BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Temperature merupakan keadaan udara pada waktu dan tempat tertentu.temperature kerja panas merupakan meteorologi dari lingkungan kerja yang dapat disebabkan oleh gerakan angin, kelembaban, suhu udara, suhu radiasi dan sinar matahari (AM.Sugeng Budiono, 2003: 37). Produksi panas tubuh tergantung dari kegiatan fisik tubuh. Panas sebenarnya merupakan energi kinetik gerak molekul yang secara terus menerus dihasilkan dalam tubuh sebagai hasil samping metabolisme dan pertukaran panas diantara tubuh dan lingkungan sekitar. Kondisi temperature kerja yang kurang sesuai, seperti suhu lingkungan kerja yang terlalu panas atau dingin, dapat menimbulkan masalah kesehatan pekerja. Temperature kerja panas umumnya lebih banyak menimbulkan masalah dibanding iklim kerja dingin, terlebih bagi negara tropis seperti Indonesia di mana suhu dan kelembaban udara sehari-hari relatif tinggi. Temperature kerja panas apabila dihubungkan dengan panas metabolisme tubuh maka terjadilah tekanan panas. Apabila tekanan panas ini dibiarkan maka akan menyebabkan kelelahan (Erwi, 2004). Berdasarkan data International Labour Organization (ILO) tahun 2013, 1 pekerja di dunia meninggal setiap 15 detik karena kecelakaan kerja dan 160 pekerja mengalami sakit akibat kerja. Tahun sebelumnya (2012) ILO mencatat angka kematian dikarenakan kecelakaan dan penyakit akibat kerja (PAK) sebanyak 2 juta kasus setiap tahun. 1
Penelitian lain di Amerika menunjukkan terjadi 400 kematian setiap tahun diakibatkan oleh temperature panas (Moreau dan Daater, 2005). Di Jepang dari tahun 2001-2003 dilaporkan 483 orang tidak masuk kerja selama lebih dari 4 hari karena penyakit akibat temperature panas. Dari 483 tersebut 63 orang meninggal(kamijodannose, 2006). Di Indonesia angka keselamatan dan kesehatan kerja perusahaan secara umum ternyata masih rendah.berdasarkan data organisasi buruh international di bawah PBB (ILO), Indonesia menduduki peringkat ke 26 dari 27 negara. Aktivitas fisik yang mempunyai kontribusi terhadap temperature panas adalah aktivitas yang menyebabkan terjadinya peningkatan panas metabolik dalam tubuh sesuai dengan intensitas pekerjaan. Terjadinya tekanan panas adalah melalui kombinasi dari beberapa faktor (lingkungan, pekerjaan dan pakaian) dan cenderung untuk meningkatkan suhu inti tubuh, detak jantung/denyut nadi, dan keringat(bernard, 2002). Sedangkan menurut pengertian yang dikeluarkan oleh OSHA, tekanan panas adalah ketika terdapat suatu pekerjaan yang berhubungan dengan temperatur udara yang tinggi, radiasi dari sumber panas, kelembaban udara yang tinggi, pajanan langsung dengan benda yang mengeluarkan panas, atau aktifitas fisik secara terus menerus yang mempunyai potensi tinggi untuk menimbulkan tekanan panas. Nilai Ambang Batas (NAB) untuk temperature kerja adalah situasi kerja yang masih dapat dihadapi oleh tenaga kerja dalam pekerjaan sehari-hari yang tidak mengakibatkan penyakit atau gangguan kesehatan untuk waktu kerja terus menerus tidak melebihi dari 8 jam sehari dan 40 jam seminggu.nab terendah untuk ruang kerja adalah 27,5 o C dan NAB tertinggi untuk ruang kerja adalah 32 o C, tergantung pada beban kerja dan pengaturan waktu kerja.temperature panas lebih dari nilai ambang batas akan mengakibatkan kelelahan karena tubuh berusaha 2
menyeimbangkan kondisi panas antara tubuh dan lingkungannya sedangkan temperature panas kurang dari nilai ambang batas tidak mengakibatkan kelelahan dikarenakan suhu iklim kerja yang nyaman. Menurut Rida Farastiawati (2013) tentang hubungan tekanan panas dengan kelelahan tenaga kerja secara subyektif pada unit spinning di PT Argo Pantesmenunjukkan ada hubungan yang signifikan antara tekanan panas di tempat kerja dan kelelahan pada tenaga kerja di unit spinning PT. Argo Pantes, Tbk Tangerang. Demikian juga Bassarudin (2008) yang menyebutkan hubungan tekanan panas dengan kelelahan kerja pada pekerja bagian produksi di PT. Hok Tong memiliki hubungan yang bermakna. Kelelahan adalahsuatu mekanisme perlindungan tubuh agar tubuh terhindar dari kerusakan lebih lanjut sehingga terjadi pemulihan setelah istirahat.kelelahan diatur secara sentral oleh otak.pada susunan syaraf pusat terdapat sistem aktivasi (bersifat simpatis) dan inhibisi (bersifat parasimpatis).istilah kelelahan biasanya menunjukkan kondisi yang berbeda-beda dari setiap individu, tetapi semuanya bermuara kepada kehilangan efisiensi dan penurunan kapasitas kerja serta ketahanan tubuh.kelelahan diklasifikasikan dalam dua jenis, yaitu kelelahan fisik dan kelelahan mental (Tarwaka 2011).Ciri-ciri kelelahan adalah penurunan kesiagaan dan perhatian, penurunan dan hambatan persepsi, depresi, sakit kepala, vertigo, gangguan fungsi paru dan jantung, kecemasan, kesulitan tidur (Gilmer dan Cameron 2010). PT. Garuda Maintenance Facility (GMF) AeroAsia merupakan anak perusahaan dari PT. Garuda Indonesia. PT. Garuda Maintenance Facility (GMF) AeroAsia merupakan perusahaan yang berfokus pada perawatan dan perbaikan pesawat terbang beserta komponen-komponennya. Dalam melakukan perawatan dan perbaikan pada pesawat terbang PT. Garuda Maintenance Facility (GMF) AeroAsia memiliki 5 fasilitas gedung yaitu Hangar 1,2,3, Workshop 1,2, Engineshop, dan GSE. 3
Dimana pada setiap masing-masing unit produksi tersebut tidak lepas dari faktor resiko kecelakaan pada pekerja. Area kerja workshop 1 merupakan ruangan yang digunakan untuk membongkar pasang ban pesawat, perbaikan alat-alat lain dengan menggunakan mesin-mesin bubut, pres, bor, dll.unit Laundry merupakan ruangan yang digunakan untuk mencuci, menyetrika, dan packanging sarung bangku pesawat.berdasarkan dari hasil observasi dan wawancara awal para pekerja mengeluhkan bahwa lingkungan kerja di bagian Laundry panas.kemudian berdasarkan pengukuran tekanan panas yang dilakukan oleh pihak K3 di PT. Garuda Maintenance Facility (GMF) AeroAsia melebihi nilai ambang batas (NAB).Hasil pengukuran dilakukan di 2 tempat yaitu lokasi laundry A sebesar 27 o C dan lokasi laundry B sebesar 33 o C. Temperature panas yang melebihi NAB dengan timbulnya kelelahan kerja disebabkan karena tubuh berusaha menyeimbangkan kondisi panas antara tubuh dan lingkungannya, sehingga pengeluaran energi lebih besar, mengakibatkan cepat lelah, menurunnya prestasi kerja, dan memperpanjang waktu reaksi dan pengambilan keputusan. PT. Garuda Maintenance Facility (GMF) AeroAsia pada pekerja yang bekerja pada lingkungan suhu sejuk mengalami kelelahan kerja karena beban kerja walaupun suhu lingkungan kerja tidak panas. Berdasarkan masalah diatas maka penulis tertarik untuk meneliti mengenai pengaruh tekanan panas terhadap kelelahan pada pekerja di unit laundry PT. Garuda Maintenance Facility (GMF) AeroAsia. 4
1.2 Identifikasi Masalah Kelelahan seseorang tidak hanya dipengaruhi oleh temperature panas saja, melainkan dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu : 1) Getaran Getaran adalah gerakan yang teratur dari benda atau media dengan arah bolak-balik dari kedudukan keseimbangannya (Kepmenaker = 13/MEN/2011). Getaran yang melebihi nilai ambang batas akan mengakibatkan kelelahan. PT. Garuda Maintenance Facility (GMF) AeroAsia pada pekerja forklift mengalami getaran seluruh tubuh namun tidak mengalami kelelahan kerja karena pekerja forklift tersebut tidak terpapar getaran secara terus menerus. 2) Iklim Kerja Iklim kerja adalah hasil perpaduan antara suhu, kelembaban, kecepatan gerakan udara dan panas radiasi dengan tingkat pengeluaran panas dari tubuh tenaga kerja sebagai akibat pekerjaannya (Kepmenaker = 51/MEN/1999). Suhu yang terlalu rendah dapat menimbulkan keluhan kaku dan kurangnya koordinasi sistem tubuh, sedangkan suhu terlalu tinggi akan menyebabkan kelelahan dengan akibat menurunnya efisiensi kerja, denyut jantung dan tekanan darah meningkat, aktivitas organ-organ pencernaan menurun, suhu tubuh meningkat, dan produksi keringat meningkat (Rasjid et al. 1989: 14). PT. Garuda Maintenance Facility (GMF) AeroAsia pada pekerja yang bekerja pada lingkungan suhu sejuk mengalami kelelahan kerja karena beban kerja walaupun suhu lingkungan kerja tidak panas. 5
3) Kebisingan Kebisingan merupakan suara atau bunyi yang tidak dikehendaki karena pada tingkat atau intensitas tertentu dapat menimbulkan gangguan, terutama merusak alat pendengaran. Kebisingan akan mempengaruhi faal tubuh seperti gangguan pada saraf otonom yang ditandai dengan bertambahnya metabolisme, bertambahnya tegangan otot sehingga mempercepat kelelahan (Setiarto, 2002: 14). PT. Garuda Maintenance Facility (GMF) AeroAsia pada pekerja yang bekerja di lingkungan kebisingan tidak mengalami kelelahan kerja karena tidak terpapar kebisingan secara terus-menerus. 4) Pencahayaan Pencahayaan ditempat kerja merupakan salah satu sumber cahaya yang menerangi benda-benda ditempat kerja. Pencahayaan yang baik adalah pencahayaan yang memungkinkan tenaga kerja melihat pekerjaan dengan teliti, cepat dan tanpa upaya yang tidak perlu serta membantu menciptakan lingkungan kerja yang nikmat dan menyenangkan. Pencahayaan tempat kerja memiliki nilai ambang batas 200 lux (Kepmenkes RI = 1405/MENKES/SK/X1/2002). PT. Garuda Maintenance Facility (GMF) AeroAsia memiliki setiap ruangan dimana pencahayaannya <NAB namun para pekerja tidak mengalami kelelahan kerja. 1.3 Pembatasan Masalah Berdasarkan teori yang ditemukan bahwa banyak faktor-faktor yang dapat mempengaruhi kelelahan. Oleh karena itu, peneliti membatasi variabel yang mempengaruhi kelelahan berdasarkan kemampuan peneliti yang ditinjau dari berbagai 6
aspek, faktor yang akan diteliti adalah tekanan panas saja yang mempengaruhi kelelahan pada pekerja di unit Laundry.Alasan peniliti memilih tekanan panas adalah pada saat dilakukan safety patrol ke unit laundry peneliti merasakan bahwa di unit tersebut memiliki temperature panas yang cukup tinggi dikarenakan oleh mesin serta ventilasi udara yang kurang baik.kemudian para pekerja yang mengaku bahwa selama bekerja merasakan ketidaknyamanan karena tekanan panas di unit tersebut, serta belum pernah ada penelitian sebelumnya mengenai temperature panas di unit laundry. 1.4 Perumusan Masalah Berdasarkan latar belakang, identifikasi masalah dan pembatasan masalah diatas, maka rumusan masalah penelitian adalah Apakah ada pengaruh temperature panas terhadap kelelahan pada pekerja di unit laundry PT. Garuda Maintenance Facility (GMF) AeroAsia? 1.5 Tujuan Penelitian 1.5.1 Tujuan Umum Mengetahui pengaruh temperature panas terhadap kelelahan pada pekerja di unit laundry PT. Garuda Maintenance Facility (GMF) AeroAsia 1.5.2 Tujuan Khusus 1. Mengukur temperature panas di unit laundry PT. Garuda Maintenance Facility (GMF) AeroAsia 7
2. Menggambarkan kelelahan pada pekerja di unit laundry PT. Garuda Maintenance Facility (GMF) AeroAsia 3. Menganalisis pengaruh temperature panas terhadap kelelahan pada pekerja di unit laundry PT. Garuda Maintenance Facility (GMF) AeroAsia 1.6 Manfaat Penelitian 1.6.1 Bagi Mahasiswa Dapat memperoleh pengetahuan mengenai pengaruh temperature panas terhadap kelelahan pada pekerja di perusahaan industry. 1.6.2 Bagi Program Studi Kesehatan Masyarakat Dapat memberikan masukan untuk perkembangan ilmu pengetahuan terutama dalam bidang kesehatan dan keselamatan kerja dengan mengetahui pengaruh tekanan panas terhadap kelelahan pada pekerja di perusahaan industry. 1.6.3 Bagi PT. Garuda Maintenance Facility (GMF) AeroAsia Dapat menjadi bahan masukan dan informasi demi meningkatkan kualitas kinerja, serta sebagai pertimbangan dalam menentukan langkah apa yang paling tepat untuk mengurangi temperature panas. 8