KAJIAN UMUM WILAYAH PENELITIAN. Kondisi Geografis

dokumen-dokumen yang mirip
GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

BAB IV GAMBARAN UMUM

P E M E R I N T A H P R O V I N S I B A N T E N

IV. GAMBARAN UMUM KOTA DUMAI. Riau. Ditinjau dari letak geografis, Kota Dumai terletak antara 101 o 23'37 -

BAB IV GAMBARAN UMUM PENELITIAN. batas-batas wilayah sebagai berikut : - Sebelah Utara dengan Sumatera Barat. - Sebelah Barat dengan Samudera Hindia

IV. GAMBARAN UMUM KOTA CIMAHI. Republik Indonesia Nomor 5 Tahun 1974 tentang Pemerintahan dan Otonomi

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN

BAB IV GAMBARAN UMUM PENELITIAN. Timur dan 7,12 hingga 8,48 Lintang Selatan. Sedangkan luas Provinsi

2.1 Gambaran Umum Provinsi Kalimantan Timur A. Letak Geografis dan Administrasi Wilayah

IV. GAMBARAN UMUM 4.1. Kondisi Geografis dan Iklim

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Provinsi Lampung terletak di ujung tenggara Pulau Sumatera. Luas wilayah

Nepotisme (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 75, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3851); 3. Undang-Undang Nomor 12

4 GAMBARAN UMUM KABUPATEN BLITAR

BAB I PENDAHULUAN LKPJ GUBERNUR JAWA BARAT ATA 2014 I - 1

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Administrasi

IV. KONDISI UMUM WILAYAH

KONDISI UMUM WILAYAH STUDI

RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH KABUPATEN (REVISI) GAMBARAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH

BAB II PERUBAHAN KEBIJAKAN UMUM APBD Perubahan Asumsi Dasar Kebijakan Umum APBD

BAB I PENDAHULUAN A. DASAR HUKUM A. Gambaran Umum Daerah 1. Kondisi Geografis Daerah 2. Kondisi Demografi

GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN

BAB IV. KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN LKPJ GUBERNUR JAWA BARAT TAHUN 2015 I - 1

IV. KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN

IV. KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN

BAB V GAMBARAN UMUM PROPINSI JAWA BARAT. Lintang Selatan dan 104 o 48 '- 108 o 48 ' Bujur Timur, dengan luas wilayah

BAB IV GAMBARAN UMUM

BAB IV GAMBARAN UMUM. Posisi Daerah Istimewa Yogyakarta yang terletak antara

KEADAAN UMUM WILAYAH KABUPATEN KATINGAN DAN KOTA PALANGKA RAYA

V GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN

BAB IV GAMBARAN UMUM KABUPATEN MALINAU. Kabupaten Malinau terletak di bagian utara sebelah barat Provinsi

BAB IV GAMBARAN UMUM WILAYAH

V. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN

BAB I PENGANTAR. 1.1 Latar Belakang. masyarakat, dan institusi-institusi nasional, di samping tetap mengejar akselerasi

KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN

IV. GAMBARAN UMUM PROVINSI JAMBI. Undang-Undang No. 61 tahun Secara geografis Provinsi Jambi terletak

KONDISI UMUM DAERAH PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat bertambah sehingga akan meningkatkan kemakmuran masyarakat

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Dasar Hukum

V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

BAB 3 GAMBARAN UMUM PEREKONOMIAN DAN KEUANGAN DAERAH KAB/KOTA DI JAWA TENGAH

BAB IV GAMBARAN UMUM OBJEK PENELITIAN. Malaka terletak antara Lintang Selatan Lintang Utara atau antara 100

BAB I PENDAHULUAN. produktivitas (Irawan dan Suparmoko 2002: 5). pusat. Pemanfaatan sumber daya sendiri perlu dioptimalkan agar dapat

PERTUMBUHAN EKONOMI DKI JAKARTA TRIWULAN I TAHUN 2008

PERTUMBUHAN EKONOMI DKI JAKARTA TRIWULAN II TAHUN 2008

BAB IV GAMBARAN UMUM

KAJIAN LINGKUNGAN HIDUP STRATEGIS (KLHS) Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kabupaten Polewali Mandar

I. PENDAHULUAN. Kemajuan dan perkembangan ekonomi Kota Bandar Lampung menunjukkan

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Kota Bandar Lampung merupakan Ibu Kota Provinsi Lampung. Selain

I. PENDAHULUAN. Pembangunan merupakan serangkaian kegiatan untuk meningkatkan kesejahteraan dan

IV GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN. menggunakan alat uji statistik berupa uji beda maka variabel yang digunakan

PERTUMBUHAN EKONOMI DKI JAKARTA TRIWULAN III TAHUN 2008

BAB IV GAMBARAN UMUM OBYEK PENELITIAN

PERTUMBUHAN EKONOMI DKI JAKARTA TRIWULAN II TAHUN 2007

METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan pada Provinsi Lampung dengan menggunakan data

PERTUMBUHAN EKONOMI DKI JAKARTA TRIWULAN I TAHUN 2007

IV. GAMBARAN UMUM Letak Geogafis dan Wilayah Administratif DKI Jakarta. Bujur Timur. Luas wilayah Provinsi DKI Jakarta, berdasarkan SK Gubernur

BAB III DESKRIPSI PANTAI ANYER BANTEN. a. Luas wilayah dan letak geografis 1. ± 70 km dari kota Jakarta, Ibukota Negara Indonesia.

KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Kabupaten Tulang Bawang adalah kabupaten yang terdapat di Provinsi

V KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN

BAB IV GAMBARAN UMUM OBYEK PENELITIAN. A. Kondisi Geografis dan Profil Singkat Daerah Istimewa Yogyakarta. Gambar 4.1

IV. GAMBARAN UMUM. Kabupaten Lebak merupakan salah satu kabupaten yang terletak di

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. 1. Jumlah penduduk dan keadaan ekonomi Kabupaten Way Kanan

BAB I PENDAHULUAN. Otonomi daerah merupakan suatu bentuk perwujudan pendelegasian. wewenang dan tanggung jawab dari Pemerintah Pusat kepada Pemerintah

BAB IV GAMBARAN UMUM PROVINSI PAPUA Keadaan Geografis dan Kependudukan Provinsi Papua

BAB II GAMBARAN UMUM WILAYAH STUDI

PERTUMBUHAN EKONOMI DKI JAKARTA TRIWULAN I TAHUN 2013

BAB I PENDAHULUAN A. DASAR HUKUM

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan ekonomi di dalam peraturan perundang-undangan telah

IV. KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN

PERTUMBUHAN EKONOMI KABUPATEN SIMALUNGUN TAHUN 2012

BAB IV ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN

IV. KONDISI UMUM PROVINSI RIAU

LKPJ AKHIR MASA JABATAN BUPATI JOMBANG I BAB

VII. ANALISIS POTENSI PEREKONOMIAN LOKAL DI WILAYAH PEMBANGUNAN CIANJUR SELATAN

4 GAMBARAN UMUM. No Jenis Penerimaan

BAB IV GAMBARAN UMUM. Secara geografis Provinsi Jawa Tengah terletak antara 5 40 dan 8 30

PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

GAMBARAN UMUM PROVINSI LAMPUNG dan SUBSIDI PUPUK ORGANIK

PERTUMBUHAN EKONOMI DKI JAKARTA TRIWULAN III TAHUN 2007

BAB IV GAMBARAN UMUM

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Banten. Agustus Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Banten. OKI;Andayani [Pick the date]

PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO

2.1 Geografis, Administratif, dan Kondisi Fisik. A. Kondsi Geografis

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN A. Dasar Hukum

PERTUMBUHAN EKONOMI DKI JAKARTA

BAB IV ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN

IV. KONDISI UMUM DAERAH PENELITIAN

BPS KABUPATEN TAPANULI TENGAH PERTUMBUHAN EKONOMI KABUPATEN TAPANULI TENGAH TAHUN 2012

4. KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN

I. PENDAHULUAN. Kegiatan pembangunan yang dilaksanakan oleh setiap daerah adalah bertujuan

IV. KONDISI UMUM KABUPATEN SIMEULUE

BAB IV KONDISI UMUM KABUPATEN BOGOR

BAB IV GAMBARAN UMUM

BAB II KERANGKA EKONOMI DAERAH

I. PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1 Universitas Indonesia

Transkripsi:

43 KAJIAN UMUM WILAYAH PENELITIAN Kondisi Geografis Provinsi Banten dibentuk berdasarkan Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2000 Tentang Pembentukan Provinsi Banten. Wilayah Provinsi Banten berasal dari sebagian wilayah Provinsi Jawa Barat yang terdiri atas Kabupaten Lebak, Kabupaten Pandeglang, Kabupaten Serang, Kabupaten, Kota Cilegon, dan Kota. Posisi geografis Provinsi Banten berada antara 5 7'50"-7 1'11"Lintang Selatan dan 105 1'11"- 106 '12" Bujur Timur dengan luas wilayah 9.069,25 km 2. Posisi tersebut sangat strategis sebagai penghubung jalur perdagangan Sumatera Jawa. Batas-batas wilayah Provinsi Banten adalah sebagai berikut: a. Sebelah Utara berbatasan dengan Laut Jawa b. Sebelah Timur dengan Provinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta dan Provinsi Jawa Barat c. Sebelah Selatan berbatasan dengan Samudera Hindia d. Sebelah Barat dengan Selat Sunda Sedangkan ekosistem wilayah Banten terdiri atas: a. Lingkungan Pantai Utara merupakan ekosistem sawah irigasi teknis dan setengah teknis, kawasan pemukiman dan industri. b. Kawasan Banten Bagian Tengah berupa irigasi terbatas dan kebun campur, sebagian berupa pemukiman pedesaan. Ketersediaan air cukup dengan kuantitas yang stabil. c. Kawasan Banten sekitar Gunung Halim-Kendeng hingga Malingping, Leuwi-damar, Bayah berupa pegunungan yang relatif sulit untuk diakses namun menyimpan potensi sumber daya alam. d. Banten Bagian Barat (Saketi, DAS Cidano dan lereng kompleks Gunung Karang Aseupan dan Pulosari sampai DAS Ciliman - Pandeglang dan Serang bagian Barat) kaya akan potensi air, merupakan kawasan pertanian yang masih perlu ditingkatkan. e. Ujung Kulon sebagai Taman Nasional Konservasi Badak Jawa. f. DAS Cibaliung - Malingping merupakan cekungan yang kaya air tetapi belum dimanfaatkan secara efektif dan produktif. Sekelilingnya berupa bukit-bukit

44 bergelombang dengan rona lingkungan kebun campur dan talun, hutan rakyat yang tidak terlalu produktif. Gambar 9 Peta administrasi Provinsi Banten Klimatologi Iklim wilayah Banten sangat dipengaruhi Angin Monson (Monson Trade) dan Gelombang La Nina atau El Nino. Saat musim penghujan (November - Maret) cuaca didominasi oleh angin Barat (dari Sumatera Hindia sebelah selatan India) yang bergabung dengan angin dari Asia yang melewati Laut Cina Selatan. Pada musim kemarau (Juni - Agustus), cuaca didominasi oleh angin Timur yang menyebabkan wilayah Banten mengalami kekeringan yang tinggi terutama di wilayah bagian Selatan, terlebih lagi bila berlangsung El Nino. Temperatur di daerah pantai dan perbukitan berkisar antara 22 derajat celcius dan 32 derajat celcius, sedangkan suhu pegunungan

45 dengan ketinggian antara 400-1.350 m dpl mencapai antara 18 derajat celcius - 29 derajat celcius. Topografi Wilayah Provinsi Banten berada pada ketinggian 0 1.000 m dpl. Dataran rendah dengan ketinggian 0 50 m dpl terbentang di sepanjang pesisir utara Laut Jawa, sebagian wilayah Serang, sebagian besar wilayah Kabupaten dan Kota, sebagian pesisir Selatan Kabupaten Pandeglang, hingga Kabupaten Lebak. Kemiringan lereng di daerah tersebut 0-15%. Topografi perbukitan bergelombang sedang dengan kemiringan lereng 15-25% mencakup wilayah Kabupaten Serang, Kota Cilegon, Kabupaten, dan Kota serta bagian utara Kabupaten Pandeglang. Sedangkan topografi terjal dengan kemiringan >25% terdapat di Kabupaten Lebak dan sebagian kecil Kabupaten Pandeglang Bagian Selatan. Sumber Daya Alam Potensi sumber daya hutan di Provinsi Banten relatif besar. Luas hutan di Provinsi Banten adalah 20,37 persen dari luas wilayah. Wilayah yang memiliki luas hutan yang besar adalah Kabupaten Pandeglang dan Kabupaten Lebak. Hutan di Kabupaten Pandeglang mencapai 36,17 persen luas wilayahnya atau sebesar 95.136,28 Ha. Sedangkan luas hutan di Kabupaten Lebak sebesar 64.539,17 Ha atau 20,19 dari luas wilayahnya. Hutan di Kabupaten Serang dan Kabupaten tidaklah terlalu besar. Di Kabupaten Serang luas hutan mencapai 10.102,8 Ha atau sebesar 5,83 persen dari luas wilayahnya. Sedangkan di Kabupaten luas hutan mencapai 1.102,75 Ha atau sebesar 0,98 persen dari luas wilayahnya. Guna melindungi sumber daya hutan dan kekayaan keanekaragaman hayatinya, dua Taman Nasional telah ditetapkan di wilayah Banten, yaitu Taman Nasional Gunung Halimun dan Taman Nasional Ujung Kulon di Kabupaten Pandeglang. Ditetapkan pula cagar alam di Pulau Dua, Rawa Dano dan Tukung Gede serta Taman Wisata Hutan Pulau Sangiang dan Taman Wisata Alam Carita di Kabupaten Serang.

46 Sementara, potensi sumber daya tambang dan galian logam di Provinsi Banten tersebar di Lebak, Pandeglang dan sekitarnya seperti bahan galian industri terdapat di Bayah dengan Cadangan Fosfat Alam, di Cipanas dengan cadangan Felspar, di Bojong, Leuwidamar, Cilayang dengan cadangan Bentonit, di Gunung Karang dengan cadangan Marmer. Wilayah yang kaya akan bahan galian logam terdapat di Cibareno dan Cihara dengan jenis bahan galian logam terdiri dari emas, perak, tembaga, timbal dan seng. Di Cikotok dan di sekitar Lebak cadangan emas dan peraknya. Selain emas dan perak terdapat juga cadangan biji besi terdapat di Cipurut. Kependudukan Jumlah penduduk kabupaten dan kota di Provinsi Banten berdasarkan data dari BPS pada tahun 2001 tercatat sebanyak 7.472.600 jiwa sementara tahun 2005 sebanyak 9.128.780 jiwa. Dengan luas 9.069,25 Km 2 maka kepadatan rata-rata penduduk pada tahun 2001 adalah 818.580 jiwa/km 2 dan pada tahun 2005 menjadi 1.006,56 jiwa/km 2, atau meningkat dengan pertumbuhan rata-rata per tahun sebesar 5,3 persen. Namun demikian, kepadatan penduduk pada tiap kabupaten/kota tidak sama, dari 6 daerah terdapat 4 daerah yang memiliki kepadatan di atas rata-rata, yaitu Kota, Kabupaten, Kota Cilegon, dan Kabupaten Serang, sedangkan 2 daerah lainnya yaitu Kabupaten Lebak dan Kabupaten Pandeglang kepadatan penduduknya di bawah rata-rata. Daerah yang memiliki tingkat kepadatan penduduk paling tinggi adalah Kota (6.866 jiwa/km 2 pada tahun 2001 dan 8.928 jiwa/km 2 pada tahun 2005) sedangkan Kabupaten Lebak merupakan daerah dengan tingkat kepadatan terendah (295 jiwa/km 2 pada tahun 2001 dan 372 jiwa/km 2 pada tahun 2005). Tingginya kepadatan penduduk Kota dapat dimaklumi karena Kota merupakan daerah penyangga ibukota negara yang berbatasan langsung dengan DKI Jakarta. Banyak masyarakat yang melakukan aktivitas ekonomi di Jakarta sedangkan tempat tinggal berada di Kota.

47 Tabel 8 Demografi Provinsi Banten tahun 2001 dan 2005 No Daerah Penduduk (Ribu jiwa) 2001 2005 Pertumbuhan Penduduk Kepadatan (Jiwa/Km 2 ) (%) 2001 2005 1 Lebak 899,08 1.134,07 26,14 295 372 2 Pandeglang 990,15 1.101,88 11,28 360 401 3 Serang 1.611,61 1.836,13 13,93 945 1.077 4 2.538,09 3.227,09 27,15 2.063 2.623 5 Kota Cilegon 280,04 329,71 17,74 1.595 1.878 6 Kota 1.153,61 1.499,91 30,02 6.866 8.928 Total 7.472,6 9.128,78 22,16 818 1.006 Sumber : BPS, Dep. Keuangan Sementara itu, berdasarkan data dari BPS tahun 2002 dan tahun 2005 sebagaimana terlihat pada Tabel 8 menunjukkan bahwa dari penduduk kabupaten dan kota di Provinsi Banten yang berusia 15 tahun ke atas menurut kegiatan seminggu berjumlah 5.731.064 jiwa (tahun 2002) dan meningkat menjadi 6.139.367 jiwa (tahun 2005). Dari sejumlah 5.731.064 jiwa pada tahun 2002, yang termasuk dalam kelompok angkatan kerja berjumlah 3.747.252 jiwa dan bukan angkatan kerja berjumlah 1.983.812 jiwa. Dari kelompok angkatan kerja tersebut terdiri atas 3.217.192 jiwa atau 86 persen merupakan kelompok bekerja dan sebanyak 530.060 jiwa atau 14 persen adalah kelompok pengangguran. Pada kelompok bukan angkatan kerja profesi yang paling tinggi jumlahnya adalah mengurus rumah tangga, yaitu berjumlah 1.250.564 jiwa atau sebesar 63 persen, kemudian diikuti oleh kelompok pelajar/mahasiswa sebesar 24 persen dan sisanya sebesar 13 persen kelompok lainnya (penduduk yang cacat mental atau sebabsebab lain sehingga tidak produktif). Sedangkan dari sejumlah 6.139.367 jiwa pada tahun 2005, yang termasuk dalam kelompok angkatan kerja berjumlah 3.864.831 jiwa dan bukan angkatan kerja berjumlah 2.274.536 jiwa. Dari kelompok angkatan kerja tersebut terdiri atas 3.314.836 jiwa atau 86 persen merupakan kelompok bekerja dan sebanyak 549.995 jiwa atau 14 persen adalah kelompok pengangguran. Sama seperti data tahun 2002, di tahun 2005 profesi yang paling tinggi jumlahnya pada kelompok bukan angkatan kerja adalah mengurus rumah

48 tangga, yaitu berjumlah 1.384.263 jiwa atau sebesar 61 persen, kemudian diikuti oleh kelompok pelajar/mahasiswa sebesar 26 persen dan sisanya sebesar 13 persen kelompok lainnya. Tabel 9 Penduduk berumur 15 tahun ke atas menurut kegiatan seminggu di Provinsi Banten tahun 2002 dan 2005 Tahun 2002 Daerah Angkatan Kerja Kegiatan Pengang guran Jumlah Sekolah Bukan Angkatan Kerja Mengurus RT Lainnya Jumlah Bekerja Kab Pandeglang 417.012 66.385 483.397 30.117 120.930 47.195 198.242 681.639 Lebak 408.013 71.358 479.371 24.224 141.300 30.305 195.829 675.200 1.144.094 172.658 1.316.752 173.811 462.893 76.627 713.331 2.030.083 Serang 598.819 105.264 704.083 90.507 238.658 66.774 395.939 1.100.022 Kota 547.940 86.233 634.173 128.948 235.305 26.804 391.057 1.025.230 Kota Cilegon 101.314 28.162 129.476 28.833 51.478 9.103 89.414 218.890 Total 3.217.192 530.060 3.747.252 476.440 1.250.564 256.808 1.983.812 5.731.064 Total Daerah Angkatan Kerja Tahun 2005 Kegiatan Pengang guran Jumlah Sekolah Bukan Angkatan Kerja Mengurus RT Lainnya Jumlah Bekerja Kab Pandeglang 394.864 60.872 455.736 35.586 152.122 43.011 230.719 686.455 Lebak 410.064 85.829 495.893 37.031 147.410 32.304 216.745 712.638 1.240.973 173.334 1.414.307 247.382 500.432 88.313 836.127 2.250.434 Serang 598.784 139.211 737.995 99.897 262.819 79.424 442.140 1.180.135 Kota 554.857 63.017 617.874 150.388 269.308 40.425 460.121 1.077.995 Kota Cilegon 115.294 27.732 143.026 29.895 52.172 6.617 88.684 231.710 Total 3.314.836 549.995 3.864.831 600.179 1.384.263 290.094 2.274.536 6.139.367 Total Sumber : BPS

49 Daerah yang paling tinggi jumlah angkatan kerja maupun bukan angkatan kerja baik pada tahun 2002 maupun tahun 2005 adalah Kabupaten, dan yang paling rendah adalah Kota Cilegon. Pada tahun 2002 total penduduk Kabupaten yang berusia di atas 15 tahun berjumlah 35 persen atau sekitar 2.030.083 jiwa. Meningkat menjadi 2.250.434 jiwa atau 37 persen pada tahun 2005. Sedangkan untuk Kota Cilegon pada tahun 2002 total penduduk yang berusia di atas 15 tahun berjumlah 218.890 jiwa atau 3,82 persen, meningkat menjadi 231.710 jiwa atau 3,78 persen pada tahun 2005. Produk Domestik Regional Bruto Salah satu indikator yang digunakan untuk melihat perkembangan aktivitas perekonomian suatu wilayah adalah Produk Domestik Regional Bruto (PDRB). PDRB merupakan total nilai kotor dari semua barang dan jasa yang diproduksi oleh seluruh rakyat di suatu wilayah dalam periode satu tahun. PDRB merupakan ukuran produktifitas suatu wilayah yang paling diterima secara luas sebagai standar ukuran pembangunan dalam skala wilayah dan negara. Oleh karenanya, walaupun memiliki berbagai kelemahan PDRB dinilai sebagai tolok ukur pembangunan yang paling operasional dalam skala negara di dunia. Perkembangan PDRB kabupaten/kota di Provinsi Banten dalam kurun waktu 5 tahun (2001-2005) atas harga konstan serta kontribusi masing-masing sektor perekonomian dapat dilihat pada tabel di bawah ini.

50 Tabel 10 PDRB atas harga konstan tahun 2000 menurut lapangan usaha di Provinsi Banten tahun 2001 dan 2005 Lebak Pandeglang Serang Lapangan Usaha 2001 2005 2001 2005 2001 2005 1. Pertanian 1.159.058 1.291.646 1.095.295 1.267.674 1.020.174 1.144.136 2. Pertambangan dan Penggalian 30.802 40.868 3.167 3.785 4.124 4.717 3. Industri Pengolahan 262.422 316.631 337.573 392.506 3.457.997 3.949.139 4. Listrik, Gas, Air Bersih 8.757 12.299 19.844 24.862 277.803 327.434 5. Bangunan 110.955 127.911 112.078 146.884 426.321 529.746 6. Perdagangan, Hotel, Restoran 657.005 753.459 628.020 806.103 710.266 882.280 7. Pengangkutan dan Komunikasi 150.114 185.885 146.746 183.388 205.416 257.768 8. Keu, Persewaan, Jasa Perusahaan 110.698 154.291 106.190 132.456 188.335 293.572 9. Jasa-jasa 358.451 406.225 330.219 408.430 491.313 584.582 PDRB 2.848.262 3.289.215 2.779.131 3.366.088 6.781.750 7.973.371 Kota Cilegon Kota LAPANGAN USAHA 2001 2005 2001 2005 2001 2005 1. Pertanian 1.290.026 1.527.190 245.575 259.338 37.097 41.867 2. Pertambangan dan Penggalian 10.841 12.859 6.507 8.050 0 0 3. Industri Pengolahan 7.404.205 8.990.704 4.558.649 6.052.019 9.729.862 11.369.648 4. Listrik, Gas, Air Bersih 801.755 1.001.925 723.564 933.279 242.504 285.224 5. Bangunan 235.465 306.272 35.515 40.815 290.035 349.313 6. Perdagangan, Hotel, Restoran 1.565.393 2.027.500 799.898 1.079.160 4.359.211 5.466.179 7. Pengangkutan dan Komunikasi 852.735 1.178.599 649.084 782.553 1.724.935 2.458.273 8. Keu, Persewaan, Jasa Perusahaan 288.522 422.546 95.675 251.553 28.053 609.843 9. Jasa-jasa 521.699 718.865 93.719 123.689 350.967 430.936 PDRB 12.970.641 16.186.460 7.208.187 9.530.457 16.762.663 21.011.284 Sumber : BPS

51 Dari Tabel 10 terlihat bahwa di wilayah Banten tidak/belum terdapat aktivitas sektor minyak bumi dan gas alam (Migas). Secara umum aktifitas masyarakat Banten yang paling dominan adalah sektor industri dan pertanian. Daerah yang paling tinggi aktivitas perekonomiannya adalah Kota kemudian diikuti oleh Kabupaten dan Kabupaten Serang. Sebaliknya Kabupaten Lebak dan Kabupaten Pandeglang adalah daerah yang paling kecil aktivitas perekonomiannya. Pada tahun 2001 total PDRB konstan Kota adalah Rp16,763 triliun dan meningkat menjadi Rp21,011triliun pada tahun 2005. PDRB Kabupaten Lebak pada tahun 2001 sebesar Rp2,848 triliun dan meningkat menjadi Rp3,289 triliun pada tahun 2005. PDRB untuk Kabupaten Lebak dan Kabupaten Pandeglang sekitar 39 persen didominasi oleh sektor Pertanian, sedangkan untuk Kabupaten Serang, Kabupaten, Kota Cilegon dan Kota lebih dari 50 persen didominasi oleh sektor Industri. Khusus untuk Kota tidak terdapat aktivitas sektor pertambangan dan penggalian, hal ini terlihat dari PDRB dari sektor tersebut selama periode 2001 sampai dengan 2005 tidak memiliki nilai sama sekali. Di Kota dan Kota Cilegon selain sektor Industri, aktivitas sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran merupakan sektor kedua terbesar dalam menyumbangkan nilai PDRB. Untuk Kota sharing sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran sekitar 25 persen, sedangkan untuk Kota Cilegon sekitar 11 persen. Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) APBD pada dasarnya memuat rancangan keuangan yang diperoleh dan dipergunakan oleh pemerintah daerah dalam rangka melaksanakan kewenangannya untuk penyelenggaraan urusan pemerintahan dan pelayanan umum kepada masyarakat selama 1 tahun anggaran (1 Januari sampai dengan 31 Desember). APBD dinyatakan dalam satuan mata uang dan ditetapkan dengan peraturan daerah. Pada hakikatnya APBD merupakan salah satu alat untuk meningkatkan pelayanan publik dan kesejahteraan masyarakat, oleh karena itu APBD harus mencerminkan kebutuhan masyarakat dengan memperhatikan potensi dan keanekaragaman daerah. APBD merupakan suatu sarana untuk mengevaluasi pencapaian kinerja dan akuntabilitas pemerintah dalam meningkatkan kesejahteraan masyarakat, dengan demikian APBD harus mampu memberikan informasi secara jelas

52 mengenai tujuan, sasaran, hasil dan manfaat yang diperoleh masyarakat dari suatu kegiatan yang dianggarkan. Selain itu, setiap dana yang diperoleh dan penggunaannya harus dapat dipertanggungjawabkan. Struktur APBD berdasarkan sistem tradisional terdiri atas Penerimaan dan Pengeluaran. Penerimaan dirinci menjadi 1)Pos Sisa Lebih Anggaran Tahun Lalu, 2)Pos PAD, 3)Pos Dana Perimbangan, dan 4)Pos Lain-lain Penerimaan. Pengeluaran dirinci menjadi 1) Belanja Rutin dan 2) Belanja Pembangunan. Tetapi sebagaimana amanat Peraturan Pemerintah Nomor 105 Tahun 2000 tentang Pengelolaan dan Pertanggungjawaban Keuangan Daerah Ayat 1 Pasal 15, format APBD berubah menjadi anggaran berbasisi kinerja dengan struktur terdiri atas Pendapatan, Belanja, dan Pembiayaan. Pendapatan dibagi menjadi tiga kelompok, yaitu pendapatan asli daerah (PAD), dana perimbangan, dan kelompok lain-lain pendapatan yang sah. PAD adalah pungutan yang dipungut oleh daerah berdasarkan peraturan daerah, jenis-jenis PAD antara lain pajak daerah, retribusi daerah, laba BUMD, dan lain-lain PAD. Kelompok pendapatan dari dana perimbangan terdiri atas bagi hasil pajak dan bukan pajak, dana alokasi umum (DAU), dana alokasi khusus (DAK). Dana perimbangan merupakan dana yang bersumber dari pusat (APBN) yang dialoksikan kepada seluruh daerah. Belanja adalah semua pengeluaran kas daerah dalam periode tahun anggaran yang menjadi beban daerah. Dari sifatnya belanja dibagi menjadi dua jenis, yaitu: 1. Belanja langsung : belanja yang besar kecilnya dipengaruhi secara langsung oleh adanya kegiatan. Semakin besar volume kegiatan maka semakin besar jumlah belanja. 2. Belanja tidak langsung : belanja yang besar kecilnya tidak dipengaruhi secara langsung oleh adanya kegiatan. Pos belanja dibagi menjadi beberapa kelompok belanja, yaitu Belanja administrasi umum (BAU) : belanja tidak langsung dan tidak menambah aset tetap. Belanja operasi dan pemeliharaan (BOP) : belanja langsung berbentuk kegiatan tetapi tidak menambah aset tetap. Belanja modal : belanja langsung dan menambah aset, misalnya belanja untuk membeli kendaraan, membangun gedung. Belanja bagi hasil dan bantuan keuangan : belanja yang bersifat transfer langsung tanpa indikator kinerja. Misalnya alokasi bagi hasil pajak kendaraan bermotor dari provinsi kepada kabupaten/kota. Belanja tidak

53 tersangka : belanja yang dialokasikan untuk mendanai kebutuhan daerah yang mendesak untuk dilaksanakan tetapi belum tersedia anggarannya. Pembiayaan merupakan suatu transaksi keuangan daerah yang dimaksudkan untuk menutup selisih antara pendapatan dan belanja. Jika pendapatan lebih kecil dari belanja akan terjadi defisit, maka defisit tersebut ditutup melalui pos pembiayaan. Sebaliknya jika terjadi surplus, maka surplus tersebut akan dimanfaatkan oleh pos pembiayaan. Oleh karena itu, besarnya jumlah pos pembiayaan sama dengan jumlah surplus/defisit anggaran. Struktur APBD dengan sistem tradisional digunakan oleh kabupaten/kota di Provinsi Banten sampai dengan tahun anggaran 2002, dan mulai anggaran tahun 2003 menggunakan anggaran berbasis kinerja. Pada periode tahun anggaran 2001 dan 2005 realisasi pendapatan dalam APBD kabupaten/kota di Provinsi Banten dapat dilihat pada Tabel 11. Dalam periode tersebut Kabupaten memiliki nilai APBD nominal yang tertinggi dari seluruh APBD Banten, sedangkan Kota Cilegon memiliki APBD nominal yang terendah. Pada tahun 2001 realisasi pendapatan Kabupaten sebesar Rp544,536 miliar atau 29,39 persen dari total pendapatan seluruh kabupaten/kota Banten dan meningkat menjadi Rp1.019,349 miliar atau 32,60 persen pada tahun 2005. Sedangkan realisasi pendapatan Kota Cilegon pada tahun 2001 sebesar Rp137,363 miliar (7,41 persen) dan meningkat menjadi Rp261,813 miliar (8,37 persen) pada tahun 2005. Sementara untuk anggaran belanja pada tahun 2001 total belanja Kabupaten sebesar Rp477,839 miliar (28,81 persen) dan meningkat menjadi Rp904.466 miliar (29,38 persen) pada tahun 2005. Total belanja Kota Cilegon pada tahun 2001 sebesar Rp105.453 miliar (6,36 persen) dan meningkat menjadi Rp266.891 miliar atau 8,67 persen pada tahun 2005.

54 Tabel 11 Realisasi APBD wilayah Provinsi Banten tahun 2001-2005 Total Pendapatan (dalam juta rupiah) No. Daerah 2001 2002 2003 2004 2005 1 Lebak 230.496 257.603 335.065 337.205 362.981 2 255.013 274.180 Pandeglang 363.338 359.205 370.373 3 Serang 337.381 402.685 503.817 529.597 520.777 4 544.536 715.818 827.121 987.623 1.019.349 5 Kota Cilegon 137.364 281.006 257.516 258.642 261.813 6 Kota 347.842 470.762 522.843 573.522 591.150 TOTAL 1.852.632 2.402.056 2.809.700 3.045.793 3.126.444 Total Belanja (dalam juta rupiah) No. Daerah 2001 2002 2003 2004 2005 1 Lebak 212.169 237.702 328.075 334.736 368.270 2 254.233 264.845 Pandeglang 354.228 358.977 372.910 3 Serang 315.864 362.794 504.107 530.240 550.061 4 477.840 614.026 852.557 939.651 904.466 5 Kota Cilegon 105.454 201.991 230.623 238.986 266.891 6 Kota 292.789 408.314 542.254 559.341 615.134 TOTAL 1.658.347 2.089.672 2.811.845 2.961.931 3.077.732 Sumber: Dep. Keuangan, Pemda diolah