BAB I PENDAHULUAN. konsisten menempatkan sektor pariwisata sebagai sektor andalan. Dampak

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. Sektor pariwisata merupakan salah satu sektor yang diunggulkan sebagai

BAB I PENDAHULUAN. barang dan jasa, pemakaian sumber-sumber energi, dan sumber daya alam.

PERATURAN MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP NOMOR 03 TAHUN 2010 TENTANG BAKU MUTU AIR LIMBAH BAGI KAWASAN INDUSTRI MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP,

PERATURAN MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP NOMOR 03 TAHUN 2010 TENTANG BAKU MUTU AIR LIMBAH BAGI KAWASAN INDUSTRI MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP,

BAB I PENDAHULUAN. perhatian terhadap lingkungan yang memunculkan tuntutan tanggung jawab

BUPATI BLITAR PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH KABUPATEN BLITAR NOMOR 2 TAHUN 2015 TENTANG IZIN LINGKUNGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG

Ikhtisar Eksekutif TUJUAN PEMBANGUNAN LINGKUNGAN HIDUP

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BLITAR TAHUN 2015 PERATURAN DAERAH KABUPATEN BLITAR NOMOR 2 TAHUN 2015 TENTANG IZIN LINGKUNGAN

GUBERNUR BALI PERATURAN GUBERNUR BALI NOMOR 16 TAHUN 2016 TENTANG BAKU MUTU LINGKUNGAN HIDUP DAN KRITERIA BAKU KERUSAKAN LINGKUNGAN HIDUP

KEBIJAKAN PENYUSUNAN LAPORAN RENCANA PENGELOLAAN LINGKUNGAN (RKL) DAN RENCANA PEMANTAUAN LINGKUNGAN (RPL)

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN,

GUBERNUR JAWA TIMUR, 4. Peraturan Pemerintah Nomor 93 Tahun 1999 tentang Perusahaan Umum Jasa Tirta I ;

PERENCANAAN DAN PERJANJIAN KINERJA. Bab II

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 19 TAHUN 1999 TENTANG PENGENDALIAN PENCEMARAN DAN/ATAU PERUSAKAN LAUT PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Pokok-Pokok Substansi PERATURAN PEMERINTAH NO 24 TAHUN 2009 TENTANG KAWASAN INDUSTRI

GUBERNUR KALIMANTAN TENGAH

GUBERNUR KALIMANTAN TENGAH

MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP,

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara kepulauan terbesar di dunia dengan beribu

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 19 TAHUN 1999 TENTANG PENGENDALIAN PENCEMARAN DAN/ATAU PERUSAKAN LAUT

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 19 TAHUN 1999 TENTANG PENGENDALIAN PENCEMARAN DAN/ATAU PERUSAKAN LAUT PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 19 TAHUN 1999 TENTANG PENGENDALIAN PENCEMARAN DAN ATAU PERUSAKAN LAUT PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

3. Kedalaman rencana pemantauan lingkungan hidup

KEPUTUSAN MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP NOMOR 45 TAHUN 2005 TENTANG

PERATURAN MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP NOMOR 15 TAHUN 2008 TENTANG BAKU MUTU AIR LIMBAH BAGI USAHA DAN/ATAU KEGIATAN PENGOLAHAN KEDELAI

PERATURAN MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP NOMOR 06 TAHUN 2007 TENTANG BAKU MUTU AIR LIMBAH BAGI USAHA DAN/ATAU KEGIATAN PENGOLAHAN HASIL PERIKANAN

Kerangka Acuan Analisis Dampak Lingkungan BAB 1 Pendahuluan BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang

PERATURAN MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP NOMOR 10 TAHUN 2009 TENTANG BAKU MUTU AIR LIMBAH BAGI USAHA DAN/ATAU KEGIATAN INDUSTRI OLEOKIMIA DASAR

PENDAHULUAN Latar Belakang

PELAKSANAAN PENGELOLAAN DAN PEMANTAUAN LINGKUNGAN BERDASARKAN DOKUMEN RKL & RPL SERTA CORPORATE SOCIAL RESPONSIBILITY (CSR) DI PT. TAMAN NUSA GIANYAR

PERATURAN DAERAH KABUPATEN PASURUAN NOMOR 3 TAHUN 2010 TENTANG PENGELOLAAN SAMPAH DI KABUPATEN PASURUAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

2016, No Nomor 140, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5059); 2. Peraturan Pemerintah Nomor 82 Tahun 2001 tentang Pengelolaan K

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 19 TAHUN 1999 TENTANG PENGENDALIAN PENCEMARAN DAN/ATAU PERUSAKAN LAUT

BUPATI KEPULAUAN MERANTI PROVINSI RIAU PERATURAN DAERAH KABUPATEN KEPULAUAN MERANTI NOMOR 6 TAHUN 2015 TENTANG

PEMERINTAH KABUPATEN MALANG

PERATURAN DAERAH KOTA TANGERANG NOMOR 3 TAHUN 2009 TENTANG PENGELOLAAN SAMPAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA TANGERANG,

BERITA DAERAH KABUPATEN BANTUL

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BUPATI JOMBANG PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH KABUPATEN JOMBANG NOMOR 6 TAHUN 2014 TENTANG IZIN LINGKUNGAN

PERATURAN MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP NOMOR 20 TAHUN 2009 TENTANG URUSAN PEMERINTAH DI BIDANG LINGKUNGAN HIDUP YANG DAPAT DIDEKONSENTRASIKAN

MEMUTUSKAN: Menetapkan :PERATURAN MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP TENTANG BAKU MUTU AIR LIMBAH BAGI USAHA DAN/ATAU KEGIATAN PENGOLAHAN KELAPA.

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 110 TAHUN 2015 TENTANG USAHA WISATA AGRO HORTIKULTURA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP,

BUPATI SIMEULUE QANUN KABUPATEN SIMEULUE NOMOR 5 TAHUN 2008 TENTANG PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP

2012, No.71 2 BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Peraturan Pemerintah ini yang dimaksud dengan: 1. Kebandarudaraan adalah segala sesuatu yang berkaita

PERATURAN BUPATI CILACAP NOMOR 52 TAHUN 2011 TENTANG IJIN PEMBUANGAN DAN/ATAU PEMANFAATAN AIR LIMBAH DI KABUPATEN CILACAP

PB 4. AMDAL, UKL dan UPL. AMDAL, UKL dan UPL

PERATURAN MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP NOMOR 09 TAHUN 2007 TENTANG BAKU MUTU AIR LIMBAH BAGI USAHA DAN/ATAU KEGIATAN INDUSTRI RAYON

PERATURAN MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP NOMOR 06 TAHUN 2010 TENTANG BAKU MUTU AIR LIMBAH BAGI INDUSTRI ROKOK DAN/ATAU CERUTU

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

RANCANGAN PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR. TAHUN 2014 TENTANG IZIN USAHA INDUSTRI DAN IZIN USAHA KAWASAN INDUSTRI

BAB V RENCANA PROGRAM, KEGIATAN, INDIKATOR KINERJA, KELOMPOK SASARAN, DAN PENDANAAN INDIKATIF

KEPUTUSAN MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP NO. 58 TAHUN 1995 TENTANG BAKU MUTU LIMBAH CAIR BAGI KEGIATAN RUMAH SAKIT MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP,

PERATURAN MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP NOMOR 06 TAHUN 2007 TENTANG BAKU MUTU AIR LIMBAH BAGI USAHA DAN/ATAU KEGIATAN PENGOLAHAN HASIL PERIKANAN

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

PERATURAN MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP NOMOR 08 TAHUN 2007 TENTANG BAKU MUTU AIR LIMBAH BAGI USAHA DAN/ATAU KEGIATAN INDUSTRI PETROKIMIA HULU

BUPATI CIAMIS PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN BUPATI CIAMIS NOMOR 63 TAHUN 2015 TENTANG TATA CARA PENGELOLAAN LIMBAH BAHAN BERBAHAYA DAN BERACUN

SISTEM INFORMASI PELAPORAN PELAKSANAAN IZIN LINGKUNGAN KEMENTERIAN LINGKUNGAN HIDUP PUSAT PENGELOLAAN EKOREGION SUMATERA

-2- Pasal 68 ayat huruf c dan Pasal 69 ayat UndangUndang Nomor 41 Tahun 1999 tentang Kehutanan sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 19

PERATURAN MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP NOMOR :... TAHUN... TENTANG PENGELOLAAN LIMBAH INDUSTRI MINYAK SAWIT MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP,

I. UMUM. Sejalan...

Geografi PELESTARIAN LINGKUNGAN HIDUP DAN PEMBANGUNAN BERKELANJUTAN II. K e l a s. xxxxxxxxxx Kurikulum 2006/2013

GUBERNUR JAWA TIMUR KEPUTUSAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 188/331/KPTS/013/2012 TENTANG

BUPATI BLORA PERATURAN BUPATI BLORA NOMOR 17 TAHUN 2015 TENTANG

PERATURAN MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP NOMOR 15 TAHUN 2008 TENTANG BAKU MUTU AIR LIMBAH BAGI USAHA DAN/ATAU KEGIATAN PENGOLAHAN KEDELAI

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 110 TAHUN 2015 TENTANG USAHA WISATA AGRO HORTIKULTURA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Peraturan Pemerintah No. 19 Tahun 1999 Tentang : Pengendalian Pencemaran Dan/Atau Perusakan Laut

PENGENDALIAN KERUSAKAN DAN ATAU PENCEMARAN LINGKUNGAN HIDUP YANG BERKAITAN DENGAN KEBAKARAN HUTAN DAN ATAU LAHAN

BAB I PENDAHULUAN. tambah kecuali sekedar mempermudah sistem pembuangan. adalah mengolah masukan (input) menjadi keluaran (ouput).

PERATURAN MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP NOMOR :... TAHUN... TENTANG PENGELOLAAN LIMBAH INDUSTRI MINYAK SAWIT MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP,

4. Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2004 tentang Sumber Daya Air (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 32, Tambahan Lembaran Negara

BAB IV VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN, STRATEGI DAN KEBIJAKAN

PERATURAN MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP NOMOR 12 TAHUN 2006 TENTANG PERSYARATAN DAN TATA CARA PERIZINAN PEMBUANGAN AIR LIMBAH KE LAUT

SOP PENILAIAN AMDAL, PEMERIKSAAN DOKUMEN UKL-UPL DAN IZIN LINGKUNGAN

BERITA DAERAH KOTA CILEGON TAHUN : 2017 NOMOR : 27

PERATURAN GUBERNUR ACEH NOMOR 57 TAHUN 2016 TENTANG PELAKSANAAN PEMANTAUAN DAN PENGAWASAN LINGKUNGAN HIDUP DI ACEH DENGAN RAHMAT ALLAH YANG MAHA KUASA

- 1 - WALIKOTA SERANG PROVINSI BANTEN PERATURAN DAERAH KOTA SERANG NOMOR 2 TAHUN 2015 TENTANG IZIN TEMPAT USAHA DAN GANGGUAN

KEPUTUSAN GUBERNUR KEPALA DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA NOMOR : 157A/KPTS/1998

WALIKOTA TIDORE KEPULAUAN

MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP,

BUPATI KEBUMEN PERATURAN BUPATI KEBUMEN NOMOR 75 TAHUN 2008 TENTANG

PERATURAN DAERAH KOTA TANGERANG NOMOR 2 TAHUN 2009 TENTANG PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA TANGERANG,

KEPUTUSAN MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP,

PERATURAN DAERAH KOTA MALANG NOMOR 8 TAHUN 2015 TENTANG IZIN LINGKUNGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA MALANG,

QANUN KABUPATEN BIREUEN NOMOR 15 TAHUN 2011 TENTANG PENGELOLAAN SAMPAH BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM DENGAN NAMA ALLAH YANG MAHA KUASA BUPATI BIREUEN,

MEMUTUSKAN: Menetapkan :PERATURAN MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP TENTANG BAKU MUTU AIR LIMBAH BAGI USAHA DAN/ATAU KEGIATAN PENGOLAHAN RUMPUT LAUT.

2 2. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 125, Tambahan Lembaran Negara

MENTERI LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA

PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

GUBERNUR JAWA TIMUR KEPUTUSAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 188/331/KPTS/013/2012 TENTANG

GUBERNUR JAMBI PERATURAN GUBERNUR JAMBI NOMOR 26 TAHUN 2008

PERATURAN MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP NOMOR 02 TAHUN 2006 TENTANG BAKU MUTU AIR LIMBAH BAGI KEGIATAN RUMAH PEMOTONGAN HEWAN

PERATURAN DAERAH KOTA TARAKAN NOMOR 16 TAHUN 2000 TENTANG PEMBENTUKAN ORGANISASI DAN TATA KERJA BADAN PENGENDALIAN DAMPAK LINGKUNGAN DAERAH

Analisis Mengenai Dampak Lingkungan (AMDAL)

PERATURAN MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP NOMOR 05 TAHUN 2010 TENTANG BAKU MUTU AIR LIMBAH BAGI INDUSTRI GULA MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP,

I. PENDAHULUAN. Limbah berbahaya adalah limbah yang mempunyai sifat-sifat antara lain

BERITA DAERAH KABUPATEN GUNUNGKIDUL ( Berita Resmi Pemerintah Kabupaten Gunungkidul ) Nomor : 47 Tahun : 2014

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pulau Bali merupakan barometer perkembangan pariwisata nasional yang merupakan daerah tujuan pariwisata Indonesia. Sebagai daerah tujuan wisata, Bali konsisten menempatkan sektor pariwisata sebagai sektor andalan. Dampak perkembangan pariwisata terhadap kondisi sosial ekonomi masyarakat lokal dikelompokkan oleh Cohen (1984) dalam Pendit (1994) menjadi delapan kelompok besar, yaitu (1) dampak terhadap penerimaan devisa, (2) dampak terhadap pendapatan masyarakat, (3) dampak terhadap kesempatan kerja, (4) dampak terhadap harga-harga, (5) dampak terhadap distribusi masyarakat atau keuntungan, (6) dampak terhadap kepemilikan dan kontrol, (7) dampak terhadap pembangunan pada umumnya dan (8) dampak terhadap pendapatan pemerintah. Pengembangan industri pariwisata di Bali menggunakan kosep Pariwisata Budaya yang secara implisit mengandung misi menumbuh suburkan kebudayaan Bali. Salah satu kabupaten di Bali yang memiliki potensi pariwisata adalah Kabupaten Gianyar. kabupaten Gianyar merupakan salah satu wilayah di Bali yang memiliki keanekaragaman budaya yang menarik khususnya seni baik seni tari, tabuh, pahat maupun lukisan dan kerajinan tangan yang sudah mendunia yang merupakan daya tarik tersendiri bagi wisatawan. Dengan luas wilayah meliputi 36.800 ha, kepadatan Gianyar mengarah ke daerah pinggir yang merupakan kawasan wisata terutama di daerah Kecamatan Ubud. 1

2 Pariwisata Kabupaten Gianyar juga didukung dengan keanekaragaman daya tarik obyek wisatanya maupun berbagai atraksi wisata serta keramahan masyarakatnya. Hampir berbagai jenis obyek wisata terdapat di Kabupaten Gianyar seperti museum lukisan, obyek wisata budaya, taman safari, keindahan pantai dan lain-lain. Dari sekian banyak obyek wisata tersebut salah satunya keberadaan Taman Budaya Nusantara di Banjar Belahpane, Desa Sidan, Kecamatan Gianyar. Keberadaan Taman Budaya Nusantara PT. Taman Nusa ini bertujuan untuk mendukung pengembangan kepariwisataan di Kabupaten Gianyar dengan menyediakan fasilitas obyek dan daya tarik wisata budaya, rekreasi, dan olah raga yang dapat menampung kunjungan wisatawan yang datang ke daerah. Selain itu, Keberadaan sarana pariwisata ini dapat membantu meningkatkan pendapatan dan kesejahteraan masyarakat, membantu aktivitas pembangunan di Kabupaten Gianyar melalui partisipasi, membantu peningkatan pendapatan asli daerah melalui pungutan pajak obyek wisata, serta dapat membantu Pemerintah Daerah Kabupaten Gianyar dalam penyediaan lapangan kerja. Terlepas dari hal positif di atas, keberadaan prasarana dan sarana kepariwisataan tersebut, selain dapat meningkatkan pendapatan masyarakat juga dapat menimbulkan dampak negatif salah satunya adalah limbah cair yang dihasilkan apabila tidak dikelola dengan baik akan dapat menyebabkan terjadinya penurunan kualitas lingkungan khususnya dampak terhadap penurunan kualitas air sungai. Hal ini dapat terjadi akibat karena jenis limbah yang dihasilkan kegiatan ini lebih beragam dan perlu penanganan khusus jika dibandingkan dengan bidang

3 usaha lainnya, hal ini terkait dengan aktivitas di dalamnya. Limbah yang dihasilkan ada limbah oleh kegiatan berupa sisa-sisa kegiatan memasak, MCK, kolam renang dan lain-lain. Komposisi air limbah hotel dapat terdiri dari beberapa persenyawaan baik yang bersifat organik maupun anorganik. Beberapa komposisi persenyawaan dalam air limbah antara lain terdiri atas: uap air, zat organik, Pestisida, Fenol, Alidrin, Nitrogen, Phosfor, Karbon, Kalsium, Seng, Kadmium, Sulfat, Sulfida, Amoniak, Besi, Tembaga, Krom, dan senyawa kimia toksik 12 lainnya (Duncan dalam Sugiharto, 1987). Air limbah ini juga biasanya mengandung berbagai mikroorganisme yang bersifat Pathogen seperti Elcoli yang dapat menimbulkan penyakit apabila mencemari perairan. Salah satu upaya yang dapat dilakukan untuk mencegah terjadinya pencemaran lingkungan dilakukan dengan membuat Rencana Pengelolaan dan Pemantauan Lingkungan Hidup yang tertuang dalam Dokumen Analisis Mengenai Dampak Lingkungan (AMDAL). Menurut Undang-undang Nomor 32 Tahun 2009 Pasal 22 ayat (1) bahwa "setiap usaha dan/atau kegiatan yang berdampak penting terhadap lingkungan hidup wajib memiliki AMDAL". Dokumen AMDAL digunakan sebagai instrumen pencegahan pencemaran yang dibuat pada tahap perencanaan usaha dan/atau kegiatan. Seluruh kewajiban pengelolaan dan pemantauan lingkungan hidup yang tercantum dalam dokumen Rencana Pengelolaan Lingkungan (RKL) dan Rencana Pemantauan Lingkungan (RPL) wajib dilaksanakan oleh penanggungjawab usaha dan/atau kegiatan dan dilaporkan secara berkala kepada instansi lingkungan hidup pusat, provinsi dan/atau kabupaten/kota sesuai dengan kewenangannya.

4 Selain itu, Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas Bab 1 pasal 2 menyatakan bahwa Perseroan harus mempunyai maksud dan tujuan serta kegiatan yang tidak bertentangan dengan ketentuan perundangundangan, ketertiban umum, dan/atau kesusilaan. Secara eksplisit dan implisit bahwa undang-undang tersebut memberikan arahan pada pelaku bisnis (perusahaan) agar tidak melihat orientasi dari perspektif economic rational semata, tetapi juga mampu menjaga keseimbangan guna mencapai tujuan dalam kerangka tanggungjawab sesuai perundangan serta mengedepankan susila termasuk nilai dalam masyarakat. Hal inilah yang menjadi alasan diperlukannya kesadaran terhadap Corporate Social Responsibility (CSR) sehingga perusahaan bukan hanya sebagai aktivitas ekonomi yang menciptakan profit demi kelangsungan bisnis dengan melakukan eksploitasi sumberdaya semata, namun juga tanggung jawab sosial termasuk lingkungan. Tuntutan implementasi pengelolaan lingkungan semakin ketat dan menjadi semakin penting bagi kegiatan dan perusahaan yang wajib AMDAL. Hal ini terlihat dengan munculnya UU PPLH No. 32 tahun 2009 yang mengatur mulai dari perencanaan lingkungan, implementasi dan pencegahan pencemaran hingga penegakan hukum. Seperti yang tertuang dalam UU PPLH No 32 tahun 2009 tersebut, AMDAL menjadi dasar penerbitan izin lingkungan. Izin lingkungan menjadi dasar/mendahului izin usaha dan izin-izin yang lain. Dengan demikian diperlukan pengendalian yang ketat tentang pelaksanaan AMDAL melalui pelaporan RKL-RPL oleh pemerintah, Jika terjadi pelanggaran terhadap AMDAL yang telah ditetapkan, maka izin AMDAL yang didalamnya tidak di keluarkan.

5 AMDAL adalah komitmen dari Perusahaan dalam melakukan pengelolaan lingkungan dan bila komitmen ini tidak dilaksanakan maka termasuk kedalam pelanggaran peraturan. Dalam mengimplementasikan AMDAL perusahaan harus memiliki strategi yang tepat agar diperoleh hasil yang optimal. Diperlukan integrasi AMDAL dengan pengelolaan lingkungan lainnya seperti: PROPER, ISO 14001, CSR, Sustainable Devolepment, dan lain-lain. Disamping itu yang tidak kalah pentingya adalah meningkatkan kompetensi Sumber Daya Manusia di perusahaan dan pemerintah. Kinerja pengelolaan dan pemantauan lingkungan ditunjukkan dalam suatu laporan yang sudah ditentukan periodenya (minimum 6 bulan sekali) oleh pemerintah. Penyampaian laporan yang memadai dan akurat merupakan hal yang diperlukan sebagai alat ukur kinerja lingkungan perusahaan, pertanggungjawaban perusahaan dalam pengelolaan lingkungan, bukti hukum dan informasi bagi masyarakat, pemerintah dan stakeholder lainnya. Dalam Undang-undang Nomor 32 Tahun 2009 juga mengamanatkan kepada instansi yang bergerak di bidang lingkungan hidup untuk mengawasi pelaksanaannya, hal ini tertuang di dalam pasal 71 ayat (2) yang menyatakan bahwa "Menteri, Gubernur, atau Bupati/Walikota dapat mendelegasikan kewenangannya dalam melakukan pengawasan kepada pejabat/instansi teknis yang bertanggungjawab di bidang perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup".

6 Pengawasan terhadap perusahaan dalam pelaksanaan dokumen AMDAL khususnya RKL & RPL serta pelaksanaan tanggung jawab perusahaan dalam bentuk CSR bagi masyarakat sekitar penting untuk dilakukan agar perusahaan benar-benar melaksanakan arahan pengelolaan dan pemantauan lingkungan hidup dalam dokumen AMDAL sehingga dapat mencegah pencemaran dan kerusakan lingkungan selain itu juga agar dokumen AMDAL tidak hanya dijadikan persyaratan secara administrasi oleh perusahaan dalam pemenuhan perizinan. Berdasarkan hasil pengawasan terhadap pengelolaan lingkungan hidup yang dilakukan oleh Pejabat Pengawas Lingkungan Hidup BLH Gianyar bekerjasama dengan Pejabat Pengawas Lingkungan Hidup dari Kementrian Negara Lingkungan Hidup pada Semester I Tahun 2014 menunjukkan bahwa PT. Taman Nusa tidak melaksanakan pengelolaan dan pemantauan lingkungan hidup yang meliputi aspek pengendalian pencemaran air, pengendalian pencemaran udara dan pengelolaan limbah Bahan Berbahaya dan Beracun (B 3 ). Tim Pengawas pada saat itu telah mengambil sampel air limbah pada lokasi outlet STP dan dilakukan uji analisa laboratorium dan diketahui bahwa kandungan BOD, dan COD dari limbah tersebut melampaui Baku Mutu Air Limbah berdasarkan Peraturan gubernur Bali Nomor 08 Tahun 2007. Berdasarkan hal tersebut maka sangat penting untuk dilakukan evaluasi terhadap ketaatan pelaksanaan dokumen AMDAL khususnya pelaksanaan RKL dan RPL serta CSR di Taman Budaya Nusantara PT. Taman Nusa agar dapat benar-benar melaksanakan pengelolaan dan pemantauan lingkungan serta melaksanakan program CSR dengan baik.

7 1.2 Rumusan Masalah 1. Bagaimanakah pelaksanaan dokumen AMDAL khususnya Rencana Pengelolaan Lingkungan (RKL) dan Rencana Pemantauan Lingkungan (RPL) di Taman Budaya Nusantara oleh PT. Taman Nusa Gianyar? 2. Bagaimanakah pelaksanaan program CSR yang dilakukan di Taman Budaya Nusantara oleh PT. Taman Nusa Gianyar? 1.3 Tujuan Penelitian Berdasarkan rumusan masalah tersebut, maka tujuan penelitian ini dibagi menjadi tujuan umum dan tujuan khusus sebagai berikut. 1.3.1 Tujuan Umum Penelitian ini secara umum bertujuan untuk mengidentifikasi dan menganalisis pelaksanaan dokumen AMDAL khususnya Rencana Pengelolaan Lingkungan (RKL) dan Rencana Pemantauan Lingkungan (RPL) di Taman Budaya Nusantara oleh PT. Taman Nusa. 1.3.2 Tujuan Khusus Tujuan khusus yang ingin dicapai adalah sebagai berikut. 1. Untuk mengetahui dan menganalisis pelaksanaan dokumen AMDAL khususnya Rencana Pengelolaan Lingkungan (RKL) dan Rencana Pemantauan Lingkungan (RPL) di Taman Budaya Nusantara oleh PT. Taman Nusa.

8 2. Untuk mengetahui pelaksanaan program CSR yang dilakukan di Taman Budaya Nusantara PT. Taman Nusa sebagai bentuk tanggungjawab perusahaan. 1.4 Manfaat Penelitian 1. Manfaat praktis a. Bagi pemrakarsa Penelitian ini berguna untuk meningkatkan kesadaran pemrakarsa dalam melaksanakan pengelolaan dan pemantauan lingkungan. b. Bagi pemerintah Penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan masukan dan pertimbangan khususnya Badan Lingkungan Hidup Kabupaten Gianyar dalam melakukan pembinaan dan pengawasan terhadap Aspek Perijinan, pencemaran Air, pencemaran Udara, limbah B 3, dan pengelolaan limbah padat kepada usaha yang telah memiliki dokumen AMDAL. 2. Manfaat Akademik a. Penelitian ini dapat digunakan untuk pengembangan ilmu lingkungan terkait pelaksanaan dokumen lingkungan terhadap peraturan yang berlaku dan menambah wawasan mengenai AMDAL khususnya Dokumen RKL- RPL yang dimiliki perusahaan. b. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan gambaran lebih jauh mengenai studi kelayakan lingkungan berupa AMDAL dan pelaksanaanya,

9 serta bagaimana peraturan perundang-undangannya dibidang lingkungan hidup dilaksanakan oleh industri kepariwisataan. c. Penelitian ini juga dapat dipergunakan sebagai referensi pendekatan yang harus dilakukan kepada kalangan industri kepariwisataan serta sebagai acuan bagi pemerintah Kabupaten Gianyar dalam membuat kebijakan dibidang lingkungan hidup serta memberikan informasi kepada masyarakat tentang keterlibatannya dalam pelaksanaan pengelolaan lingkungan hidup.