BAB I. Sumber Daya Manusia (SDM) melalui kegiatan. Kegiatan tersebut. diselenggarakan pada semua satuan dan jenjang pendidikan yang meliputi wajib

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan di tingkat Madrasah Ibtidaiyah merupakan lembaga pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan upaya untuk mencerdaskan, kehidupan bangsa dan

BAB I LATAR BELAKANG. kehidupan manusia, baik terhadap aktivitas jasmaniahnya, pikiran-pikirannya,

BAB I PENDAHULUAN. Fungsi pendidikan di Indonesia telah dijabarkan dalam Undang-Undang. Sistem Pendidikan Nasional No. 20 Tahun 2003 sebagai berikut:

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana

BAB I PENDAHULUAN. Guru adalah satu komponen manusiawi dalam proses belajar mengajar,

BAB I PENDAHULUAN. terutama generasi muda sebagai pemegang estafet perjuangan untuk mengisi

BAB I PENDAHULUAN. secara sistematis dan terencana dalam setiap jenis dan jenjang pendidikan.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan sebagai usaha sadar untuk menyiapkan peserta didik agar dapat

BAB I PENDAHULUAN. nasional sebagaimana yang dirumuskan dalam Undang-Undang RI No.20 Tahun

BAB I PENDAHULUAN. rangka mencerdaskan kehidupan bangsa yang diatur dengan undang-undang.

BAB I PENDAHULUAN. untuk membina kepribadiannya sesuai dengan nilai-nilai di dalam masyarakat dan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Undang No. 20 Tahun 2003 Bab II Pasal 3 sebagai berikut. Hal ini sejalan pula dengan Hadist Rasulullah SAW dari Abu Hurairah r.a.

BAB I PENDAHULUAN. menyelenggarakan suatu Sistem Pendidikan Nasional yang dicantumkan dalam

kognitif (intelektual), dan masyarakat sebagai psikomotorik.

BAB I PENDAHULUAN. dirumuskan itu bersifat abstrak sampai pada rumusan-rumusan yang dibentuk. khusus memudahkan pencapaian tujuan yang lebih tinggi.

BAB I PENDAHULUAN. sangat dianjurkan pelaksanaannya oleh Allah SWT. Islam juga memerintah

BAB I PENDAHULUAN. sektor pendidikan sebagai andalan untuk mencerdaskan kehidupan bangsa,

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan kepribadian dan kemampuan belajar baik dari segi kognitif,

BAB I PENDAHULUAN. akan pentingnya pendidikan harus dilaksanakan sebaik-baiknya sehingga dapat

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pendidikan merupakan usaha sadar untuk menumbuh kembangkan

3BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah dan Penegasan Judul. bagi rakyatnya, sehingga mampu mandiri dan dapat membangun bangsa.

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan usaha sadar yang dilakukan oleh pendidik. kedewasaan dan bertanggung jawab atas segala perbuatannya.

BAB I PENDAHULUAN. kepribadiannya sesuai dengan nilai-nilai di dalam masyarakat dan kebudayaan.

BAB I PENDAHULUAN. dari segi intelektual maupun kemampuan dari segi spiritual. Dari segi

BAB I PENDAHULUAN. berperan dengan sebaik-baiknya dalam kehidupan berbangsa dan bernegara.

BAB I PENDAHULUAN. dapat menghadapi segala tantangan yang akan timbul, lebih-lebih dalam

BAB I PENDAHULUAN. berujung pada pencapaian suatu kualitas manusia tertentu yang dianggap dan

BAB I PENDAHULUAN. kondisi sosial kultural masyarakat Indonesia( Hamalik, 2001: 1)

BAB I PENDAHULUAN. Islam memandang manusia sebagai makhluk yang termulia dan sempurna. Ia

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan formal, nonformal, dan informal di sekolah, dan luar sekolah yang

BAB I PENDAHULUAN. Allah swt Berfirman. dalam surat Al-Mujadallah ayat 11.

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan yang berkualitas adalah pendidikan yang ditopang oleh empat

BAB I PENDAHULUAN. terbelakang. Pendidikan harus benar-benar diarahkan untuk menghasilkan

BAB I PENDAHULUAN. Di antara berbagai program kegiatan pembangunan nasional, salah satunya

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan adalah suatu proses yang disosialisasikan sebagai usaha

BAB I PENDAHULUAN. melatih. Mendidik berarti meneruskan dan mengembangkan nilai-nilai. keterampilan-keterampilan pada siswa. 1

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah dan Penegasan Judul. Maju tidaknya peradaban manusia, tidak terlepas dari eksistensi pendidikan.

BAB I PENDAHULUAN. Hal ini disebabkan karena segala aktivitas kehidupan manusia membutuhkan

BAB I PENDAHULUAN. Dalam upaya meningkatkan mutu pendidikan nasional, pemerintah khususnya

BAB I PENDAHULUAN. penanaman akhlakul karimah, pembiasaan-pembiasaan atau keterampilan peserta

BAB I PENDAHULUAN. selesai sampai kapanpun, sepanjang ada kehidupan manusia di dunia ini, karena

BAB I PENDAHULUAN. 1, pasal 1, butir 1 yang menyatakan bahwa : belajar dan proses pembelajaran agar paeserta didik secara aktif

BAB I PENDAHULUAN. untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia. 1. dan meningkatkan kualitas sumber daya manusia yang beriman dan bertaqwa

BAB I PENDAHULUAN. 1 Tatang, Ilmu Pendidikan, (Bandung: Pustaka Setia, 2012), hlm Ibid., hlm

BAB I PENDAHULUAN. manusia karena tujuan yang dicapai oleh pendidikan tersebut adalah untuk

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah dan Penegasan Judul. bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa. Hal ini sejalan dengan tujuan pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. dewasa serta terdidik dalam bertindak sesuai dengan aturan yang berlaku. 1. Kompetensi atau kemampuan guru dalam menyampaikan ilmu

BAB I PENDAHULUAN. formal dimaksudkan untuk mengarahkan perubahan diri siswa secara terencana,

BAB I PENDAHULUAN. pengetahuan sebagaimana hadist Rasulullah S.AW yang berbunyi: Artinya : Mencari ilmu itu adalah wajib bagi setiap muslim laki-laki

BAB I PENDAHULUAN. Setiap manusia terlahir dengan mempunyai faktor bawaan naluri dalam

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan segala potensi dan bakat yang terpendam dapat ditumbuhkembangkan,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kemampuan lulusan suatu jenjang pendidikan sesuai dengan tuntutan

BAB I PENDAHULUAN. berbangsa dan bernegara. Maju mundur suatu bangsa sebagian besar ditentukan

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan bagian integral dalam pembangunan. Proses

BAB I PENDAHULUAN. Persada, 2003), hlm Jalaluddin, Teologi Pendidikan,(Jakarta: PT. Raja Grafindo

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah dan Penegasan Judul

BAB I PENDAHULUAN. Atau dalam istilah lain yaitu jalur pendidikan sekolah dan jalur luar sekolah.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan nasional termasuk didalamnya bidang pendidikan, itulah sebabnya

BAB I PENDAHULUAN. dipengaruhi oleh pendidikan formal informal dan non-formal. Penerapan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah dan Penegasan Judul. diantara ajaran tersebut adalah mewajibkan kepada umatnya untuk melaksanakan

BAB I PENDAHULUAN. makhluk-makhluk lainnya, oleh karena dia dibekali akal pikiran, dan ilmu. didik dengan segala lingkungan dan sepanjang hayat.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pendidikan memiliki peran penting pada era sekarang ini. Karena tanpa

BAB I PENDAHULUAN. guru agar anak didik mudah memahami materi yang diberikan. Jika guru kurang

BAB I PENDAHULUAN. negara. 1 Di atas sudah jelas bahwa pendidikan hendaknya direncanakan agar

BAB I PENDAHULUAN. kepribadian yang bulat dan utuh sebagai manusia individual dan sosial serta hamba

BAB I PENDAHULUAN. suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif

BAB I PENDAHULUAN. termasuk hal yang sangat diperhatikan di Indonesia disamping bidang yang lainnya.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah dan Penegasan Judul. berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, dan mandiri.

PEMERINTAH KABUPATEN SUMENEP

BAB I PENDAHULUAN. semua bidang studi. Pembelajaran bahasa Indonesia diarahkan untuk meningkatkan

BAB I PENDAHULUAN. 2005, Hlm, 28

BAB I PENDAHULUAN. dirumuskan itu bersifat abstrak sampai pada rumusan-rumusan yang dibentuk

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan,

BAB I PENDAHULUAN. 1 Sudarwan Danim, Pengantar Kependidikan Landasan, Teori, dan 234 Metafora

BAB I PENDAHULUAN. menjadi dasar untuk mencapai tujuan tersebut, pendidikan berupaya

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan nasional merupakan pelaksanaan pendidikan suatu negara

BAB I PENDAHULUAN. Lembaga Pendidikan Islam baik MI, MTs, MA, maupun PTAI sering

BAB I PENDAHULUAN. terkecuali bangsa Indonesia. Pemerintah selalu berupaya untuk mewujudkan

BAB I PENDAHULUAN. 2003), (Jakarta: Sinar Grafika, 2009), hlm Undang-undang SISDIKNAS (Sistem Pendidikan Nasional) (UU RI No.

BAB I PENDAHULUAN. tentang pendidikan akan selalu muncul dan orangpun tak akan berhenti untuk

BAB I PENDAHULUAN. Sebagaimana firman Allah SWT dalam surat Al-Mujadilah ayat 11:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah dan Penegasan Judul

BAB I PENDAHULUAN. mengantarkan peserta didik menuju perubahan-perubahan tingkah laku baik

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. membutuhkan sumber daya manusia yang dapat diandalkan. Pembangunan manusia

BAB I PENDAHULUAN. potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spritual keagamaan, pengendalian diri,

BAB I PENDAHULUAN. dari yang diharapkan. Banyak siswa yang mempunyai perilaku menyimpang,

A. LATAR BELAKANG MASALAH

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan adalah usaha pendidik untuk memimpin anak didik secara

BAB I PENDAHULUAN. pengenalan dan penghayatan terhadap Al-asma, Al-husna, serta penciptaan

BAB I PENDAHULUAN. Dengan menggunakan fitrah tersebut manusia belajar dari keluarga, lingkungan

BAB I PENDAHULUAN. pada masa Rasululah, hingga masa sekarang. memahami dan dapat mengamalkan isi dari Al Quran. Sebagaimana yang

BAB I PENDAHULUAN. untuk mempersiapkan peserta didik agar dapat memainkan peranan dalam

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan segala potensinya sehingga mencapai kualitas diri yang lebih

BAB I PENDAHULUAN. Alquran dan pendidikan dalam islam adalah sesuatu yang tidak bisa

BAB I PENDAHULUAN. penting untuk menjamin kelangsungan hidup bangsa dan negara, karena

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah usaha sadar untuk menumbuh kembangkan potensi Sumber Daya Manusia (SDM) melalui kegiatan. Kegiatan tersebut diselenggarakan pada semua satuan dan jenjang pendidikan yang meliputi wajib belajar sembilan tahun, pendidikan menengah dan tinggi. Sebagai aktifitas operasional pendidikan dilaksanakan oleh para tenaga pendidik yang tugas utama mengajar. Secara detail, dalam Undang-Undang RI No. 20 tahun 2003 tentang sistem pendidikan nasional Bab 1 Pasal 1 pendidikan didefinisikan sebagai usaha sadar untuk mewujudkan suasana belajar dan proses belajar agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat bangsa dan negara 1. Pada hakikatnya pendidikan juga merupakan upaya kerja sama subyek pendidik dengan subyek peserta didik untuk mencapai suatu tujuan yang telah ditetapkan bersama, dengan berbagai alat yang diperlukan dan dalam suatu lingkungan yang selalu mempengaruhinya. Sedangkan obyek adalah konsep dan realita hidup dan kehidupan. dengan kata lain peserta didik adalah mitra pendidik dalam pembelajaran. Pembelajaran adalah proses belajar bersama antara siswa 1 Muhibbin Syah, Psikologi Belajar, (Jakarta: PT. Raja Grapindo Persada, 2006),hal. 1. 1

2 dengan pendidik dalam suatu lingkungan (fisik, psikis dan sosial) yang kompleks. Pendidikan agama adalah bagian dari pendidikan yang penting dari aspek budaya dan ilmu sosial yang lain. Agama mempunyai peranan penting dalam kehidupan manusia, sebab agama merupakan motivasi hidup dan kehidupan serta merupakan alat pengembangan dan pengendalian diri yang amat penting. Oleh karena itu agama perlu diketahui, dipahami, dan diamalkan agar dapat menjadi dasar kepribadian untuk menjadi manusia yang utuh. Di dalam tujuan pendidikan nasional adalah meningkatkan ketaqwaan kepada Tuhan Yang Maha Esa, dan bangsa Indonesia juga menghendaki keselarasan hubungan antara manusia dengan tuhannya, hubungan manusia dengan manusia, hubungan manusia dengan alam, dan hubungan manusia dengan dirinya yang dapat menjamin keselarasan, keserasian, keseimbangan dalam hidup manusia. 2 Dalam islam diterangkan bahwa menuntut ilmu itu wajib dan dalam waktu yang tidak terbatas selama hayat dikandung badan. Sabda Rasulullah : أ ط ل ب و ا ال ع ل م م ن ال م ه د إ لى ال له د ) رواه ابن عبد البدر Artinya : "Tuntutlah ilmu itu sejak dari ayunan sampai ke liang lahat (mulai dari kecil sampai mati)." (H. R. Ibnu. Abdul. Badar) 2 Zakiah Daradjat dkk, Ilmu Pendidikan Islam, (Surabaya, Bumi Aksara, 2006), hal. 88

3 Arti dari ayat di atas sejak dalam kandungan sikap ibu, amal perbuatan ibu akan dapat mempengaruhi anak yang dikandungnya. Setelah lahir ibulah yang pertama-tama mendidiknya, mengajarnya berbicara, bersikap sopan santun yang baik. Jadi keluarga adalah lembaga pendidikan yang pertama, kedua lingkungan dan yang ketiga masyarakat. Pendidikan agama yang terpenting salah satunya yaitu pendidikan akhlak. Akhlak adalah keadaan batin seseorang yang menjadi sumber lahirnya perbuatan dimana perbuatan itu lahir dengan mudah tanpa memikirkan untung rugi. Orang yang berakhlak baik, melakukan kebaikan secara spontan tanpa pamrih apapun, demikian juga orang yang berakhlak buruk, melakukan keburukan secara spontan tanpa mempertimbangkan akibat bagi dirinya maupun bagi yang di jahati. Manusia tidak ada yang secara tiba-tiba menjadi orang bijak atau tiba-tiba menjadi penjahat besar. Untuk menjadi orang bijak atau menjadi penjahat besar manusia butuh proses yang mengantarnya pada keadaan itu. Penanaman disiplin atau pembiasaan pola tingkah laku lahir yang baik, dan itu semua tidak hanya dilakukan di dalam sekolah tetapi juga dilaksanakan di dalam keluarga dan lingkungan masyarakat. Kuat atau lemahnya iman itu data diukur dan diketahui dari perilaku akhlaknya. Agama merupakan asas dalam pembentukan akhlak, tanpa amalan akhlak dalam kehidupan maka seseorang belum beriman sepenuhnya. Akhlak merupakan hasil buah dari pohon Islam dan dan bumi iman. Akhlak merupakan

4 nilai penghias atau nilai pengendali islam dan pondasi iman. Dalam sebuah riwayat dijelaskan : Orang mukmin yang paling sempurna imannya ialah yang paling baik akhlaknya.. 3 Riwayat di atas menyatakan bahwa pendidikan akhlak itu sangat penting di dalam agama islam terutama untuk membentuk keimanan seorang anak secara sempurna. Namun dalam penanaman dan pembentukan akhlak tersebut butuh proses dan bertahap, bersikap sopan santun, bertutur kata yang baik pada orang dapat menjadi proses pembentukan akhlak yang baik. Penanaman dan pembentukan akhlak ini tidak hanya dibebankan pada sekolah akan tetapi juga menjadi tanggung jawab keluarga, masyarakat dan pemerintah. Latar belakang dari anak mempunyai pengaruh cukup besar dalam pembentukan akhlak ini. Pendidikan akhlak sebaiknya ditanamkan sejak dini di dalam keluarga. Jika tidak ada dukungan dari pihak keluarga maka tidak akan ada artinya. Karena sekolah merupakan lembaga pendidikan yang kedua setelah keluarga. Jadi pendidikan akhlak di sekolah harus di sesuaikan dengan pendidikan akhlak dalam keluarga. Pendidikan akhlak harus diperhatikan secara keseluruhan baik dari aspek kognitif, afektif maupun psikomotor. Agar selain anak dapat ilmu tentang agama terutama akhlak dia juga dapat mengamalkannya dalam kehidupan seharihari. 3 Asmawati Suhid, Pendidikan Akhlak Dan Adab Islam, (Kuala Lumpur, Maziza SDN BHD), 1989, hal.12

5 Tapi kenyataannya banyak lingkungan keluarga yang kurang mendukung dan kurang sadar tentang program pendidikan formal dalam membentuk pribadi muslim. Menanamkan rasa keagamaan pada anak didik memang sulit lingkungan dan keluarga sangat berperan sekali, back ground dari anak didik tersebut juga dapat mempengaruhinya. Seperti yang dijelaskan oleh Zuhairi dalam bukunya metodik khusus pendidikan agama : Mengenai back ground kehidupannya, yakni mengenai keadaan sosial ekonominya, juga bermacam-macam ada yang kaya, miskin, ada yang berasal dari keluarga yang tak beragama, dan ada pula dari keluarga yang pasif dalam agama. Tentu saja keadaan demikian ini akan menjadi kesulitan. 4 Untuk menanamkan agama pada anak didik seorang pendidik hendaknya mengetahui jiwa anak didiknya dan mengetahui dari mana asalnya. Karena kenyataan menunjukkan banyak pendidik yang kesulitan dalam menghadapi anak didiknya, ini karena latar belakang anak didik yang berbeda. Untuk mengetahui keberhasilan penanaman dan pembentukan akhlak pada pendidikan tingkat dasar yang berasal dari sekolah Madrasah ibtidaiyah negeri maupun swasta maka kiranya perlu diadakan penelitian tentang apakah input mempengaruhi hasil yang dicapai siswa dalam bidang studi aqidah akhlak tersebut dengan melihat hasil belajar yang dicapai. 4 Zuhairi dkk, Metodik Khusus Pendidikan Agama, (Malang :Biro Iilmiah Fakultas Tarbiyah IAIN Sunan Ampel Malang, 1981), hal.39

6 B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang di atas maka penulis memusatkan permasalahan pada: 1. Bagaimana hasil belajar siswa dalam bidang study Aqidah Akhlak di MIN dan MIS Bojonegoro? 2. Bagaimana pengaruh antara input dengan hasil belajar siswa dalam bidang study Aqidah Akhlak di MIN dan MIS Bojonegoro? C. Batasan Masalah Masalah yang luas dalam penelitian tidak dapat diharapkan menghasilkan analisa yang jelas, maka dalam penelitian ini kaitannya dengan judul, peneliti membatasi masalah pada: 1. Pengaruh input dengan hasil belajar siswa dalam bidang study Aqidah Akhlak 2. Obyek penelitian ini adalah siswa MIN Kepatihan (Madrasah Ibtidaiyah Negeri) Bojonegoro dan MINU (Madrasah Ibtidaiyah Nurul Ulum) Bojonegoro. D. Tujuan Penelitian Berdasarkan rumusan masalah di atas maka tujuan dari penelitian ini adalah : 1. Untuk mengetahui hasil belajar siswa dalam bidang study Aqidah Akhlak di MIN dan MIS Bojonegoro

7 2. Untuk mengetahui ada tidaknya pengaruh antara input dengan hasil belajar siswa dalam bidang study Aqidah Akhlak di MIN dan MIS Bojonegoro E. Kegunaan Penelitian 1. Secara teoritis adalah sebagai upaya menemukan yang baru bagi kekurang mampuan pengajaran Pendidikan Aqidah Akhlak di sekolah dalam membangun suatu pemahaman ajaran agama Islam yang integral secara kognitif, afektif dan psikomotor. 2. Secara praktis dan manfaat a. Bagi pengembangan para anak didik, merupakan hasil pemikiran yang dapat dipakai sebagai pedoman untuk memajukan hasil belajar siswa dalam bidang studi Aqidah Akhlak dan merupakan bahan-bahan masukan sebagai langkah strategis dan dinamis dalam konsep belajar. b. Bagi peneliti sendiri, merupakan bahan informasi guna meningkatkan dan menambah pengetahuan serta keahlian dalam meningkatkan hasil belajar siswa di MIN dan MIS. c. Merupakan kontribusi tersendiri bagi pengembangan hasil belajar siswa dalam bidang studi Aqidah Akhlak di sekolah pada umumnya, khususnya di sekolah MIN dan MIS di Bojonegoro.

8 F. Definisi Operasional Judul dalam skripsi ini adalah PENGARUH INPUT DENGAN HASIL BELAJAR SISWA DALAM BIDANG STUDY AQIDAH AKHLAK DI MIN DAN MIS BOJONEGORO. Untuk memperjelas maksud judul di atas perlu diungkapkan pengertian beberapa yang terkandung di dalamnya. Hal ini bertujuan untuk menghindari kesimpangsiuran dan kesalahpahaman dalam mengambil suatu pengertian yang penulis maksudkan. Adapun kata-kata yang penting untuk mendapatkan pengertian adalah: Pengaruh : sesuatu yang menjadi penyebab atau sesuatu yang mempunyai daya atas sesuatu. Input : Input yang dimaksudkan penulis di sini adalah calon siswa (latar belakang dari siswa). Hasil Belajar : Perubahan perilaku secara keseluruhan bukan hanya salah satu aspek potensi kemanusiaan saja. Artinya hasil pembelajaran yang komprehensif. 5 Dengan demikian maksud dari judul di atas adalah mengetahui pengaruh latar belakang siswa dengan hasil belajar dalam bidang studi Aqidah Akhlak dan perbandingan antara MIN dan MIS Bojonegoro. 5 Agus Suprijono, Cooperetive Learning,(Yogyakarta: Pustaka Pelajar,2009),hal.7.

9 G. Hipotesis Penelitian Hipotesis diartikan sebagai jawaban atau kesimpulan sementara terhadap masalah yang diteliti dan diuji dengan data yang terkumpul melalui kegiatan penelitian. Menurut Suharsimi Arikunto penelitian mempunyai dua hipotesis yakni: 6 1. Hipotesis kerja atau hipotesis alternatif yang berlambangkan (Ha). Hipotesis ini menyatakan bahwa ada hubungan antara variable independent (X) dengan variable dependent (Y) atau adanya perbedaan antara dua variable, maka hipotesis kerja dalam penelitian ini adalah Ada Pengaruh Antara Input dengan Hasil Belajar Siswa Dalam Bidang Study Aqidah Akhlak di MIN dan MIS Bojonegoro. 2. Hipotesis Nol atau hipotesis nihil yang berlambang (Ho). Hipotesis ini menyatakan bahwa tidak ada hubungan antara variable independent (X) dengan variable dependent (Y). Maka hipotesis nihil dalam penelitian ini adalah Tidak Ada Pengaruh Antara Input dengan Hasil Belajar Siswa Dalam Bidang Study Aqidah Akhlak di MIN dan MIS Bojonegoro. H. Sistematika Pembahasan Dalam penelitian yang berjudul Pengaruh Input dengan Hasil Belajar Siswa Dalam Bidang Study Aqidah Akhlak (Study Komparasi Di MIN dan MIS Bojonegoro), menggunakan sistematika pembahasan sebagai berikut: 6 Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian, (Jakarta: Rineka Cipta, 1993), hal.66.

10 Bab I ini berisi tentang Latar Belakang Masalah, Rumusan Masalah, Tujuan Penelitian, Kegunaan Penelitian, Definisi Operasional, Hipotesis Penelitian, dan Sistematika Pembahasan. Bab II berisi tentang tinjauan input yang meliputi latar belakang siswa. Dilanjutkan dengan tinjauan hasil belajar yang meliputi pengertian belajar dan hasil belajar, jenis hasil belajar, indikator hasil belajar, faktor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar, penilaian hasil belajar, fungsi dan kegunaan hasil belajar, transfer hasil belajar, dan tingkat hasil belajar. Dilanjutkan dengan tinjauan tentang Aqidah Akhlak yang meliputi pengertian Aqidah Akhlak,dasar mata pelajaran Aqidah Akhlak, tujuan mata pelajaran aqidah akhlak, ruang lingkup mata pelajaran Aqidah Akhlak dan pengaruh input dengan hasil belajar Aqidah Akhlak. BAB III berisi tentang uraian jenis penelitian, rancangan penelitian, populasi dan sampel, metode pengumpulan data, Instrumen penelitian, dan Analisis data.

11 Bab IV terdiri atas Gambaran Umum Obyek Penelitian yang meliputi: Sejarah Berdirinya Sekolah MIN dan MIS Bojonegoro, Letak Geografis, Struktur Organisasi Sekolah, Keadaan Guru dan Karyawan, Keadaan Siswa, Sarana dan Prasarana. Disamping itu ada Penyajian Data yang berisi tentang paparan data sesuai fokus penelitian. Terakhir analisis data. Bab V berisi tentang penutup yang terdiri dari simpulan dan saran.