II. TINJAUAN PUSTAKA. Klasifikasi lele menurut SNI (2000), adalah sebagai berikut : Kelas : Pisces. Ordo : Ostariophysi. Famili : Clariidae

dokumen-dokumen yang mirip
BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Clarias fuscus yang asli Taiwan dengan induk jantan lele Clarias mossambius yang

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Klasifikasi dan Morfologi Lele Masamo (Clarias gariepinus) Subclass: Telostei. Ordo : Ostariophysi

BAB II TINJUAN PUSTAKA

I. TINJAUAN PUSTAKA. Ikan lele dumbo adalah jenis ikan hibrida hasil persilangan antara C. batracus

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Klasifikasi ikan lele sangkuriang (Clarias gariepinus var) menurut Kordi, (2010) adalah. Subordo : Siluroidae

TINJAUAN PUSTAKA. Ikan Lele Dumbo (Clarias gariepinus) Klasifikasi ikan lele menurut Djatmika (1986) adalah sebagai berikut :

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Klasifikasi dan Morfologi Ikan Lele Sangkuriang (Clarias sp)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dan untuk konsumsi adalah ikan lele dumbo (Clarias gariepinus). Ikan lele dumbo

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Ikan patin siam (Pangasius hypopthalmus) merupakan salah satu ikan

TINJAUAN PUSTAKA. keling (Makasar), ikan cepi (Bugis), ikan lele atau lindi (Jawa Tengah). Sedang di

II. TINJAUAN PUSTAKA. Klasifikasi ikan nila menurut Trewavas (1982), dalam Dirjen Perikanan

BAB II LANDASAN TEORI. A. Tinjauan Pustaka. 1. Ikan Lele Dumbo (Clarias gariepinus)

II. TINJAUAN PUSTAKA. Ikan patin siam merupakan salah satu komoditas ikan yang dikenal sebagai

BAB I PENDAHULUAN. lele salah satunya adalah lele dumbo (Clarias gariepinus). Ikan lele dumbo

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Gambar 1. Ikan lele dumbo (Sumber: Dokumentasi Pribadi)

II. TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Budidaya Lele (Clarias gariepinus) di Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. Lele dumbo yang bernama ilmiah Clarias geriepinus, masuk di Indonesia

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Morfologi dan Klasifikasi Lele Dumbo (Clarias gariepinus)

II. TINJAUAN PUSTAKA. A. Taksonomi dan Morfologi Ikan Lele Dumbo (Clarias gariepinus Burchell)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dan memiliki panjang batang mencapai 30 cm. Eceng gondok memiliki daun bergaris

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 1.1 Sistematika dan Morfologi Ikan Lele Sangkuriang (Clarias gariepinus).

I. PENDAHULUAN. Waduk merupakan salah satu bentuk perairan menggenang yang dibuat

2014, No Republik Indonesia Nomor 4433), sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 45 Tahun 2009 (Lembaran Negara Republik Indonesia T

Gambar 2. Ikan Lele Dumbo

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Teknik Pemijahan ikan lele sangkuriang dilakukan yaitu dengan memelihara induk

TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Bernhard Grzimek (1973) dalam Yovita H.I dan Mahmud Amin

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

SNI : Standar Nasional Indonesia. Produksi induk ikan lele dumbo (Clarias gariepinus x C.fuscus) kelas induk pokok (Parent Stock)

bio.unsoed.ac.id TELAAH PUSTAKA A. Morfologi dan Klasifikasi Ikan Brek

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

III. HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

LINGKUNGAN BISNIS PELUANG BISNIS BUDIDAYA IKAN MAS : IMADUDIN ATHIF N.I.M :

II. TINJAUAN PUSTAKA. Kelas : Crustacea. Ordo : Decapoda. Webster et al., (2004), menyatakan bahwa lobster merupakan udang air tawar

BUDIDAYA IKAN LELE. TUGAS E-BISNIS ( Electronic Business ) disusun oleh

III. HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

I. TINJAUAN PUSTAKA. Ikan patin siam adalah jenis ikan yang secara taksonomi termasuk spesies

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

III. HASIL DAN PEMBAHASAN

II. TINJAUAN PUSTAKA. Klasifikasi dan tatanama ikan nila menurut Cholik et al. (2005), adalah sebagai

KARYA ILMIAH PELUANG BISNIS BUDIDAYA IKAN LELE DUMBO

II. TINJAUAN PUSTAKA. 1. Klasifikasi Ikan Lele Sangkuriang (Clarias gariepinus)

III. HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Kelangsungan Hidup Ikan Nila Nirwana Selama Masa Pemeliharaan Perlakuan Kelangsungan Hidup (%)

RANCANG BANGUN TEKNOLOGI PENGATUR KUALITAS AIR PADA PEMBUDIDAYAAN IKAN LELE

Gambar 2. Grafik Pertumbuhan benih ikan Tagih

ISBN /SEMARANG OKTOBER PROCEEDINGS

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

genus Barbodes, sedangkan ikan lalawak sungai dan kolam termasuk ke dalam species Barbodes ballaroides. Susunan kromosom ikan lalawak jengkol berbeda

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Morfologi dan Klasifikasi Ikan Lele Dumbo (Clarias gariepinus)

SNI : Standar Nasional Indonesia. Produksi induk ikan patin siam (Pangasius hyphthalmus) kelas induk pokok (Parent Stock)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Tingkat Penggunaan Limbah Laju Pertumbuhan %

Gambar 5. Grafik Pertambahan Bobot Rata-rata Benih Lele Dumbo pada Setiap Periode Pengamatan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. disebut arus dan merupakan ciri khas ekosistem sungai. Secara ekologis sungai

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Laju pertumbuhan rata rata panjang dan berat mutlak lele sangkuriang

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

II. TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA. yang mengkombinasikan pemeliharaan ikan dengan tanaman (Widyastuti, et.al.,2008).

PENGARUH KUALITAS AIR TERHADAP PERTUMBUHAN IKAN NILA (Oreochromis sp.) DI KOLAM BETON DAN TERPAL

BAB I PENDAHULUAN. ekonomis penting yang banyak dibudidayakan oleh petani. Beternak lele

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

TINJAUAN PUSTAKA. Biologi ikan koi (Cyprinus carpio) Ikan koi mulai dikembangkan di Jepang sejak tahun1820, tepatnya di kota

SNI : Standar Nasional Indonesia. Induk ikan lele dumbo (Clarias gariepinus x C.fuscus) kelas induk pokok (Parent Stock)

Pemberian Pakan Alami Terhadap Pertumbuhan Ikan Lele Dumbo (Clarias gariepinus) Di Desa Sari Kecamatan Sape Kabupaten Bima

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

HASIL DAN PEMBAHASAN

Tingkat Kelangsungan Hidup

Pengaruh Pemberian Viterna Plus dengan Dosis Berbeda pada Pakan terhadap Pertumbuhan Benih Ikan Lele Sangkuriang di Balai Benih Ikan Kota Gorontalo

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

1) Staf Pengajar pada Prog. Studi. Budidaya Perairan, Fakultas

III. HASIL DAN PEMBAHASAN

PENGELOLAAN INDUK IKAN NILA. B. Sistematika Berikut adalah klasifikasi ikan nila dalam dunia taksonomi : Phylum : Chordata Sub Phylum : Vertebrata

HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB 4. METODE PENELITIAN

Efektivitas Suplemen Herbal Terhadap Pertumbuhan dan Kululushidupan Benih Ikan Lele (Clarias sp.)

HASIL DAN PEMBAHASAN Padat Tebar (ekor/liter)

II. TINJAUAN PUSTAKA

III. HASIL DAN PEMBAHASAN

TINJAUAN PUSTAKA. Air merupakan zat yang paling penting dalam kehidupan setelah udara. Oleh

SNI : Standar Nasional Indonesia. Produksi Induk Ikan Mas (Cyprinus carpio Linneaus) strain Sinyonya kelas induk pokok (Parent Stock)

BAB 4. METODE PENELITIAN

Produksi benih ikan patin jambal (Pangasius djambal) kelas benih sebar

ADLN - Perpustakaan Universitas Airlangga

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Makanan merupakan salah satu faktor yang dapat menunjang dalam

Pengaruh Pemberian Pakan Tambahan Terhadap Tingkat Pertumbuhan Benih Ikan Bandeng (Chanos chanos) Pada Saat Pendederan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

PENDAHULUAN. Kesadaran dan pengetahuan masyarakat semakin meningkat tentang. manfaat ikan sebagai bahan makanan dan kesehatan menyebabkan tingkat

Transkripsi:

6 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Klasifikasi Lele Klasifikasi lele menurut SNI (2000), adalah sebagai berikut : Filum: Chordata Kelas : Pisces Ordo : Ostariophysi Famili : Clariidae Genus : Clarias Spesies : Clarias sp 2.2 Morfologi Lele Masamo Lele Masamo merupakan jenis ikan yang hidup di air tawar yang termasuk golongan catfish. Lele mudah beradaptasi dalam lingkungan yang kritis, misalnya perairan yang kecil kadar oksigennya dan sedikit air. Secara alami lele bersifat nokturnal, yang artinya aktif pada malam hari atau lebih menyukai tempat gelap (Anonim, 2009). Ikan ini bersifat karnivora, mempunyai bentuk tubuh yang memanjang dan berkulit licin (Arifin, 1991). Bentuk kepala lele Masamo sedikit lebih runcing dilapisi oleh tulang pelat yang cukup keras, berbentuk pipih dan

7 disekitar mulutnya terdapat empat pasang sungut yang memanjang berfungsi sebagai alat peraba ketika berenang sekaligus sebagai sensor untuk mencari makan. Lele memiliki lima buah sirip, diantaranya sirip punggung, sirip ekor, sirip dubur, sirip perut dan sirip dada. Sirip dada sebutan populer di masyarakat disebut juga sebagai patil. Selain berguna alat bantu gerak, juga berfungsi sebagai senjata untuk pertahanan diri dan kadang kadang dapat dipakai untuk berjalan di permukaan tanah. Patil yang dimiliki oleh lele Masamo ini tidak beracun (Prihatman, 2000). Lele mempunyai organ arboressen yang merupakan alat pernapasan tambahan dan memungkinkan ikan ini untuk mengambil oksigen dari udara di luar air (Prihartono, 2000). Alat pernapasan tambahan terletak dibagian kepala didalam rongga yang dibentuk oleh dua pelat tulang kepala berwarna kemerahan dan berbentuk seperti tajuk pohon rimbun yang penuh kapiler kapiler darah. Lele memiliki delapan buah kumis di sekitar mulutnya yang berfungsi sebagai alat peraba pada saat gerak mencari makan (Najiyati, 2003). Ikan ini juga memiliki sepasang lubang hidung yang letaknya di bagian anterior. Lubang hidung tersebut sangat sensitif dan memiliki fungsi utama untuk mendeteksi bau. Di bagian mulut lele Masamo terdapat gigi, tetapi hanya berupa tulang kasar yang terletak di dalam mulut bagian depan. Penglihatan lele Masamo menggunakan sepasang mata yang berbentuk kecil. Morfologi lele Masamo dapat dilihat pada Gambar 2.

8 Kepala Sirip dada Sirip ekor Sungut nasal Sirip punggung Sungut mandibular dalam Sungut maxilar Sungut mandibular luar Patil Sirip dubur Gambar 2.Morfologi lele Masamo (Clarias sp.) Semua jenis lele melakukan pembuahan secara ovipar, yakni pembuahan telur di luar tubuh. Jenis ikan ini memiliki gonad satu pasang dan terletak disekitar usus. Lele memiliki lambung yang relatif besar dan panjang. Tetapi ususnya relatif pendek dari pada badannya. Hati dan gelembung renang lele berjumlah 2 dan masing masing sepasang (Suyanto, 2006). 2.3 Habitat dan Kualitas Air untuk Lele Habitat lele adalah semua perairan air tawar. Disungai yang airnya tidak deras atau di perairan yang tenang seperti danau, waduk, rawa rawa (Anonymous, 2006). Ikan ini dapat bertahan di perairan yang mengandung sedikit oksigen dan relatif tahan terhadap bahan bahan organik (Puspowardoyo, 2002). Ikan lele termasuk hewan malam (nocturnal), menyukai tempat gelap aktif bergerak mencari makan dan memilih berdiam diri, bersembunyi di tempat terlindung pada siang hari. Sesekali ikan muncul dipermukaan untuk menghirup oksigen langsung ke udara (Suyanto, 2006). Di alam biasanya lele memijah pada awal musim hujan (Nasrudin, 2010).

9 Lele tergolong ikan yang dapat hidup dalam kondisi air apapun. Namun, agar tumbuh optimal lele harus dipelihara di dalam air yang memiliki kondisi ideal. Adapun kriteria kualitas air yang ideal untuk hidup lele yaitu bersuhu (28 o 32 o C) dan pada keasaman ph 7 8 (Nasrudin, 2010). Suhu air sangat mempengaruhi pertumbuhan, laju metabolisme, dan nafsu makan pada ikan serta oksigen terlarut (Handoyo, 2008). Oksigen terlarut yang dibutuhkan oleh lele sekitar 3 ppm. Namun, ketersediaan oksigen terlarut tidak menjadi faktor pembatas karena lele dapat mengambil oksigen langsung ke udara. Literatur lain memberi alternatif bahwa kualias air yang ideal adalah pada nilai ph 6,5 8,5, oksigen terlarut > 4 mg/l, kandungan amonia (NH 3 ) sekitar <0,01 mg/l, dan kecerahan 50 cm (Soetomo, 1987). 2.4 Pembesaran Lele (Clarias sp.) Pembesaran merupakan tahap pemeliharaan lele dari hasil pendederan untuk menghasilkan lele ukuran konsumsi (Effendi, 1997). Pada tahap pembesaran, ada beberapa tahapan yang harus diperhatikan yaitu pemberian pakan untuk mempercepat proses produksi dan kuliatas air yang mendukung terhadap pembesaran. Masa pemeliharaan lele dikolam pembesaran ini bisa lebih cepat dibandingkan ikan lainnya, yaitu sekitar 1,5-2 bulan tergantung pada jumlah pakan dan jenis pakan yang diberikan. Kriteria pembesaran lele yang ideal menurut SNI 01 6484 2-2002, dapat dilihat pada Tabel 1.

10 Tabel 1.Kriteria pembesaran lele (Clarias sp.) menurut SNI 01 6484-2 2002 Penebaran Kepadatan (ekor/m 2 ) Ukuran (cm) Pemberian Pakan Dosis(% bobot biomas) Frekuensi (kali/hari) Waktu Pemeliharaan (hari) Sintasan (%) Pemanenan Bobot (gram) Panjang Standar (cm) 25 35 5 6 4 5 2 3 21 30 70-80 8 10 10-12 10-15 10-12 3 4 2 3 60-75 80-80 100-150 25-30 Menurut Effendie (1997), pertumbuhan adalah pertambahan ukuran panjang dan berat dalam suatu waktu. Lele budidaya dapat tumbuh mencapai 300 gram dari berat awal + 300 gram dalam waktu 2 bulan (Effendi, 1997). Kepadatan dari setiap individu akan mempengaruhi pertumbuhan, semakin meningkat kepadatan penebaran ikan maka tingkat kelangsungan hidupnya akan semakin kecil (Effendi,1997). Hal tersebut dapat dari kompetisi ikan dalam mencari makan, mempertahankan ruang dan mempertahankan untuk tetap hidup (Effendie, 2003). Aktivitas tersebut merupakan salah satu masalah utama yang mengakibatkan penurunan pertumbuhan lele terutama berkaitan dengan penurunan produksi yang dapat menyebabkan kematian (Handoyo, 2010). Faktor faktor yang mempengaruhi pertumbuhan digolongkan menjadi dua, yaitu faktor dalam seperti keturunan, umur, penyakit dan parasit. Faktor luar yang mempengaruhi pertumbuhan adalah makanan (Effendie, 2003). 2.5 Parameter Kualitas Air pada Pembesaran Lele (Clarias sp.) Kegiatan pemeliharaan lele berlangsung didalam air karena air merupakan habitat tempat hidup ikan (Susanto, 2009). Kualitas air mempengaruhi ikan budidaya baik secara langsung pada ikan budidaya maupun tidak langsung seperti penyakit. Kualitas air yang buruk mempengaruhi kehidupan dan pertumbuhan ikan pemeliharaan, juga terhadap penyakit (Anonimous, 2006). Beberapa parameter

11 untuk menentukan kualitas air seperti oksigen terlarut, karbondioksida, amonia, nitrat, suhu (Khairuman dan Amri, 2008). Kriteria kisaran optimum kualitas air budidaya lele menurut SNI 01 6484 5 2002 adalah sebagai berikut : Tabel 2. Kisaran optimum kualitas air pada budidaya lele (Clarias sp.) No Parameter Satuan Kisaran Optimum 1 Suhu o C 25-30 2 ph - 6,5 8,5 3 Oksigen terlarut mg/l > 4 4 Amonia (NH 3 ) mg/l < 0,01 5 Kecerahan Cm 25 50 Sumber : SNI 01 6484-5 2002 2.6 Pakan pada Pembesaran Lele (Clarias sp.) Pakan merupakan salah satu faktor pendukung utama dalam pembesaran lele. Menurut Rachmatun (2001), pakan lele dapat berupa limbah pertanian seperti dedak dan bungkil kacang dengan jumlah 3 5% dari berat badan populasi lele yang dipelihara di kolam. Pada pembesaran ekstensif, lele memakan pakan hidupi berupa cacing, plankton, serangga kecil, keong yang hidup dalam kolam budidaya (Susanto, 2009). Pembesaran lele intensif membutuhkan pakan dalam bentuk pelet komersil khusus untuk lele karena kandungan nutrisinya memenuhi syarat untuk pertumbuhan. Namun biaya pakan relatif mahal sehingga untuk menekan biaya pengadaan pakan diberi pakan alternatif, seperti bangkai ayam, ikan rucah, dan bekicot (Nasrudin, 2010).

12 Menurut SNI (2006) unsur utama penunjang pertumbuhan lele terletak pada kandungan protein di dalam pakan. Pakan yang berkualitas akan menghasilkan pertumbuhan yang optimal. Kriteria pakan yang berkualitas menurut (SNI, 2006) adalah mengandung gizi yang seimbang dan mudah dicerna, ukuran pakan sesuai dengan bukaan mulut ikan, stabil dalam air dan tidak cepat mempengaruhi kualitas air, ramah lingkungan, tidak mengandung bahan bakar kimia yang berbahaya, memacu pertumbuhan ikan, dan menekan angka rasio efisiensi pakan. 2.7 Kepadatan Tebar Kepadatan penebaran ikan mempengaruhi tingkat kelangsungan hidup suatu organisme, semakin meningkat kepadatan penebaran maka tingkat kelangsungan hidupnya akan semakin kecil tetapi nilai produksi yang diperoleh tinggi begitupun juga sebaliknya (Priangga, 2010). Pada kepadatan tebar tinggi kondisi lingkungan menjadi buruk yakni menurun kadungan oksigen terlarut dalam air dan meningkatnya amonia akibat penumpukan sisa pakan dan feses. Oksigen sangat dibutuhkan untuk sumber energi bagi jaringan tubuh, aktivitas pergerakan dan pengolahan makanan sehingga berkurangnya kandungan oksigen di air dapat menurunkan tingkat konsumsi pakan ikan (Zonneveld et al., 1991). Empat faktor utama lingkungan untuk meningkatkan kepadatan tebar ikan tanpa mengurangi pertumbuhan individu ikan dalam meningkatkan produksi budidaya yaitu penambahan pakan, pemenuhan kebutuhan oksigen, pembersihan limbah metabolisme dan pengawasan suhu (Priangga, 2010).