PENGUKURAN KEKASARAN PROFIL PERMUKAAN BAJA ST37 PADA PEMESINAN BUBUT BERBASIS KONTROL NUMERIK

dokumen-dokumen yang mirip
Kata kunci: Proses Milling, Variasi Kecepatan Putar dan Kedalaman Makan, Surface Roughness

ANALISIS KEAUSAN PAHAT TERHADAP KUALITAS PERMUKAAN BENDA KERJA PADA PROSES PEMBUBUTAN

Pengaruh Jenis Pahat dan Cairan Pendingin

BAB III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini akan dilaksanakan dalam 4 bulan yaitu dari bulan Oktober 2014

Politeknik Negri Batam Program Studi Teknik Mesin Jl. Ahmad Yani, Batam Centre, Batam 29461, Indonesia

Machine; Jurnal Teknik Mesin Vol. 3 No. 2, Juli 2017 P-ISSN : E-ISSN :

PENGARUH FEEDING DAN SUDUT POTONG UTAMA TERHADAP KEKASARAN PERMUKAAN LOGAM HASIL PEMBUBUTAN RATA PADA MATERIAL BAJA ST 37

PENGARUH JENIS PAHAT, JENIS PENDINGINAN DAN KEDALAMAN PEMAKANAN TERHADAP KERATAAN DAN KEKASARAN PERMUKAAN BAJA ST 42 PADA PROSES BUBUT RATA MUKA

PENGARUH VARIASI PUTARAN SPINDEL DAN KEDALAMAN PEMOTONGAN TERHADAP KEKASARAN PERMUKAAN BAJA ST 60 PADA PROSES BUBUT KONVENSIONAL

PENGARUH GRADE BATU GERINDA, KECEPATAN MEJA LONGITUDINAL, DAN KEDALAMAN PEMAKANAN TERHADAP KEKASARAN PERMUKAAN PADA PROSES GERINDA PERMUKAAN SKRIPSI

Pengaruh Kedalaman Pemakanan, Jenis Pendinginan dan Kecepatan Spindel

Studi Eksperimental tentang Pengaruh Parameter Pemesinan Bubut terhadap Kekasaran Permukaan pada Pemesinan Awal dan Akhir

Pengaruh Kecepatan Putar Terhadap Kekasaran Permukaan Kayu Medang pada Proses Pembubutan

Pengaruh Jenis Pahat, Kecepatan Spindel dan Kedalaman Pemakanan terhadap Tingkat Kekasaran Permukaan Baja S45C

PENGARUH TEBAL PEMAKANAN DAN KECEPATAN POTONG PADA PEMBUBUTAN KERING MENGGUNAKAN PAHAT KARBIDA TERHADAP KEKASARAN PERMUKAAN MATERIAL ST-60

Pengaruh Kemiringan Benda Kerja dan Kecepatan Pemakanan terhadapgetaran Mesin Frais Universal Knuth UFM 2

28 Gambar 4.1 Perancangan Produk 4.3. Proses Pemilihan Pahat dan Perhitungan Langkah selanjutnya adalah memilih jenis pahat yang akan digunakan. Karen

JTM. Volume 03 Nomor 02 Tahun 2014, 38-43

JTM. Volume 03 Nomor 01 Tahun 2014, 40-48

Alfian Eko Hariyanto S1 Pendidikan Teknik Mesin, Fakultas Teknik, Universitas Negeri Surabaya

PENGARUH PARAMETER PEMOTONGAN TERHADAP KEKASARAN PERMUKAAN PROSES BUBUT UNTUK MATERIAL ST37

JURNAL PENGARUH VARIASI GERAK MAKAN, KEDALAMAN POTONG DAN JENIS CAIRAN PENDINGIN TERHADAP TINGKAT KEKASARAN PERMUKAAN PEMBUBUTAN BAJA ST 37

PENGARUH KECEPATAN POTONG PADA PROSES PEMBUBUTAN TERHADAP SURFACE ROUGHNESS DAN TOPOGRAFI PERMUKAAN MATERIAL ALUMINIUM ALLOY

ANALISIS TOPOGRAFI PERMUKAAN LOGAM DAN OPTIMASI PARAMETER PEMOTONGAN PADA PROSES MILLING ALUMINIUM ALLOY

PERBANDINGAN TINGKAT KEKASARAN DAN GETARAN PAHAT PADA PEMOTONGAN ORTHOGONAL DAN OBLIQUE AKIBAT SUDUT POTONG PAHAT

JTM. Volume 01 Nomor 03 Tahun 2013, 48-55

PENGARUH PERUBAHAN KECEPATAN PEMAKANAN TERHADAP KEKASARAN PERMUKAAN PADA PROSES PEMBUBUTAN

Analisa Pengaruh Gerak Makan Dan Putaran Spindel Terhadap Keausan Pahat Pada Proses Bubut Konvensional

PENGARUH PARAMETER PEMOTONGAN TERHADAP KEKASARAN PERMUKAAN PADA PROSES BUBUT BAJA AISI 1045

PENGARUH KECEPATAN PEMAKANAN TERHADAP KEKASARAN PERMUKAAN MATERIAL JIS G-3123 SS 41 DENGAN METODE TAGUCHI

PENGARUH LAJU PEMAKANAN DAN KECEPATAN POTONG PAHAT CARBIDE TERHADAP KEKASARAN PERMUKAAN BENDA BUBUT S45C KONDISI NORMAL DAN DIKERASKAN

SURAT KETERANGAN No : 339C /UN /TU.00.00/2015

SAT. Pengaruh Kemiringan Spindel Dan Kecepatan Pemakanan Terhadap Getaran Mesin Frais Universal Knuth UFM 2. Romiyadi, Emon Azriadi. 1.

Kerataan Permukaan dan Bentuk Geram

PROSES FREIS ( (MILLING) Paryanto, M.Pd.

OPTIMASI PARAMETER PROSES PEMESINAN TERHADAP KEAUSAN PAHAT DAN KEKASARAN PERMUKAAN BENDA HASIL PROSES CNC TURNING DENGAN MENGGUNAKAN METODE TAGUCHI

KAJIAN UMUR PAHAT PADA PEMBUBUTAN KERING DAN KERAS BAJA AISI 4340 MENGGUNAKAN PAHAT KARBIDA PVD BERLAPIS

MATERI KULIAH PROSES PEMESINAN KERJA BUBUT. Dwi Rahdiyanta FT-UNY

EFFECT OF CUTING SPEED USING MATERIAL HSS TOOL AND CARBIDE TOOL FOR LATHE PRICESS OF MATERIAL AISI 1010 FOR QUALITY LATHE TOOL WEAR

JTM. Volume 03 Nomor 01 Tahun 2014,

PENGARUH PROSES BURNISHING TERHADAP KEKASARAN DAN KEKERASAN MILD STEEL MENGGUNAKAN MESIN BUBUT KONVENSIONAL

PENGARUH FEEDING, KECEPATAN POTONG PAHAT CARBIDE TERHADAP KUALITAS PEMBUBUTAN BAHAN BAJA S45C. Rizwan Nur Agist, Joko Waluyo, Saiful Huda

MEKANIKA Volume 12 Nomor 1, September Keywords : Digital Position Read Out (DRO)

JURNAL AUSTENIT VOLUME 1, NOMOR 1, APRIL 2009

STUDI PENGARUH SUDUT POTONG (Kr) PAHAT KARBIDA PADA PROSES BUBUT DENGAN TIPE PEMOTONGAN OBLIQUE TERHADAP KEKASARAN PERMUKAAN

BAB I PENDAHULUAN. Gambar 1.1 Turbin blade [Gandjar et. al, 2008]

PENGARUH VARIASI SUDUT UJUNG MATA POTONG KARBIDA TERHADAP KEKASARAN DAN TOPOGRAFI PERMUKAAN LOGAM Al 6061 PADA PROSES PEMBUBUTAN

Pengaruh Perubahan Parameter Pemesinan Terhadap Surface Roughness Produk Pada Proses Pemesinan dengan Single Cutting Tool

ANALISIS UMUR PAHAT DAN BIAYA PRODUKSI PADA PROSES DRILLING TERHADAP MATERIAL S 40 C

BAB II LANDASAN TEORI

ANALISA KEKERASAN MATERIAL TERHADAP PROSES PEMBUBUTAN MENGGUNAKAN MEDIA PENDINGIN DAN TANPA MEDIA PENDINGIN

BAB I PENDAHULUAN. Penggunaan mesin frais (milling) baik untuk keperluan produksi. maupun untuk kaperluan pendidikan, sangat dibutuhkan untuk

OPTIMASI PARAMETER PROSES BUBUT PADA BAJA St 60 DENGAN MENGGUNAKAN METODE TAGUCHI

OPTIMASI PROSES PEMBUATAN MOBIL KAYU DENGAN MESIN CNC ROUTER PADA INDUSTRI BATIK KAYU

DESAIN DAN PABRIKASI GERINDA TOOLPOST PADA MESIN BUBUT KONVENSIONAL

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

Gambar I. 1 Mesin Bubut

PENGARUH KECEPATAN PUTAR SPINDLE (RPM) DAN JENIS SUDUT PAHAT PADA PROSES PEMBUBUTAN TERHADAP TINGKAT KEKASARAN BENDA KERJA BAJA EMS 45

Asep Wahyu Hermawan S1 Pendidikan Teknik Mesin, Fakultas Teknik, Universitas Negeri Surabaya

OPTIMASI PARAMETER PROSES BUBUT PADA BERBAGAI JENIS BAJA DENGAN MEDIA PENDINGIN COOLED AIR JET COOLING

Aplikasi Cairan Pelumas Pada Pengeboran Pelat ASTM A1011 Menggunakan Mata Bor HSS

Kampus Bina Widya Jl. HR. Soebrantas Km 12,5 Pekanbaru, Kode Pos Abstract

Bab IV Data Pengujian

OPTIMASI PARAMETER PEMESINAN TANPA FLUIDA PENDINGIN TERHADAP MUTU BAJA AISI Jl. Jend. Sudirman Km 3 Cilegon,

I. PENDAHULUAN. Proses permesinan merupakan proses manufaktur dimana objek dibentuk

Jurnal Ilmiah Teknik Mesin Unlam Vol. 03 No.1 pp 27-33, 2014 ISSN

ANALISA PENGARUH KECEPATAN FEEDING TERHADAP KEKASARAN PERMUKAAN DRAW BAR MESIN MILLING ACIERA DENGAN PROSES CNC TURNING

PENGARUH PENGARUH JENIS COOLANT DAN VARIASI SIDE CUTTING EDGE ANGLE TERHADAP KEKASARAN PERMUKAAN BUBUT TIRUS BAJA EMS 45

SMK PGRI 1 NGAWI TERAKREDITASI: A

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian sekaligus pengambilan data dilakukan di Laboratorium Produksi dan

BAB II LANDASAN TEORI

STUDI PENGARUH SUDUT POTONG PAHAT HSS PADA PROSES BUBUT DENGAN TIPE PEMOTONGAN ORTHOGONAL TERHADAP KEKASARAN PERMUKAAN

PENGARUH KEDALAMAN POTONG TERHADAP KEBULATAN PADA PEMBUBUTAN MATERIAL BAJA JISS S45C

PENGARUH VARIASI PUTARAN BENDA KERJA DAN PUTARAN TOOL MENGGUNAKAN METODE PEMAKANAN TANGENSIAL PADA PROSES TURN-MILLING TERHADAP KEKASARAN PERMUKAAN

PENGARUH JUMLAH MATA SAYAT END MILL CUTTER MENGGUNAKAN KODE PROGRAM G 02 Dan G 03 TERHADAP KERATAAN ALUMUNIUM 6061 PADA MESIN CNC TU-3A

PENGARUH KETEBALAN PEMAKANAN TERHADAP KEKASARAN PERMUKAAN PADA MATERIAL S45C

Bab II Teori Dasar Gambar 2.1 Jenis konstruksi dasar mesin freis yang biasa terdapat di industri manufaktur.

Momentum, Vol. 12, No. 1, April 2016, Hal. 1-8 ISSN , e-issn

KAJIAN GAYA PEMOTONGAN DAN KEKASARAN PERMUKAAN PADA PROSES PEMBUBUTAN BERBAGAI MATERIAL MENGGUNAKAN PAHAT HSS

9 perawatan terlebih dahulu. Ini bertujuan agar proses perawatan berjalan sesuai rencana. 3.2 Pengertian Proses Produksi Proses produksi terdiri dari

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB 1 PENDAHULUAN. Gambar 1.1. Proses Pemesinan Milling dengan Menggunakan Mesin Milling 3-axis

PENGARUH KEKASARAN PERMUKAAN TERHADAP KEKUATAN TARIK BAJA AISI 4140 AFRIANGGA PRATAMA 2011/ PENDIDIKAN TEKNIK MESIN

PENGARUH PARAMETER PEMOTONGAN (FEEDING, CUTTING SPEED, DEPTH OF CUT) TERHADAP KONSUMSI ENERGI PADA PERMESINAN BUBUT

ANALISIS PENGARUH CUTTING SPEED DAN FEEDING RATE MESIN BUBUT TERHADAP KEKASARAN PERMUKAAN BENDA KERJA DENGAN METODE ANALISIS VARIANS

BAB II MESIN BUBUT. Gambar 2.1 Mesin bubut

PENGARUH SUDUT GARUK PAHAT BUBUT TERHADAP KEKASARAN PERMUKAAN PADA PROSES PEMBUBUTAN

STUDI EKSPERIMENTAL PENGARUH KEMIRINGAN SISI POTONG PAHAT DAN KECEPATAN POTONG TERHADAP KUALITAS KEKASARAN PERMUKAAN MATERIAL PADA SHAPING MACHINE

ANALISIS PENGARUH TOOLPATH PADA PEMBUATAN KACAMATA KAYU DENGAN MESIN CNC MILLING ROUTER 3 AXIS

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

PENGARUH KEMIRINGAN SPINDEL DAN KECEPATAN PEMAKANAN TERHADAP GETARAN MESIN FRAIS UNIVERSAL KNUTH UFM 2

Pengaruh Kedalaman Potong, Kecepatan Putar Spindel, Sudut Potong Pahat Terhadap Kekasaran Permukaan Hasil Bubut Konvensional Bahan Komposit

Pengaruh Jenis Pahat Bubut Terhadap Kekasaran Permukaan Hasil Bubutan pada Bahan Stainless Steel

ANALISIS PROSES MACHINING DIES OUTER FENDER DENGAN MENGGUNAKAN PARAMETER SESUAI KATALOG DAN KONDISI DI LAPANGAN

Pengaruh Kedalaman Pemakanan, Kecepatan Spindel Dan Jenis Cairan Pendingin Terhadap Kekasaran Dan Kerataan

OLEH : I PUTU AGUNG MAHAPUTRA NIM

PENGUJIAN KEBULATAN HASIL PEMBUBUTAN POROS ALUMINIUM PADA LATHE MACHINE TYPE LZ 350 MENGGUNAKAN ALAT UKUR ROUNDNESS TESTER MACHINE

PENGARUH VARIASI CUTTING FLUID DAN VARIASI FEEDING PADA PROSES PEMOTONGAN ORTHOGONAL POROS BAJA TERHADAP KEKASARAN PERMUKAAN. Febi Rahmadianto 1)

PENGARUH DEBIT MEDIA PENDINGIN TERHADAP NILAI KEKASARAN PERMUKAAN PADA PROSES PEMBUBUTAN BAJA ST 60

Simulasi Komputer Untuk Memprediksi Besarnya Daya Pemotongan Pada Proses Cylindrical Turning Berdasarkan Parameter Undeformed Chip Thickness

Transkripsi:

PENGUKURAN KEKASARAN PROFIL PERMUKAAN BAJA ST37 PADA PEMESINAN BUBUT BERBASIS KONTROL NUMERIK Zulfikar Akbar Mohammad *, Naufal Abdurrahman * and Mutiarani Politeknik Negeri Batam Jurusan Teknik Mesin Jl. Ahmad Yani, Batam Centre, Batam 29461, Indonesia E-mail: zulfikarakbar70@gmail.com Abstrak Kekasaran permukaan adalah penyimpangan yang disebabkan oleh kondisi pemakanan pada saat proses produksi.kekasaran permukaan produk tersebut berkaitan dengan gesekan, keausan, sistem pelumasan dan lainnya. Semakin halus kekasaran permukaan, maka semakin kecil gesekan yang terjadi serta penyebaran panas dan penyebaran pelumasan juga semakin merata. Oleh karena itu,kekasaran permukaan menjadi tolak ukur keakuratan dan kualitas permukaan suatu produk industri manufaktur.untuk itu perlu dilakukan pengujian proses pemotongan pada mesin bubut dan pengukuran kekasaran permukaan dengan beberapa benda kerja. Tujuan dari penelitian ini yaitu untuk mengetahui pengaruh dari variasi parameter pemakanan yang dilakukan dalam proses bubut terhadap kekasaran permukaan baja ST 37 menggunakan pahat bubut high speed steel (HSS) dengan menentukan parameter pemakanan yaitu kedalaman pemakanan (depth of cut), dan kecepatan pemotongan (cutting speed). Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, parameter pembubutan yang menghasilkan tingkat kekasaran permukaan terendah adalah : Kedalaman Pemakanan (a) = 1 mm, Kecepatan Potong (Vc) = 70 m/menit dan Gerak Makan (f) = 0,25 mm/rev, dan kecepatan putar spindle = 900 rpm yaitu sebesar 1.689 μm dan tingkat kekasaran permukaan tertinggi adalah : kedalaman Pemakanan (a) = 3 mm, Kecepatan Potong (Vc) = 32 m/menit, gerak makan (f) = 0,25 mm/rev, dan kecepatan putar spindle = 410 rpm yaitu sebesar 5.851 μm. Dari hasil pengujian tersebut, diketahui bahwa semakin cepat putaran spindel dan semakin rendah tingkat kedalaman pemakanan maka tingkat kekasaran permukaan akan semakin rendah/halus. Kata kunci: kekasaran permukaan, pemesinan bubut, parameter pemakanan Abstract Surface roughness is a deviation caused by feed conditions during production. This product's objective is related to friction, wear, lubrication and other systems. The smoother the surface roughness, the less friction that occurs and the spread of heat and the spread of lubrication also more evenly. Therefore, surface roughness becomes a benchmark of the accuracy and surface quality of a manufactured industrial product. For that it needs to be done testing process on the lathe and measuring surface roughness with some workpiece. ST 37 uses a high-speed steel chisel (HSS) by determining the feed parameters of depth of feed (cut depth), and cutting speed (cutting speed)). Based on the research that has been done, the latter parameters that produce the lowest surface roughness are: Depth of Feeding (a) = 1 mm, Cutting Speed (Vc) = 70 m / min and Feeding (f) = 0.25 mm / rev, and Spindle rotational speed = 900 rpm is 1.689 μm and the highest surface roughness is: depth of feed (a) = 3 mm, cutting speed (Vc) = 32 m / min, feeding motion (f) = 0.25 mm / And spindle spin speed = 410 rpm is equal to 5.851 μm. From the results of these tests, it is known quickly saturation level will be lower / smoother. Keywords : surface roughness, machining lathe, parameter feeds

1. Pendahuluan Proses pemesinan yang biasanya digunakan dalam proses produksi membutuhkan ketelitian yang tinggi untuk mendapatkan hasil yang baik. Ketelitian, kepresisian dan kualitas permukaan menjadi prioritas utama yang menjadi acuan dalam pengerjaan proses pemesinan. Hasil permukaan benda kerja yang baik adalah salah satu yang diharapkan dari setiap pengerjaan. Tingkat kepresisian dan kekasaran permukaan benda kerja yang dihasilkan harus sesuai dengan kebutuhan. Semakin tinggi tingkat kualitas permukaan benda kerja semakin tinggi pula tingkat kepresisiannya. Pada tingkat kekasaran permukaan salah satunya merupakan faktor utama untuk evaluasi produk dapat diterima atau tidak, baik oleh pekerja sendiri (operator), perusahaan maupun konsumen. Kekasaran permukaan (suface roughness) suatu produk pemesinan dapat mempengaruhi beberapa fungsi produk tersebut seperti, gesekan permukaan (surface friction), kemampuan penyebaran pelumas, pelapisan, dan lain-lain. Semakin halus kekasaran permukaan benda semakin kecil juga gesekan yang terjadi dan semakin halus permukaan benda semakin lancar juga penyebaran pelumas. Oleh karena itu kekasaran permukaan menjadi tolak ukur keakuratan dan kualitas permukaan suatu produk industri manufaktur [1]. Pada praktik dilapangan, hasil dari proses pembubutan benda kerja banyak ditemukan tidak sesuai dengan spesifikasi kekasaran permukaan yang diminta. Ada beberapa faktor yang mempengaruhi kekasaran benda yaitu kecepatan potong (cutting speed), laju pemakanan (feeding), dan kedalaman potong (depth of cut), selain itu cairan pendingin juga berpengaruh terhadap kualitas kekasaran benda karena semakin panas suhu pahat bubut dan material benda kerja semakin cepat membuat pahat bubut tumpul yang mempengaruhi kekasaran benda [2]. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh dari variasi parameter pemesinan bubut seperti, kedalaman potong (depth of cut) dan kecepatan pemotongan (cutting speed) terhadap nilai kekasaran permukaan pada baja ST 37 dengan menggunakan alat surface roughness tester.. Dalam penelitian ini penulis menggunakan alat surface roughness tester. Surface Roughness Tester merupakan alat pengukuran kekasaran permukaan yang berbasis kontrol numerik, yaitu sistem pengendalian peralatan dengan menggunakan program komputer. Setiap permukaan komponen dari suatu benda mempunyai beberapa bentuk yang bervariasi menurut struktumya maupun dari hasil proses produksinya. Roughness/kekasaran didefinisikan sebagai ketidakhalusan bentuk yang menyertai proses produksi yang disebabkan oleh pengerjaan mesin. Nilai kekasaran dinyatakan dalam Roughness Average (Ra) [3]. Untuk proses pembubutan dalam penelitian ini penulis menggunakan mesin bubut konvensional yang terdapat di lab manufaktur Politeknik Negeri Batam.. Prinsip kerja mesin bubut ialah menghilangan bagian dari benda kerja untuk memperoleh bentuk tertentu dimana benda kerja diputar dengan kecepatan tertentu bersamaan dengan dilakukannya proses pemakanan oleh pahat yang digerakkan secara translasi sejajar dengan sumbu putar benda kerja. Gerakan putar dari benda kerja disebut gerak potong relatif dan gerakkan translasi dari pahat disebut gerak makan (feeding) [2]. Pembubutan menggunakan sistem pemotongan tegak atau bubut rata dengan menggunakan mata pahat High speed steel (HSS) dan menggunakan cairan pendingin (coolant). Pahat High speed steel (HSS) adalah perkakas yang tahan terhadap kecepatan kerja yang tinggi dan temperatur yang tinggi. Pahat bubut HSS merupakan peralatan yang berasal dari baja dengan unsur karbon yang tinggi. Pahat HSS ini digunakan untuk mengasah atau memotong benda kerja. Material uji yang digunakan dalam penelitian ini adalah ST37 silinder pejal (roundbar) dengan ukuran diameter 25 mm dan panjang 80 mm. ST37 adalah baja struktural dengan kekuatan tarik sebesar 37 kg/mm2 [4]. Untuk pemilihan diameter benda uji berdasarkan ketersediaan material yang ada karena diameter benda tidak mempengaruhi kekasaran permukaaan. 2. Metodologi Penelitian Persiapan benda uji Proses Bubut Pengukuran kekasaran Analisa dan pembahasan kesimpulan Gambar 2.1 Flowchart Proses Pengujian Penelitian ini melibatkan beberapa variabel dan melakukan proses pemesinan langsung pada mesin bubut konvensional (Gambar 2.2) dengan penetapan parameter pemakanan yaitu : kecepatan potong

(cutting speed) sebesar V = 32, 35 dan 70 m/min serta kedalaman potong (depth of cut) yaitu 1mm, 2mm, dan 3mm. CS = Kecepatan potong (m/menit atau feet/menit) d = diameter benda kerja n = kecepatan putaran pisau/benda kerja (rpm) π = 3,14 atau 22/7 Karena satuan Cs dalam meter/menit sedangkan satuan diameter benda kerja dalam millimeter, sehingga dikalikan 1000 seperti rumus di atas. Kemudian untuk menghitung kecepatan pemakanan dari suatu proses bubut pada mesin bubut menggunakan persamaan F = f. n Gambar 2.2 Mesin Bubut Dimana : F f n : kec. Pemakanan (mm/min) : gerak pemakanan (mm/rev) : kecepatan putar (rpm) Tabel I. Spesifikasi Mesin Bubut Manufacture By = Gedee Weiler Machine Type = LZ330G Year Manufacturing = 2016 Operation Voltage = 4.15 V Yang dimaksud dengan kecepatan potong (CS) adalah kemampuan alat potong menyayat bahan dengan aman menghasilkan tatal dalam satuan panjang /waktu (m/menit atau feet/menit). Rumus untuk menghitung kecepatan potong adalah sebagai berikut : n = putaran benda kerja (rpm) D = Diameter benda kerja (mm) Vc = kecepatan pemotongan (m/menit) π = 3,14 atau 22/7 Karena nilai kecepatan potong untuk setiap jenis bahan sudah ditetapkan secara baku, maka komponen yang bisa diatur dalam proses penyayatan adalah putaran mesin/benda kerja [5]. Tabel II. Kecepatan Potong Pahat HSS [5] Berdasarkan perhitungan rumus kecepatan potong dan (Tabel II.), dapat disimpulkan bahwa kecepatan potong (cs) pada pengujian ini adalah 32, 35, 70 m/min. Sedangkan untuk putaran mesin (n) adalah 410, 450, dan 900 rpm. Pada proses pembubutan, benda uji disayat menggunakan pahat bubut HSS (Gambar 2.3) dengan penetapan dari 2 parameter yang telah ditentukan. Material uji yang digunakan dalam penelitian ini adalah ST37 silinder pejal (roundbar) dengan ukuran diameter 25 mm dan panjang 80 mm. Setiap benda uji dilakukan pembubutan rata sepanjang 30 mm. Dengan demikian rumus untuk menghitung putaran menjadi : Gambar 2.3 Sketsa proses bubut

menunjukkan besaran Ra, Rz, Rq, Rmax yang dapat digunakanuntuk penghitungan dalam kelurusan dan kedataran. Setiap benda uji dilakukan pengukuran tingkat kekasaran. Hasil nilai kekasaran permukaan akan ditampilkan pada layar alat ukur. Gambar 2.4 Pahat Bubut HSS Setelah proses bubut telah selesai, dilakukanlah pengujian kekasaran hasil pembubutan dengan menggunakan alat Surface Roughness Tester. Menurut standar internasional (ISO) 1302, telah ditetapkan nilai tingkat kekasaran (N1 N12) permukaan seperti ditunjukan pada tabel berikut: Gambar 2.5 Mitutoyo surftest SJ-310 Tabel IV. Spesifikasi Alat Surftest Merk Brand = MITUTOYO Model No = SJ 310 Serial No = 178 Tabel III. Angka Tingkat Kekasaran Permukaan (ISO 1302 Roughness Number) Gambar 2.6 Proses pengukuran kekasaran permukaan dengan Surface Roughness 3. Analisa dan Pembahasan Adapun beberapa langkah pengujian menggunakan surface roughness tester sebagai berikut: Pertama meletakkan benda uji, kemudian dial indicator (berupa jarum) diatur sehingga ujung dari dial indicator beradadalam posisi stabil (di tengah skala) pada pembacaan skala tekanan terhadap permukaan objek pengukuran. Setelah itu sebelum alat dijalankan terlebih dahulu memasukkan faktor-faktor seperti panjang (length) dari permukaan objek yang ingin diperiksa, standar yang ingin digunakan (Ra, Rq, Rz, Rmax, dan parameter lainnya). Pada saat pengambilan data, posisi dial indicator bergerak dengan konstan sesuai dengan sumbu horizontal dan sejajar benda uji (berada pada garis lurus). Kemudian bila kita telah puas dengan hasil yang didapat maka kita dapa tmencetak hasil praktikum dengan printer yang ada pada alat ukur. Dengan ketelitian sebesar 0,02 µm alat ini menghasilkan suatu grafikdengan Berdasarkan data dari hasil pengukuran kekasaran permukaan menggunakan alat ukur Surface Roughness Tester Mitutoyo Surftest SJ-310 series pada specimen baja ST 37 dari hasil pengerjaan proses bubut menggunakan pahat potong HSS (High Speed Steel) yang divariasikan dengan kedalaman pemakanan, serta kecepatan putaran spindle maka diperoleh data hasil pengukuran sebagai berikut : NO Spindle Speed (rpm) Tabel V. Data Hasil Pengujian Cutting Speed (m/min) Depth of Cut (mm) Kekasaran Permukaan (RA) 1 410 32 1 3.169 μm 2 450 35 1 2.591 μm 3 900 70 1 1.689 μm 4 410 32 2 5.023 μm

5 450 35 2 3.693μm 6 900 70 2 2.470 μm 7 410 32 3 5.851 μm 8 450 35 3 4.990 μm 9 900 70 3 2.983μm Pada table V dapat dijelas kan bahwa tingkat kekasaran menggunakan pahat bubut HSS dengan kecepatan putar 410 rpm, kecepatan potong 32 m/min dan kedalaman pemakanan 1 mm menghasilkan kekasaran 3.169 μm, untuk kedalaman pemakanan 2 mm adalah 5.023 μm, dan pada kedalaman pemakanan 3 mm adalah 5.851 μm Sedangkan pada kecepatan 450 rpm, kecepatan potong 35 m/min dan kedalaman pemakanan 1 mm menghasilkan kekasaran 2.591 μm, untuk kedalaman pemakanan 2 mm adalah 3.693 μm dan untuk kedalaman pemakanan 3 mm adalah 4.990 μm. Pada kecepatan 900 rpm kecepatan potong 70 m/min kedalaman pemakanan 1 mm menghasilkan kekasaran 1.689μm, kedalaman pemakanan 2 mm adalah 2.470 μm dan untuk kedalaman pemakanan 3 mm adalah 2.983 μm. Sebab kecepatan putar spindle yang tinggi mengakibatkan benda semakin cepat berputar dan pahat semakin sering melakukan penyayatan dalam setiap jarak penyayatannya, sehingga mengakibatkan tingkat kekasaran permukaan benda kerja lebih rendah dibandingkan dengan kecepatan putar spindle yang rendah. Berdasarkan tabel V dan grafik perbandingan (Gambar 3.1) terlihat bahwa selalu terjadi peningkatan tingkat kekasaran permukaan benda kerja setiap dilakukan penambahan kedalaman pemakanan. Dari tingkat kekasaran permukaan di atas, kedalaman pemakanan yang menghasilkan tingkat kekasaran permukaan benda kerja yang tinggi adalah pada kedalaman 3 mm, kecepatan potong 32 m/min dan kecepatan putar spindel 410 rpm yaitu 5.851 μm. Sementara tingkat kekasaran permukaan yang rendah adalah pada kedalaman pemakanan 1mm, kecepatan potong 70 m/min, dan kecepatan spindle 900 rpm yaitu 1.689 μm. Jadi, kekasaran permukaan benda kerja terendah diperoleh dengan kedalaman pemakanan yang rendah. Sebab kedalaman pemakanan yang rendah membuat beban pahat pada saat melakukan penyayatan semakin kecil dan getaran pahat kecil, sehingga mengakibatkan tingkat kekasaran permukaan benda kerja lebih rendah dibandingkan dengan kedalaman pemakanan yang tinggi. 4. Kesimpulan Gambar 3.1 grafik perbandingan kedalaman pemakanan dan kecepatan potong. Berdasarkan tabel V dan grafik perbandingan (Gambar 3.1) terlihat bahwa selalu terjadi penurunan tingkat kekasaran permukaan benda kerja setiap dilakukan penambahan kecepatan potong dan kecepatan putar spindle. Berdasarkan masing-masing kedalaman pemakanan, dapat ditunjukkan tingkat kekasaran yang paling rendah terletak pada variasi kedalaman pemakanan 1 mm dengan kecepatan potong 70 m/min dan kecepatan putar spindle 900 rpm yaitu 1.689 μm. Kedalaman pemakanan 2 mm dengan kecepatan potong 70 m/min dan kecepatan putar spindle 900 rpm yaitu 2.470 μm. Kedalaman pemakanan 3 mm dengan kecepatanpotong 70 m/min dan kecepatan putar spindle 900 rpm yaitu 2.983μm. Jadi, kekasaran permukaan benda kerja terbaik diperoleh dengan kecepatan putar spindle yang tinggi. Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, didapat bahwa pada kecepatan potong 32 m/min menghasilkan nilai kekasaran terendah yaitu 3.169 μm pada kedalaman pemakanan 1 mm dan nilai kekasaran tertinggi adalah 5.581 μm pada pemakanan 3 mm. Untuk kecepatan potong 35 m/min nilai kekasaran terendah yaitu 2.591 μm pada kedalaman pemakanan 1 mm dan nilai kekasaran tertinggi adalah 4.990 pada kedalaman pemakanan 3 mm. Sedangkan untuk kecepatan potong 70 m/mm nilai kekasaran terendah yaitu 1.689μm pada kedalaman pemakanan 1 mm dan nilai kekasaran tertinggi adalah 2.983 μm pada kedalaman pemakanan 3 mm. Hasil penelitian secara umum menunjukkan bahwa dengan bertambahnya kecepatan potong dan semakin rendah tingkat kedalaman pemakanan maka akan semakin rendah tingkat kekasaran permukaan yang di peroleh. 5. Daftar Pustaka [1] Kalpakjian Serope and Schmid R. Steven (2002), Manufacturing Engineering and Technology, fourth Edition, prentice Hall, London

[2] MesinNews(2015) :http://mesinnews. blogspot.com/2015/05/pengertian-mesin-bubut-le ngkap.html [3] Alatuji.com (2017) : http://www.alatuji.com/kategori/113/roughness-te ster [4] Teknik Mesin Manufaktur (2015) : http://teknikmesinmanufaktur.blogspot.co.id/2015 /02/penomoran-baja-struktural-menurut-din.html [5] Guru Insight (2016) : https://guruinsight.wordpress.com/2016/08/01/me nghitung-kecepatan-pemotongan-pada-proses-pe mbubutan/