontrakdiksi. Kemampuan mereka untuk berperan dalam menyelesaikan masalah juga bervariasi (Keliat,2007). Menurut Weiss yang kutip oleh Stuart Sundeen dalam Principles and Practice Of Psychiatric Nursing Care (1995), peran perawat adalah sebagai Attitude Therapy, yaitu : Mengobservasi perubahan, baik perubahan kecil atau menetap yang terjadi pada klien, Mendemonstrasikan penerimaan, Respek,

3 Memahami klien, Mempromosikan ketertarikan klien dan berpartisipasi dalam interaksi (Yosep,2011). Menurut Direktur Jenderal Pembinaan Kesehatan Masyarakat (Binkesmas) Depertemen Kesehatan dan World Health Organization (WHO) tahun 2010 memperkirakan tidak kurang dari 450 juta penderita gangguan jiwa ditemukan di dunia. Bahkan berdasarkan data studi World Bank dibeberapa negara menunjukkan 8,1% dari kesehatan global masyarakat (Global Burden Disease) menderita gangguan jiwa. Menurut data World health Organization (WHO), masalah gangguan keperawatan jiwa diseluruh dunia memang sudahmenjadi masalah yang sangat serius. WHO (2011) menyatakan, paling tidak, ada satu dari empat orang di dunia mengalami masalah mental. WHO memperkirakan ada sekitar 450 juta orang di dunia yang mengalami gangguan kesehatan jiwa. Di Indonesia sendiri jumlah penderita gangguan jiwa berat atau skizofrenia pada tahun 2013 adalah 1.729 dari 1.027.763 anggota rumah tangga yang menjadi responden atau sample (Riskesdas, 2013), jadi dapat dikatakan bahwa jika dalam 1 juta sampel terdapat 1.729 orang yang menderita gangguan jiwa maka 237 juta jiwa penduduk Indonesia, terdapat 409.773 orang yang menderita gangguan jiwa berat (skizofrenia). Adapun gejala yang sering muncul pada penderita skizofrenia antara lain halusinasi seperti mendengar suara-suara atau melihat sesuatu yang sebenarnya tidak ada, tidak mampu merespon pesan yang datang, tidak

4 mampu memahami hubungan antara kenyataan dengan logika serta terkadang melakukan sesuatu yang sangat berbahaya seperti bunuh diri (Yosep,2011). Halusinasi pendengaran atau akustik adalah kesalahan dalam mempersepsikan suara yang di dengar klien. Suara bisa menyenangkan, ancaman, membunuh dan merusak (Yosep, 2007). Respon klien akibat terjadinya halusinasi dapat berupa curiga, ketakutan perasaan tidak aman, gelisah dan bingung, perilaku merusak diri, kurang perhatian, tidak mampu mengambil keputusan serta tidak dapat membedakan keadaan nyata dan tidak nyata (Yosep, 2010). Menurut Trimelia (2011), halusinasi ditandai dengan perilaku abnormal seperti tertawa sendiri, menggerakan bibir tanpa menimbulkan suara, terlihat bicara sendiri, gerakan mata cepat, terlihat bicara sendiri, gelisah, ketakutan dan terjadi penurunan motivasi, lebih suka menyendiri, melamun. Disini perlu peran keluarga sebagai sistem pendukung serta pengawasan dalam proses pengobatan pasien. Akibat dari halusinasi pasien skizofrenia sering menyebabkan terjadinya kemunduran dalam melakukan aktivitas sehari-hari, hilangnya motivasi dan tanggung jawab, menghindari dari kegiatan dan hubungan sosial. Halusinasi yang mengancam dapat beresiko menimbulkan perilaku kekerasan. Faktor presipitasi halusinasi dapat berupa biologis, psikologis, sosial budaya, sedangkan waktu munculnya halusinasi dapat pagi, siang, sore, maupun malam hari (Abdul, 2012).

5 Berdasarkan data Rekam Medis di Ruang Bima RSUD Banyumas bahwa jumlah klien yang mengalami gangguan jiwa tiga bulan terakhir yaitu bulan Maret sampai Mei 2016 sebanyak 178 klien. Didapatkan 98 klien (55%) yang mengalami gangguan persepi sensori : halusinasi, 50 klien (28%) mengalami resiko perilaku kekerasan, 30 klien (16%) mengalami harga diri rendah, isolasi sosial, defisit perawatan diri, dan waham. Dari latar belakang tersebut, penulis tertarik untuk melakukan Asuhan Keperawatan pada Tn.J Dengan Gangguan Persepsi Sensori : Halusinasi Pendengaran di Ruang Bima Instalasi Jiwa Rumah Sakit Jiwa Daerah Banyumas. B. Tujuan Penulisan Adapun tujuan dari penulisan laporan ini yaitu : 1. Tujuan Umum Melaporkan asuhan keperawatan pada Tn.J dengan gangguan persepsi sensori : halusinasi pendengaran di ruang BIMA RSUD Banyumas. 2. Tujuan Khusus Tujuan khusus dari penulisan laporan ini adalah : a. Menggambarkan pengkajian asuhan keperawatan pada Tn.J dengan Gangguan persepsi sensori : Halusinasi pendengaran. b. Menggambarkan perumusan analisa data hasil pengkajian dan menetapkan diagnosa keperawatan pada Tn.J dengan Gangguan persepsi sensori : Halusinasi pendengaran.

6 c. Menggambarkan perencanaan tindakan keperawatan pada Tn. J dengan Gangguan persepsi sensori : Halusinasi pendengaran. d. Menggambarka pengimplementasian keperawatan pada Tn. J dengan Gangguan persepsi sensori : Halusinasi pendengaran. e. Menggambarkan evaluasi keperawatan pada Tn. J dengan Gangguan persepsi sensori : Halusinasi pendengaran. f. Menggambarkan pendokumentasian asuhan keperawatan pada Tn.J dengan Gangguan sensori persepsi : Halusinasi pendengaran. C. Pengumpulan Data Metode pengumpulan data untuk penyusunan laporan ini digunakan cara sebagai berikut : 1. Observasi Partisipatif Pengumpulan data dilakukan dengan melakukan observasi terhadap klien secara langsung, melaksanakan asuhan keperawatan pada klien dirumah sakit. 2. Wawancara Pengumpulan data dilakukan dengan cara Tanya jawab atauanamnesis pada klien, keluarga, dan pada perawat ruangan. 3. Studi Literatur Pengumpulan data dilakukan dengan cara menggali sumber-sumber pengetahuan melalui buku-buku atau jurnal terkini dengan cara membaca

7 dan mempelajari bahan yang ada hubungannya dengan Gangguan persepsi sensori : Halusinasi pendengaran. 4. Studi Dokumentasi Pengumpulan data dilakukan dengan cara menelaah catatan-catatan khusus klien yang terdapat pada format-format dokumentasi maupun yang terdekat pada rekam medis di Rumah Sakit Umum Daerah Banyumas. D. Tempat dan Waktu Asuhan keperawatan pada Tn.J dengan Gangguan persepsi sensori : halusinasi pendengaran dilakukan di Ruang BIMA RSUD Banyumas pada tanggal 30 Mei sampai 1 Juni 2016. E. Manfaat Penulisan 1. Bagi Penulis a. Dapat mengerti dan menerapkan asuhan keperawatan jiwa pada klien dengan gangguan halusinasi pendengaran. b. Meningkatkan ketrampilan dalam memberikan asuhan keperawatan jiwa. 2. Bagi Perawat Dapat memberikan manfaat sebagai bahan masukan dalam pengelolaan kasus Gangguan persepsi sensori : Halusinasi pendengaran.

8 3. Bagi pendidikan Dapat meningkatkan pengetahuan dan pengalaman bagi mahasiswa dan sebagai sumber bacaan atau referensidalam melaksanakan asuhan keperawatan terhadap pasien jiwa terutama dengan Gangguan persepsi sensori : Halusinasi pendengaran. 4. Bagi rumah sakit Dapat menjadi bahan evaluasi dalam melakukan asuhan keperawatan terhadap pasien jiwa terutama dengan gangguan persepsi sensori : halusinasi pendengaran. F. Sistem Penulisan Sistem penulisan untuk penyusunan tugas akhir ini adalah : BAB I : PENDAHULUAN Membahas tentang latar belakang masalah, tujuan penulisan, Pengumpulan data, tempat dan waktu, manfaat penulisan, serta Sistematika penulisan. BAB II : TINJAUAN PUSTAKA Membahas tentang pengertian, etiologi, tanda dan gejala, rentang respon, psikopatologi, pohon masalah, diagnosa keperawatan, rencana tindakan keperawatan, implementasi dan evaluasi keperawatan.

9 BAB III : TINJAUAN KASUS Membahas tentang asuhan keperawatan yang diberikan kepada klien meliputi pengkajian, diagnose keperawatan, perencanaan, implementasi, dan evaluasi. BAB IV : PEMBAHASAN Menguraikan tentang pembahasan kasus. Pembahasan yang menelaah kesenjangan antara teori dengan pelaksanaan asuhan keperawatan dalam hal pengkajian, diagnose keperawatan, perencanaan, implementasi, dan evaluasi, serta alternatif pemecahanya. BAB V : PENUTUP Penutup berisi tentang kesimpulan dan saran. Kesimpulan merupakan ringkasan dari pembahasan masalah dan saran yang diberikan untuk berbagai pihak yang terkait dengan laporan kasus ini. Karya tulis ilmiah ini di akhiri dengan daftar pustaka dan lampiran.