BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Lembaga keuangan bank merupakan lembaga keuangan yang memberikan jasa keuangan yang paling lengkap. Usaha keuangan yang dilakukan disamping menyalurkan dana dari masyarakat luas dalam bentuk simpanan, kemudian usaha bank lainnya memberikan jasa-jasa keuangan yang mendukung dan memperlancar kegiatan memberikan pinjaman dengan kegiatan menghimpun dana (Kasmir, 2011:4). Bank merupakan lembaga intermediasi bagi pihak yang kelebihan dana dengan pihak yang kekurangan dana. Dimana bank memiliki beberapa fungsi, salah satunya Agent of Trust. Istilah Agent of Trust berarti dalam kegiatan usahanya mengandalkan kepercayaan masyarakat. Masyarakat percaya bahwa uangnya tidak akan disalahgunakan oleh bank, uangnya akan dikelola dengan baik oleh bank dan bank tidak akan bangkrut (Putri S, 2014:1). Menurut Kasmir (2011:3) bank adalah badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan menyalurkan kepada masyarakat dalam bentuk kredit atau bentuk-bentuk lainnya dalam rangka meningkatkan taraf hidup rakyat banyak. Kegiatan utama bank sebagai lembaga keuangan salah satunya adalah memberikan kredit, menurut Undang-Undang No.10 tahun 1998 sebagaimana dikutip oleh Kasmir (2011:96) kredit adalah penyediaan uang atau tagihan yang dapat disamakan dengan itu, berdasarkan persetujuan atau kesepakatan pinjam meminjam antara bank dengan pihak lain yang mewajibkan 1
pihak peminjam untuk melunasi hutangnya setelah jangka waktu tertentu dengan pemberian bunga. Bila diamati dalam neraca maka perkreditan merupakan kelompok dari harta yang mendominasi sisi aktiva dalam neraca. Dari segi pendapatan yang diperoleh, kegiatan perkreditan merupakan bagian dari pendapatan yang sangat dominan. Namun dalam penelitian Kusnandar (2011:1-2) dikatakan risiko yang mungkin muncul atas pemberian kredit adalah kredit macet. Kredit macet terjadi jika kredit yang diberikan oleh bank kepada pihak swasta tidak dapat dilunasi tepat pada waktunya baik pokok maupun bunga pinjaman yang ditetapkan, sehingga dapat menekan dan mengurangi profitabilitas bank. Kredit macet yang terjadi terutama disebabkan oleh faktor manajemen bank dalam melakukan analisi kredit yang tidak akurat, faktor pengawasan kredit yang lemah, analisis laporan keuangan yang tidak cermat dan kompetensi dari sumber daya manusia yang masih lemah. Dalam penelitian Munawaroh (2011:76) mengatakan masalah keamanan atas kredit yang diberikan merupakan masalah yang harus diperhatikan oleh bank, karena adanya risiko yang timbul dalam sistem pemberian kredit. Permasalahan ini bisa dihindari dengan adanya suatu pengendalian internal yang memadai dalam bidang perkreditan. Dengan kata lain, diperlukan suatu pengendalian internal yang dapat menunjang efektivitas pemberian kredit. Menurut Romney & Steinbart (2015:216) pengendalian internal (internal control) adalah sebuah proses yang diimplementasikan untuk memberikan jaminan yang memenuhi beberapa objektif dari pengendalian internal, diantaranya yaitu menjaga aset, menjaga catatn dalam detail yang cukup untuk pelaporan aset 2
perusahaan yang tepat dan akurat, menyediakan informasi yang akurat dan dapat dipercaya, menyiapkan laporan keuangan dengan kriteria yang ditentukan, mendorong dan meningkatkan efisiensi operasional, mendorong ketaatan dalam hal manajerial, dan memenuhi persyaratan dari regulasi dan peraturan yang ada. Menurut The Commitee of Sponsoring Organizations of The Treadway Commission (COSO) dalam Executive Summary (2013:3) tujuan pengendalian internal ditujukan untuk mecapai tiga kategori yang memungkinkan organisasi fokus pada spek pengendalian yang berbeda yang mencakup tujuan-tujuan operasi, tujuan-tujuan pelaporan, dan tujuan-tujuan ketaaatan. Unsur-unsur pengendalian internal yang dijelaskan oleh COSO dalam Executive Summary (2013:4), yaitu lingkungan pengendalian (Control Environment), penilaian resiko (Risk Assesment), kegiatan pengendalian (Control Activities), informasi dan komunikasi (Information and Communication), pemantauan (Monitoring). Dengan adanya pengendalian internal diharapkan bank dapat menjamin proses pemberian kredit yang baik, yang diperlukan dalam upaya pencegahan kredit macet yang besar dikemudian hari yang dapat menganggu stabilitas keuangan suatu bank. Berdasarkan Surat Edaran Bank Indonesia SE No.5/22/DPNP, dengan terselenggaranya sistem pengendalian internal yang memadai dalam bidang perkreditan, berarti menunjukkan sikap kehati-hatian dalam bank tersebut. Pengendalian internal yang efektif dapat membantu pengurus bank menjaga aset bank, menjamin tersedianya pelaporan keuangan dan manajerial yang dapat dipercaya, meningkatkan kepatuhan bank terhadap ketentuan dan peraturan perundang-undangan yang berlaku, serta mengurangi 3
risiko terjadinya kerugian, penyimpangan dan pelanggaran aspek kehati-hatian (Papalangi, 2013:1220). Namun teori diatas bertentangan dengan fakta lapangan yang ada. Chief Financial Officer (CFO) dan Direktur Bank Danamon, Vera Eve Lim mengatakan secara resmi bahwa rasio kredit bermasalah (Gross Non-Performing Loans) Danamon tercatat pada 3,3% atau masih di bawah batas yang ditentukan Regulator (Pemerintah), dan mengatakan dalam periode Juni 2015 sampai dengan Mei 2016, non-performing loans industri perbankan meningkat sebesar 29%, sementara non-performing loans Danamon di akhir semester pertama 2016 hanya meningkat 5% secara setahunan. Sementara itu, rasio kredit terhadap total pendanaan (Loan to Funding Ratio) berada pada posisi 92,6% masih dibawah batas yang ditetapkan Bank Indonesia yaitu 94%. Danamon senantiasa berupaya untuk meningkatkan kualitas asetnya melalui penerapan prosedur pengelolaan risiko yang pruden serta proses collection dan credit recovery yang disiplin (danamon.co.id, 2016). Fenomena di atas dapat disimpulkan menimbulkan masalah yaitu apakah peranan pengendalian internal terdahap kredit macet yang ada di Bank Danamon telah efektif dan apakah pengendalian internal yang dilakukan atau diterapkan oleh Bank Danamon sudah berjalan dengan sesuai kebijakan yang ada. Oleh karena itu penulis tertarik melakukan penelitian guna skripsi dengan judul penelitian: Peranan Pengendalian Internal Dalam Mencegah Kredit Macet (Studi Kasus Pada PT. Bank Danamon Indonesia, Tbk. KCP Merdeka Bandung). 4
1.2 Identifikasi Masalah Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan penulis, dapat diidentifikasikan permasalahan sebagai berikut: 1. Apakah pengendalian internal di PT. Bank Danamon telah efektif. 2. Apakah upaya mencegah kredit macet di PT. Bank Danamon telah efektif. 3. Bagaimana peranan pengendalian internal dalam mencegah kredit macet pada PT. Bank Danamon. 1.3 Tujuan Penelitian Berdasarkan identifikasi masalah di atas, secara khusus penelitian ini bertujuan untuk: 1. Untuk mengetahui efektivitas pengendalian internal pada PT. Bank Danamon. 2. Untuk mengetahui efektivitas pencegahan kredit PT. Bank Danamon. 3. Untuk mengetahui efektivitas peranan pengendalian internal dalam mencegah kredit macet pada PT. Bank Danamon. 1.4 Kegunaan Penelitian Berdasarkan tujuan dari penelitian ini penulis berharap bahwa penelitian ini akan dapat memberikan manfaat-manfaat sebagai berikut: 1. Kegunaan Praktis Penelitian ini diharapkan dapat membantu memecahkan masalah khususnya kepada bank guna mengetahui bagaimana pengendalian internal dalam menunjang efektivitas pencegahan kredit macet. 2. Kegunaan Pengembangan Ilmu 5
Penelitian ini diharapkan dapat berguna dalam pengembangan ilmu akuntansi lebih lanjut, khususnya audit internal dengan mengkaji bagaimana peranan pengendalian internal dalam menunjang efektivitas pencegahan kredit macet. 1.5 Waktu dan Lokasi Penelitian Dalam rangka untuk memperoleh data yang dibutuhkan oleh peniliti dalam penulisan skripsi ini, peniliti melakukan penelitian pada PT. Bank Danamon Indonesia, Tbk. KCP Merdeka Bandung. Waktu penelitian dilakukan dari bulan November 2016 sampai dengan selesai. 6