BAB II TINJAUAN PUSTAKA. membutuhkan beberapa teori yang mendasarinya, antara lain:

dokumen-dokumen yang mirip
BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. karena bagi para investor dividen merupakan return (tingkat pengembalian) atas

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. manajemen perusahaan dalam rangka mendanai operasional perusahaan

BAB I PENDAHULUAN. sumber pendanaan eksternal perusahaan.utang juga sangat rentan terhadap konflik

BAB I PENDAHULUAN. keberlangsungan hidup suatu perusahaan di era globalisasi sekarang ini.

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu hal yang penting pada sebagian besar perusahaan besar yakni potensi UKDW

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Free cash flow adalah bentuk lain ukuran arus kas. Pengertian free cash

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

akibatnya dapat menghambat tingkat pertumbuhan perusahaan (rate of growth)

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Kondisi perusahaan dicerminkan dari Laporan Keuangan yang telah

BAB 2 TINJAUAN TEORETIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS. tagihan, cicilan hutang berikut bunganya, pajak, dan juga belanja modal (capital

BAB I PENDAHULUAN. melimpahkan kepada pihak lain yaitu manajer sehingga menyebabkan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Beberapa penelitian dalam menentukan kebijakan hutang telah banyak

BAB I PENDAHULUAN. proses produksi (Suhayati dan Anggadini, 2013). Bagi sebuah perusahaan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. variabel pengembalian yang akan menentukan nilai saham bagi pemilik dan

BAB 1 PENDAHULUAN. perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI). Lebih dari 40% di BEI adalah industri manufaktur.

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. kerja atau investasi pada aset. Kas tersebut biasanya menimbulkan konflik

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN TEORETIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS. oleh Wibowo dan Rossieta, (2009:31), yang mengacu pada pemenuhan tujuan

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. Manajemen keuangan dalam sebuah perusahaan bertujuan untuk

BAB I PENDAHULUAN. Selama setengah abad terakhir, sektor Consumer Goods telah. mencapai pertumbuhan yang signifikan dari segi pendapatan dan imbal

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Struktur pendanaan merupakan indikasi bagaimana perusahaan membiayai

BAB 1 PENDAHULUAN. menjadi dua kegiatan utama, yaitu kegiatan dalam mencari sumber dana dan

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS. kebutuhan belanja perusahaan dimana dana yang diperoleh menggunakan

BAB 1 PENDAHULUAN. memaksimumkan kemakmuran pemegang saham atau stockholder (Brigham. karena pemilik modal memiliki banyak keterbatasan.

BAB I PENDAHULUAN. struktur modal yang optimal sehingga dapat meningkatkan nilai perusahaan dan

BAB I PENDAHULUAN. Tujuan utama dari setiap perusahaan adalah meningkatkan nilai perusahaannya

BAB II KAJIAN PUSTAKA, RERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Adanya penelitian yang telah dilakukan sebelum penelitian ini dibahas,

BAB II LANDASAN TEORI DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS Pengertian, Tujuan dan Komponen Laporan Keuangan

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Keputusan pendanaan merupakan salah satu keputusan penting yang

BAB I PENDAHULUAN UKDW. maka para investor atau pemilik perusahaan menyerahkan pengelolaan

BAB II LANDASAN TEORI. perusahaan untuk mendanai kegiatan perusahaan. Menurut Munawir (2004)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Teori mengenai kebijakan hutang dan pendanaan perusahaan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. beberapa cara, yang paling sering digunakan yaitu melalui hutang. Keputusan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS. Hubungan agensi terjadi karena adanya suatu perjanjian atau kontrak yang

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN. pemberian wewenang oleh pemegang saham kepada manajer untuk bekerja demi

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan dalam memenuhi kebutuhan dananya. Dana yang diperoleh dari

BAB 2 TINJAUAN TEORETIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS. Myes dan Majluf Disebut sebagai pecking order theory karena teori ini

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Setiap entitas bisnis (perusahaan) dalam operasinya tentu memiliki tujuan

BAB I PENDAHULUAN UKDW. macam resiko dan ketidakpastian yang seringkali sulit diprediksikan oleh para

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. yang mempengaruhi kebijakan hutang perusahaan, antara Lain : Rizka Putri Indahningrum dan Ratih Handayani, (2009)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. sebagai prinsipal dan manajer sebagai agen. Jensen dan Meckling (1976)

BAB I PENDAHULUAN. untuk memperoleh sumber dana dan bagaimana mengalokasikan dana tersebut

Ade Dwi Suryani Muhammad Khafid Fakultas Ekonomi, Universitas Negeri Semarang

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEBIJAKAN HUTANG PERUSAHAAN YANG TERDAFTAR DI BEI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Perusahaan adalah suatu organisasi yang didirikan oleh perseorangan atau

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. penelitian sebelumnya. Berikut ini uraian beberapa penelitian terdahulu beserta

UKDW BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Kebijakan dividen menjadi perhatian banyak pihak seperti pemegang saham,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Pengertian dan Pengklasifikasian Utang. Utang Menurut Djarwanto (2004) merupakan kewajiban perusahaan

BAB II LANDASAN TEORI. lalu dan harus dibayar dengan kas, barang dan jasa di waktu yang akan datang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Tujuan perusahaan dalam jangka panjang adalah memaksimalkan nilai

BAB I PENDAHULUAN. Keputusan pendanaan merupakan hal yang penting bagi perusahaan dalam

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. harus sesuai dengan tujuan utama perusahaan yaitu, meningkatkan. kemakmuran para pemegang saham perusahaan.

BAB II KAJIAN PUSTAKA. berpendapat bahwa terdapat kesenjangan antara pemilik (pemegang. saham) dan pengelola perusahaan (manajer) yang timbul dari

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS. Signal merupakan suatu hal yang dilakukan manajemen perusahaan bertujuan

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. Pihak-pihak yang mendukung perusahaan diantaranya adalah principal dan

BAB I PENDAHULUAN. berkembang ditengah-tengah persaingan yang semakin ketat di era globalisasi

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Permasalahan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Setiap perusahaan memiliki tujuan yang sama untuk. memaksimalkan kemakmuran dan kesejahteraan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. a. Definisi dan Pengklasifikasian Hutang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Modal (Munawir, 2001) adalah hak atau bagian yang dimiliki oleh pemilik

BAB I PENDAHULUAN. Pendanaan dapat berasal dari internal yaitu dari modal sendiri dan eksternal yaitu

BAB I PENDAHULUAN. mengantisipasi persaingan yang semakin tajam. Akan tetapi, dalam praktiknya

yang diangkat oleh pemegang saham bertindak atas kepentingan pemegang saham.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. hutang dengan modal sendiri dalam perusahaan. Menurut Neil Seitz (1999)

BAB I PENDAHULUAN UKDW. dividen (dividend policy). Keputusan pembagian dividen seringkali menimbulkan

BAB I PENDAHULUAN. semakin ketat. Banyak perusahaan kecil maupun perusahaan besar yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. berharga seperti saham, sertifikat saham, dan obligasi. 1 Bursa Efek Indonesia

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Tabel 2.1 Penelitian Terdahulu

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEBIJAKAN HUTANG PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA (BEI)

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. manajemen perusahaan dalam mendanai aktivanya (Sawir, 2004:2).

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Profitabilitas (profitability) adalah kemampuan perusahaan memperoleh laba

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Aktivitas perusahaan merupakan bagian yang tidak dapat dipisahkan dari

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Globalisasi bermuara pada masalah tantangan dan peluang yang dihadapi

BAB I PENDAHULUAN. ini terjadi disebabkan karena pihak manajemen sering kali memiliki tujuan

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. kebijakan dividen (Brigham dan Houston 2011:211), yaitu : perusahaan. Teori MM berpendapat bahwa nilai suatu perusahaan

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan dan menjadi pusat perhatian stakeholders. Keputusan finansial

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan ekonomi yang meningkat dalam suatu periode, menuntut pihak

BAB I PENDAHULUAN. kreditur, serta pihak manajemen perusahaan itu sendiri. Selain itu pendanaan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh invesment opportunity

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. lain yang belum terpenuhi, dimana hutang ini merupakan sumber dana

BAB I PENDAHULUAN. kegiatan operasional perusahaan. Perusahaan memperoleh dana dari dalam

BAB 2 TINJAUAN TEORETIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS

Transkripsi:

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teori Penelitian tentang pengaruh free cash flow, pertumbuhan perusahaan, kebijakan dividen, ukuran perusahaan dan profitabilitas terhadap kebijakan hutang pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI periode 2011-2015 membutuhkan beberapa teori yang mendasarinya, antara lain: 1. Grand Teori a. Teori Agensi Teori keagenan merupakan teori yang diajukan oleh Michel C. Jensen dan William H. Meckling. Hubungan keagenan atau agency theory muncul ketika satu atau lebih individu (majikan) menggaji individu lain (agen atau karyawan) untuk bertindak atas namanya, mendelegasikan kekuasaan untuk membuat keputusan kepada agen atau karyawan. Problem keagenan (agency problem) antara pemegang saham dengan manajer potensial terjadi apabila manajemen tidak memiliki saham mayoritas perusahaan. Pemegang saham tentu menginginkan manajer bekerja dengan tujuan memaksimumkan kemakmuran pemegang saham. Sebaliknya, manajer perusahaan bisa saja bertindak tidak untuk memaksimumkan kemakmuran pemegang saham, tetapi memaksimumkan kemakmuran mereka sendiri. Terjadilah conflict of interest atau yang sering juga disebut sebagai 10

konflik kepentingan. Untuk meyakinkan bahwa manajer bekerja sungguh-sungguh untuk kepentingan pemegang saham, pemegang saham harus mengeluarkan biaya yang disebut dengan agency cost yang meliputi: pengeluaran untuk memonitor kegiatan manajer, biaya penjaminan, dan kerugian residual (Atmaja 2008:13). Menurut Wahidahwati (2001) dalam Naini (2014) agency cost dapat dikurangi melalui beberapa alternatif berikut: a. Meningkatkan kepemilikan saham perusahaan oleh manajemen (insider ownership). b. Peningkatan kepemilikan institusional (institusional ownership) sebagai pihak yang memonitor agen. c. Meningkatkan dividen payout ratio. d. Meningkatkan penggunaan hutang dalam pendanaan perusahaan sehingga dapat menurunkan excess cash flow maka free cash flow yang tersedia untuk melakukan tidakan yang tidak semestinya menjadi berkurang. b. Pecking Order Theory Pecking order theory merupakan teori yang dikemukakan oleh Stewart C. Myers. Teori ini menetapkan mengenai suatu urutan keputusan pendanaan dalam suatu perusahaan dimana para manajer untuk pertama kali akan memilih sumber pendanaan internal. Kedua, ketika perusahaan membutuhkan sumber pendanaan eksternal maka 11

tahap pertama adalah menerbitkan hutang, sedangkan penerbitan ekuitas dilakukan sebagai langkah terakhir (Najmudin 2011:307). 2. Hutang a. Pengertian Hutang Hutang merupakan kewajiban yang dimiliki oleh pihak perusahaan yang bersumber dari dana eksternal baik yang berasal dari sumber pinjaman perbankan, leasing, penjualan obligasi dan sejenisnya. Secara umum hutang terbagi dalam 2 (dua) golongan, yaitu (Fahmi 2011:80): 1) Hutang Jangka Pendek Hutang jangka pendek sering disebut juga dengan hutang lancar. Penegasan hutang lancar karena sumber hutang jangka pendek dipakai untuk mendanai kebutuhan-kebutuhan yang sifatnya mendukung aktivitas perusahaan yang segera dan tidak bisa ditunda. Dan hutang jangka pendek ini umumnya harus dikembalikan kurang dari 1 (satu) tahun. Adapun contoh kategori umum yang termasuk dalam hutang lancar atau hutang jangka pendek adalah sebagai berikut: a) Hutang wesel b) Hutang dagang c) Hutang pajak d) Hutang gaji e) Hutang gaji lembur 12

f) Beban yang masih harus dibayar g) Dan lain sebagainya 2) Hutang Jangka Panjang Hutang jangka panjang sering disebut dengan hutang tidak lancar. Penyebutan tidak lancar karena dana yang dipakai dari sumber hutang ini dipergunakan untuk membiayai kebutuhan yang bersifat jangka panjang. Alokasi pembiayaan jangka panjang biasanya bersifat tengible asset (aset yang bisa disentuh), dan memiliki nilai tinggi jika suatu saat dijual kembali. Karena itu penggunaan dana hutang jangka panjang ini dipakai untuk kebutuhan jangka panjang, seperti pembangunan pabrik, pembelian tanah, gedung dan sebagainya. Adapun yang termasuk dalam kategori hutang jangka panjang adalah sebagai berikut: a) Hutang obligasi b) Wesel bayar c) Hutang perbankan yang kategori jangka panjang d) Dan lain sebagainya b. Kebijakan Hutang Kebijakan hutang adalah kebijakan yang diambil oleh pihak manajemen dalam rangka untuk memperoleh sumber pembiayaan perusahaan yang berasal dari luar perusahaan yang dapat digunakan untuk membiayai aktivitas operasional perusahaan. 13

Sedangkan menurut Nasrizal, dkk (2010) dalam Natasia (2015) kebijakan hutang merupakan perimbangan dari jumlah hutang jangka pendek, hutang jangka panjang, saham preferen dan saham biasa. Adanya kebijakan hutang dalam suatu perusahaan dapat mendorong pihak manajer untuk lebih berhati-hati dalam mengoptimalkan penggunaan dana karena dengan adanya hutang perusahaan akan mempunyai kewajiban untuk melakukan pembayaran atas bunga dan pinjaman pokoknya. Kemudian dengan adanya hutang juga akan mendorong pihak manajer agar lebih bijaksana dalam penggunaan dana tersebut karena suatu perusahaan yang mempunyai hutang yang cukup besar dapat menimbulkan kesulitan keuangan dan atau risiko kebangkrutan. Kebijakan hutang sering diukur dengan menggunakan debt to equity ratio yang menggambarkan kemampuan perusahaan dalam menggunakan semua kewajibannya yang ditunjukan oleh beberapa bagian modal sendiri yang digunakan untuk membayar hutang (Hanafi, et al (2005) dalam Hasan (2014)). c. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kebijakan Hutang 1) Free Cash Flow Free cash flow merupakan arus kas yang benar-benar tersedia untuk dibayarkan kepada investor (pemegang saham dan pemilik utang) setelah perusahaan melakukan seluruh investasi dalam aset tetap, produk baru, dan modal kerja yang 14

dibutuhkan untuk mempertahankan operasi yang sedang berjalan (Brigham dan Houston 2010:109). Semakin besar free cash flow yang ada dalam perusahaan, maka akan semakin sehat perusahaan tersebut karena memiliki kas yang tersedia untuk pertumbuhan, pembayaran hutang dan dividen. Menurut Jensen (1986) dalam Naini (2014) perusahaan yang memiliki free cash flow yang tinggi diperkirakan akan memiliki hutang yang tinggi khususnya bagi perusahaan yang memiliki peluang investasi yang rendah, hutang yang tinggi dimaksudkan untuk mengimbangi terjadinya agency cost yang berasal dari free cash flow. Dikarenakan keberadaan free cash flow dalam suatu perusahaan dapat menimbulkan konflik antara pemegang saham dengan manajer. Hal tersebut terjadi karena adanya perbedaan kepentingan diantara kedua belah pihak, yaitu pemegang saham menginginkan sisa dana tersebut dibagikan untuk meningkatkan kesejahteraannya. Sedangkan disisi lain dikarenakan adanya kas yang berlebih dalam perusahaan, akan membuat manajer cenderung menggunakan kas tersebut untuk mendanai proyek beresiko tinggi atau untuk fasilitas yang berlebihan yang tidak ada hubungannya dengan nilai saham perusahaan dengan harapan akan menambah insentif bagi manajer dimasa yang akan datang (Fadhilla dan Jubaedah, 2014) 15

2) Pertumbuhan Perusahaan Pertumbuhan perusahaan dapat didefinisikan sebagai peningkatan yang terjadi dalam sautu perusahaan. Pertumbuhan juga dapat diartikan sebagai kemampuan perusahaan untuk meningkatkan size. Pertumbuhan dalam suatu perusahaan dapat dilihat dari perubahan total aset yang dimiliki oleh perusahaan baik berupa peningkatan maupun penuruan aset perusahaan dalam satu periode (Andina (2013) dalam Natasia (2015)). Suatu perusahaan dengan tingkat pertumbuhan yang tinggi dapat menandakan bahwa perusahaan tersebut mempunyai kemampuan untuk dapat meningkatkan nilai perusahaan untuk menghasilkan keuntungan atau laba yang diperoleh. Perusahaan dengan pertumbuhan yang tinggi menunjukan bahwa dengan sumber daya yang dimiliki bisa menghasilkan pertumbuhan yang baik. Perusahaan dengan tingkat pertumbuhan yang tinggi akan lebih memaksimalkan penggunaan sumber daya yang dimiliki (Hardiningsih dan Oktaviani, 2012). 3) Kebijakan Dividen Kebijakan dividen merupakan suatu kebijakan yang tidak terpisahkan dalam keputusan pendanaan suatu perusahaan. Dividen merupakan bagian dari keuntungan 16

perusahaan yang akan dibagikan kepada pemilik perusahaan atau investor. Menurut Atmaja (2011:285) kebijakan dividen merupakan keputusan yang menyangkut penggunaan laba yang menjadi hak para pemegang saham akan dibagi sebagai dividen atau akan di investasikan kembali ke perusahaan sebagai laba ditahan. 4) Ukuran Perusahaan Ukuran perusahaan merupakan besar atau kecilnya suatu perusahaan yang dapat diketahui dari total aktiva perusahaan, jumlah karyawan dan omset penjualan (Susi (2009) dalam Pradhana, dkk (2014)). Ukuran perusahaan dalam penelitian ini dicerminkan dari besar atau kecilnya nilai total aktiva pada akhir tahun yang dapat diukur dengan menggunakan logaritma natural dari total aktiva. Semakin besar ukuran perusahaan maka akan semakin besar pula dana yang dibutuhkan oleh perusahaan untuk menunjang kegiatan operasionalnya. Semakin besar ukuran suatu perusahaan maka akan mempunyai keuntungan yaitu kemudahan dalam memperoleh pinjaman. Salah satu alasanya adalah perusahaan besar akan lebih mudah menerima pinjaman karena mempunyai nilai aktiva yang dapat dijadikan sebagai jaminan oleh perusahaan lebih besar serta adanya tingkat 17

kepercayaan yang tinggi dari pihak kreditur terhadap perusahaan (Irawan, dkk, 2016). 5) Profitabilitas Profitabilitas merupakan rasio untuk mengukur efektivitas manajemen secara keseluruhan yang ditujukan oleh besar kecilnya tingkat keuntungan yang diperoleh dalam hubungannya dengan penjualan maupun investasi. Semakin baik rasio profitabilitas maka semakin baik menggambarkan kemampuan tingginya perolehan keuntungan perusahaan. Rasio profitabilitas dapat diukur dengan menggunakan return on asset (ROA), rasio ini dapat digunakan untuk melihat sejauh mana investasi yang telah ditanamkan mampu memberikan pengembalian keuntungan sesuai dengan yang diharapkan (Fahmi 2011:137). B. Hasil Penelitian Terdahulu sebagai berikut: Adapun daftar rincian penelitian terdahulu tercangkup dalam tabel 2.1 18

Tabel 2.1 Penelitian Terdahulu No Peneliti Variabel Hasil 1. Ade D. Suryani dan Muhammad Khafid (2015) 2. Ahadiyah Muslida Dewi Yuniarti (2013) 3. Arif Irawan, Rina Afriati dan Abrar Oemar (2016). 4. Dennys Surya dan Deasy Ariyanti Rahayuningsih (2012) - Free cash flow perusahaan - Kebijakan dividen - Kebijakan manajerial - Dividen - Struktur aset - Aset berwujud perusahaan - Lama perusahaan manajerial institusional - Kebijakan dividen - Free cash flow tidak perusahaan tidak - Kebijakan dividen tidak - Kebijakan manajerial tidak - Dividen tidak - Struktur aset tidak - Aset berwujud perusahaan - Lama perusahaan tidak manajerial tidak institusional tidak - Kebijakan dividen tidak 19

5. Farah Margaretha (2014) 6. Herdiana Ulfa Indraswary, Kharis Raharjo dan Rita Andini (2016) - Struktur aset perusahaan - Risiko bisnis - Set peluang investasi - Struktur aset perusahaan - Struktur aset - ROA - DPR manajerial institusional - Free cash flow - Struktur aset perusahaan tidak - Risiko bisnis tidak - Set peluang investasi - Struktur aset dan pertumbuhan perusahaan, persentase pajak, pajak non hutang dan klasifikasi perusahaan tidak - Struktur aset - ROA tidak - DPR positif manajerial tidak institusional 20

7. Mudrika Alamsyah Hasan (2014) 8. Pancawati Hardiningsih dan Rachmawati Meita Oktaviani (2012) 9. Revi Maretta Sheisarvian, Nengah Sudjana dan Muhammad Saifi (2015) manajerial - Free cash flow - Free cash flow perusahaan - Struktur aktiva - Laba ditahan manajerial manajerial - Kebijakan dividen - Free cash flow manajerial - Free cash flow - Free cash flow tidak perusahaan negatif - Struktur aktiva - Laba ditahan manajerial tidak manajerial - Kebijakan dividen 21

10. Wati Aris Astuti dan Nurlaelasari (2013) 11. Wikan Budi Utami (2015) 12. Weka Natasia (2015) - Arus kas bebas - Kebijakan leverage perusahaan - Kebijakan dividen - Free cash flow - Managerial ownership - Institutional ownership perusahaan - Struktur aktiva - Laba ditahan - Likuiditas - Arus kas bebas tidak perusahaan tidak - Kebijakan dividen - Free cash flow - Managerial ownership - Institutional ownership tidak perusahaan tidak - Struktur aktiva - Laba ditahan - Likuiditas 22

13. Yuvita Viandgo (2012) - Leverage - Risiko bisnis - Tingkat pertumbuhan tidak - Risiko bisnis - Tingkat pertumbuhan C. Kerangka Pemikiran Berdasarkan landasan teori dan hasil penelitian terdahulu, dapat ditentukan variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah free cash flow, pertumbuhan perusahaan, kebijakan dividen, ukuran perusahaan dan profitabilitas sedangkan variabel dependen dalam penelitian ini adalah kebijakan hutang. Berdasarkan uraian diatas maka model penelitian ini adalah sebagai berikut : Free Cash Flow (X1) Pertumbuhan Perusahaan (X2) Kebijakan Dividen (X3) H 1 (+) H 2 (-) H 3 (+) H 4 (+) Kebijakan Hutang (Y) Ukuran Perusahaan (X4) Profitabilitas (X5) H 5 (-) Gambar 2.1 Model Penelitian 23

D. Hipotesis 1. Pengaruh free cash flow terhadap kebijakan hutang Free cash flow berkaitan dengan teori agensi yaitu hubungan antara pemegang saham dengan manajer yang terkait dengan free cash flow. Keberadaan free cash flow pada suatu perusahaan dapat memicu terjadinya konflik keagenan terutama pada saat perusahaan sudah tidak lagi mempunyai kesempatan investasi yang menarik. Konflik terjadi dikarenakan perusahaan dengan kas yang berlebih, membuat manajer cenderung menggunakan kas tersebut untuk mendanai proyek beresiko tinggi atau untuk fasilitas yang berlebihan yang tidak ada hubungannya dengan nilai saham perusahaan dengan harapan akan menambah insentif bagi manajer dimasa yang akan datang. Sedangkan pemegang saham menginginkan agar sisa dana dibagikan dalam bentuk dividen, dikarenakan adanya perbedaan kepentingan tersebutlah yang dapat memicu terjadinya konflik keagenan yang timbul akibat dari keberadaan free cash flow pada suatu perusahaan (Fadhilla dan Jubaedah, 2014). Menurut Jensen (1986) dalam Astuti dan Nurlaelasari (2013) berpendapat bahwa salah satu solusi untuk mengurangi biaya keagenan yang timbul akibat konflik keagenan ini adalah dengan hutang. Dengan adanya hutang, manajer termotivasi untuk bekerja dengan lebih efisien, sehingga dapat meningkatkan efisiensi organisasi perusahaan dan jumlah free cash flow yang tersedia di dalam perusahaan akan berkurang 24

dikarenakan adanya keharusan untuk membayar pokok pinjaman dan bunga secara periodik, sehingga manajer tidak akan membuang-buang kas bebas perusahaan untuk investasi yang tidak menguntungkan. Berdasarkan uraian diatas, maka dapat disimpulkan bahwa free cash flow terhadap kebijakan hutang. Hal tersebut didukung oleh hasil penelitian Hasan (2014), Astuti dan Nurlaelasari (2013), Indraswary, dkk (2016) dan Natasia (2015) yang menyebutkan bahwa free cash flow terhadap kebijakan hutang. H1 : Free cash flow terhadap kebijakan hutang 2. Pengaruh pertumbuhan perusahaan terhadap kebijakan hutang Suatu perusahaan dengan tingkat pertumbuhan yang tinggi dapat menandakan bahwa perusahaan tersebut mempunyai kemampuan untuk dapat meningkatkan nilai perusahaan untuk menghasilkan keuntungan atau laba yang diperoleh. Perusahaan dengan pertumbuhan yang tinggi menunjukan bahwa dengan sumber daya yang dimiliki bisa menghasilkan pertumbuhan yang baik. Perusahaan dengan tingkat pertumbuhan yang tinggi akan lebih memaksimalkan penggunaan sumber daya yang dimiliki (Hardiningsih dan Oktaviani, 2012). Berdasarkan pecking order theory yang menjelaskan mengenai urutan pendanaan dalam perusahaan, dimana untuk pertama kalinya manajer akan memilih sumber pendanaan internal. Maka hal tersebut dapat 25

diartikan bahwa perusahaan dengan tingkat pertumbuhan yang tinggi akan menggunakan hutang yang rendah dan akan lebih memaksimalkan penggunaan sumber daya yang dimiliki perusahaan terlebih dahulu. Berdasarkan uraian diatas, maka dapat disimpulkan bahwa pertumbuhan perusahaan terhadap kebijakan hutang. Hal ini didukung dengan hasil penelitian Hardiningsih dan Oktaviani (2012), Margaretha (2014) dan Viandgo (2012) yang menyebutkan bahwa pertumbuhan perusahaan terhadap kebijakan hutang. H2 : Pertumbuhan perusahaan terhadap kebijakan hutang 3. Pengaruh kebijakan dividen terhadap kebijakan hutang Apabila suatu perusahaan membagikan dividen kepada para pemegang saham dengan jumlah besar maka dana atau laba ditahan yang tersedia didalam perusahaan akan menjadi semakin kecil. Oleh karena itu untuk memenuhi kebutuhan dana perusahaan, manajer akan lebih cenderung untuk menggunakan hutang sebagai tambahan dana bagi perusahaan (Indahningrum dan Ratih (2009) dalam Karinaputri dan Sofian (2012)). Berkaitan dengan kebijakan dividen maka pecking order theory dapat dijadikan sebagai acuan dalam pengambilan keputusan. Jika dengan pembagian dividen kepada pemegang saham akan mengurangi jumlah dana atau laba ditahan dalam suatu perusahaan, maka penggunaan hutang 26

dapat dijadikan sebagai pilihan untuk memenuhi kebutuhan dana perusahaan. Berdasarkan uraian diatas, maka dapat disimpulkan bahwa kebijakan dividen terhadap kebijakan hutang. Hal tersebut didukung dengan hasil penelitian Suryani dan Khafid (2015) Indraswary, dkk (2016) dan Utami (2015) yang menyebutkan bahwa kebijakan dividen terhadap kebijakan hutang. H3 : Kebijakan dividen terhadap kebijakan hutang 4. Pengaruh ukuran perusahaan terhadap kebijakan hutang Semkin besar ukuran suatu perusahaan maka akan semakin besar pula dana yang diperlukan oleh perusahaan untuk menunjang kegiatan operasionalnya dibandingkan dengan kebutuhan dana pada perusahaan kecil yang dimana salah satu pemenuhan dananya dapat berasal dari hutang. Hubungan ukuran perusahaan dengan hutang adalah semakin besar ukuran suatu perusahaan maka akan semakin mudah perusahaan untuk memperoleh pinjaman, salah satu alasannya karena perusahaan besar mempunyai nilai aktiva yang lebih besar untuk dapat dijadikan sebagai jaminan dan mempunyai tingkat kepercayaan yang tinggi dari kreditur terhadap perusahaan (Irawan, dkk, 2016). 27

Berdasarkan uraian diatas, maka dapat disimpulkan bahwa ukuran perusahaan terhadap kebijakan hutang. Hal ini didukung dengan hasil penelitian Irawan, dkk (2016), Surya dan Rahayuningsih (2012), Indraswary, dkk (2016) dan Hasan (2014) yang menyebutkan bahwa ukuran perusahaan terhadap kebijakan hutang. H4 : Ukuran perusahaan terhadap kebijakan hutang 5. Pengaruh profitabilitas terhadap kebijakan hutang Semakin tinggi profitabilitas suatu perusahaan maka diperkirakan akan semakin kecil hutang yang digunakan dalam pendanaan perusahaan, karena perusahaan dengan tingkat profitabilitas tinggi menandakan bahwa perusahaan tersebut mempunyai dana internal yang cukup untuk memenuhi kebutuhan dana perusahaan sehingga penggunaan hutang dalam perusahaan akan berkurang (Surya dan Rahayuningsih, 2012). Hal tersebut sesuai dengan pecking order theory yang menyebutkan bahwa untuk pertama kalinya manajer akan memilih pendanaan yang berasal dari internal perusahaan. Maka perusahaan dengan tingkat profitabilitas tinggi akan memaksimalkan sumber dana internal perusahaan terlebih dahulu sehingga penggunaan hutang dalam perusahaan akan berkurang. Berdasarkan uraian diatas, maka dapat disimpulkan bahwa profitabilitas terhadap kebijakan hutang. Hal tersebut 28

didukung dengan hasil penelitian Surya dan Rahayuningsih (2012), Irawan, dkk (2016), Sheisarvian, dkk (2013), Yuniarti (2013) dan Natasia (2015) yang menyebutkan bahwa profitabilitas dan signfikan terhadap kebijakan hutang. H5 : Profitabilitas terhadap kebijakan hutang 29