PERJUANGAN CORPS POLISI MILITER MEMPERTAHANKAN KEMERDEKAAN DI KAWEDANAN GEDONGTATAAN LAMPUNG TAHUN 1949

dokumen-dokumen yang mirip
V. KESIMPULAN DAN SARAN. Indonesia di Desa Panggungrejo sebagai berikut: 1. Perlawanan Terhadap Belanda Di Lampung ( )

I. PENDAHULUAN. telah menjadi bangsa yang merdeka dan terbebas dari penjajahan. Namun pada. khususnya Belanda yang ingin menguasai kembali Indonesia.

II. TINJAUAN PUSTAKA. Proses menurut Koentjaraningrat (1984:24) adalah berlangsungnya pristiwa dalam

PERJUANGAN LETTU SURATNO DALAM MELAWAN BELANDA DI PANGGUNGREJO SUKOHARJO PRINGSEWU TAHUN 1949

tanggal 19 Januari Perjanjian Renville antara lain mengenai garis demarkasi dan TNI yang masih berada dalam daerah pendudukan Belanda.

II. TINJAUAN PUSTAKA. Tinjauan Pustaka dilakukan untuk menyeleksi masalah-masalah yang akan

II. TINJAUAN PUSTAKA. Tinjauan Pustaka dilakukan untuk menyeleksi masalah-masalah yang akan

III. METODE PENELITIAN. Metode merupakan suatu cara yang berkaitan dengan cara kerja dalam mencapai

II. TINJAUAN PUSTAKA. Tinjauan pustaka dilakukan untuk menyeleksi masalah-masalah yang akan dijadikan

BAB III ORGANISASI MILITER DAN SIASAT GERILYA TII. Pada tanggal 15 Januari 1950, pihak NII telah berhasil mengubah dan

I. PENDAHULUAN. mengenal menyerah dari seluruh lapisan masyarakat. Pada awal tahun 1946

I. PENDAHULUAN. Selama periode perang kemerdekaan ( ) banyak peraturan-peraturan

BAB V KESIMPULAN. Malaka membuat jalur perdagangan beralih ke pesisir barat Sumatra.

I. PENDAHULUAN. Setelah pasukan Sekutu membom atom dua kota di Jepang yakni Hirosima dan

BAB I PENDAHULUAN. keberadaannya di mata dunia. Perjuangan untuk mempertahankan Indonesia yang

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Proklamasi kemerdekaan Republik Indonesia yang diproklamirkan pada

PERISTIWA YANG TERJADI PADA TAHUN

I. PENDAHULUAN. dalamnya. Untuk dapat mewujudkan cita-cita itu maka seluruh komponen yang

BAB I PENDAHULUAN. berasal dari dalam negeri maupun luar negeri. Selain itu, Kota Sibolga juga memiliki kapalkapal

PERISTIWA YANG TERJADI PADA TAHUN A ZIZATUL MAR ATI ( )

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar belakang. Dengan berakhirnya Perang Dunia kedua, maka Indonesia yang

I. PENDAHULUAN. Setelah Indonesia memproklamasikan kemerdekaan pada tanggal 17 Agustus

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia telah selesai, tetapi proklamasi itu harus mendapatkan

I. PENDAHULUAN. dikepalai oleh seorang Residen Militer bernama Letnan Kol. Kurita (Dewan

PETA KONSEP LATAR BELAKANG TERJADINYA BANDUNG LAUTAN API BANDUNG LAUTAN API ULTIMATUM SEKUTU 21 NOVEMBER 1945 ULTIMATUM TANGGAL 23 MARET 1946

BAB I PENDAHULUAN. pendudukan Jepang di tahun Proses pembentukan tersebut terjadi

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN. Cikal bakal lahirnya TNI (Tentara Nasional Indonesia) pada awal

penjajahan sudah dirasakan bangsa Indonesia, ketika kemerdekaan telah diraih, maka akan tetap dipertahankan meskipun nyawa menjadi taruhannya.

PERJUANGAN K.H GHOLIB DALAM MEMPERTAHANKAN KEMERDEKAAN INDONESIA TAHUN 1949

Program Studi Pendidikan Sejarah Sekolah Tinggi Keguruan dan Ilmu Pendidikan STKIP PGRI Sumatera Barat ABSTRACT

BAB I. PENDAHULUAN. bangsa Indonesia setelah lama berada di bawah penjajahan bangsa asing.

BAB I PENDAHULUAN. Berakhirnya Perang Dunia II ditandai dengan menyerahnya Jerman kepada

BAB V SIMPULAN DAN SARAN

BAB V KESIMPULAN. Proklamasi Kemerdekaan Indonesia yang dibacakan oleh Ir. Soekarno dan

Penyebarluasan Proklamasi yang cukup efektif dilakukan juga melalui media siaran radio.

BAB I PENDAHULUAN. berat bagi rakyat Indonesia. Sebagai negara yang baru merdeka belum lepas

METODE PENELITIAN. sistematis, direncanakan oleh para peneliti untuk memecahkan suatu

1. PENDAHULUAN. Nagasaki, Jepang akhirnya menyerah tanpa syarat pada sekutu pada tanggal 15

Multimedia Pembelajaran IPS. Sekolah Dasar Kelas V B. Skip >> Perang Kemerdekaan (Pertempuran Sepuluh Nopember & Bandung Lautan Api) Di Buat Oleh :

BAB V KESIMPULAN. Berdasarkan hasil penelitian yang telah diuraikan pada bab sebelumnya,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Perjuangan kemerdekaan melawan penjajahan telah terjadi sejak kedatangan penjajah

senopati tersebut berada di Desa Gading. Mereka menetap di sana hingga akhir hayat. Kapal yang mereka gunakan untuk berlayar dibiarkan begitu saja

BAB I PENDAHULUAN. kemerdekaan Indonesia. Berhubung dengan masih buruk dan minimnya sarana dan prasarana

BAB I PENDAHULUAN. yaitu masa lampau, masa kini, dan masa yang akan datang dalam satu kesatuan yang bulat dan

BAB III METODOLOGI DAN KERANGKA BERFIKIR. penelitian yang digunakan adalah metode Historis atau metode sejarah.

BAB I PENDAHULUAN. rakyat Indonesia. Rakyat harus tetap berjuang untuk mempertahankan kemerdekaan

Pada penelitian ini penulis menggunakan metode Penelitian Historis karena

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. yang ingin menguasai Indonesia. Setelah Indonesia. disebabkan karena sulitnya komunikasi dan adanya sensor dari Jepang.

Dari kedua pengertian di atas maka yang dimaksud dengan Proses adalah suatu

PERISTIWA SETELAH PROKLAMASI

BAB I PENDAHULUAN. Surabaya dikenal sebagai Kota Pahlawan karena terjadinya peristiwa

PERANAN PEMOEDA ANGKATAN SAMOEDERA OEMBARAN (PAS O) DALAM PERISTIWA AGRESI MILITER BELANDA II TAHUN 1948 DI YOGYAKARTA

Pemberontakan Militer dan Ideologi Peristiwa Madiun, DI/TII, G 30 S/PKI

BAB II KAJIAN PUSTAKA

Pantang Menyerah. Nasution 1. Zahra Kalilla Nasution Rigen Pratitisari Bahasa Indonesia 13 September 2011

TINJAUAN HISTORIS TENTANG PERAN BADAN KEAMANAN RAKYAT (BKR) TERHADAP USAHA MENINGKATAKAN KETAHANAN NASIONAL INDONESIA TAHUN

BAB V KESIMPULAN. dinobatkan sebagai sultan kemudian menjadi Sampeyan Dalem Ingkang Sinuwun

IV. GAMBARAN UMUM. Pasca perang kemerdekaan Indonesia maka TNI / ABRI berusaha membenahi

BAB II AGRESI MILITER BELANDA DI BANTEN

I PENDAHULUAN. dikorbankan demi meraih kemerdekaan Indonesia hingga saat ini. Banyak

I. PENDAHULUAN. Terbentuknya Badan Keamanan Rakyat (BKR) yang dinyatakan dalam pidato

BAB V KESIMPULAN. Brigadir Jenderal Ignatius Slamet Rijadi lahir di Surakarta, 26 Juli

B A B III KEADAAN AWAL MERDEKA

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

I. PENDAHULUAN. memberikan kesempatan lebih luas bagi kaum wanita untuk lebih berkiprah maju

I. PENDAHULUAN. dan peri-keadilan (MPR RI, 2012: 2).

I. PENDAHULUAN. pemerintah RI yang terjadi di daerah Sulawesi tepatnya Sulawesi Selatan. Para pelaku

PERANAN TNI-AD DALAM MEMPERTAHANKAN KEMERDEKAAN REPUBLIK INDONESIA TAHUN SKRIPSI

BAB V PENUTUP. Belanda meneruskan serangan ke daerah-daerah yang belum berhasil dikuasai

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Pada bab ini penulis mencoba menarik kesimpulan dari pembahasan yang

BAB I PENDAHULUAN. rekaman kaset, televise, electronic games. Radio telah beradaptasi dengan perubahan dunia,

Materi Sejarah Kelas XII IPS

Usaha pendudukan yang dilakukan Pemerintahan Militer Jepang untuk menguasai

mempunyai sesuatu pangkat yang sama atau disamakan, pada umumnya diatur menurut lamanya waktu sejak mulai berlakunya pengangkatan yang bersangkutan da

METODE PENELITIAN. atau tujuan pemecahan masalah (P. Joko Subagyo, S.H 2006 : 1).

2017, No Undang-Undang Nomor 39 Tahun 2008 tentang Kementerian Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 166, Tambahan Le

BAB I PENDAHULUAN. Periode perjuangan tahun sering disebut dengan masa

PENDAHULUAN. Jepang dan Italia melawan Sekutu membawa pengaruh terhadap perubahan situasi negara-negara

BAB I PENDAHULUAN. Dengan berdirinya negara Republik Indonesia dan TNI serta diakui kedaulatannya

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Aceh memiliki kedudukan yang sangat strategis sebagai pusat

UNDANG-UNDANG DARURAT REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2 TAHUN 1958 TENTANG TANDA-TANDA PENGHARGAAN UNTUK ANGGOTA ANGKATAN PERANG PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Berdasarkan posisi geografisnya Aceh berada di pintu gerbang masuk

TUGAS KELOMPOK REPUBLIK INDONESIA SERIKAT ( )

BAB V KESIMPULAN. Pertama, menurut letaknya Magelang terletak antara Bujur

Sejarah Peristiwa Lengkong (With Pic)

BAB XIII KONFERENSI MEJA BUNDAR (KMB)

LAMPIRAN. Hasil wawancara. 1. Apakah proses manajemen logistik antara TNI AD, AU, AL sama, dan bagaimana. Purnawirawan TNI

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

2015 OPERASI MANDALA DALAM RANGKA PEMBEBASAN IRIAN BARAT : PASANG SURUT HUBUNGAN INDONESIA - BELANDA

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

II. TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PIKIR DAN PARADIGMA. Tinjauan pustaka dilakukan untuk menyeleksi masalah-masalah yang akan dijadikan topik

RENGASDENGKLOK. Written by Soesilo Kartosoediro Thursday, 19 August :51 -

PERANG DI INDONESIA. Pada tahun 1942, Jepang menjajah Indonesia. Betapa kejamnya Jepang terhadap Indonesia, sampai

BAB I PENDAHULUAN. Sejarah dan masyarakat Jepang merupakan hal yang cukup menarik

Keberanian. Dekat tempat peristirahatan Belanda pada zaman penjajahan, dimulailah perjuangan nya.

Tinjauan Pustaka, Kerangka Fikir dan Paradigma

PASUKAN IMAM *) Oleh: Ir. Sunardi, MT. **)

Transkripsi:

PERJUANGAN CORPS POLISI MILITER MEMPERTAHANKAN KEMERDEKAAN DI KAWEDANAN GEDONGTATAAN LAMPUNG TAHUN 1949 Dwi Oktavia, Maskun dan Suparman Arif FKIP Unila Jalan Prof. Dr. Soemantri Brojonegoro No. 1 Bandar Lampung 35145 Telepon (0721) 704 947, faximile (0721) 704 624 e-mail:dwiemuliganding02@gmail.com Hp. 085768995566 The purpose of this research is to know how was the process of CPM struggle in maintaining the independency of Republic of Indonesia in Kawedanan Gedongtataan Lampung in 1949. The data collecting technique was interview, literature review, and documentation, while for the data analysis was qualitative analysis. Based on research result, the conclusion from this research is that CPM struggle in maintaining the independency of Republic of Indonesia in Kawedanan Gedongtataan Lampung in 1949 by doing counterwork in Gedongtataan, Gadingrejo, and Sukoharjo districts. Each counterwork in those districts had phase, began with preparation, Execution and Settlement in Gedongtataan, Gadingrejo, and Sukoharjo. In Sukoharjo there was a negotiation between CPM and Dutch army. In the end CPM succeeded in maintaining the independency in Lampung. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana proses perjuangan CPM dalam mempertahankan kemerdekaan Republik Indonesia di Kawedanan Gedongtataan Lampung tahun 1949. Teknik pengumpulan data menggunakan teknik wawancara, kepustakaan dan teknik dokumentasi, sedangkan untuk menganalisis data menggunakan analisis data kualitatif.berdasarkan hasil penelitian, kesimpulan dalam penelitian ini adalah proses perjuangan CPM dalam mempertahankan kemerdekaan Republik Indonesia di Kawedanan Gedongtataan Karesidenan Lampung tahun 1949 adalah dilakukan perlawanan-perlawanan di kecamatan Gedongtataan, Gadingrejo dan Sukoharjo. Masing-masing perlawanan di kecamatan tersebut terdapat beberapa tahapan mulai dari persiapan, pelaksanaan dan Penyelesaian di Gedongtataan, Gadingrejo dan Sukoharjo. Di Sukoharjo terjadi perundingan antara CPM dengan Tentara Belanda. Akhirnya Corps Polisi Militer (CPM) berhasil mempertahankan kemerdekaan di Lampung. Kata kunci : corps polisi militer, kawedanan gedongtataan, perjuangan

PENDAHULUAN Setelah kemerdekaan Republik Indonesia diproklamirkan pada tanggal 17 Agustus 1945 Bangsa Indonesia langsung berhadapan dengan masalah, yaitu mempertahankan kemerdekaan yang baru dicapai dari ancaman bangsa asing yang berusaha untuk menguasai Indonesia kembali. Sikap Belanda terhadap Proklamasi kemerdekaan Indonesia seolaholah tidak tahu menahu bahkan beranggapan bahwa kemerdekaan Indonesia itu tidak pernah ada. Dengan adanya kekalahan Jepang terhadap Sekutu, maka Belanda berusaha untuk dapat kembali menguasai dan menjajah Indonesia dengan membonceng pasukan Sekutu yang melakukan pelucutan Tentara Jepang di Indonesia. Tanggal 1 Januari 1949 Daerah Lampung diserbu Pasukan Belanda dari dua jurusan, yaitu dari arah Martapura dan dari arah Selatan mulai dari Pelabuhan Panjang. Dalam penyerbuan dari arah laut ini Belanda mempergunakan armada dan pesawat-pesawat terbang. Kapal perang tersebut berusaha mendarat di Pelabuhan Panjang dan berhasil menduduki kota Tanjungkarang-Telukbetung. Sejak saat itu Belanda terus melakukan serangannya ke berbagai daerah di Kawedanan Gedongtataan baik melalui Utara maupun Selatan. Pada tanggal 3 Januari 1949 pasukan Belanda mulai bergerak menuju Kawedanan Gedongtataan dan ingin menguasai daerah-daerahnya yang meliputi beberapa kecamatan seperti Gedongtataan, Gadingrejo, Sukoharjo. Belanda masuk ke Kawedanan Gedongtataan dengan membawa pasukan yang sangat besar dan menyerang melalui serangan darat dan udara. Keinginan Belanda yang berusaha untuk menguasai Kawedanan Gedongtataan disebabkan juga karena daerah ini di bentuk Pemerintahan Darurat Karesidenan Lampung setelah Tanjungkarang-Telukbetung berhasil dikuasai, selain itu daerah ini dijadikan basis-basis pertahanan militer yang ada di Lampung pada saat itu. Gedongtataan merupakan sebuah daerah kawedanan di bawah Kabupaten Lampung Selatan Karesidenan Lampung yang dipimpin oleh seorang wedana yang pada saat itu dijabat oleh Nurdin. Setelah tentara Belanda mendarat di Lampung pada tanggal 1 Januari 1949 dan berhasil menduduki daerah Tanjungkarang- Telukbetung, maka seluruh staff pemerintahan dan militer berpindah ke Kawedanan Gedongtataan, karena daerah ini dianggap aman pada saat itu. Sejak saat itu mulai terjadi pertempuranpertempuran di Gedongtataan. Perjuangan rakyat terus dilakukan melalui pertempuran dan perundingan di Daerah Gedongtataan yang pantang menyerah dan penuh tekad juang yang tinggi sampai akhirnya Belanda resmi mengakui kedaulatan Republik Indonesia dan Gedongtataan tetap menjadi bagian dari wilayah Karesidenan Lampung Republik Indonesia yang merdeka. C.S.T Kansil dan Julianto, 1996:182 mengartikan perjuangan sebagai perintis yang mengantarkan bangsa ke depan suatu gerbang kemerdekaan dengan segala pengorbanan-pengorbanan. Bentuk perjuangan bangsa Indonesia dalam mempertahankan kemerdekaan yaitu dikalangan militer beserta semua rakyat memakai strategi-diplomasi (Non Fisik) dan menggunakan strategi kekerasanbersenjata (fisik) (Yahya A.Muhaimin, 1982 : 28). Corps Polisi Militer (CPM) merupakan kecabangan dari Tentara Nasional Indonesia Angkatan Darat yang mengalami perubahan nama akibat diadakannya rekonstruksi dan rasionalisasi yang diputuskan oleh Amir Syarifudin yang merubah nama TRI menjadi TNI dengan Panglima besar Jendral Sudirman, sejak saat itu, Polisi Tentara juga mengalami perubahan. Polisi Tentara, Polisi Tentara Laut dan Polisi Tentara Udara digabung menjadi satu kesatuan dengan nama Corps Polisi Militer (CPM) yang fungsinya untuk mengawasi gerakan-gerakan musuh, operasi propaganda atau intelijen lapangan dengan tujuan mengantisipasi propaganda

lawan dan mengadakan pengacauan di daerah musuh/daerah pendudukan Belanda (Dewan Harian Daerah Angkatan 45: 336). Kawedanan ( ke-wedana-an ) bentuk Bahasa Jawa adalah wilayah administrasi kepemerintahan yang berada di bawah kabupaten dan di atas kecamatan yang berlaku pada masa Hindia-Belanda. Pemimpinnya di sebut Wedana. Proses sebagai serangkaian kegiatan yang berawal dari mempersiapkan hal-hal yang diperlukan kemudian hal-hal yang saling terkait atau berinteraksi, serangkaian langkah yang sistematis atau tahapan yang jelas yang mempunyai dampak yang ditimbulkan dan jika setiap tahapan itu ditempuh secara konsisten maka akan mengarah kepada hasil yang diinginkan. Mempertahankan adalah mengusahakan supaya tetap atau membiarkan pada keadaan semula (W.J.S Poerwadarminta, 1985 : 647). Kemerdekaan adalah suatu kebebasan dari penjajahan atau kebebasan untuk berdiri sendiri (W.J.S Poerwadarminta, 1985 : 648). Karesidenan Lampung merupakan daerah yang dibentuk oleh pemerintahan pendudukan Militer Jepang dan dijadikan Karesidenan (Syu). Syu merupakan pemerintahan yang tertinggi dan berotonomi, Syu diperintah oleh Syucokan, Syucokan memegang kekuasaan tertinggi di daerah Syu karena mempunyai kekuasaan Legislatif dan Ekskutif, sehingga disebutkan sebagai otokrasi yang sederajat di bawah hingga ke atas. Dalam sistem pemerintahan Jepang di Karesidenan Lampung.maka di bawah Karesidenan terdapat Ken (Kabupaten), selanjutnya terdapat Gun (Kewedanan), di bawah Kewedanan terdapat Fuku Gunco (Kecamatan) dan di bawah kecamatan terdapat Son (kampung) (Dewan Harian Daerah Angkatan 45 : 104). METODE PENELITIAN Metode merupakan suatu cara yang berkaitan dengan cara kerja dalam mencapai sasaran yang diperlukan bagi penggunanya, sehingga dapat memahami objek sasaran yang dikehendaki dalam upaya mencapai sasaran atau tujuan pemecahan masalah (P. Joko Subagyo, S.H 2006 : 2). Berdasarkan permasalahan yang dirumuskan penulis maka untuk memperoleh data yang diperlukan sehingga berkaitan, pada penelitian ini penulis menggunakan metode penelitian historis, karena penelitian ini mengambil peristiwaperistiwa yang terjadi pada masa lampau. Metode penelitian historis adalah sekumpulan prinsip-prinsip aturan yang sistematis yang dimaksudkan untuk memberikan bantuan secara efektif dalam mengumpulkan bahan-bahan sejarah, menilai secara kritis dan kemudian menjadikan suatu sintesa dari pada hasilhasilnya (Nugroho Notosusanto.1984:11). Variabel yang digunakan peneliti adalah variabel tunggal dengan fokus penelitian pada Perjuangan Rakyat. Teknik pengumpulan data adalah suatu prosedur data yang di perlukan (Mohammad Nazir.1985:211). Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini adalah teknik wawancara, teknik kepustakaan dan teknik dokumentasi. Menurut Moh. Nazir (1985;234) wawancara ialah proses memperoleh keterangan untuk tujuan penelitian dengan cara tanya jawab sambil bertatap muka antara penjawab dan pewawancara dengan menggunakan alat yang dinamakan interview guide (panduan wawancara). Teknik kepustakaan merupakan cara pengumpulan data dan informasi dengan bantuan bermacam-macam materi yang yang terdapat di ruang perpustakaan misalnya dalam bentuk koran, naskah, catatan, kisah sejarah, dokumen dokumen dan sebagainya yang relevan dengan bahan penelitian (Koentjaraningrat1983:133). Teknik dokumentasi adalah cara mengumpulkan data melalui peninggalanpeninggalan tertulis, terutama berupa arsiparsip dan termasuk juga buku-buku tentang pendapat, teori, dalil atau hukum-hukum lain yang berhubungan dengan masalah

penyelidikan (Nawawi, 1993:133). Dokumentasi yang akan dilakukan dalam penelitian ini yaitu teknik pengumpulan data dengan cara penelusuran literatur atau dokumen-dokumen yang berkaitan dengan Sejarah Daerah Lampung di Perpustakaan Daerah Lampung dan Perpustakaan Universitas Lampung. Dalam penelitian ini teknik analisis data yang digunakan adalah teknik analisis data kualitatif, karena data yang diperoleh dalam penelitian ini dideskripsikan dalam bentuk kalimat atau kata-kata. Data yag diperoleh peneliti tentang proses perjuangan Corps Polisi Militer (CPM) dalam mempertahankan kemerdekaan Republik Indonesia di Kawedanan Gedongtataan tahun 1949. HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL Proses perjuangan Corps Polisi Militer (CPM) dalam mempertahankan kemerdekaan Republik Indonesia di Kawedanan Gedongtataan tahun 1949, berdasarkan data yang diperoleh peneliti terdapat beberapa tahapan dan terjadi di 3 kecamatan yaitu Pimpinan pasukan militer termasuk CPM Kompi C di bawah pimpinan Kapten Suratno pada tanggal 2 Januari 1949 mengadakan musyawarah dan mengadakan konsolidasi pasukan untuk memperkuat daerah-daerah pertahanan di Lampung, maka pada saat itu diputuskan sebagai berikut : 1. Pasukan Batalyon Mobil di bawah pimpinan Letnan I Abdulhak bersama pasukan Laba dan pasukan lasykar rakyat Naga Sakti dan Ular Tanah di Waylayap dan Pasukan dari Front Selatan di bawah pimpinan Kapten Ismail Husin di Kedondong. 2. Pasukan CPM di bawah pimpinan Letnan II Alimuddin Umar dan Jahidin di Way Lima dan Pasukan CPM di bawah pimpinan Kapten Willy Suratno di Gedongtataan, Gadingrejo dan Sukoharjo. 3. Pasukan ALRI di bawah pimpinan Kapten C. Souhoka dan Letnan RL Tobing di Way Semah dan Pasukan ALRI Beruang Hitam di bawah pimpinan Letnan Laut Abubakar Siddiq dan Sersan Adhar di Kedondong dan Pasukan Tajuddin, Gustam Romli, Syaharuddin dan Ismail Latif di Kalipekir, Way Lima serta Lasykar Harimau Kumbang di bawah pimpinan Bagindo Torak 4. Letnan I Muhizar dan Pasukan Vaandrig MZD Santibi di Cimanuk. (Dewan Harian Daerah Angkatan-45:368). Pada tanggal 3-6 Januari 1949 Belanda melakukan konvoi ke Kecamatan Gedongtataan untuk menguasai daerah tersebut, sehingga pada saat itu pasukan CPM Kompi C menghadang konvoi Belanda, akhirnya konvoi Belanda itu kembali ke Tanjungkarang. Tanggal 7 Januari 1949 Belanda melancarkan serangan kembali ke Kecamatan Gedongtataan dengan pasukan yang cukup besar dibantu oleh serangan udara. Pada waktu itu pasukan CPM Kompi C bertahan di Gedongtataan sebelah selatan. Pada tanggal 8 Januari 1949 jam 04.00 pasukan Belanda dengan jumlah yang besar menyerang kembali Gedongtataan melalui arah Kalirejo maka ketika itu pertempuran tidak dapat dihindarkan antara pasukan CPM dengan Belanda. Keesokan harinya pasukan Belanda menyerang kembali Gedongtataan, namun serangan ini tidak terduga arah datangnya. Awalnya pasukan mengira Belanda menyerang dari arah Kemiling ternyata Belanda menyerang dari arah Branti, Pejambon dan Halangan Ratu sehingga ketika Belanda berhasil masuk ke Gedongtataan (Dewan Harian Daerah Angkatan-45:367). Belanda masuk ke Gedongtataan melalui Branti sekitar tanggal 9 Januari 1949, padahal pada saat itu pasukan tentara kita sudah menghadang di Negeri Sakti. Waktu itu pasukan tentara belum terbagi menjadi front-front. Front itu terbentuk pada saat pasukan tentara mundur ke Gadingrejo, ketika Belanda datang ke Gedongtataan melalui Branti, Belanda menyerang terusterusan ke daerah-daerah di Gedongtataan

ini, mobil-mobil ditembaki. Tentara kita ini hanya bisa bertahan karena senjata kita kurang mampu jika ingin berhadapan langsung dengan Belanda bayangkan saja satu kompi pasukan kita senapan hanya tujuh buah sehingga kita ini hanya bisa bertahan dan bersembunyi di kebun-kebun karet sambil menunggu tentara Belanda lengah. Saat itu Senjata kita hanya mengandalkan dari senjata yang dirakit oleh rakyat sendiri dan sedikit canggih ada granat (Wawancara Bapak M. Sanusi, 23 April 2014). Pada malam harinya pasukan tentara mengadakan serangan balasan. Pasukan CPM Kompi C di bawah pimpinan Kapten Suratno dengan dibantu oleh pasukan Letnan I Abdulhak, Kapten Ismail Husin, Letnan I Alamsyah (Garuda Merah), Pasukan ALRI, Lasykar Hizbullah dan Lasykar rakyat bermaksud mengadakan serangan secara fisik di Kecamatan Gedongtataan, tetapi setelah pasukan tersebut tiba di Desa Krandegan lalu bertemu dengan pasukan Belanda yang sedang berpatroli, sehingga terjadi tembakmenembak (Dewan Harian Daerah Angkatan-45:371). Pada saat Belanda berada di Kecamatan Gedongtataan, di daerah Karanganyar itu dulu dijadikan tempat untuk penyekapan rakyat kita. Rakyat kita disekap karena saat itu mereka membantu memberikan makanan dan senjata kepada tentara kita, banyak korban dari rakyat kita, tetapi pasukan kita tidak tinggal diam, tentara kita saat itu masih merupakan gabungan sehingga banyak sekali, markasnya dulu itu di perempatan Gedongtataan bekas sektor polisi kalau sekarang. Pada waktu itu kita pernah menyergap Belanda di kuburan Karanganyar, karena taktik kami pada saat itu kapan mereka lengah kita sergap dan terjadi kontak senjata, hanya semangat juang kami dahulu benar-benar kuat, tidak peduli bagaimana hebatnya Belanda yang penting kami tetap melawan walaupun dengan cara bergerilya (Wawancara Bapak M. Sanusi, 23 April 2014). Masuknya Belanda ke Kecamatan Gedongtataan ini melalui Branti. Belanda menyerang terus-menerus sampai ke Karanganyar. Pada waktu Belanda di Karanganyar kami pernah melakukan kontak senjata. Namun karena kekurangan senjata akhirnya kami mundur sambil melakukan gerilya. Pada waktu itu persenjataan kita sangat minim sekali, kirakira satu kompi tentara kita hanya 5-6 buah saja, sedangkan tentara kita banyak sekali. senjata kita dulu hanya senapan, karben dan granat, sedangkan Belanda waktu menyerang Gedongtataan dan Gadingrejo menggunakan pesawat udara. oleh karena itu, hanya semangat juang yang tinggi dan saling bekerjasama dengan rakyat untuk bertahan. Rakyat itu membantu pasukan kita dalam menyediakan makan dan senjata (Wawancara Bapak P. Sudarman, 23 April 2014). Setelah Belanda berhasil menduduki Kecamatan Gedongtataan, dengan beberapa kali terjadi perlawanan antara pasukan yang berada di daerah tersebut terhadap Belanda, akhirnya sekitar tanggal 10 Januari 1949 pimpinan-pimpinan pasukan melakukan gerak mundur ke arah Gadingrejo dan mengatur strategi kembali untuk menghadapi tentara Belanda. Tanggal 15 Januari 1949 Gedongtataan berhasil dikuasai oleh Belanda, Hal ini disebabkan karena kurangnya persenjataan dari pihak pasukan (Wawancara Bapak M. Sanusi, 23 April 2014). Setelah Belanda berhasil menguasai Gedongtataan, seluruh pasukan mundur ke Gadingrejo. Tanggal 16 Januari 1949 Belanda melakukan serangan-serangan ke Gadingrejo, ditambah lagi dengan serangan yang terus-menerus terhadap garis pertahanan, maka sekitar awal Maret 1949 staff Komando STL Front Selatan terpaksa mundur dan dipindahkan ke Pringsewu yang meliputi : Way Sekampung, Gadingrejo, Ambarawa, Kedondong dan Way Ratai. Pasukan CPM Kompi C dengan dibantu oleh pasukan Garuda Merah melakukan konsolidasi dan menentukan

strategi dan menghasilkan kesimpulan yaitu : 1. Front Tengah yakni daerah Gadingrejo dan sekitarnya akan dipertahankan oleh pasukan Kapten Alamsjah. 2. Front Sayap Kanan yang meliputi Way Lalap, way Lima, Kedondong dan Padang Cermin menjadi tanggung jawab pasukan Kapten Abdulhak, Kapten Ismail Husin dan lain-lain. 3. Front Sayap Kiri yang meliputi daerah Purworejo, Pujorahayu, Gedongtataan, Gadingrejo dan Pringsewu dipertahankan oleh pasukan Suratno (CPM Kie C). (Dewan Harian Daerah Angkatan-45 Hal:121). Pada tanggal 16 Januari 1949 mulai dari jam 09.00 pagi, tentara Belanda kembali mengadakan serangan disertai serangan pesawat udara dengan menembaki Staff Komando di Gadingrejo, tetapi serangan tersebut tidak berhasil menembus dan merebut pertahanan pasukan kita. Dua hari kemudian tanggal 18 Januari 1949 tentara Belanda melakukan serangan kembali terhadap staf Komando STL di sebelah selatan Gadingrejo. (Dewan Harian Daerah Angkatan-45:315). Pada suatu malam akhir bulan Januari 1949 terjadi pertempuran antara pasukan Belanda dengan pasukan CPM yang dipimpin oleh Kapten Suratno di Gadingrejo. Pada pertempuran tersebut dari pasukan CPM gugur dua orang yaitu Kopral Ngabni dan Kopral Jikri (Dokumen perjuangan pahlawan kemerdekaan daerah Provinsi Lampung, Kapten Endro Suratmin 1995). Perlawanan di Gadingrejo, Waktu itu saya sedang berada di Gadingrejo. sekitar pertengahan bulan Maret tahun 1949 Belanda datang ke Gadingrejo karena Gadingrejo ini terdapat basis pertahanan tentara kita. Dimana ada basis pertahanan Belanda pasti datang menyerang. Mulai dari pagi hari, tentara Belanda mengadakan serangan disertai serangan pesawat udara kalau dahulu namanya Yakher balingbaling satu. Pesawatnya datang dari atas kuburan Gadingrejo sekarang ini, karena disana terdapat pasukan kita yang terdiri dari ALRI, CPM dan Lasykar. Belanda langsung mengeluarkan tembakan dari pesawat itu, pasukan kita ditembaki terus tetapi karena pasukan kita sangat bersemangat sehingga kita tetap bertahan dengan senjata seadanya. Pada akhirnya karena kurangnya persenjataan, kami terpaksa mundur dan bertahan ke daerah Talangpadang dan Sukoharjo (Wawancara Bapak Zainal Abidin, 13 April 2014). Pada kedatangan Belanda sekitar awal Maret tahun 1949, tiba-tiba pesawat Belanda datang menembak dari atas. Dulu itu saya sedang berada di warung bersama teman saya namanya Kopral Datang. Kopral Datang melihat pesawat Belanda itu langsung melawan serangannya karena geram, tetapi karena yang dilawan itu pesawat terbang tinggi juga, tidak kelawan. Akhirnya pesawat berputar miring lalu mengeluarkan lagi tembakan bertubi-tubi mengarah ke Kopral Datang dan tewaslah teman saya itu. Pada berikutnya, Belanda menyerang lagi di daerah perbukitan, karena Belanda itu ingin menerobos ke basis-basis pertahanan tentara kita. Disana ada pasukan gabungan dari CPM, ALRI dan Lasykar yang sedang berjaga, karena saling berhadapan terjadilah perlawanan disana (Wawancara Bapak M.Sanusi, 23 April 2014). Selama pasukan CPM kompi C bertahan di Front Sayap Kiri Purworejo dan sekitarnya, terjadi pertempuran di Bukit Purworejo karena pasukan Belanda ingin menguasai daerah tersebut. Dalam pristiwa tersebut, telah gugur pasukan tentara yaitu Kopral Mukhtarom, Kopral Alamsyah dan dua orang Lasykar yaitu Takad dan Dirun (Dewan Harian Daerah Angkatan-45:315). Pada tanggal 11 Maret 1949 Belanda mendaratkan pasukan ke Kotaagung. Belanda berusaha keras untuk merebut Pringsewu. Oleh karena itu Belanda menyerang dari dua jurusan yaitu Gadingrejo dan Kotaagung.

Akhirnya Pringsewu jatuh ke tangan Belanda pada tanggal 13 Maret 1949, sehingga pasukan CPM Kompi C mundur ke arah utara menyebrang Way Sekampung ke daerah Sukoharjo (Dewan Harian Daerah Angkatan-45:373). Pada akhir Maret 1949 terjadi gerakan militer Belanda secara besar-besaran dari darat, udara dan laut dengan menyerang dari arah Tanjungkarang dan Gadingrejo untuk menggempur daerah tersebut dan berusaha menguasai Pringsewu. Pasukan CPM Kompi C mengadakan perlawanan terhadap tentara Belanda, tetapi dikarenakan kekuatan senjata yang tidak seimbang maka pasukan CPM Kompi C mundur ke daerah Way Sekampung di Kecamatan Sukoharjo (Dokumen perjuangan pahlawan kemerdekaan daerah Provinsi Lampung, Kapten Endro Suratmin 1995). Di Sukoharjo pasukan CPM menuju Desa Pandansari. Pada tanggal 14 Maret 1949 di Sukoharjo, diadakan musyawarah dan memutuskan pembagian daerah pertahanan gerilya sebagai berikut : 1. Lettu Suratno di Pandansari 2. Letda Supangat di Sekampung 3. Ins. Pol. Slamet di Sinar Baru 4. Lettu Abdulhak di Fajar Baru Di Pandansari, pasukan CPM mengadakan konsolidasi lagi untuk menentukan strategi dalam menghadapi Belanda. Maka disepakati keputusan sebagai berikut : 1. Markas CPM Kompi C berkedudukkan di Panggungrejo. 2. Dibentuk pos-pos pertahanan, sebagai basis pertahanan di penyeberangan Sungai Sekampung, yaitu Margoyoso, Grujugan, Komering. 3. Menetapkan Desa Mataram sebagai pos terdepan yang meliputi daerah operasi Tulungagung, Kediri, Klaten, Yogya dan Bulok. 4. Menetapkan Desa Purworejo sebagai pos terdepan dengan daerah operasi Krandegan, Karanganyar, Purwosari, Gadingrejo, Gedongtataan dan Pujorahayu. 5. Menetapkan pos yang meliputi daerah operasi Kalirejo, Karangrejo dan Pujosari. Pos-pos tersebut dipertahankan oleh pasukan CPM. 6. Membentuk pasukan gerak mobil di bawah Suratno. Setelah mengadakan konsolidasi pasukan dengan membagi pos-pos pertahanan di jaga oleh pasukan CPM dari timur ke barat sehingga daerah Sukoharjo merupakan basis komando CPM. (Dokumen perjuangan pahlawan kemerdekaan daerah Provinsi Lampung, Kapten Endro Suratmin 1995:5). Pada tanggal 11 Maret Belanda mendaratkan pasukannya di Kotaagung. Usaha tersebut dilakukan untuk merebut Pringsewu dengan menyerang dari dua arah melalui Gadingrejo dan Talangpadang. Pasukan Belanda menyerang pertahanan kita dengan membabi buta sehingga pada tanggal 13 Maret 1949 Pringsewu jatuh ke tangan Belanda. Akhirnya pasukan CPM Kompi C mundur ke arah utara menyeberang Way Sekampung ke daerah Sukoharjo. Pasukan CPM menuju ke Desa Pandansari. Di Pandansari dilaksanankan lagi konsolidasi kekuatan dan diputuskan oleh Komandan CPM Kompi C bahwa markas CPM Kompi C berkedudukan di Panggungrejo, sedangkan pos-pos pertahanan sebagai basis pertahanan sebagai basis pertahanan di penyeberangan Way Sekampung yaitu Mergoyoso, Umbul Komering dan Grujugan. Daerah-daerah tersebut dipertahankan dengan gigih oleh pasukan CPM Kompi C karena daerah tersebut merupakan sumber supplai bahan pangan yang sangat dibutuhkan untuk pasukan tentara di Lampung. Di daerah Way Sekampung, Belanda telah mengetahui terdapat basis pertahanan Kompi C yang dipimpin Bapak Suratno komandan CPM di Panggungrejo, Panggungrejo itu digunakan sebagai markas mereka yang digunakan sebagai pusat kegiatan CPM, seperti pembagian staff, oleh karena itu daerah-daerah yang merupakan pintu masuk ke panggungrejo di

jaga ketat oleh pasukan sehingga ketika itu sering terjadi perlawanan di sekitar Sukoharjo oleh pasukan CPM terhadap Belanda (Wawancara Bapak M. Sanusi, 23 April 2014). Belanda merencanakan serbuan besarbesaran terhadap basis pertahanan CPM di Panggungrejo. Serangan Belanda ke arah markas CPM Kompi C di Panggungrejo tertahan di pertahanan pos Mataram. Pasukan pertahanan Margoyoso berhasil menghadang Belanda melalui pertempuran secara fisik di lokasi perbukitan di bawah pimpinan Sersan Sutopo. Di bukit itu di tempatkan senapan mesin yang dipegang oleh Sersan Sutopo. Dalam mempertahankan bukit tersebut gugurlah Kopral Suparman dan Kopral Abubakar. Di Pujorahayu terjadi juga pertempuran. Pada saat itu pasukan Belanda menyamar sebagai pasukan CPM, dan menyatu dengan pasukan tentara kita pimpinan Lettu Maskun. Namun segera diketahui oleh pihak kita, maka terjadilah pertempuran. Pada suatu siang hari tahun 1949, ketika itu pasukan pembantu Letnan Yahya Menad sedang Steliing di daerah sekitar Way Sekampung, kebetulan lewat seorang tentara Belanda yang menyamar sebagai petani biasa, ketika itu tentara Belanda yang menyamar tersebut meneriakkan merdeka lalu di jawab oleh Kopral Sumarno, kemudian petani tersebut diajak minum oleh Kopral Sumarno belum saja minum selesai orang tersebut yang ternyata pasukan Belanda lalu menembak dan ternyata dibelakannya juga sudah siap satu pasukan Belanda. Akhirnya pertempuran sengit pun terjadi dan gugurlah Kopral Sumarno (Dokumen perjuangan pahlawan kemerdekaan daerah Provinsi Lampung, Kapten Endro Suratmin 1995. Hal:3). Korban yang jatuh lainnya dari pihak CPM Kompi C adalah Kopral Arifin, Kopral Rasimin, sedangkan Kopral Syamsul Bahri luka karena tembakan lawan. Usaha menggempur markas CPM di Panggungrejo gagal oleh kekuatan pos-pos pertahanan di garis depan, apalagi di Bukit Sutopo yang diperkuat dengan senjata kaliber 12.7 mm, maka bulan Juli 1949 Belanda melakukan serangan udara,ditujukan ke arah pertahanan Panggungrejo, Bukit Sutopo, dan pos-pos di sepanjang Way Sekampung/Sukoharjo secara membabi buta pada jam 08.00-14.00 (Dewan Harian Daerah Angkatan-45:376). Pada waktu Agresi Militer Belanda II untuk pertahanan CPM yang bermarkas pertahanan di Desa Panggungrejo di bawah pimpinan komandan Kapten Suratno. Pada saat CPM bermarkas di Desa Panggungrejo. Selain di Panggungrejo sebagai markas CPM, di Desa Pandansari dan Sukoharjo IV dijadikan markas tentara juga pada saat itu. Setelah keadaan aman, para anggota CPM ditarik kembali ke markasnya di Tanjungkarang, tetapi tidak ada masyarakat desa ini yang ikut ke markas namun oleh Kapten Suratno diberi bukti surat keterangan bahwasanya orang tersebut telah berjuang membantu CPM (Wawancara Bapak Boyno PMT, 26 April 2014). Akhirnya pada tanggal 23 Agustus 1949-2 November 1949 diadakan Konfrensi Meja Bundar antara Indonesia dan Belanda di Den Haag yang menghasilkan penandatanganan akte penyerahan kedaulatan dari pemerintahan Belanda pada tanggal 23 Desember yang diwakili oleh delegasi RIS yang dipimpin oleh Moh. Hatta selaku Perdana Menteri, karena hal tersebut, maka Belanda secara formal mngakui kedaulatan RI seluruh jajahan Hindia Belanda termasuk Lampung. Di Lampung penyerahan kedaulatan diadakan di beberapa daerah salah satunya di Kotabumi. Pada tanggal 15 Oktober 1949 Panglima Territorium Sumatera Selatan Kolonel M. Simbolon bersama Ketua Komisi Tiga Negara Mayor Rousset dengan diantar oleh Perwira Penghubung TNI Kapten Sukardi Hamdani dan dua orang tentara Belanda yaitu Letnan Hansen selaku Komandan pasukan Belanda Resort Pringsewu dan Sersan Mayor Voerman datang ke markas CPM Kompi C di desa Panggungrejo untuk inspeksi pasukan CPM Kompi C dan

memberi perintah langsung agar Komandan CPM Kompi C Letnan I Suratno menerima secara simbolik penyerahan daerah Lampung. Pada tanggal 27 Desember 1949 di Kotabumi, Lampung Utara. Sedangkan ikut sertanya Mayor Rousset dari KTN adalah memonitor pelaksanaan Cease Fire juga menjaga kemungkinan kembalinya tentara Belanda membelot kepada pasukan CPM Kompi C. Setelah pasukan CPM Kompi C dipersiapkan untuk upacara serah terima, maka pada tanggal 24 Desember 1949 telah tiba di Bukit Kemuning, dan pada tanggal 26 Desember 1949 sore harinya telah berada di Kotabumi. Penyerahan kedaulatan di Kotabumi pada tanggal 27 Desember 1949 jam 09.00, pada tahun tersebut kami sedang berkumpul di hutan dan sedang melaksanakan Caese Fire karena perintah dari presiden. Lampung telah menerima kedaulatan sebagai bagian dari NKRI. Pada saat itu kami keluar dari hutan, kami dikumpulkan di stasiun Kereta Api Kotabumi, pada saat itu Belanda menyerahkan kedaulatan terhadap Indonesia di Lampung. Waktu itu, ada beberapa perwakilan dari KTN juga dan Lampung ini diwakili oleh Batlyon 21 Resimen XI (Wawancara Bapak Rozalie Shaleh, 28 April 2014). PEMBAHASAN Proses perjuangan Corps Polisi Militer (CPM) dalam mempertahankan kemerdekaan Republik Indonesia di Kawedanan Gedongtataan Karesidenan Lampung tahun 1949 terjadi di 3 kecamatan dan melalui tahapan sebagai berikut : Tanggal 2 Januari 1949 diadakan konsolidasi oleh pimpinan-pimpinan pasukan untuk memperkuat daerah-daerah pertahanan di Lampung, maka diadakan musyawarah dan memutuskan pasukanpasukan yang berada di kecamatan Kawedanan Gedongtataan dibagi untuk memperkuat berbagai daerah pertahanan seperti di Way Lima, Way Lalap, Way Semah, Gadingrejo, dan Kedondong. Setelah seluruh pemerintahan Karesidenan Lampung dan seluruh pasukan staff militer berpindah ke Gedongtataan maka Belanda berusaha untuk menguasai Gedongtataan, oleh karena itu Belanda menyerang Gedongtataan dari berbagai arah. Pada tanggal 3-6 Januari 1949 Belanda datang ke Kecamatan Gedongtataan melalui Kemiling untuk menguasai daerah tersebut tetapi pasukan CPM kompi C berhasil menghadang tentara Belanda, tanggal 7 Januari 1949 Belanda menyerang kembali dan berusaha untuk menguasai kecamatan Gedongtataan dengan menyerang dari darat dan udara. Tanggal 8 Januari pasukan Belanda datang kembali menyerang Gedongtataan dari arah Kalirejo dengan mengerahkan pasukan dengan jumlah yang sangat besar. Tanggal 9 Januari 1949 Belanda masuk ke Gedongtataan dari arah yang tidak terduga yaitu melalui Branti, Pejambon dan Halangan Ratu, akhirnya Belanda berhasil masuk ke kecamatan Gedongtataan dan Belanda melakukan serangan secara terusmenerus. Namun pasukan yang berada disana tidak tinggal diam, pasukan yang dipimpin oleh CPM kompi C mencari waktu lengah tentara Belanda untuk mengadakan serangan balik. Beberapa kali terjadi serangan fisik dengan berhadapan langsung antara Belanda dengan pasukan di daerah ini. Akhirnya Gedongtataan berhasil direbut oleh Belanda. Namun keadaan ini tidak menyurutkan semangat pasukan CPM kompi C yang dipimpin oleh Kapten Suratno tetap berjuang melawan Belanda. Kecamatan Gedongtataan berhasil dikuasai oleh Belanda tanggal 15 Januari 1949. Maka pasukan CPM Kompi C menyadari ketidakseimbangan persenjataan dengan Belanda, pasukan tersebut mundur ke Gadingrejo untuk mengatur strategi dalam menghadapi Belanda. Sekitar awal Maret di Gadingrejo Pasukan CPM Kie C dengan dibantu oleh pasukan Garuda Merah melakukan konsolidasi dan menghasilkan bahwa pasukan dibagi menjadi Front Tengah yang meliputi daerah Gadingrejo, Front Sayap Kanan meliputi daerah Way Lima dan Front Sayap Kiri meliputi daerah Pringsewu dan Sukoharjo.

Konsolidasi pasukan ini dilakukan untuk mempertahankan daerah-daerah lain yang menjadi sasaran untuk dikuasai oleh Belanda. Ketiga Front ini merupakan tumpuan rakyat untuk mempertahankan kemerdekaan di Lampung dalam menghadapi Belanda. Di mulai dari tanggal 16 Januari 1949 jam 09.00 Belanda melancarkan aksinya menyerang ke Gadingrejo. Pada saat itu Belanda mengetahui bahwa daerah tersebut menjadi basis pertahanan pasukan. Belanda dengan menggunakan pesawat udara menyerang ke Gadingrejo namun serangan tersebut tidak berhasil menembus pertahanan pasukan di daerah tersebut, hal ini dikarenakan kegigihan pasukan yang tetap menjaga basis pertahanan. Tanggal 18 Januari 1949 Belanda menyerang kembali ke Gadingrejo sebelah selatan secara terusmenerus. Pasukan CPM Kompi C mengadakan perlawanan terhadap serangan Belanda tersebut, maka pada saat itu terjadilah pertempuran. Setelah mengadakan konsolidasi pasukan di Gadingrejo, pasukan dibagi menjadi tiga front dan CPM bertugas memperkuat pertahanan di daerah Purworejo. Pada saat itu pasukan CPM sering mengadakan kontak senjata terhadap Belanda yang ingin menembus basis-basis pertahanan pasukan di Gadingrejo, pada awal Maret 1949 Belanda melakukakn serangan di Gadingrejo, pertempuran antara CPM Kompi C dengan Belanda tidak dapat dihindarkan lagi ketika Belanda mengerahkan pasukan yang cukup banyak dengan menggunakan senjata lebih lengkap ke daerah perbukitan di Purworejo, maka dalam pertempuran tersebut gugur enam orang dari pasukan yang terdiri dari CPM dan Lasykar. Pada tanggal 11 Maret 1949 Belanda mendaratkan pasukan ke Kotaagung. Belanda melakukan berbagai usaha untuk menguasai Pringsewu dengan menyerang Pringsewu dari dua jurusan, jurusan Gadingrejo dan jurusan Talangpadang. Angkatan Laut Belanda yang mendarat di Kotaagung dan bergerak ke Talangpadang dan Pringsewu, sedangkan angkatan daratnya dari Tanjungkarang dengan tanktank menyerbu ke Pringsewu. Akhirnya setelah melalui pertempuran-pertempuran sengit antara CPM Kompi C dengan Belanda, Pringsewu jatuh ke tangan Belanda pada tanggal 13 Maret 1949. Setelah Gadingrejo dan Pringsewu berhasil dikuasai oleh Belanda maka pasukan CPM Kompi C berpindah ke kecamatan Sukoharjo. Di Sukoharjo pasukan CPM pimpinan Kapten Suratno dan pasukan Kapten Alamsyah melakukan kembali konsolidasi pasukan dengan membagi empat daerah pertahanan gerilya yaitu Pandansari, Sekampung, Sinar Fajar dan Fajar Baru. Kapten Suratno membagi khusus pasukan CPM Kompi C menjadi pos-pos pertahanan sekitaran desa-desa di Sukaharjo seperti desa Margoyoso, Mataram, Grujugan dan Bukit Sutopo. Hal ini bertujuan untuk melindungi pusat pertahanan CPM di desa Panggungrejo agar Belanda tidak dapat menerobos masuk ke Panggungrejo. Setelah Pringsewu berhasil jatuh ke tangan Belanda pada tanggal 13 Maret 1949, CPM menyebrangi daerah Way Sekampung untuk menghindari serangan Belanda dan mencari tempat yang lebih aman. Maka pada saat itu CPM menempati Desa Pandansari. Di desa ini Kapten Suratno mengatur strategi dengan membentuk pos-pos pertahanan di daerah sekitar Way Sekampung/Sukoharjo dan mengadakan konsolidasi pasukan dengan membagi pasukannya untuk menjaga pospos tersebut, selain itu Kapten Suratno juga menetapkan Desa Panggungrejo sebagai basis pertahanan pasukan CPM karena dianggap tempat tersebut merupakan daerah paling aman pada saat itu dan dapat dijadikan daerah penyedia pangan bagi pasukan yang sedang melawan tentara Belanda. Setelah Belanda mengetahui bahwa Desa Panggungrejo dijadikan basis pertahanan CPM maka Belanda mulai melancarkan aksinya untuk menyerang Desa Panggungrejo dari segala arah, akan tetapi pos-pos penjaga yang diperkuat oleh

pasukan CPM yang dibentuk oleh Kapten Suratno di sepanjang jalan menuju desa tersebut tidak tinggal diam terhadap serangan Belanda. Ketika Belanda melaksanakan serangan besar-besaran ke Desa Panggungrejo, Belanda mendapatkan hambatan dari pos penjaga di Desa Mataram dan terjadi pertempuran pada saat itu. Lalu ketika Belanda ingin menerobos kembali basis pertahanan melalui Desa Margoyoso maka pasukan berhasil menghadan tentara Belanda di daerah perbukitan, Sersan Sutopo telah menyiapkan senapan mesin disana, dalam pertempuran tersebut dari pihak CPM gugur dua orang. Selain itu Ketika Belanda ingin menyerang di Desa Pujorahayu, Tentara Belanda menyamar menjadi pasukan CPM setelah diketahui oleh pasukan CPM maka terjadilah tembakmenembak di pos Pujorahayu yang diperkuat oleh Lettu Maskun. Walaupun Belanda tidak henti mengadakan seranganserangan untuk menerobos ke basis pertahanan di Desa Panggungrejo, akan tetapi pasukan CPM tetap dengan gigih menjaga dan melawan terhadap seranganserangan Belanda. Sampai terjadi Cease Fire desa Panggungrejo tidak pernah berhasil diduduki oleh tentara Belanda. Pada tanggal 15 Oktober 1949 perwakilan tentara Belanda dengan didampingi perwakilan tentara Indonesia sebagai penghubung dan Panitia Komisi Tiga Negara (KTN) mendatangi markas CPM di Desa Panggungrejo yang bertujuan untuk memberikan perintah terhadap Kapten Suratno untuk menerima penyerahan kedaulatan Indonesia di Lampung secara simbolik. Penyerahan kedaulatan tersebut akan dilaksanakan di Stasiun Kotabumi. Maka pada tanggal 27 Desembar 1949 jam 09.00 di Stasiun Kereta Api Kotabumi dikibarkan sang Bendera Merah Putih dan penurunan bendera Belanda, hal ini menjadi bukti bahwa Belanda telah mengakui kedaulatan Lampung dan Lampung tetap menjadi bagian dari Negara Kesatuan Republik Indonesia. Setelah terjadi penyerahan kedaulatan tersebut maka berakhir juga perjuangan bersenjata CPM dalam mempertahankan kemerdekaan Indonesia di Lampung. Para pejuang mengadakan perlawanan dengan semangat yang tinggi dan pantang menyerah sehingga kemerdekaan yang telah ada dapat tetap dipertahankan. Rasa cinta tanah air dan rasa kesatuan yang menjadi faktor utama kemerdekaan Indonesia dapat tetap dipertahankan. SIMPULAN Berdasarkan hasil pembahasan dalam penelitian ini, maka dapat disimpulkan bahwa Proses perjuangan Corps Polisi Militer (CPM) dalam mempertahankan kemerdekaan Republik Indonesia di Kawedanan Gedongtataan meliputi 3 kecamatan dan secara bertahap, sebagai berikut: Pada tahap persiapan diadakan konsolidasi pasukan untuk mempertahankan daerah-daerah yang akan dikuasai oleh Belanda seperti Way Lima, Way Lalap, Gadingrejo, Way Semah dan Kedondong. Tahap pelaksanaan, mulai tanggal 3-6 Januari 1949 Belanda menyerang ke Gedongtataan namun serangan ini berhasil dihadang oleh pasukan CPM yang dibantu oleh Lasykar rakyat. Pasukan yang berada di Kawedanan Gedongtataan mengadakan seranganserangan balik secara fisik. Tanggal 9 Januari 1949 Belanda menyerang Kecamatan Gedongtataan melalui Branti, Pajambon dan Halangan Ratu. Belanda melancarkan aksinya dengan menembaki rumah-rumah rakyat, menyekap rakyat dan menyerang secara membabi buta. Akhirnya karena kurangnya persenjataan sehingga pasukan mengadakan gerak mundur. Tahap penyelesaian, akhirnya Gedongtataan berhasil dikuasai oleh Belanda dan pasukan mundur ke daerah Gadingrejo. Pasukan yang dipimpin oleh Kapten Suratno komandan CPM Kompi C mengadakan konsolidasi pasukan dan mengatur strategi di Gadingrejo. Pada saat konsolidasi di Gadingrejo maka pasukan

dibagi menjadi tiga Front yaitu Front Tengah, Front Sayap Kanan da Front Sayap Kiri. Pada saat itu CPM Kompi C mempertahankan Front Sayap Kiri yang meliputi daerah Pringsewu dan Sukoharjo. Tahap Pelaksanaan, mulai tanggal 16 Januari 1949 Belanda menyerang Gadingrejo. Belanda menyerang melalui darat dan udara dengan menggunakan pesawat terbang dan tank-tank serta menembaki Gadingrejo secara membabi buta namun Gadingrejo dapat dipertahankan oleh pasukan pada saat itu. Pasukan yang berada di Gadingrejo melawan Belanda dan bertempur secara fisik. Pada tanggal 18 Januari 1949 Belanda menyerang kembali ke Gadingrejo hingga ke pelosok daerah, pada pertengahan bulan Maret ketika CPM Kompi C menjaga di daerah Purworejo, Belanda datang menyerang maka terjadilah pertempuran saat itu dan menelan enam korban jiwa dari CPM dan Lasykar rakyat. Tahap penyelesaian, Belanda melakukan berbagai usaha untuk menguasai daerah Gadingrejo yang meliputi Pringsewu. Pada akhirnya Gadingrejo dan Pringsewu berhasil dikuasai oleh Belanda pada tanggal 13 Maret 1949. Tanggal 13 Maret 1949 Pringsewu jatuh ke tangan Belanda maka pasukan yang berada disana ikut menyebrang ke daerah Sukoharjo dan DAFTAR PUSTAKA Dewan Harian Daerah Angkatan-45. 1994. Sejarah Perjuangan Kemerdekaan Di Lampung: Lampung. Badan Penggerak Pembina Potensi Angkatan 45. Kansil, C.S.T Dan Julianto. 1996. Sejarah Pergerakan Kebangsaan Indonesia. Jakarta: Gramedia. Koentjaraningrat. 1983. Metode-Metode Penelitian Masyarakat. Jakarta: Gramedia. bergabung dengan CPM yang kemudian menempati Desa Pandansari, disana pasukan dibagi lagi menjadi empat daerah perlawanan gerilya yang meliputi Pandansari, Sekampung, Sinar Fajar dan Fajar Baru. Kemudian Kapten Suratno juga mengadakan konsolidasi dan menentukan strategi terhadap pasukan CPM dengan membagi desa-desa di Sukoharjo menjadi pos-pos pertahanan yang diperkuat oleh pasukan CPM dan desa Panggungrejo menjadi pusat basis pertahanan CPM. Pasukan CPM yang dipimpin Kapten Suratno menjaga ketat daerah ini, Desa Panggungrejo dijadikan pusat pertahanan untuk CPM dan menjadi penyedia pangan. Oleh tentara Belanda. Desa-desa yang dijaga oleh pasukan CPM sering dilancarakan serangan secara fisik oleh Belanda maka terjadi pertempuranpertempuran di berbagai daerah seperti di Desa Mataram, Margoyoso dan Bukit Sutopo dan banyak memakan banyak korban jiwa dari pihak CPM Kompi C. Tanggal 15 Oktober 1949 mendatangi markas CPM Kompi C untuk memerintahkan agar menerima penyerahan kedaulatan Indonesia di Lampung yang diwakili oleh komandan CPM Kompi C Kapten Suratno. Akhirnya Tanggal 27 Desember 1949. Belanda menyerahkan kedaulatan di PJKA Kotabumi. Muhaimin, Yahya A.1982.Perkembangan Militer dan Politik di Indonesia 1945-1966. Yogyakarta: Gajah Mada University Press. Nawawi, Hadari.1993.Metode Penelitian Bidang Sosial. Yogyakarta: Gajah Mada University Press. Nazir, Muhammad. 1985. Metode Penelitian Masyarakat prosedur dan Strategi. Bandung: Angkasa.

Notosusanto, Nugroho. 1948. Hakekat Sejarah Dan Azas-Azas Metode Sejarah: Jakarta. Mega Bookstore. Poerwadarminta, W.J.S. 1985. Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional. Jakarta: Balai Pustaka. Subagyo, Joko P. 2006. Metode Penelitian Dalam Teori Dan Praktek. Jakarta: Rineka Cipta. Suratmin, Endro. 1995. Dokumen Perjuangan Pahlawan Kemerdekaan Daerah Provinsi Lampung. Bandar Lampung: Dinas Sosial.