Kata Kunci : Pembelian Terselubung, Penyerahan dibawah Pengawasan, Narkotika.

dokumen-dokumen yang mirip
I. PENDAHULUAN. untuk didapat, melainkan barang yang amat mudah didapat karena kebutuhan

BAB II PROSES PENYIDIKAN BNN DAN POLRI TERHADAP TERSANGKA NARKOTIKA MENGACU PADA UNDANG-UNDANG NOMOR 35 TAHUN 2009 TENTANG NARKOTIKA

KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA DAERAH NUSA TENGGARA BARAT RESOR DOMPU STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR SAT RES NARKOBA

SKRIPSI PELAKSANAAN TEKNIK PEMBELIAN TERSELUBUNG OLEH PENYELIDIK DALAM TINDAK PIDANA PEREDARAN GELAP NARKOTIKA DI KOTA PADANG

BAB I PENDAHULUAN. Di masa sekarang ini pemerintah Indonesia sedang giat-giatnya

Kendala Penyidik Dalam Mengungkap Teknik Baru Peredaran Tindak Pidana Narkotika

BAB III PENUTUP. Berdasarkan uraian dan analisis pada bab - bab sebelumnya, maka dapat. 1. Upaya yang dilakukan oleh Kepolisian Resort Sleman dalam

M. Rizki Novianto Jurusan Hukum Pidana Fakultas Hukum Universitas Brawijaya Malang

PENEGAKAN HUKUM. Bagian Kelima, Penyidikan Oleh Badan Narkotika Nasional (BNN)

I. PENDAHULUAN. Fenomena penyalahgunaan dan peredaran narkotika merupakan persoalan

I. PENDAHULUAN. segala bidanng ekonomi, kesehatan dan hukum.

JURNAL ILMIAH KOORDINASI ANTARA KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA (POLRI) DAN BADAN NARKOTIKA NASIONAL (BNN) DALAM MENCEGAH

Teknik Pembelian Terselubung Dalam Penyidikan Tindak Pidana Narkotika. Sapto Winengku *, Umar Ma ruf **

Upaya Pencegahan dan Pemberantasan Narkotika Oleh: Yeni Handayani * Naskah diterima: 8 Oktober 2015; disetujui: 15 Oktober 2015

PELAKSANAAN PENYIDIKAN TINDAK PIDANA PENYALAHGUNAAN NARKOTIKA DI POLRES KABUPATEN SOLOK SELATAN.

I. PENDAHULUAN. mengkhawatirkan. Narkotika sendiri merupakan barang yang tidak lagi dikatakan

BAB I PENDAHULUAN. keberadaannya menjadi ancaman bagi kelangsungan hidup masyarakat karena

I. PENDAHULUAN. mengisi kemerdekaan dengan berpedoman pada tujuan bangsa yakni menciptakan

JURNAL ILMIAH. Diajukan Untuk Memenuhi Syarat-Syarat Memperoleh Gelar Kesarjanaan Dalam Ilmu Hukum. Oleh : DEWANTA BUDI KHARISMA

PENANGGULANGAN TINDAK PIDANA NARKOTIKA DITINJAU DARI UNDANG- UNDANG NOMOR 35 TAHUN 2009

BAB I PENDAHULUAN. Dalam dasar menimbang Undang-undang Nomor 5 Tahun 2009 tentang

BAB I PENDAHULUAN. Guna mewujudkan masyarakat Indonesia yang sejahtera, adil dan

BAB V PENUTUP. tekanan kelompok dan ketidakharmonisan keluarga.

I. PENDAHULUAN. kita mengetahui yang banyak menggunakan narkoba adalah kalangan generasi muda

Lex et Societatis, Vol. V/No. 2/Mar-Apr/2017

BAB I PENDAHULUAN. dengan perjalanan waktu dan kemajuan teknologi. tiga bagian yang saling terkait, yakni adanya produksi narkotika secara gelap

BAB I PENDAHULUAN. Dalam dasar menimbang Undang-undang Nomor 35 Tahun 2009 tentang

FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. dalam proses pembiusan sebelum pasien dioperasi. Seiring dengan perkembangan

BAB I PENDAHULUAN. terdapat sejumlah kecil kelompok penyalahguna heroin dan kokain. Pada

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Trend perkembangan kejahatan Narkoba di Indonesia akhir-akhir ini

Lex Crimen Vol. VI/No. 8/Okt/2017

BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang. Keberhasilan pembangunan Bangsa Indonesia ditentukan oleh Bangsa

WEWENANG KEPOLISIAN DALAM PROSES PENYIDIKAN TINDAK PIDANA KORUPSI DI POLDA BALI

UPAYA KEPOLISIAN DALAM PENANGGULANGAN TINDAK PIDANA PENCABULAN ANAK Oleh Wayan Widi Mandala Putra I Gusti Ngurah Wairocana

PERTANGGUNGJAWABAN PIDANA PENYALAHGUNAAN NARKOBA YANG DILAKUKAN OLEH WARGA NEGARA ASING

TINJAUAN TERHADAP DISKRESI PENYIDIK KEPOLISIAN TERHADAP ANAK YANG BERHADAPAN DENGAN HUKUM (STUDI KASUS DI KEPOLISIAN RESOR BADUNG)

BAB I PENDAHULUAN. atau kesulitan lainnya dan sampai kepada kematian tahun). Data ini menyatakan bahwa penduduk dunia menggunakan

STANDART OPERATION PROCEDURE (SOP)

BENTUK KOORDINASI ANTARA POLRI DAN BNN DALAM MELAKUKAN PENYIDIKAN KASUS PENYALAHGUNAAN NARKOTIKA

BAB I PENDAHULUAN. hukum seperti telah diatur dalam Pasal 12 Undang-Undang No. 35 Tahun

BAB I PENDAHULUAN. perbuatan menyimpang yang ada dalam kehidupan masyarakat. maraknya peredaran narkotika di Indonesia.

I. PENDAHULUAN. Pemberantasan penyalahgunaan narkotika merupakan masalah yang sangat penting,

BAB I PENDAHULUAN. legal apabila digunakan untuk tujuan yang positif. Namun

BAB I PENDAHULUAN. perkembangannya,narkotika berkembang sangat pesat. ketergantungan bahkan ada yang meninggal akibat Narkotika

BAB I PENDAHULUAN. Pertama kalinya konferensi tentang psikotropika dilaksanakan oleh The United

II. TINJAUAN PUSTAKA. Negara Republik Indonesia dan penyidikan oleh penyidik Badan Narkotika

BAB I PENDAHULUAN. dan pengembangan ilmu pengetahuan. Indonesia dan negara-negara lain pada

Globalisasi Peredaran Narkoba Oleh Hervina Puspitosari, S.H., M.H Dosen Fakultas Hukum Universitas Surakarta

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang.

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat, sehingga harus diberantas 1. hidup masyarakat Indonesia sejak dulu hingga saat ini.

SANKSI PIDANA TERHADAP PENYIDIK DALAM PENANGANAN PERKARA NARKOTIKA 1 Oleh : Stefano Junio Muaja 2

UPAYA PENEGAKAN HUKUM NARKOTIKA DI INDONESIA Oleh Putri Maha Dewi, S.H., M.H Dosen Fakultas Hukum Universitas Surakarta

BAB I PENDAHULUAN. sesuai dengan norma hukum tentunya tidaklah menjadi masalah. Namun. terhadap perilaku yang tidak sesuai dengan norma biasanya dapat

I. PENDAHULUAN. anak-anak yang kurang perhatian orang tua, dan begitu beragamnya kegiatan yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Peredaran narkotika semakin mengkhawatirkan di Indonesia karena

PERAN BNN DALAM MENCEGAH PEREDARAN NARKOTIKA PADA ANAK JALANAN (Studi di Badan Narkotika Nasional Kota Malang) PENULISAN HUKUM

JURNAL PENELITIAN HUKUM / SKRIPSI UPAYA POLISI RESORT (POLRES) SLEMAN DALAM MENCEGAH DAN MENANGGULANGI PRAKTEK JUDI SEPAK BOLA ONLINE

Prosiding Ilmu Hukum ISSN: X

BAB I PENDAHULUAN. Negara yang terbukti melakukan korupsi. Segala cara dilakukan untuk

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia sebagai negara yang sedang berkembang untuk mencapai tujuannya

KENDALA DALAM PELAKSANAAN PEMBELIAN TERSELUBUNG (UNDERCOVER BUY ) DALAM MENGUNGKAP TINDAK PIDANA NARKOTIKA OLEH PENYIDIK POLRI

Oleh : Putu Kartika Sastra Gde Made Swardhana Ida Bagus Surya Darmajaya. Bagian Pidana Fakultas Hukum Universitas Udayana

BAB I PENDAHULUAN. yang telah tercakup dalam undang-undang maupun yang belum tercantum dalam

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan perubahan tersebut ditegaskan bahwa ketentuan badan-badan lain

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Profesi sebagai polisi mempunyai nilai penting dalam menentukan tegaknya

III. METODE PENELITIAN. Pendekatan masalah yang digunakan dalam penelitian ini adalah yuridis normatif

BAB I PENDAHULUAN. dalam kesatuan langkah menuju tercapainya tujuan pembangunan tersebut.

BAB III PENUTUP. A. Kesimpulan. Narkotika di Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta. Jumlah personil yang di Direktorat Reserse Narkotika dan

J A K A R T A, M E I

BAB I PENDAHULUAN. peradilan negara yang diberi wewenang oleh Undang-Undang untuk mengadili

LEMBAR PERSETUJUAN JIWA PADA SAAT MELAKUKAN TINDAK PIDANA. (Studi di Kepolisian Resort Malang Kota).

I. PENDAHULUAN. 1998, dimana banyak terjadi peristiwa penggunaan atau pemakaian barang-barang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Manusia adalah adalah mahluk sosial yang dianugrahkan suatu kebebasan

STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR NOMOR DOKUMEN : SOP-RESTRO TNG KOTA-

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pertumbuhan dan perkembangan penduduk di Indonesia berkembang

DIPONEGORO LAW REVIEW Volume 5, Nomor 2, Tahun 2016 Website :

KEKUATAN HUKUM PEMBUKTIAN PIDANA MELALUI MEDIA ELEKTRONIK BERDASARKAN KITAB UNDANG-UNDANG HUKUM ACARA PIDANA (KUHAP)

BAB I PENDAHULUAN. sadar bahwa mereka selalu mengandalkan komputer disetiap pekerjaan serta tugastugas

Abstract. Keywords: Law Enforcement-Narcotics-Jurisdiction

PENYEBAB TERJADINYA TINDAK PIDANA PEREDARAN OBAT BERBAHAYA (DAFTAR G) JENIS CARNOPHEN. (Studi di Kabupaten Tuban) JURNAL ILMIAH

BAB I PENDAHULUAN. bermanfaat bagi pengobatan, tetapi jika dikonsumsi secara berlebihan atau tidak. rasa nyeri, dan dapat menimbulkan ketergantungan.

PENYULUHAN HUKUM BAHAYA NARKOTIKA BAGI MASYARAKAT PADANG BATUNG KABUPATEN HULU SUNGAI SELATAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Peredaran gelap narkotika di Indonesia menunjukkan adanya

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Undang-Undang Dasar 1945 yang mengatur tentang HAM (hak asasi

JURNAL. PENANGGULANGAN TINDAK PIDANA PEREDARAN OBAT KERAS (DAFTAR G) JENIS CARNOPHEN DI KALANGAN NELAYAN (Studi di Polres Lamongan) ARTIKEL ILMIAH

BAB I PENDAHULUAN. Permasalahan penyalangunaan narkoba di Indonesia telah menjadi ancaman

BAB I PENDAHULUAN. dampak negatif yang membawa kesengsaraan bagi manusia. Dampak negatif

2016, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1981 tentang Hukum Acara Pidana (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1981 Nomor 76, T

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dalam kehidupan masyarakat di Indonesia perjudian masih menjadi

BAB I PENDAHULUAN. ketergantungan bagi penggunanya dimana kecenderung akan selalu

I. PENDAHULUAN. Penyalahgunaan, perdagangan gelap narkotika merupakan permasalahan nasional,

IMPLEMENTASI PASAL 36 UNDANG-UNDANG NOMOR 42 TAHUN 1999 TENTANG JAMINAN FIDUSIA TERKAIT PENGALIHAN OBJEK JAMINAN FIDUSIA (studi di Polres Malang Kota)

LAMPIRAN. 1. Apakah ada penyidik khusus untuk judi online? 5. Sebelum melakukan penangkapan, tindakan apa yang dilakukan oleh penyidik?

BAB I PENDAHULUAN. sekarang ini sudah membuat kalangan masyarakat resah dan tidak nyaman.

BAB I PENDAHULUAN. hukum dan pemerintahan itu dengan tidak ada kecualinya. 1. perundang-undangan lain yang mengatur ketentuan pidana di luar KUHP

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. hakim di sidang pengadilan. Penegakan hukum ini diharapkan dapat menangkal. tersebut. Kejahatan narkotika (the drug trafficking

SANKSI PIDANA BAGI PELAKU PEMBIARAN TINDAK PIDANA NARKOTIKA DITINJAU DARI UU NO. 35 TAHUN 2009 TENTANG NARKOTIKA. Oleh :

STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR NOMOR DOKUMEN : SOP / / XII / 2012

Transkripsi:

Implementasi Pasal 75 Huruf ( j ) Undang-Undang RI Nomor 35 Tahun 2009 Tentang Narkotika (Studi di BNN Malang Kota dan Polres Malang Kota) Yugo Pratama Fakultas Hukum Universitas Brawijaya Malang Email : Yugopratama90@gmali.com Abstraksi : Dalam skripsi ini penulis membahas tentang implementasi Pasal 75 Huruf (j) Undang-Undang RI Nomor 35 Tahun 2009 Tentang Narkotika. Hal ini dilatarbelakangi bahwa pelaksanaan teknik penyidikan pembelian terselubung dan penyerahan dibawah pengawasan sangat penting dalam pengungkapan jaringan peredaran gelap dan penyalahgunaan narkotika. Selain hal tersebut dibahas juga mengenai kendala dan upaya penyelidik dalam melakukan teknik under cover. Tujuan penulisan ini bagi mahasiswa yaitu sebagai referensi dan rujukan khususnya bagi mahasiswa jurusan ilmu hukum yang sedang mempelajari tindak pidana penyalahgunaan narkotika. Dan bagi Kepolisian dapat digunakan sebagai referensi dan rujukan dalam menangani permasalahan hukum, yang terkait dengan teknik penyidikan dalam tindak penyalahgunaan narkotika.dalam rangka mengetahui upaya penyidik dalam melakukan teknik pembelian terselubung dan penyerahan dibawah pengawasan, maka metode pendekatan yang digunakan adalah yuridis empiris, yaitu dengan cara mengkaji dan menginterpretasikan hal-hal yang terdapat dalam ketentuan-ketentuan dan bahan-bahan hukum yang berupa peraturan perundang-undangan yang ada beserta literatur lainnya untuk selanjutnya dihubungkan dengan kondisi faktual yang ada dalam masyarakat.dalam melakukan teknik penyidikan pembelian terselubung dan penyerahan dibawah pengawasan, terdapat dua bentuk pengawasan. Dalam melakukan teknik under cover pihak kepolisian dan BNN Malang Kota menaati segala peraturan dan tidak melanggar hak asasi manusia. Saran yang diberikan dalam penulisan ini adalah pengembangan teknik penyidikan melalui TI (Teknik Informatika) serta saling melakukan dan menjaga koordinasi antara pihak Polres dan BNN Malang Kota. Kata Kunci : Pembelian Terselubung, Penyerahan dibawah Pengawasan, Narkotika. 1

Abstract : In this paper the author discusses the implementation of Article 75 Clause (j) of Law No. 35 Year 2009 on Narcotics. It is against the backdrop that the implementation of under cover buy techniques and controlled delivery is very important to disclosure in tissue trafficking and abuse of narcotics. In addition to the considerations about constraints investigators in performing the technique under cover. The purpose of this paper is as a reference for students and referrals, especially for students majoring in science who is studying law crime drug abuse. And the police could be used as a reference and referral in dealing with legal issues, investigative techniques related to drug abuse in the act. In order to know the effort the investigator in under cover buy and controlled delivery, the approach used is empirical legal, that is by reviewing and interpreting the things contained in the provisions and legal materials in the form of laws and regulations that exist along with other literature for further connected with the factual conditions that exist in the society. In conducting under cover buy techniques and controlled delivery, there are two forms of supervision. In doing engineering under cover police and BNN Malang City to obey all the rules and do not violate human rights. The advice given in this paper is the development of investigative techniques through IT (Information Technology) and each make and maintain coordination between the police and the BNN Malang City in any development of investigative techniques and provide information in the disclosure of narcotics cases. Keywords: Under Cover Buy, Controlled Delivery, Narcotics. 2

PENDAHULUAN Masalah penyalahgunaan narkotika di Indonesia, sekarang ini sudah sangat memperihatinkan. Hal ini disebabkan beberapa hal antara lain karena Indonesia yang terletak pada posisi diantara tiga benua dan mengingat perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, maka pengaruh globalisasi, arus transportasi yang sangat maju dan penggeseran nilai materialistis dengan dinamika sasaran opini peredaran gelap. Masyarakat Indonesia bahkan masyarakat dunia pada umumnya saat ini sedang dihadapkan pada keadaan yang sangat mengkhawatirkan akibat maraknya pemakaian secara ilegal bermacam macam jenis narkotika. Kekhawatiran ini semakin dipertajam akibat maraknya peredaran gelap narkotika yang telah merebak disegala lapisan masyarakat, termasuk di kalangan generasi muda. Hal ini akan sangat berpengaruh terhadap kehidupan bangsa dan negara pada masa mendatang. Angka pengguna narkoba di Kabupaten Malang di data BNN, termasuk dalam kategori tinggi. Dari jumlah penduduk 2,5 juta jiwa, 45 persen diantaranya adalah pecandu narkoba usia 15 tahun hingga 40 tahun. 1 Dari data tersebut diketahui bahwa pengguna narkoba di kota Malang merupakan anak-anak dan orang dewasa yang masih dalam masa produktif, sehingga akan mempengaruhi tingkat kesejahteraan dan sumber daya manusia. Oleh karena itu penekanan terhadap peredaran gelap dan penyalahgunaan narkotika dikota malang harus lebih ditingkatkan agar generasi muda dapat terhindar dari penyalahgunaan narkoba. Ada beberapa hal yang perlu dalam penyidikan narkoba yaitu penyadapan dan pengintaian. Penyadapan sendiri dilakukan untuk mencari titik terang mengenai jaringan peredaran narkoba, izin untuk melakukan penyadapan dengan meminta kepada kepala pengadilan negeri setempat dan dilakukan paling lama tiga bulan terhitung sejak surat penyadapan diterima penyidik, hal 1 BNN malang tes urine ratusan pelajar,2012, (online) http://surabaya.okezone.com, diakses 2 Oktober 2012. 3

ini dilakukan agar tidak sembarangan penyidik dalam melakukan penyadapan, hanya orang yang disinyalir terlibat dalam jaringan narkoba saja yang dapat diajukan dan itupun ada jangka waktunya diajukan sesuai keperluan penyidikan. Selain penyadapan, ada hal lain yang diperlukan dalam penyidikan kasus narkoba yaitu pengintaian. Pengintaian dilakukan terhadap orang yang dicurigai terlibat dalam penyalahgunaan dan peredaran gelap narkoba. Penyidik disini melakukan pengintaian terhadap segala kegiatan yang dicurigai berkaitan dengan penyalahgunaan dan peredaran gelap narkoba. Penyadapan dan pengintaian ini dilakukan sampai ditemukan bukti-bukti yang cukup untuk dilakukan penangkapan atau penyergapan, oleh karena itu penyadapan maupun pengintaian memerlukan kesabaran dan ketelatenan, karena dapat berlangsung berhari-hari sampai berbulan-bulan. Pengungkapan kasus narkoba ibarat Gunung Es yang terapung dimana dipermukaan terlihat kecil tetapi dibawah atau didalam air sangat besar. Begitu pula dengan kasus narkotika, pada kenyataannya dimasyarakat diketahui yang menggunakan atau yang mengedarkan hanya sedikit tetapi bila diselidiki secara intensif disitu dikedapati suatu jaringan yang sangat besar dalam dunia peredaran gelap narkoba. Oleh karena itu harus peredaran narkoba harus diberantas sampai ke akar-akarnya. Melihat sulitnya proses penyidikan terhadap pengungkapan kasus narkoba, maka harus ada aturan khusus yang mengatur proses atau kewenangan penyidik dalam penanganan kasus narkoba. Oleh karena itu dalam pasal 75 huruf (j) undang-undang RI Nomor 35 Tahun 2009 Tentang Narkotika mengatur mengenai kewenangan penyidik dalam melakukan penyidikan, teknik tersebut adalah Pembelian Terselubung (Under Cover Buy) dan Penyerahan Dibawah Pengawasan (Controlled Delivery). 4

MASALAH Berdasarkan dari uraian latar belakang tersebut diatas, maka penulis ingin mengupas beberapa permasalahan yang dijadikan obyek didalam penulisan skripsi ini adalah: 1. Bagaimana Implementasi teknik penyidikan pembelian terselubung dan penyerahan dibawah pengawasan dalam tindak pidana Narkotika yang dilakukan oleh Penyidik BNN Malang Kota dan Penyidik Polres Malang Kota? 2. Bagaimana model pengawasan yang dilakukan BNN Malang Kota dan Polres Malang Kota terhadap implementasi METODE Jenis penelitian hukum ini adalah jenis penelitian Hukum Empiris yaitu penelitian terhadap keadaan nyata atau pada lapangan yang ada pada kawasan kota Malang yang banyak ditemukan kasus mengenai tindak pidana penyalahgunaan narkotika dan tentunya pasti ada tindakan penyidikan dalam penanganan kasus tindak pidana penyalahgunaan narkotika tersebut. Istilah metode dalam penelitian yaitu jalan atau cara yang harus ditempuh untuk mencapai suatu tujuan. Sehingga dua hal penting yang terdapat dalam sebuah metode adalah cara melakukan sesuatu dan rencana dalam pelaksanaan. Penelitian ini menggunakan pendekatan penelitian hukum yang bersifat Yuridis Empiris. Pendekatan yuridis empiris yaitu dengan cara mengkaji dan menginterpretasikan hal-hal yang terdapat dalam ketentuan-ketentuan dan bahanbahan hukum yang berupa peraturan perundang-undangan yang ada beserta literatur lainnya untuk selanjutnya dihubungkan dengan kondisi faktual yang ada dalam masyarakat. 5

PEMBAHASAN Latar belakang penggunanan teknik pembelian terselubung (Under Cover Buy) adalah untuk melakukan pembuktian. 2 Berikut ini adalah gambaran alur teknik penyidikan Pembelian Terselubung (Under Cuver Buy) secara umum yang dilakukan oleh Sat Reskoba Polres Malang Kota: Gambar 4. Alur Teknik Under Cover Buy. Minta No Rekening Beri No Rekening y Pemantauan Atau Penyadapan SPIONASE (SP) / INFORMAN PETUGAS UNDER COVER Transfer Uang PENGEDAR / GEMBONG BANK Rekening Palsu BANDAR (STATUS NAPI) KURIR PROVIDER BARANG BUKTI Sistem Ranjau Pemantauan Atau Penyadapan Ket : : Hubungan Timbal Balik : Hubungan Antar Pihak : Transfer : Pemantauan atau Penyadapan Sumber: Data Sekunder, diolah, 2012. 2 Hasil wawancara dengan Kepala Perencanaan BNN Malang Kota, Yudhi Lukman, S.H., dilaksanakan pada 26 November 2012. 6

Melihat alur teknik Under Cover Buy diatas dapat dijelaskan bahwa Informan (SP) yang memiliki informasi tentang adanya tindak pidana narkotika melaporkan kepada petugas BNN atau Polisi. Setelah dilakukan penyelidikan dan terbukti atau terdapat bukti awal adanya tindak pidana narkotika baru Kasat Reskoba akan membuat Surat Under Cover kepada petugas under cover. Dari informan tersebut petugas akan mengembangkan informasi mulai dari nomor Hand Phone sampai petugas dapat melakukan transaksi langsung dengan tersangka. Apabila petugas sudah dapat melakukan transaksi, tugas informan dirasa sudah selesai dan diambil alih oleh petugas under cover. Dari nomor Hand Phone tersangka yang diperoleh, petugas akan melakukan kerja sama dengan Provider dalam melakukan penyadapan. Penyadapan tersebut dilakukan untuk mengetahui jaringan atau pelaku lain yang terlibat dalam peredaran gelap narkotika. Setelah dilakukan transaksi dan penyadapan maka petugas akan mendapatkan alat bukti berupa SMS yang berisi transaksi antara petugas under cover dengan tersangka tindak pidana narkoba. Tidak hanya itu transaksi dilakukan dengan cara transfer melalui bank, hal ini menjadi keuntungan sekaligus hambatan/ kendala. Keuntungan yang di dapat petugas akan mendapat alat bukti transfer dan kendala yang dihadapai petugas tidak dapat bertemu langsung dengan tersangka. Dalam penyerahannya pelaku atau tersangka tidak langsung mengantar sendiri narkoba yang di sepakati, melainkan dengan menggunakan kurir sehingga petugas kembali tidak dapat bertemu langsung dengan tersangka utama. Dalam penyerahan tersebut kurir juga akan melakukan sistem ranjau yang tentunya akan menyulitkan petugas untuk menangkap langsung kurir tersebut. Karena dengan sistem ranjau barang bukti (BB) akan diletakkan disuatu tempat yang tidak diketahui oleh petugas, kemudian kurir tersebut akan menghubungi petugas untuk mengambil sendiri ditempat dimana narkotika itu diletakkan atau disembunyikan. Dari situ kurir akan memantau dari jauh sampai barang tersebut diambil oleh pemesan. Hal ini juga menjadi salah satu kendala yang dihadapai petugas dalam melakukan penangkapan. 7

Dari keterangan alur diatas dapat disimpulkan bahwa dalam melakukan teknik ini adalah melakukan transaksi pembelian dengan pengedar atau Bandar narkoba yang sudah diincar oleh petugas sehingga tersangka terbukti secara langsung bertransaksi narkotika dengan petugas yang menyamar sebagai pembeli. Perlu ditekankan lagi dalam teknik tersebut hanyalah petugas kepolisian dan BNN saja yang boleh melakukan sehingga tidak boleh sembarang orang yang melakukannya, karena petugas kepolisian dan BNN dilindungi secara sah oleh Undang-undang yaitu dalam pasal 75 huruf (j) Undang-undang RI Nomor 35 Tahun 2009 Tentang Narkotika. Selain itu teknik ini bertujuan juga untuk mendapatkan barang bukti (BB) langsung dari tersangka dan tidak melibatkan Spionase (SP) / Informan, karena tugas informan hanyalah sebagai pemberi informasi dan bertugas memperkenalkan petugas under cover dengan bandar narkoba yang untuk selanjutnya petugaslah yang mengambil alih transaksi tersebut. 3 Hal tersebut dilakukan karena Spionase (SP) / Informan tidak dilindungi Undang-undang untuk melakukan teknik under cover buy atau transaksi narkotika, sehingga kalau mereka melakukannya maka mereka juga dianggap ikut terlibat dalam peredaran narkotika. Oleh karena itu setelah Informan memberikan informasi dan mengenalkan petugas yang menyamar dengan Bandar, tugas Informan sudah selesai dan tidak boleh ikut terlibat dalam transaksi narkoba antara petugas dan Bandar tersebut. Tujuan yang lain adalah untuk mengembangkan penangkapan jaringan narkotika dengan menggunakan teknik penyerahan dibawah pengawasan (Contorlled delivery). Berikut ini adalah gambaran alur teknik penyidikan Penyerahan dibawah pengawasan (Controlled delivery) secara umum yang dilakukan oleh Sat Reskoba Polres Malang Kota: 3 Hasil wawancara dengan Kasat Reskoba Polres Malang Kota, Ajun Komisaris Polisi Sunardi Riyono S.H., dilaksanakan pasa 8 November 2012. 8

Gambar 5: Alur Teknik Controlled delivery. HAND PHONE BANDAR PENGEDAR/ PEMESAN PETUGAS CONTROL DELIVERY (POLRES MALANG KOTA) HAND PHONE TERSANGKA DENGAN BARANG BUKTI 1 KG HEROIN FAKTA HUKUM HAND PHONE RAZIA KURIR PETUGAS BEA CUKAI X / JEBAKAN BARANG BUKTI PROVIDER Ket : : Hubungan Timbal Balik : Hubungan Antar Pihak : Pengawasan Oleh Petugas : Pemantauan atau Penyadapan Sumber: Data Sekunder, diolah, 2012. Dalam teknik Controlled Delivery biasanya digunakan oleh pihak BNN Malang Kota dan Satuan Reskoba Polres Malang Kota dengan bekerja sama dengan pihak Bea dan Cukai. Seperti digambarkan diatas ketika pihak Bea dan Cukai mendapati adanya penyelundupan narkotika dan menangkap pelakunya 9

maka akan dilaporkan ke pihak BNN Malang Kota atau Sat Reskoba Polres Malang Kota untuk dilakukan penyitaan barang bukti. Dari barang bukti dan tersangka tersebutlah nanti akan dikembangkan dengan teknik penyerahan dibawah pengawasan. Dalam teknik ini yang diawasi adalah tersangka yang ditangkap membawa narkotika untuk diserahkah kepada pengedar atau pemesan narkotika tersebut dengan diawasi penuh oleh petugas, hal ini dilakukan supaya narkotika tersebut sampai ditangan pemesan kemudian dilakukan penangkapan. 4 Dapat dikatakan bahwa controlled delivery tersebut merupakan teknik yang digunakan untuk menangkap pelaku dalam jaringan peredaran narkotika yang tentunya harus didukung dengan fakta hukum bahwa tersangka yang ditangkap benar-benar memiliki hubungan dengan pemesan sehingga tersangka maupun pemesan tidak dapat menyangkal telah melakukan transaksi jual-beli narkotika. Fakta hukum yang dapat menjadi bukti keterlibatan tersangka dengan pemesan biasanya didapat dari Hand Phone (HP) tersangka yang sebelummya disita oleh petugas BNN Malang Kota ataupun Sat Reskoba Polres Malang Kota. 5 Dari Hand Phone tersebut pihak BNN Malang Kota atau Sat Reskoba Polres Malang Kota melakukan kerja sama dengan Provider telephone celluler untuk melakukan penyadapan mengenai isi SMS dari hand phone tersangka yang telah melakukan transaksi jual-beli narkotika dengan pemesan. Tidak hanya berbentuk narkotika barang bukti yang dapat dikembangkan dengan tekni ini, uang yang dicurigai hasil dari transaksi jual-beli narkotika juga dapat dikembangkan untuk menangkap bandar narkotika. Tersangka yang dicurigai telah melakukan transaksi narkotika akan ditangkap oleh petugas BNN Malang Kota dan Sat Reskoba Polres Malang Kota, selanjutnya dilakukan pengawasan terhadap pelaku untuk menyerahkan uang hasil penjualan narkotika tersebut kepada bandar atau Bos, setelah uang tersebut 4 Hasil wawancara dengan unit Lidik atau penyidik lapangan SatReskoba Polres Malang Kota, Brigadir Atok Triwijayanto, dilaksanakan pada 16 November 2012. 5 Hasil wawancara dengan Kasat Reskoba Polres Malang Kota, Ajun Komisaris Polisi Sunardi Riyono S.H., dilaksanakan pada 22 November 2012. 10

sampai ditangan bandar maka akan dilakukan penangkapan dengan bukti uang hasil dari transaksi penjualan narkotika tersebut. Beberapa kendala yang dialami oleh BNN Malang Kota dan Satuan Resort Narkoba Polres Malang Kota dalam melaksanakan ternik penyidikan tersebut: a. Mencari siapa pemegang Hand Phone (HP) yang digunakan untuk berteransaksi ataupun siapa saja yang terkait dengan jaringan peredaran gelap narkotika. b. Tersangka atau target dalam melakukan transaksi selalu ganta-ganti nomor Hand Phone. c. Modus selalu berubah-ubah. d. Kebanyakan pelaku tindak pidana narkotika dalam melakukan transaksi menggunakan Sistem Ranjau. e. Setiap jaringan narkotika menggunakan sistem Sel terputus. 6 f. Pembanyarannya menggunakan transfer lewat Bank. g. Tersangka dalam melakukan transaksi transfer melalui bank, 99% menggunakan nama dan alamat palsu, yang dimungkinkan dalam pembuatan rekening tersangka menggunaka KTP palsu. 7 Upaya Yang Dilakukan Oleh BNN Malang Kota dan Polres Malang Kota Untuk Menghadapai Kendala Dalam Pelaksanaan Teknik Under Cover Buy dan Controlled Delivery yaitu : a. Melakukan kerja sama dengan pihak bank. b. Melakukan kerja sama dengan provider. c. Melakukan penyidikan melalui TI (Teknologi Informatika). 6 Hasil wawancara dengan Kepala Perencanaan BNN Malang Kota, Yudhi Lukman, S.H., dilaksankan pada 26 November 2012. 7 Hasil wawancara dengan Kasat Reskoba Polres Malang Kota, Ajun Komisaris Polisi Sunardi Riyono S.H., dilaksanakan pada 22 November 2012. 11

Model Pengawasan Yang Dilakukan BNN Malang Kota dan Polres Malang Kota Terhadap Implementasi Pasal 75 Huruf (j) yaitu : 1. Pengawasan Langsung Gambar 6: Alur Pengawasan Langsung Oleh Kasat Reskoba Dalam Teknik Under Cover Buy. INFORMAN LAPORAN INFORMASI SURAT PERINTAH PENYIDIKAN SURAT UNDER COVER BUY Sumber: Data Sekunder, diolah, 2012. MELAPOR KEPADA KASAT 2. Pengawasan Tidak Langsung Pengawasan ini dilakukan dengan cara tidak langsung terjun dalam pelaksanaan teknik under cover buy dan controlled delivery, melainkan pengawasan terhadap penggunaan dana keuangan yang diberikan Negara untuk pelaksanaan teknik penyidikan tersebut. 8 Segala bentuk pembelian atau pengeluaran yang digunakan untuk pembeliah barang bukti narkotika kepada pelaku harus dipertanggung jawabkan kepada Negara. Sehingga pengelolaan dana tersebut tepat dan tidak untuk digunakan secara sembarangan. 8 Hasil wawancara dengan Kepala Perencanaan BNN Malang Kota, Yudhi Lukman, S.H., dilaksanakan pada 26 November 2012. 12

PENUTUP KESIMPULAN 1. Implementasi teknik penyidikan pembelian terselubung (Under Cover Buy) dan penyerahan dibawah pengawasan (Controlled Delivery) dalam tindak pidana Narkotika yang dilakukan oleh Penyidik BNN Malang Kota dan Penyidik Polres Malang Kota bahwa: a. Teknik penyidikan Under Cover Buy digunakan untuk melakukan pembuktian. b. Teknik tersebut hanya dapat dilaksanakan petugas kepolisian dan BNN saja, karena petugas kepolisian dan BNN dilindungi secara sah oleh Undang-undang yaitu dalam pasal 75 huruf (j) Undang-undang RI Nomor 35 Tahun 2009 Tentang Narkotika. c. Teknik ini bertujuan juga untuk mendapatkan barang bukti (BB) langsung dari tersangka dan tidak melibatkan Spionase (SP) / Informan. Spionase (SP) / Informan tidak dilindungi Undang-undang untuk melakukan teknik under cover buy atau transaksi narkotika. d. Tujuan yang lain adalah untuk mengembangkan penangkapan jaringan narkotika dengan menggunakan teknik penyerahan dibawah pengawasan (Contorlled delivery). e. Teknik Controlled Delivery biasanya digunakan oleh pihak BNN Malang Kota dan Satuan Reskoba Polres Malang Kota dengan bekerja sama dengan pihak Bea dan Cukai. f. Teknik Controlled Delivery tersebut merupakan teknik yang digunakan untuk menangkap pelaku dalam jaringan peredaran narkotika yang tentunya harus didukung dengan fakta hukum bahwa tersangka yang ditangkap benar-benar memiliki hubungan dengan pemesan sehingga tersangka maupun pemesan tidak dapat menyangkal telah melakukan transaksi jual-beli narkotika. 13

2. Model pengawasan yang dilakukan BNN Malang Kota dan Polres Malang Kota terhadap implementasi pasal 75 huruf (j) yaitu: a. Pengawasan Langsung Pengawasan ini dilakukan langsung oleh Kasat Sat Reskoba Polres Malang Kota maupun oleh kepala BNN Malang Kota terhadap petugas yang melakukan under cover buy dan controlled delivery dengan mengeluarkan Surat Tugas Under Cover. Surat Tugas Under Cover akan dikeluarkan apabila sudah dilakukan penyelidikan atas kebenaran laporan serta keterangan tentang adanya penyalahgunaan dan peredaran gelap Narkotika dan Prekursor Narkotika. Pengawasan tersebut dilakukan dengan tujuan: 1) Agar tidak terjadi salah target. 2) Agar penyelidik saat melakukan teknik under cover tidak melakukan pelanggaran HAM terhadap tersangka. 3) Agar teknik penyidikan ini berjalan dengan lancar sesuai dengan peraturan yang berlaku. b. Pengawasan Tidak Langsung Pengawasan ini dilakukan dengan cara tidak langsung terjun dalam pelaksanaan teknik under cover buy dan controlled delivery, melainkan pengawasan terhadap penggunaan dana keuangan yang diberikan Negara untuk pelaksanaan teknik penyidikan tersebut. Sehingga dalam kesimpulan ini dapat dikatakan pihak Sat Reskoba Polres Malang Kota dan BNN Malang kota sudah melaksankan teknik penyidikan pembelian terselubung (Under Cover Buy) dan Penyerahan dibawah pengawasan (Controlled Delivery) sesuai dengan prosedur yang berlalu dan yang penting tidak melanggar Hak Asasi Manusia (HAM) terhadap seseorang yang dianggap sebagai tersangka dalam kasus narkotika. Tanpa adanya bukti yang kuat dan fakta hukum yang mendukung seseorang tidak boleh sertamerta ditangkap dan dijadikan tersangka. 14

SARAN Pelaksanaan teknik under cover buy dan controlled delivery sudah bagus tetapi pengembangan teknik penyidikan memalui TI (Teknik Informatika) harus dikembangkan lagi menggingat sekarang teknologi semakin canggih. Tidak hanya menggunakan Hand Phone (HP), internet juga menjadi sarana untuk bertansaksi narkotika. Sehingga diharapkan untuk teknik penyidikan melalui Teknologi Informatika harus lebih dikembangkan. Saling melakukan dan menjaga koordinasi antara pihak Polres dan BNN Malang Kota dalam setiap pengembangan teknik penyidikan dan saling memberikan informasi dalam pengungkapan kasus narkotika. 15

DAFTAR PUSTAKA Literatur Buku Andrianus Meliala, Mengkritisi Polisi, Yogyakarta: Kanisius. 2001. Djoko Prakoso, Polri Sebagai Penyidik Dalam Penegakan Hukum, Jakarta: Bina Aksara. 1987. HMA Kuffal, Penerapan KUHAP DalamPraktik Hukum, Malang, UMM Press, 2010. Heriady Willy, Berantas Narkoba Tak Cukup Hanya Bicara (Tanya Jawab dan Opini), Yogyakarta: UII Press. 2005. Kusno Adi, Kebijakan Kriminal Dalam Penanggulangan Tindak Pidana Narkotika Oleh Anak, Malang: UMM Press. 2009. Moh.Taufik Makarao, Tindak Pidana Narkotika, Jakarta: Ghalia Indonesia. 2003. Momo Kelana, Hukum Kepolisian, Jakarta: P.T Gramedia Widia Sarana Indonesia. 1994. Munir Fuady, Teori Hukum Pembuktian Pidana dan Perdata, Bandung, PT. Citra Aditya Bakti, 2012. Satjipto Raharjo, Polisi Sipil Dalam Perubahan Sosial di Indonesia, jakarta. 2002. Siswanto, Politik Hukum Dalam Undang-undang Narkotika (UU No. 35 Tahun 2009), Jakarta, Rineka Cipta, 2012. Siswantoro Sunarso, Penegakan Hukum Psikotropika, dalam Kajian Sosiologi Hukum, Jakarta: P.T Grfindo Persada. 2004. Soerjono Soekanto, Pengantar Peneltian Hukum, Jakarta: UI-Press. 1986. Sudarto, Kapita Selekta Hukum Pidana, Bandung: Alumni. 1986. Sutrisno Hadi, Metodologi Research jilid 1, Yogyakarta: Andi Offset. 1989.,Metodologi Research jilid 2, Yogyakarta: Andi Offset. 1981.,Metodologi Research jilid 3, Yogyakarta: Andi Offset. 1984. Warsito Hadi Utomo, Hukum Kepolisian di Indonesia, Jakarta: Prestasi Pustaka. 2005. 16

Peraturan Perundang-Undangan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 5 Tahun 1997 Tentang Psikotropika. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 35 Tahun 2009 Tentang Narkotika. Peraturan Kepala Badan Narkotika Nasional Republik Indonesia Nomor 1 Tahun 2009 Tentang Syarat dan Tata Cara Pengangkatan Dan Pemberhentian Penyidik Badan Narkotika Nasional. 17