FILOSOFI DAN SEJARAH PEMBENTUKAN UNDANG- UNDANG NOMOR 2 TAHUN 2017 TENTANG JASA KONSTRUKSI

dokumen-dokumen yang mirip
SOSIALISASI UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NO. 2 TAHUN 2017 TENTANG JASA KONSTRUKSI

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG JASA KONSTRUKSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

-2- Mengingat : Pasal 20 dan Pasal 21 Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945; Dengan Persetujuan Bersama DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REP

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2 TAHUN 2017 TENTANG JASA KONSTRUKSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG JASA KONSTRUKSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2 TAHUN 2017 TENTANG JASA KONSTRUKSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

MODUL 1 KEBIJAKAN PENYUSUNAN DOKUMEN KONTRAK

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG JASA KONSTRUKSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG JASA KONSTRUKSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

SOAL LATIHAN PEMAHAMAN

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN TUBAN Nomor 45 Tahun 2012 Seri E

WALI KOTA BONTANG PROVINSI KALIMANTAN TIMUR PERATURAN DAERAH KOTA BONTANG NOMOR 4 TAHUN 2016 TENTANG IZIN USAHA JASA KONSTRUKSI

PROPINSI SULAWESI UTARA PERATURAN DAERAH KABUPATEN BOLAANG MONGONDOW NOMOR TAHUN 2015 TENTANG JASA KONSTRUKSI

BUPATI BANGKA TENGAH PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG SALINAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANGKA TENGAH NOMOR 7 TAHUN 2015 TENTANG

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN TABALONG TAHUN 2014 NOMOR 06 PERATURAN DAERAH KABUPATEN TABALONG NOMOR 06 TAHUN 2014 TENTANG

KESIMPULAN/KEPUTUSAN RAPAT

WALIKOTA LUBUKLINGGAU

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KEBUMEN NOMOR 24 TAHUN 2012 TENTANG IZIN USAHA JASA KONSTRUKSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KEBUMEN,

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA UNDANG UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 18 TAHUN 1999 TENTANG JASA KONSTRUKSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA BARAT NOMOR 8 TAHUN 2006 TENTANG JASA KONSTRUKSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR JAWA BARAT

PERATURAN DAERAH KABUPATEN GROBOGAN NOMOR 9 TAHUN TENTANG IZIN USAHA JASA KONSTRUKSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI GROBOGAN,

WALIKOTA MAGELANG PERATURAN DAERAH KOTA MAGELANG NOMOR 16 TAHUN 2013 TENTANG IZIN USAHA JASA KONSTRUKSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

JASA KONSTRUKSI NO SERI. E PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA BARAT NOMOR 8 TAHUN 2006 TENTANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BUPATI LOMBOK UTARA PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN LOMBOK UTARA NOMOR 3 TAHUN 2014 TENTANG IZIN USAHA JASA KONSTRUKSI

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN KULON PROGO

-2- Penyelenggaraan Jasa Konstruksi dilaksanakan berlandaskan pada asas kejujuran dan keadilan, manfaat, kesetaraan, keserasian, keseimbangan, profesi

BUPATI BANTUL PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANTUL NOMOR 16 TAHUN 2011 TENTANG PERIZINAN USAHA JASA KONSTRUKSI DI KABUPATEN BANTUL

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG BARAT NOMOR 7 TAHUN 2012 TENTANG PERIZINAN USAHA JASA KONSTRUKSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

WALIKOTA JAMBI PROVINSI JAMBI PERATURAN DAERAH KOTA JAMBI NOMOR 7 TAHUN 2015 TENTANG IZIN USAHA JASA KONSTRUKSI

- 1 - PERATURAN DAERAH KOTA TASIKMALAYA NOMOR 9 TAHUN 2013 TENTANG IZIN USAHA JASA KONSTRUKSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA TASIKMALAYA,

PEMERINTAH KABUPATEN PEMALANG RANCANGAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN PEMALANG NOMOR 15 TAHUN TENTANG IZIN USAHA JASA KONSTRUKSI

BUPATI WONOGIRI PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN WONOGIRI NOMOR 10 TAHUN 2014 TENTANG IZIN USAHA JASA KONSTRUKSI

BUPATI NGANJUK PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH KABUPATEN NGANJUK NOMOR 6 TAHUN 2015 TENTANG IZIN USAHA JASA KONSTRUKSI

BUPATI SIDOARJO PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH KABUPATEN SIDOARJO NOMOR 9 TAHUN 2017 TENTANG

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN MAGELANG TAHUN 2015 NOMOR 3 PERATURAN DAERAH KABUPATEN MAGELANG NOMOR 3 TAHUN 2015 TENTANG IZIN USAHA JASA KONSTRUKSI

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA,

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN TANGERANG

WALIKOTA PALANGKA RAYA

LEMBARAN DAERAH PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT NOMOR 5 TAHUN 2014

BUPATI SANGGAU PROVINSI KALIMANTAN BARAT

WALIKOTA PAREPARE PROVINSI SULAWESI SELATAN

LEMBARAN DAERAH KOTA SUKABUMI

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BARITO KUALA TENTANG IZIN USAHA JASA KONSTRUKSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BARITO KUALA,

PEMERINTAH PROVINSI PAPUA

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN DAERAH KOTA SERANG NOMOR 13 TAHUN 2013 TENTANG PERIZINAN JASA KONSTRUKSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA SERANG, a.

HUKUM KONSTRUKSI. Ringkasan Hukum Konstruksi UU No 18 Tahun 1999 Jasa Konstruksi. Oleh : Inggrid Permaswari C Kelas B NIM :

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG ARSITEK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA,

GUBERNUR JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TENGAH NOMOR 16 TAHUN 2014 TENTANG

WALIKOTA PAYAKUMBUH PROVINSI SUMATERA BARAT PERATURAN DAERAH KOTA PAYAKUMBUH NOMOR 3 TAHUN 2014 TENTANG

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANTUL NOMOR 23 TAHUN 2012 TENTANG

BUPATI TANJUNG JABUNG BARAT PROVINSI JAMBI PERATURAN DAERAH KABUPATEN TANJUNG JABUNG BARAT NOMOR 3 TAHUN 2015 TENTANG IZIN USAHA JASA KONSTRUKSI

WALIKOTA BUKITTINGGI PROVINSI SUMATERA BARAT

BUPATI PASURUAN PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH KABUPATEN PASURUAN NOMOR 7 TAHUN 2016 TENTANG IZIN USAHA JASA KONSTRUKSI

2017, No di bidang arsitektur, dan peningkatan mutu karya arsitektur untuk menghadapi tantangan global; d. bahwa saat ini belum ada pengaturan

WALIKOTA PEKALONGAN PERATURAN DAERAH KOTA PEKALONGAN NOMOR 18 TAHUN 2012 TENTANG IZIN USAHA JASA KONSTRUKSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KARANGASEM NOMOR 8 TAHUN 2013 TENTANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KARANGASEM,

PERATURAN DAERAH KABUPATEN PURBALINGGA NOMOR 07 TAHUN 2013 TENTANG IZIN USAHA JASA KONSTRUKSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PURBALINGGA,

2017, No di bidang arsitektur, dan peningkatan mutu karya arsitektur untuk menghadapi tantangan global; d. bahwa saat ini belum ada pengaturan

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG NOMOR 14 TAHUN 2011 RANCANGAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG NOMOR 14 TAHUN 2011 TENTANG

BUPATI BLITAR PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH KABUPATEN BLITAR NOMOR 5 TAHUN 2014 TENTANG IZIN USAHA JASA KONTRUKSI

DINAS PEKERJAAN UMUM

PERATURAN DAERAH PROVINSI SUMATERA BARAT NOMOR 4 TAHUN 2015 TENTANG PEMBINAAN JASA KONSTRUKSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

RENCANA PROGRAM PEMBINAAN KONSTRUKSI TA. 2018

GUBERNUR KALIMANTAN TENGAH

PEMERINTAH KABUPATEN MAMUJU

BUPATI BANTUL PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANTUL NOMOR 04 TAHUN 2013 TENTANG PEMBINAAN JASA KONSTRUKSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BANTUL,

PEMERINTAH KOTA PROBOLINGGO

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BUPATI MUSI RAWAS, TENTANG

LEMBARAN DAERAH KOTA BOGOR TAHUN 2012 NOMOR 5 SERI E PERATURAN DAERAH KOTA BOGOR NOMOR 12 TAHUN 2012 TENTANG IZIN USAHA JASA KONSTRUKSI

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 28 TAHUN 2000 TENTANG USAHA DAN PERAN MASYARAKAT JASA KONSTRUKSI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

USAHA DAN PERAN MASYARAKAT JASA KONSTRUKSI Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 28 Tahun 2000 PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 28 TAHUN 2000 TENTANG USAHA DAN PERAN MASYARAKAT JASA KONSTRUKSI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2014 NOMOR 6 SERI E

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN KUDUS NOMOR 7 TAHUN 2010 PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUDUS NOMOR 7 TAHUN 2010 TENTANG IZIN USAHA JASA KONSTRUKSI

WALIKOTA PASURUAN PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH KOTA PASURUAN NOMOR 3 TAHUN 2016 TENTANG IZIN USAHA JASA KONSTRUKSI

WALI KOTA BALIKPAPAN PROVINSI KALIMANTAN TIMUR PERATURAN DAERAH KOTA BALIKPAPAN NOMOR 6 TAHUN 2015 TENTANG IZIN USAHA JASA KONSTRUKSI

PERAN UU NOMOR 2 TAHUN 2017 DAN TURUNANNYA DALAM PENGUATAN MASYARAKAT JASA KONSTRUKSI

BUPATI JEMBRANA PROVINSI BALI PERATURAN DAERAH KABUPATEN JEMBRANA NOMOR 1 TAHUN 2015 TENTANG IZIN USAHA JASA KONSTRUKSI

LEMBARAN DAERAH KOTA SEMARANG PERATURAN DAERAH KOTA SEMARANG

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 4 TAHUN 2010 TENTANG

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN PADANG LAWAS UTARA NOMOR 16 TAHUN 2014

BUPATI HULU SUNGAI TENGAH

PERATURAN DAERAH KOTA TANGERANG SELATAN NOMOR 2 TAHUN 2014 TENTANG IZIN USAHA JASA KONSTRUKSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BUPATI KULON PROGO PERATURAN BUPATI KULON PROGO NOMOR 35 TAHUN 2014 TENTANG PERSYARATAN DAN TATA CARA PEMBERIAN PERIZINAN USAHA JASA KONSTRUKSI

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG KEINSINYURAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN TERKAIT JASA KONSTRUKSI

PEMERINTAH KABUPATEN SLEMAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN SLEMAN NOMOR 11 TAHUN 2013 TENTANG IZIN USAHA DI BIDANG JASA KONSTRUKSI

ASPEK HUKUM DALAM SISTEM MANAJEMEN MUTU KONSTRUKSI

PERATURAN LEMBAGA PENGEMBANGAN JASA KONSTRUKSI NASIONAL TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA LEMBAGA PENGEMBANGAN JASA KONSTRUKSI.

BUPATI BARITO KUALA PERATURAN BUPATI BARITO KUALA NOMOR 63 TAHUN 2011 TENTANG IZIN USAHA JASA KONSTRUKSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

GUBERNUR JAWA BARAT PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA BARAT NOMOR 3 TAHUN 2017 TENTANG PENYELENGGARAAN PELAYANAN TERPADU SATU PINTU

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 4 TAHUN 2010 TENTANG

BUPATI SEMARANG PERATURAN DAERAH KABUPATEN SEMARANG NOMOR 7 TAHUN 2013 TENTANG PERIZINAN USAHA JASA KONSTRUKSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BUPATI GARUT PERATURAN DAERAH KABUPATEN GARUT NOMOR 14 TAHUN 2012 TENTANG PENANAMAN MODAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM NOMOR : 04 / PRT / M / 2011 TENTANG PEDOMAN PERSYARATAN PEMBERIAN IZIN USAHA JASA KONSTRUKSI NASIONAL

Transkripsi:

FILOSOFI DAN SEJARAH PEMBENTUKAN UNDANG- UNDANG NOMOR 2 TAHUN 2017 TENTANG JASA KONSTRUKSI

SEKTOR JASA KONSTRUKSI SALAH SATU SEKTOR STRATEGIS DALAM MENDUKUNG TERCAPAINYA PEMBANGUNAN NASIONAL Dilihat dari adanya keterkaitan dengan sektor lain Jasa Konstruksi merupakan bagian penting dari terbentuknya produk konstruksi Arena pertemuan antara penyedia jasa dengan pengguna jasa Pada penyedia jasa berinteraksi pelaku usaha, pekerjanya, dan rantai pasok yang menentukan keberhasilan proses penyediaan jasa konstruksi Yang pada akhirnya memicu pertumbuhan sosial ekonomi. Pengembangan Jasa Konstruksi agenda publik penting strategis Karena terjadi perubahan cepat dalam konteks globalisasi dan liberalisasi Kemiskinan dan kesenjangan Demokratisasi dan otonomi daerah Kerusakan dan bencana alam Proses transformasi politik, budaya, ekonomi, dan birokrasi. Belum disentuhnya kenyataan jenis pekerjaan atau usaha jasa konstruksi bukan hanya perencanaan, penyelenggaraan, pengawasan, tetapi berkembang berdasarkan product life cycle, yang saat ini tidak pada konsep tetapi menjadi sebuah realitas pasar konstruksi. 2

LATAR BELAKANG LAHIRNYA UNDANG-UNDANG NOMOR 2 TAHUN 2017 o o o o o o Adanya tuntutan tata kelola pemerintahan yang baik Tuntutan mutu produk produksi Perkembangan sistem penyelenggaraan jasa konstruksi Tantangan penyelenggaraan jasa konstruksi meningkat dan membesar Lingkungan strategis muncul signifikan sehingga memerlukan harmonisasi peraturan perundang-undangan terkait pemerintahan daerah, bidang PUPR, bidang ketenagakerjaan, Standar Internasional Usaha Jasa Konstruksi, Profesi Keinsinyiuran dan Arsitek, Sektor Yang Relevan seperti ESDM Wujud penyempurnaan pada pengaturan aspek pembinaan, penyelenggaraan, penegakan hukum, partisipasi masyarakat, keamanan-keselamatan-kesehatan-keberlanjutan konstruksi. 3

FILOSOFI PEMBENTUKAN UNDANG-UNDANG JASA KONSTRUKSI Fungsi pembinaan oleh pemerintah daerah belum sepenuhnya menyentuh masyarakat jasa konstruksi, sementara kemampuan pemerintah pusat terbatas; Badan usaha jasa konstruksi didominasi kualifikasi kecil yang memperebutkan sebagian kecil pasar konstruksi, sementara kualifikasi besar menguasai pasar konstruksi. Badan usaha jasa konstruksi masih didominasi generalis, sementara badan usaha spesialis belum berkembang; Pengembangan usaha jasa konstruksi melalui investasi belum diatur di dalam regulasi konstruksi sebelumnya; Terbatas tenaga kerja konstruksi bersertifikat sehingga perlu penataan ulang pengaturan terhadap system sertifikasi; Perlu pengaturan dan pengawasan tenaga kerja asing; Tidak optimal upaya penyelesaian sengketa yang diatur dalam kontrak konstruksi dan berpotensi penyalahgunaan kontrak konstruksi; Tingginya angka kecelakaan kerja sector konstruksi; Acapkali terjadi kegagalan bangunan akibat lalai memenuhi ketentuan konstruksi berkelanjutan; Belum adanya sistem informasi jasa konstruksi terintegrasi; Belum jalannya mekanisme pengaturan remunerasi tenaga kerja ahli Ketidakprioritasan penyedia jasa memakai teknologi dan komponen dalam negeri.

Sejarah Pembentukannya RUU Jasa Konstruksi menjadi RUU Inisiatif DPR yang tercantum dalam Keputusan DPR nomor 7/DPR RI/II/2016-2017 tentang Program Legislasi Nasional RUU Prioritas Tahun 2017 dan Prolegnas Perubahan RUU Tahun 2015-2017. Tahapan Pembahasan RUU sbb: RUU dibahas di Badan Legislasi DPR, diputuskan dalam rapat paripurna bahwa RUU tsb merupakan inisiatif DPR dengan stakeholder terkait. RUU dikirimkan ke Presiden untuk dibuat Surat Penunjukan Presiden kepada menteri terkait. Menteri yang ditunjuk Presiden: PUPR, Ketenagakerjaan, Hukum dan HAM. Menteri PUPR sebagai leading sector.

Rangkaian Pembahasan RUU Pemerintah menyusun Daftar Inventarisasi Masalah Penyampaian DIM Pembahasan Raker untuk menyetujui pasal-pasal yang sudah disepakati Pembentukan Tim Panitia Kerja Pembahasan oleh Panja Pembahasan oleh Timus Laporan Timus kepada Panja Laporan Panja kepada Raker Persetujuan Tingkat I Persetujuan Tingkat II Pengiriman RUU kepada Presiden Pengesahan RUU oleh Presiden Pengundangan di Kementerian Hukum dan HAM.

Hasil Pembentukannya DPR mengesahkan RUU Jasa Konstruksi pada tanggal 15 Desember 2016.Des 2016 Undang-Undang ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan 12 Januari 2017. Undang-Undang ini terdiri dari 14 Bab dan 106 Pasal-Pasal berikut Penjelasan 96 hlm. Peraturan pelaksanaan dari Undang-Undang ini harus ditetapkan paling lama 2 (dua) tahun terhitung sejak Undang Undang ini diundangkan.

PERBANDINGAN STRUKTUR UU NO. 18 TAHUN 1999 DENGAN UU NO. 2 TAHUN 2017 JASA KONSTRUKSI UU No. 18 Tahun 1999 tentang JASA KONSTRUKSI UU No. 2 Tahun 2017 tentang JASA KONSTRUKSI BAB I. KETENTUAN UMUM BAB II. ASAS DAN TUJUAN BAB III. USAHA JASA KONSTRUKSI BAB IV. PENGIKATAN JASA KONSTRUKSI BAB V. PENYELENGGARAAN JASA KONSTRUKSI BAB VI. KEGAGALAN BANGUNAN BAB VII. PERAN MASYARAKAT BAB VIII. PEMBINAAN BAB IX. PENYELESAIAN SENGKETA BAB X. SANKSI BAB XI. KETENTUAN PERALIHAN BAB XII. KETENTUAN PENUTUP BAB I. KETENTUAN UMUM BAB II. ASAS DAN TUJUAN BAB III. TANGGUNG JAWAB DAN KEWENANGAN BAB IV. USAHA JASA KONSTRUKSI BAB V. PENYELENGGARAAN JASA KONSTRUKSI BAB VI. KEAMANAN, KESELAMATAN, KESEHATAN, DAN KEBERLANJUTAN BAB VII. TENAGA KERJA KONSTRUKSI BAB VIII. PEMBINAAN BAB IX. SISTEM INFORMASI JASA KONSTRUKSI BAB X. PARTISIPASI MASYARAKAT BAB XI. PENYELESAIAN SENGKETA BAB XII. SANKSI ADMINISTRATIF BAB XIII. KETENTUAN PERALIHAN BAB XIV. KETENTUAN PENUTUP TERDIRI ATAS 12 BAB DENGAN 46 PASAL TERDIRI ATAS 14 BAB DENGAN 106 PASAL 8

KERANGKA UNDANG-UNDANG

USAHA JASA KONSTRUKSI

KLASIFIKASI USAHA UU 18/1999 2/2017 CPC (Central Product Classification) ASMET (Aristek, Sipil, Mekanikal, Elektrikal, dan Tata Lingkungan) UU Pasal 12: Jenis Usaha Jasa Konstruksi a. Jasa Konsultasi Konstruksi b. Pekerjaan Konstruksi c. Pekerjaan Konstruksi Terintegrasi Pasal 13-15: Sifat Usaha Jasa Konstruksi a. Umum b. Spesialis 11

USAHA JASA KONSTRUKSI Pasal 11-16 Jenis Usaha Jasa Konsultansi Konstruksi Klasifikasi Layanan Umum a. arsitektur b. rekayasa c. rekayasa terpadu d. arsitektur lansdkap dan perencanaan wilayah Spesialis a. konsultansi ilmiah dan teknis b. pengujian dan analisis teknis a. pengkajian b. perencanaan c. perancangan d. pengawasan a. survei b. pengujian teknis c. analisis Jenis Usaha Jasa Pelaksana Konstruksi Klasifikasi Layanan Umum a. bangunan gedung b. bangunan sipil Spesialis a. penyiapan lapangan b. instalasi c. konstruksi khusus d. konstruksi pra pabrikasi e. penyelesaian bangunan f. penyewaan peralatan a. pembangunan b. pemeliharaan c. penghancuran d. pembuatan kembali pekerjaan bagian tertentu dari bangunan konstruksi atau bentuk fisik lainnya Jenis Usaha Jasa Pelaksana Konstruksi Terintregasi Klasifikasi a. bangunan gedung b. bangunan sipil JENIS, SIFAT, KLASIFIKASI, DAN LAYANAN USAHA Layanan a. rancang bangun b. perencanaan, pengadaan, dan pelaksanaan penghancuran c. penyelenggaraan pekerjaan konstruksi berbasis kinerja

KUALIFIKASI BENTUK DAN KUALIFIKASI USAHA USAHA JASA KONSTRUKSI Pasal 20 BENTUK DAN KUALIFIKASI USAHA Usaha Jasa Konstruksi berbentuk usaha orang perseorangan atau badan usaha, baik yang berbadan hukum maupun tidak berbadan hukum. Dasar Penetapan Kualifikasi : Kecil Menengah Besar berisiko kecil berteknologi sederhana berbiaya kecil berisiko sedang berteknologi madya berbiaya sedang berisiko besar berteknologi tinggi berbiaya besar Kemampuan dalam Penyediaan Peralatan Konstruksi Perjualan Tahunan Ketersediaan Tenaga Kerja Kemampuan Keuangan

USAHA JASA KONSTRUKSI SEGMENTASI PASAR Jenis Usaha 1. Orang Perseorangan 2. Badan Usaha Kualifikasi Kecil 1. Badan Usaha Kualifikasi Menengah 1. Badan Usaha Kualifikasi Besar 2. Perwakilan Usaha Jasa Konstruksi Asing Sementasi Pasar 1. Beresiko Kecil 2. Berteknologi Sederhana 3. Berbiaya Kecil 1. Beresiko Sedang 2. Berteknologi Madya 3. Berbiaya Sedang 1. Beresiko Besar 2. Berteknologi Tinggi 3. Berbiaya Besar Pasal 21

USAHA JASA KONSTRUKSI Pasal 24 PERLIDUNGAN USAHA KUALIFIKASI KECIL Dalam UU ini telah diatur terkait penyelenggaraan Jasa Konstruksi yang menggunakan APBD dan pekerjaan Jasa Konstruksi yang berisiko kecil sampai dengan sedang, berteknologi sederhana sampai dengan madya, dan berbiaya kecil sampai dengan sedang, Pemerintah Daerah provinsi dapat membuat kebijakan khusus. Kebijakan khusus tersebut mengatur : a. kerja sama operasi dengan BUJK daerah; dan/atau b. penggunaan Subpenyedia Jasa Daerah.

PERSYARATAN USAHA TDUP IUJK wajib dimiliki oleh setiap usaha orang perseorangan yang memberikan layanan jasa konstruksi wajib dimiliki oleh setiap badan usaha yang memberikan layanan jasa konstruksi diterbitkan oleh Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota sesuai domisili wilayahnya TDUP dan IUJK berlaku untuk melaksanakan kegiatan Usaha Jasa Konstruksi di NKRI Syarat mengenai TDUP dan IUJK diatur oleh peraturan di daerah

TANDA DAFTAR PENGALAMAN TK. Konstruksi Registrasi kepada Menteri Pengakuan Pengalaman Profesional Tanda Daftar Pengalaman Professional, paling sedikit memuat : 1. jenis layanan profesional yang diberikan; 2. nilai pekerjaan konstruksi yang terkait dengan hasil layanan profesional; 3. tahun pelaksanaan pekerjaan; dan 4. rekomendasi Penguna Jasa. TK. KONSTRUKSI Meregistrasi Pengalaman Pasal 31 Tanda Daftar Pengalaman Menteri BADAN USAHA KONSTRUKSI Menengah dan Besar Tanda Daftar Pengalaman Badan Usaha Jasa Konstruksi, paling sedikit memuat : 1. nama paket pekerjaan; 2. Pengguna Jasa; 3. tahun pelaksanaan pekerjaan; 4. nilai pekerjaan; dan 5. kinerja Penyedia Jasa. pengalaman sudah melalui proses serah terima 17

PERSYARATAN USAHA BADAN USAHA ASING BENTUK : Kantor Perwakilan Prinsip JO : kesetaraan kualifikasi, kesamaan layanan, dan tanggung renteng. Badan Usaha berbadan hukum Indonesia melalui kerja sama modal dengan BUJKN Ketentuan Kantor Perwakilan yang wajib dipenuhi: 1. berbentuk badan usaha dengan kualifikasi yang setara dengan kualifikasi besar; 2. memiliki izin perwakilan badan usaha Jasa Konstruksi asing; 3. membentuk kerja sama operasi dengan badan usaha Jasa Konstruksi nasional berkualifikasi besar yang memiliki Izin Usaha; 4. mempekerjakan lebih banyak tenaga kerja Indonesia daripada tenaga kerja asing; 5. menempatkan WNI sebagai pimpinan tertinggi kantor perwakilan; 6. mengutamakan penggunaan material dan teknologi konstruksi dalam negeri; 7. memiliki teknologi tinggi, mutakhir, efisien, berwawasan lingkungan, serta memperhatikan kearifan lokal; 8. melaksanakan proses alih teknologi; dan Pasal: 32-35 9. melaksanakan kewajiban lain sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. Badan Usaha Jasa Konstruksi yang dibentuk dalam rangka kerja sama modal harus memenuhi persyaratan kualifikasi besar dan wajib memiliki Izin Usaha. Wajib memiliki IZIN USAHA yang diberikan oleh Menteri.

PENYELENGGARAAN JASA KONSTRUKSI 19

PRINSIP PENYELENGGARAAN JASA KONSTRUKSI Usaha Jasa Konstruksi dikerjakan sendiri pengikatan jasa konstrusi Pasal 38-43 Penyelenggaraan Jasa Konstruksi Usaha Penyediaan Bangunan dikerjakan sendiri perjanjian penyediaan bangunan pengikatan terdiri atas Pengguna dan Penyedia Jasa bisa orang perseorangan atau badan Pemilihan Penyedia Jasa dengan sumber APBN/APBD melalui tender/seleksi, pengadaan secara elektronik, penunjukan langsung, dan pengadaan langsung. 20

KONTRAK KERJA KOSNTRUKSI Pasal 46-47 Berisikan pengaturan hubungan kerja antara Pengguna dan Penyedia Jasa, sesuai perkembangan kebutuhan, serta sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. Kontrak Kerja mencakup : identitas para pihak; rumusan pekerjaan (lingkup kerja, nilai pekerjaan, harga satuan, lumsum, dan batasan waktu pelaksanaan); masa pertanggungan (jangka waktu pelaksanaan dan pemeliharaan menjadi tanggung jawab penyedia jasa); hak dan kewajiban yang setara; penggunaan tenaga kerja konstruksi tenaga kerja bersertifikat; cara pembayaran; wanprestasi; penyelesaian perselisihan; pemutusan kontrak kerja; keadaan memaksa; kegagalan bangunan; pelindungan pekerja; pelindungan terhadap pihak ketiga selain para pihak dan pekerja; aspek lingkungan; jaminan atas resiko yang timbul dan tanggung jawab hukum kepada pihak lain; dan pilihan penyelesaian sengketa konstruksi. 21

STANDAR KEAMANAN, KESELAMATAN, KESEHATAN, DAN KEBERLANJUTAN Pasal 59 Dalam setiap penyelenggaraan Jasa Konstruksi, Pengguna Jasa dan Penyedia Jasa wajib memenuhi Standar Keamanan, Keselamatan, Kesehatan, dan Keberlanjutan. Standar Keamanan, Keselamatan, Kesehatan, dan Keberlanjutan paling sedikit meliputi: o o o o o o o o standar mutu bahan; standar mutu peralatan; standar keselamatan dan kesehatan kerja; standar prosedur pelaksanaan Jasa Konstruksi; standar mutu hasil pelaksanaan Jasa Konstruksi; standar operasi dan pemeliharaan; pedoman perlindungan sosial tenaga kerja dalam pelaksanaan Jasa Konstruksi sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan; dan standar pengelolaan lingkungan hidup sesuai dengan ketentuan peraturan perundangundangan. Dalam penyusunannya perlu diperhatikan kondisi geografis dan kenyamanan lingkungan terbangun. 22

KEGAGALAN BANGUNAN Pasal 60-65 Kegagalan Bangunan adalah suatu keadaan keruntuhan bangunan dan/atau tidak berfungsinya bangunan setelah penyerahan akhir hasil Jasa Konstruksi. Kegagalan Bangunan 1. memiliki Sertifikat Kompetensi Kerja pada jenjang jabatan ahli di bidang yang sesuai klasifikasi bangunan yang dinilai; 2. memiliki pengalaman sebagai perencana, pelaksana, dan/atau pengawas untuk klasifikasi bangunan yang dinilai; dan 3. terdaftar di Kementerian yang menyelenggarakan urusan pemerintahan di bidang Jasa Konstruksi. Laporan Menteri Menetapkan paling lambat 30 hari kerja sejak menerima laporan Laporan Penilaian Kriteria Penilai Ahli Penilai Ahli Tugas : 1. menetapkan tingkat kepatuhan terhadap K4; 2. menetapkan penyebab terjadinya Kegagalan Bangunan; 3. menetapkan tingkat keruntuhan dan/atau tidak berfungsinya bangunan; 4. menetapkan pihak yang bertanggung jawab; 5. melaporkan kepada Menteri dan Unit IMB; dan 6. memberikan rekomendasi kepada Menteri untuk mencegah terjadinya Kegagalan Bangunan. Penyedia Jasa wajib bertanggung jawab atas Kegagalan Bangunan dalam jangka waktu yang ditentukan sesuai dengan rencana umur konstruksi paling lama 10 (sepuluh) tahun terhitung sejak tanggal penyerahan akhir layanan Jasa Konstruksi. Pengguna Jasa bertanggung jawab atas Kegagalan Bangunan yang terjadi setelah jangka waktu yang telah ditentukan. Jangka waktu pertanggungjawaban atas Kegagalan Bangunan harus dinyatakan dalam Kontrak Kerja Konstruksi. Pengguna Jasa dan/atau pihak lain yang dirugikan akibat Kegagalan Bangunan dapat melaporkan terjadinya suatu Kegagalan Bangunan kepada Menteri. Penyedia Jasa dan/atau Pengguna Jasa wajib memberikan ganti kerugian dalam hal terjadi Kegagalan Bangunan..23

PENYELESAIAN SENGKETA Pasal 88 tidak tercapai Penyelesaian Sengketa Musyawarah untuk Mufakat disesuaikan berdasarkan Kontrak Kerja Konstruksi Tahapan upaya penyelesaian sengketa meliputi : a. mediasi; b. konsiliasi dan; c. arbitrase. selain upaya penyelesaian sengketa di atas (mediasi dan konsiliasi), para pihak dapat membentuk dewan sengketa. YA tercantum upaya penyelesaian? TIDAK pemilihan keanggotaan dewan sengketa dilaksanakan berdasarkan prinsip profesionalitas dan tidak menjadi bagian dari salah satu pihak para pihak bersengketa membuat persetujuan tertulis mengenai tata cara penyelesaian sengketa yang dipilih 24

PERAN PEMERINTAH PUSAT DAN DAERAH 25

KERANGKA PIKIR PENYUSUNAN TUGAS DAN KEWENANGAN PEMERINTAH UU 23/2014 tentang Pemerintah Daerah Sub Urusan Jasa Konstruksi SPM Pemerintah Daerah sebagai Wakil Pemerintah Pusat dan Daerah Otonom Prinsip UU 23/2014 : Desentralisasi kewenangan berkeseimbangan antara Pemerintah Pusat, Daerah Provinsi, dan Daerah Kabupaten/Kota. maka dalam UU No. 2 Tahun 2017 tentang Jasa Konstruksi dilakukan penyelarasan antara : 1. Sub Urusan Jasa Konstruksi; 2. Kewenangan Gubernur sebagai Wakil Pemerintah Pusat dan sebagai Daerah Otonom; 3. Kewenangan Bupati / Walikota; dan 4. Fungsi Pembinaan. 26

TANGGUNG JAWAB DAN KEWENANGAN Pasal 4-10 TANGGUNG JAWAB PEMERINTAH PUSAT Meningkatnya kemampuan dan kapasitas usaha Jasa Konstruksi Nasional. Terciptanya iklim usaha yang kondusif, transparan, persaingan usaha yang sehat, serta jaminan kesetaraan hakkewajiban pengguna dan penyedia jasa. Terselenggaranya usaha konstruksi sesuai standar keamanan, keselematan, kesehatan, dan keberlanjutan (K4). KEWENANGAN GUBERNUR SEBAGAI WAKIL PEMERINTAH PUSAT Memberdayakan BU jaskon, pengawasan proses IUJK-tertib usaha-rantai pasok, dan fasilitasi kemitraan BUJK. Menyelengarakan pengawasan pemilihan penyedia jasa, kontrak kerja konstruksi, tertib penyelenggaraan, dan pemanfaatan jasa konstruksi di Provinsi. Menyelenggarakan pengawasan penerapan standar keamanan, keselematan, kesehatan, dan keberlanjutan (K4). KEWENANGAN SEBAGAI PIMPINAN DAERAH OTONOM Selain melaksanakan tanggung jawab sebagai wakil dari Pemerintah Pusat, Gubernur juga memiliki kewenangan sebagai daerah Otonom, yaitu : a. penyelenggaraan Pelatihan Tenaga Ahli Jasa Konstruksi; dan b. penyelenggaraan Sistem Informasi cakupan daerah Provinsi. Meningkatnya kompetensi, profesionalitas, dan produktivitas tenaga kerja konstruksi nasional. Meningkatknya kualitas dan penggunaan material dan peralatan konstruksi, serta teknologi konstruksi dalam negeri. Menyelenggarakan pengawasan sistem SKA, pelatihan, dan upah tenaga kerja konstruksi. Menyelenggarakan pengawasan penggunaan MPK dan teknologi konstruksi, fasilitasi kerjasama institusi litbang, fasilitasi pengembangan tekhologi prioritas, penggunaan standar mutu material, dan peralatan sesuai SNI. Meningkatnya partisipasi masyarakat. Memperkuat kapasitas lembaga, meningkatkan partisipasi masyarakat dalam pengawasan penyelenggaraan dan usaha penyediaan bangunan. Tersedianya sistem informasi usaha konstruksi. Mengumpulkan data dan informasi usaha konstruksi di Provinsi. Kewenangan Bupati/Walikota sebagai daerah Otonom, yaitu: a. penyelenggaraan Pelatihan Tenaga Terampil Konstruksi; b. penyelenggaraan Sistem Informasi Jasa Konstruksi cakupan daerah Kabupaten/Kota; c. penerbitan Izin Usaha Jasa Konstruksi Nasional kualifikasi kecil, menengah, dan besar; serta d. pengawasan tertib usaha, tertib penyelenggaraan, dan tertib pemanfaatan jasa konstruksi. Selaras dengan UU No. 23 Tahun 2014 tentang Pemerintah Daerah untuk Sub Urusan Jasa Konstruksi 27

FUNGSI PEMBINAAN Pasal 76-79 KOMPONEN PUSAT PROVINSI KAB/KOTA Pembina Pemerintah Pusat Gubernur Walikota/Bupati Substansi 1. Arah kebijakan nasional. 2. Kebijakan strategis, lintas negara, lintas provinsi, dan berdampak nasional. 3. Pemantauan evaluasi terhadap penyelengaraan kebijakan. 4. Pengembangan kerja sama dengan Pemerintah Daerah Provinsi. 5. Dukungan kepada Gubernur sebagai Wakil Pemerintah Pusat. 1. Penetapan pedoman teknis pelaksanaan kebijakan nasional di Provinsi. 2. Penyelenggaraan kebijakan lintas Kabupaten/Kota. 3. Monev penyelenggaraan kebijakan di Provinsi. 4. Pemberdayaan Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota. Pengawasan 1. Tertib penyelenggaraan. 2. Tertib persyaratan usaha dan perijinan tata bangunan. 3. Tertib pemanfaatan dan kinerja penyedia jasa. 1. Penyelenggaraan kebijakan berdampak hanya di Kabupaten/Kota. 2. Monev penyelenggaraan kebijakan di Kabupaten/Kota. Pendanaan APBN APBD 28

PENGATURAN MENGENAI TENAGA KERJA 29

PENGATURAN TENAGA KERJA KONSTRUKSI Pasal 68-73 klasifikasi keilmuan terkait Jaskon kualifikasi a. operator b. teknis atau analis c. ahli 1. jumlah dan sebaran anggota 2. pemberdayaan kepada anggota 3. pemilihan pengurus secara demokratis 4. sarana dan prasarana di tingkat pusat dan daerah 5. pelaksanaan kewajiban sesuai dengan ketentuan perundangundangan Sertifikat Kompetensi Kerja 1. diperoleh melalui Uji Kompetensi Kerja sesuai Standar Kompetensi Kerja 2. SKK diregistrasi oleh Menteri 3. pelaksana Uji Kompetensi LSP sesuai ketentuan kompetensi dibentuk : Asosiasi Profesi terakreditasi Diklat akreditasi Asosiasi Profesi terakreditasi MENTERI berhak atas imbalan jasa layak memuat : a. jenis layanan profesional yang diberikan b. nilai pekerjaan lonstruksi terkait hasil layanan professional c. tahun pelaksanaan pekerjaan d. nama pengguna jasa registrasi (Tanda Daftar Pengalaman Profesional) 30

PELATIHAN TENAGA KERJA KONSTRUKSI pelatihan untuk produktivitas kerja sesuai STANDAR KOMPETENSI KERJA Tenaga Kerja Konstruksi dilakukan oleh Pasal 69 yang punya izin dan/atau terakreditasi Lembaga Diklat diregistrasi tata cara registrasi diatur oleh Permen MENTERI 31

PERSYARATAN TENAGA KERJA JASA KONSTRUKSI ASING Pasal 74 wajib SERTIFIKAT KOMPETENSI KERJA PENYELENGGARAAN JASA KONSTRUKSI Tenaga Kerja Konstruksi Asing KETENTUAN YANG WAJIB DIPENUHI: 1. Pemberi Kerja wajib memiliki Rencana Penggunaan Tenaga Kerja Asing (RPTKA) dan Ijin Memperkerjakan Tenaga kerja Asing (IMTA). 2. Hanya untuk Jabatan tertentu sesuai Peraturan Perundangan. 3. Harus miliki Surat Tanda Registrasi dari Menteri. 4. Melakukan alih pengetahuan dan alih teknologi kepada tenaga kerja pendamping sesuai Peraturan Perundangan. 5. Pengawasan penggunaan tenaga kerja konstruksi asing dilakukan oleh pengawas ketenagakerjaan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.. 32

PERAN SERTA MASYARAKAT 33

Persetujuan Pengurus Lembaga PERAN SERTA MASYARAKAT MELALUI LEMBAGA Unsur Pakar/PT Unsur Rantai Pasok Unsur Asosiasi BU DPR DIBENTUK DAN BERTANGGUNG JAWAB Menteri LEMBAGA membentuk Tk. Provinsi Unsur Asosiasi Profesi Unsur Pengguna Jasa Pasal 84 LEMBAGA dibiayai dengan APBN dan/atau sumber lain yang sah sesuai dengan ketentuan peraturan perundang undangan. Biaya yang diperoleh dari masyarakat atas jasa layanan yang merupakan penerimaan negara bukan pajak sesuai dengan ketentuan peraturan perundang undangan. Untuk mendukung tugas dan wewenang LEMBAGA dibentuk Sekretariat. Pasal 6 : Memperkuat kapasitas kelembagaan Masy.Jakon Pengaturan bentuk Lembaga, Tugas, dan Wewenang termasuk peran Asosiasi ditetapkan kemudian melalui Peraturan Menteri. 34

PARTISIPASI MASYARAKAT (KELEMBAGAAN) Pasal 84 Badan Usaha Jasa Konstruksi mengajukan permohonan Sertifikat Badan Usaha kepada Menteri melalui Lembaga Sertifikasi Badan Usaha yang dibentuk oleh Asosiasi Badan Usaha terakreditasi. Penyelenggaraan sebagian kewenangan Pemerintah Pusat mengikutsertakan masyarakat Jasa Konstruksi melalui Lembaga yang dibentuk oleh Menteri. Pengurus Lembaga ditetapkan oleh Menteri setelah mendapatkan persetujuan dari Dewan Perwakilan Rakyat. Lembaga dibiayai oleh APBN dan/atau sumber lain yang sah. Biaya yang diperoleh dari masyarakat Jasa Konstruksi atas layanan penyelenggaraan sebagai kewenangan Lembaga merupakan PNBP sesuai ketentuan perundang-undangan. Setiap tenaga konstruksi di bidang konstruksi wajib memiliki Sertifikat Kompetensi Kerja. Setiap Pengguna Jasa dan/atau Penyedia Jasa wajib mempekerjakan tenaga kerja konstruksi yang memiliki Sertifikat Kompetensi Kerja. Sertifikat Kompetensi Kerja diperoleh melalui Uji Kompetensi yang dilakukan oleh Lembaga Sertifikasi Profesi (LSP). LSP dapat dibentuk oleh Asosiasi Profesi terakreditasi dan lembaga diklat yang sesuai persyaratan. LSP diberikan lisensi sesuai dengan ketentuan peraturan perundangundangan setelah mendapat rekomendasi dari Menteri. 35

PARTISIPASI MASYARAKAT mengakses informasi dan keterangan terkait dengan kegiatan konstruksi. melakukan pengaduan, gugatan, dan upaya mendapatkan ganti kerugian atau kompensasi terhadap dampak kegiatan Jasa Konstruksi. membentuk Asosiasi Profesi dan Asosiasi Badan Usaha di bidang Jasa Konstruksi. Pasal 85-87 BPK 1. Dugaan Kejahatan dan Pelanggaran: Pemeriksaan hukum tidak mengganggu atau menghentikan penyelenggaraan Jasa Konstruksi. 2. Dugaan Kerugian Negera: Proses pemeriksaan hukum dilakukan berdasarkan hasil pemeriksaan keuangan dari lembaga negara yang berwenang untuk memeriksa pengelolaan dan tanggung jawab keuangan negara. Pengaduan : Pemeriksaan Masyarakat Umum Aparat Penegak Hukum partisipasi masyarakat dalam pemberian masukan kepada Pemerintah Pusat dan Daerah dalam Perumusan Kebijakan Jasa Konstruksi. partisipasi masyarakat dapat dilakukan juga melalui Forum Jasa Konstruksi. Pekerjaan Konstruksi Ketentuan angka (1) dan (2) tidak berlaku atau dikecualikan dalam hal terjadi: a. terjadi hilangnya nyawa seseorang; dan b. tertangkap tangan melakukan tindak pidana korupsi. 36

PROSES AKREDITASI DAN SERTIFIKASI REGISTRASI SERTIFIKAT BADAN USAHA BADAN USAHA permohonan DELEGASI melalui LEMBAGA SBU AKREDITASI dibentuk Asosiasi BU terakreditasi Syarat : 1. jumlah dan sebaran anggota 2. pemberdayaan kepada anggota 3. pemilihan pengurus secara demokratis 4. sarana dan prasarana ditingkat pusat dan daerah 5. pelaksanaan kewajiban sesuai dengan ketentuan perundangundangan SERTIFIKAT KOMPETENSI KERJA REGISTRASI MENTERI akreditasi akreditasi Lembaga Diklat Asosiasi Profesi terakreditasi SYARAT : 1. jumlah dan sebaran anggota 2. pemberdayaan kepada anggota 3. pemilihan pengurus secara demokratis 4. sarana dan prasarana ditingkat pusat dan daerah 5. pelaksanaan kewajiban sesuai dengan ketentuan perundang-undangan Lembaga Sertifkasi Profesi LISENSI BILA DALAM PERJALANAN ASOSIASI TERAKREDITASI TIDAK MENJALANKAN TUGAS DENGAN BAIK, MAKA AKREDITASI DAPAT DICABUT.

SISTEM INFORMASI USAHA KONSTRUKSI Pasal 83 Untuk menyediakan data dan informasi yang akurat dan terintegrasi dalam penyelenggaraan usaha konstruksi dibentuk suatu sistem informasi. Sistem informasi yang terintegrasi memuat data dan informasi yang berkaitan dengan: o tanggung jawab dan kewenangan di bidang Jasa Konstruksi yang dilakukan oleh Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah; o tugas pembinaan di bidang Jasa Konstruksi yang dilakukan Pemerintah Pusat; dan o Tugas layanan dibidang usaha konstruksi yang dilakukan oleh masyarakat konstruksi. Setiap pengguna jasa dan penyedia jasa, serta institusi terkait harus memberikan data dan informasi tersebut. Sistem informasi yang terintegrasi dikelola oleh Pemerintah Pusat. Pembiayaan yang diperlukan dalam pengembangan dan pemeliharaan sistem informasi yang terintegrasi dibebankan kepada anggaran pendapatan dan belanja negara. 38

SANKSI 39

SANKSI ADMINISTRATIF Jenis-jenis sanksi administratif yang akan diatur lebih lanjut dalam PP Pasal 89-90 Usaha Perseorangan yang tidak memiliki Tanda Daftar Usaha Perseorangan: Peringatan tertulis; Denda administratif; dan/atau Penghentian sementara kegiatan layanan Jasa Konstruksi. BUJK & BUJKA yang tidak memenuhi kewajiban IUJK yang berlaku: Peringatan tertulis; Denda administratif; dan/atau Penghentian sementara kegiatan layanan Jasa Konstruksi. BUJK yang tidak memiliki SBU sesuai Pasal 30 (1): Denda administratif; Penghentian sementara kegiatan layanan Jasa Konstruksi; dan/atau Pencantuman dalam daftar hitam. Asosiasi Badan Usaha terakreditasi yang tidak melakukan kewajiban: Peringatan tertulis; Pembekuan akreditasi; dan/atau Pencabutan akreditasi. 40

SANKSI ADMINISTRATIF Pasal 91-92 BUJKA atau usaha perseorangan Jasa Konstruksi asing yang tidak memenuhi ketentuan membentuk kantor perwakilan dan kerjasama modal dengan BUJKN : Peringatan tertulis; Denda administratif, dan/atau Penghentian sementara kegiatan layanan Jasa Konstruksi. Kantor perwakilan BUJKA yang tidak menjalankan kewajiban sesuai Undang- Undang: Peringatan tertulis; Denda administratif; Penghentian sementara kegiatan layanan Jasa Konstruksi; Pencantuman dalam daftar hitam; Pembekuan izin; dan/atau Pencabutan izin. 41

SANKSI ADMINISTRATIF Pasal 93-95 Pengguna Jasa yang menggunakan layanan Profesional tenaga kerja konstruksi pada kualifikasi AHLI yang tidak memperhatikan standar remunerasi minimal: Peringatan tertulis; dan/atau Denda administratif. Pengguna Jasa yang menggunakan Penyedia Jasa yang terafiliasi utk pembangunan kepentingan umum tanpa melalui tender/ seleksi/ pengadaan secara elektronik: Peringatan tertulis; dan/atau Penghentian sementara kegiatan layanan Jasa Konstruksi. Peyedia Jasa yang melanggar ketentuan pemberian pekerjaan utama: Peringatan tertulis; Denda administratif; Penghentian sementara kegiatan layanan Jasa Konstruksi; dan/atau Pembekuan izin. 42

DIREKTORAT JENDERAL BINA KONSTRUKSI KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT SANKSI ADMINISTRATIF Pasal 96 Penyedia Jasa dan/atau Pengguna Jasa yang tidak memenuhi Standar K4 dalam penyelenggaraan Jasa Konstruksi: Peringatan tertulis; Denda administratif; Penghentian sementara kegiatan layanan Jasa Konstruksi; Pencantuman dalam daftar hitam; Pembekuan izin; dan/atau Pencabutan izin. Pengguna Jasa dan/atau Penyedia Jasa yang dalam memberikan pengesahan/ persetujuan melanggar pasal 59 (2): Peringatan tertulis; Denda administratif; Penghentian sementara kegiatan layanan Jasa Konstruksi; Pencantuman dalam daftar hitam; Pembekuan izin; dan/atau Pencabutan izin. 43

SANKSI ADMINISTRATIF Pasal 97-98 PENILAI AHLI yang dalam melakukan pekerjaannya tidak sesuai Pasal 62 (2): Peringatan tertulis; Pemberhentian dari tugas; dan/atau Dikeluarkan dari daftar penilai ahli teregistrasi. Penyedia Jasa yang tidak memenuhi kewajiban utk mengganti/ memperbaiki kegagalan bangunan sesuai Pasal 63: Peringatan tertulis; Denda administratif; Penghentian sementara kegiatan layanan Jasa Konstruksi; Pencantuman dalam daftar hitam; Pembekuan izin; dan/atau Pencabutan izin. 44

SANKSI ADMINISTRATIF Pasal 99 Tenaga kerja yang bekerja di bidang Jasa Konstruksi tidak memiliki SERTIFIKAT KOMPETENSI KERJA sesuai Pasal 70 (1) Pemberhentian dari tempat kerja. Penyedia Jasa dan/atau Pengguna Jasa yang mempekerjakan tenaga kerja tidak bersertifikat sesuai Pasal 70 (2): Denda administratif; dan/atau Penghentian sementara kegiatan layanan Jasa Konstruksi. Setiap LSP yang tidak mengikuti ketentuan pelaksanaan uji kompetensi dikenai sanksi sesuai Pasal 70 (3): Peringatan tertulis; Denda administratif; Pembekuan lisensi; dan/atau Pencabutan lisensi. 45

SANKSI ADMINISTRATIF Pasal 100-101 Asosiasi profesi yang tidak melakukan kewajiban sesuai Pasal 71 (5): Peringatan tertulis; Pembekuan akreditasi; dan/atau Pencabutan akreditasi. Pemberi tenaga kerja konstruksi asing yang tidak memiliki RPTKA dan IMTA sesuai Pasal 74 (1) dan mempekerjakan tenaga kerja asing yang tidak memiliki registrasi dari Menteri sesuai Pasal 74 (3): Peringatan tertulis; Denda administratif; Penghentian sementara kegiatan layanan Jasa Konstruksi; dan/atau Pencantuman dalam daftar hitam. Setiap tenaga kerja konstruksi asing pada jabatan ahli yang tidak melakukan alih pengetahuan dan alih teknologi sesuai Pasal 74 (5): Peringatan tertulis; Denda administratif; Pemberhentian dari pekerjaan; dan/atau Pencantuman dalam daftar hitam. * KETENTUAN LEBIH LANJUT MENGENAI TATA CARA PENGENAAN SANKSI ADMINISTRATIF AKAN DIATUR DALAM PERATURAN PEMERINTAH 46

KETENTUAN PERALIHAN Pasal 103-106 Lembaga yang dibentuk berdasarkan UU 18/1999 tetap menjalankan tugas sertifikasi dan registrasi sampai dengan terbentuknya lembaga baru berdasarkan UU Nomor 2 Tahun 2017. KETENTUAN PENUTUP Semua peraturan perundang-undangan yang merupakan peraturan pelaksanaan dari UU Nomor 18 Tahun 1999 dinyatakan masih tetap berlaku sepanjang tidak bertentangan dengan ketentuan dalam UU ini. UU Nomor 18 Tahun 1999 dicabut dan dinyatakan tidak berlaku. 47