BUPATI POLEWALI MANDAR

dokumen-dokumen yang mirip
GUBERNUR PAPUA KEPUTUSAN GUBERNUR PAPUA NOMOR 148 TAHUN 2010 TENTANG PEMBERIAN IZIN USAHA PERTAMBANGAN EKSPLORASI KEPADA PT. MEGAPURA KAWASAN GOLD

GUBERNUR PAPUA KEPUTUSAN GUBERNUR PAPUA NOMOR 150 TAHUN 2010 TENTANG PEMBERIAN IZIN USAHA PERTAMBANGAN EKSPLORASI KEPADA PT.SINAR INDAH PERSADA

GUBERNUR PAPUA KEPUTUSAN GUBERNUR PAPUA NOMOR 151 TAHUN 2010 TENTANG PEMBERIAN IZIN USAHA PERTAMBANGAN EKSPLORASI KEPADA PT. SINAR INDAH PERSADA

GUBERNUR PAPUA KEPUTUSAN GUBERNUR PAPUA NOMOR 112 TAHUN 2012 TENTANG PEMBERIAN IZIN USAHA PERTAMBANGAN EKSPLORASI KEPADA PT. JENTERA ADIKA MANYARI

GUBERNUR PAPUA KEPUTUSAN GUBERNUR PAPUA NOMOR 56 TAHUN 2012 TENTANG PEMBERIAN IZIN USAHA PERTAMBANGAN EKSPLORASI KEPADA PT. ANDALAN BIDURISAKTI

2017, No sebagaimana telah beberapa kali diubah, terakhir dengan Peraturan Pemerintah Nomor 1 Tahun 2017 tentang Perubahan Keempat atas Peratur

PERATURAN MENTERI ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL NOMOR TAHUN 2010 TENTANG PEDOMAN PERIZINAN KEGIATAN USAHA PERTAMBANGAN MINERAL BUKAN LOGAM DAN BATUAN

BERITA NEGARA. KEMENTERIAN ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL. Izin Khusus. Pertambangan. Mineral Batu Bara. Tata Cara.

PEMERINTAH KABUPATEN MALANG

Peraturan Pemerintah Nomor 26 Tahun 2008 tentang

FAKULTAS HUKUM, UNIVERSITAS SRIWIJAYA

MENTERI ENERGI DAN SUMBER DAY A MINERAL REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN DAERAH PROVINSI KALIMANTAN SELATAN NOMOR 6 TAHUN 2014 TENTANG PERTAMBANGAN MINERAL DAN BATUBARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BUPATI SAMBAS PERATURAN DAERAH KABUPATEN SAMBAS NOMOR 4 TAHUN 2013 TENTANG PENGELOLAAN PERTAMBANGAN RAKYAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 4 TAHUN 2009 TENTANG PERTAMBANGAN MINERAL DAN BATUBARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 59 TAHUN 2007 TENTANG KEGIATAN USAHA PANAS BUMI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 4 TAHUN 2009 TENTANG PERTAMBANGAN MINERAL DAN BATUBARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN OGAN KOMERING ULU SELATAN NOMOR 7 TAHUN 2013 TENTANG PENGELOLAAN PERTAMBANGAN MINERAL DAN BATUBARA

BUPATI TRENGGALEK PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN BUPATI TRENGGALEK NOMOR 40 TAHUN 2014 TENTANG PERIZINAN PERTAMBANGAN RAKYAT MINERAL DAN BATUBARA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA ESDM. Panas Bumi. Kegiatan Usaha. Penyelenggaraan. Pedoman.

PERATURAN DAERAH PROVINSI SUMATERA UTARA NOMOR 2 TAHUN 2013 TENTANG PENGELOLAAN PERTAMBANGAN UMUM

BUPATI PURWOREJO PERATURAN DAERAH KABUPATEN PURWOREJO NOMOR 26 TAHUN 2011 TENTANG PENGELOLAAN PERTAMBANGAN MINERAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

- 3 - BAB I KETENTUAN UMUM

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 4 TAHUN 2009 TENTANG PERTAMBANGAN MINERAL DAN BATUBARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA,

PERATURAN DAERAH PROVINSI SUMATERA UTARA NOMOR 3 TAHUN 2013 TENTANG PENGELOLAAN PANAS BUMI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR SUMATERA UTARA,

PEMERINTAH KABUPATEN BANGKA TENGAH

BUPATI KUDUS PERATURAN BUPATI KUDUS NOMOR 1 TAHUN 2012 TENTANG IZIN USAHA PERTAMBANGAN MINERAL BUKAN LOGAM DAN BATUAN BUPATI KUDUS,

BERITA NEGARA. KEMEN-ESDM. Usaha Pertambangan Mineral dan Batubara. PPM. PERATURAN MENTERI ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL REPUBLIK INDONESIA

-2- Batubara; Mengingat : 1. Pasal 5 ayat (2) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945; 2. Undang-Undang Nomor 4 Tahun 2009 tentang Pe

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 4 TAHUN 2009

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 24 TAHUN 2012 TENTANG

DIY. 3. Dinas 1) 2) 3) 4) B. Permohonan 1)

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN KERINCI TAHUN 2010 NOMOR 4

BUPATI BANDUNG BARAT

Peraturan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral Nomor :... Tanggal :...

GUBERNUR BALI PERATURAN GUBERNUR BALI NOMOR 6 TAHUN 2016 TENTANG PERIZINAN USAHA PERTAMBANGAN BATUAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR BALI,

PERATURAN DAERAH PROVINSI SUMATERA BARAT NOMOR 3 TAHUN 2012 TENTANG PENGELOLAAN USAHA PERTAMBANGAN MINERAL DAN BATUBARA

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERUBAHAN ATAS PP NO. 23 TAHUN 2010 TENTANG PELAKSANAAN KEGIATAN USAHA PERTAMBANGAN MINERAL DAN BATUBARA

LEMBARAN DAERAH PROVINSI SUMATERA BARAT

PERATURAN DAERAH PROVINSI LAMPUNG NOMOR 3 TAHUN 2013 TENTANG PENGELOLAAN PERTAMBANGAN MINERAL DAN BATUBARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN DAERAH PROVINSI BANTEN NOMOR 11 TAHUN 2012 TENTANG PENYELENGGARAAN PERTAMBANGAN MINERAL DAN BATUBARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

RANCANGAN PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA BARAT NOMOR : 2 TAHUN 2012 TENTANG PENGELOLAAN PERTAMBANGAN MINERAL DAN BATUBARA

PERATURAN MENTERI ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR : TENTANG

FAKULTAS HUKUM, UNIVERSITAS SRIWIJAYA

Apabila ada tanggapan terhadap draft ini mohon dikirimkan ke:

PERATURAN DAERAH KABUPATEN TANGERANG NOMOR 3 TAHUN 2012 TENTANG PENYELENGGARAAN PERTAMBANGAN WILAYAH LAUT

PERATURAN MENTERI ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL NOMOR : TENTANG PENINGKATAN NILAI TAMBAH BATUBARA MELALUI KEGIATAN PENGOLAHAN BATUBARA

2017, No sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Presiden Nomor 105 Tahun 2016 tentang Perubahan atas Peraturan Presiden Nomor 68 Tahun 2015

KEPUTUSAN MENTERI ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL NOMOR : 3323 K/30/MEM/2012 TENTANG

PEMERINTAH KABUPATEN MUARA ENIM

~ 1 ~ BUPATI KAYONG UTARA PERATURAN BUPATI KAYONG UTARA NOMOR 12 TAHUN 2013 TENTANG REKLAMASI DAN PASCATAMBANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 59 TAHUN 2007 TENTANG KEGIATAN USAHA PANAS BUMI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

2015, No Undang-Undang Nomor 4 Tahun 2009 tentang Pertambangan Mineral dan Batubara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 4,

PERATURAN DAERAH PROVINSI BANTEN NOMOR : 6 TAHUN 2005 TENTANG PENGELOLAAN USAHA PERTAMBANGAN UMUM DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR BANTEN,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22 TAHUN 2010 TENTANG WILAYAH PERTAMBANGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANJAR NOMOR 9 TAHUN 2011 TENTANG PENGELOLAAN PERTAMBANGAN MINERAL DAN BATUBARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KOLAKA UTARA TENTANG REKLAMASI DAN PASCA TAMBANG

PENJELASAN ATAS UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 4 TAHUN 2009 TENTANG PERTAMBANGAN MINERAL DAN BATUBARA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BEKASI NOMOR : 2 TAHUN 2013 TENTANG

PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA BARAT NOMOR 6 TAHUN 2006 TENTANG PENGELOLAAN PANAS BUMI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR JAWA BARAT

PERATURAN DAERAH KABUPATEN PURBALINGGA NOMOR 18 TAHUN 2012 TENTANG

- 4 - MEMUTUSKAN: Menetapkan : PERATURAN MENTERI ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL TENTANG PENGUSAHAAN PERTAMBANGAN MINERAL DAN BATUBARA.

PEMERINTAH KABUPATEN BANGKA TENGAH SALINAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANGKA TENGAH NOMOR 8 TAHUN 2007 TENTANG

PERATURAN DAERAH PROVINSI LAMPUNG NOMOR 28 TAHUN 2014 TENTANG PENGELOLAAN PANAS BUMI

PERATURAN DAERAH KABUPATEN SERANG NOMOR 7 TAHUN 2011 TENTANG PENGELOLAAN PERTAMBANGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SERANG

GUBERNUR JAWA TENGAH

PERATURAN GUBERNUR JAWA BARAT NOMOR 31 TAHUN 2011 TENTANG PEDOMAN PENGELOLAAN PERTAMBANGAN MINERAL LOGAM BESI GUBERNUR JAWA BARAT

- 3 - MEMUTUSKAN: : KEPUTUSAN MENTERI ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL TENTANG PENETAPAN WILAYAH PERTAMBANGAN PULAU JAWA DAN BALI.

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22 TAHUN 2010 TENTANG WILAYAH PERTAMBANGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BERITA NEGARA. KEMEN-ESDM. Evaluasi. Penerbitan. Izin Usaha Pertambangan. PERATURAN MENTERI ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN GUBERNUR JAWA BARAT NOMOR : 19 TAHUN 2006 TENTANG : PENGELOLAAN PASIR BESI GUBERNUR JAWA BARAT

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

- 3 - BAB I KETENTUAN UMUM

- 3 - BAB I KETENTUAN UMUM

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22 TAHUN 2010

BUPATI DONGGALA PERATURAN DAERAH KABUPATEN DONGGALA NOMOR 4 TAHUN 2010 TENTANG PENGELOLAAN PANAS BUMI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

GUBERNUR BALI PERATURAN DAERAH PROVINSI BALI NOMOR 4 TAHUN 2017 TENTANG PENGELOLAAN PERTAMBANGAN MINERAL BUKAN LOGAM DAN BATUAN

PEMERINTAH DIGUGAT PERUSAHAAN TAMBANG INDIA

PERATURAN BUPATI KARANGANYAR NOMOR 33 TAHUN 2012 TENTANG IZIN PEMANFAATAN RUANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA DEPARTEMEN ENERGI DAN SUMBER DAYA MANUSIA. Pertambangan. Mineral. BatuBara. Jasa. Penyelenggaraan. Pencabutan.

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

file://\\ \web\prokum\uu\2003\uu panas bumi.htm

PERATURAN DAERAH KABUPATEN OGAN KOMERING ULU NOMOR 17 TAHUN 2013 TENTANG PENGELOLAAN PANAS BUMI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

GUBERNUR SULAWESI BARAT PERATURAN GUBERNUR SULAWESI BARAT NOMOR 38 TAHUN 2014 TENTANG PERIZINAN USAHA PERTAMBANGAN MINERAL, BATUBARA DAN BATUAN

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN MENTER! ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR: 02 TAHUN 2013 TENTANG

GUBERNUR KALIMANTAN TENGAH PERATURAN GUBERNUR KALIMANTAN TENGAH NOMOR 13 TAHUN 2017 TENTANG TATA CARA PENERBITAN IZIN MINERAL DAN BATUBARA

NOMOR 11 TAHUN 2OO9 TENTANG

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 35 TAHUN 1994 TENTANG SYARAT-SYARAT DAN PEDOMAN KERJA SAMA KONTRAK, BAGI HASIL MINYAK DAN GAS BUMI

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN TEGAL

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN MUARO JAMBI NOMOR : 24 TAHUN 2009 TLD NO : 23

Transkripsi:

BUPATI POLEWALI MANDAR KEPUTUSAN BUPATI POLEWALI MANDAR NOMOR: KPTS/540/152/HUK TENTANG PERSETUJUAN PERPANJANGAN IZIN USAHA PERTAMBANGAN EKSPLORASI TAHAP III KEPADA PT. BUMI PERTIWI MAKMUR Menimbang BUPATI POLEWALI MANDAR, : a. bahwa berdasarkan hasil evaluasi teknis kegiatan eksplorasi terhadap PT. BUMI PERTIWI MAKMUR masih ada beberapa tahapan dalam kegiatan eksplorasi pada tahap II yang belum dilaksanakan, maka dipandang perlu untuk Perpanjangan Izin Usaha Pertambangan (IUP) Eksplorasi Tahap III; b. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a, maka perlu ditetapkan dengan Keputusan Bupati; Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 41 Tahun 1999 tentang Kehutanan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 167, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3888) sebagaimana telah diubah menjadi Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2004 tentang Penetapan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 41 Tahun 1999 tentang Kehutanan menjadi Undang-Undang (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 29, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4374); 2. Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2004 tentang Pembentukan Provinsi Sulawesi Barat (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 105, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4422); 3. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 125, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4437) sebagaimana telah diubah beberapa kali, terakhir dengan Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2008 tentang Perubahan Kedua Atas Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 59, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4844); 4. Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2007 tentang Penanaman Modal (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 67, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4724);

5. Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 68, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4725); 6. Undang-Undang Nomor 4 Tahun 2009 tentang Pertambangan Mineral dan Batubara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 12, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4027); 7. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 140, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5059); 8. Peraturan Pemerintah Nomor 27 Tahun 1999 tentang Analisis Mengenai Dampak Lingkungan Hidup (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 59, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3838); 9. Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2007 tentang Pembagian Urusan antara Pemerintah Pusat, Pemerintahan Daerah Propinsi, Pemerintahan Daerah Kabupaten/kota (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 82, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4737); 10. Peraturan Pemerintah Nomor 26 Tahun 2008 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 48, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4833); 11. Peraturan Pemerintah Nomor 23 Tahun 2010 tentang Pelaksanaan Kegiatan Usaha Pertambangan Mineral dan Batubara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2010 Nomor 29, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5111); 12. Peraturan Daerah Nomor 5 Tahun 2013 tentang Pengelolaan Usaha Pertambangan Rakyat (Lembaran Daerah Kabupaten Polewali mandar Tahun 2013 Nomor 5); Memperhatikan : 1. Surat Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral Direktorat Jenderal Mineral dan Batubara Direktur Pembinaan Pengusahaan Mineral dan Batubara Nomor: 3594/30/DEM/2010, tanggal 25 Oktober 2010 Perihal Penerbitan IUP Eksplorasi; 2. Surat Direktur Utama PT. BUMI PERTIWI MAKMUR Nomor: 15/BPM/I/2014, tanggal 16 Januari 2014 Perihal Permohonan Perpanjangan Izin Usaha Pertambangan Eksplorasi;

Menetapkan : MEMUTUSKAN: KESATU : Memberikan Izin Usaha Pertambangan (IUP) Eksplorasi Tahap III kepada : Nama Nama Komisaris : PT. BUMI PERTIWI MAKMUR : RUDY TANAIR Pemegang saham perusahaan dengan mencantumkan : Nilai / persentasi saham : 1. 000.000.000 / 100% Nama pemegang saham : RUDY TANAIR Pekerjaan Pemegang saham : Wiraswasta (untuk perseroan) Alamat : Jl. Mulawarman No. 11 Balikpapan Kalimantan Timur Kewarganegaraan : Indonesia Pemegang Saham/Negara Perusahaan : Indonesia Alamat : Jl. Mulawarman No. 11 Balikpapan Kalimantan Timur Nomor Telepon : ( 0542 ) 743616 Nomor Fax : ( 0542 ) 743621 Komoditas : Mineral logam (Bijih Besi) DMP Lokasi Penambangan Desa/Kelurahan : Tapango, Tapango Barat Palatta, Landikanusuan dan Tapua Kecamatan : Tapango, Matangnga dan Mapilli Kabupaten : Polewali Mandar Provinsi : Sulawesi Barat Kode Wilayah : 001/DP&E/BPM-IUP/III/2014 Luas : 4.475 (Ha) Dengan Peta dan daftar koordinat WIUP yang diterbitkan oleh Kepala Dinas Pertambangan dan Energi an. Bupati Polewali Mandar sebagaimana tercantum dalam lampiran I dan II Keputusan ini. Jangka Waktu Berlaku IUP Eksplorasi : 1 Tahun Jangka Waktu Tahap Kegiatan ( sesuai komoditas tambang ). KEDUA : Pemegang Izin Usaha Pertambangan (IUP) Eksplorasi mempunyai hak untuk melakukan kegiatan, Eksplorasi dan study kelayakan dalam Wilayah Izin Usaha Pertambangan (WIUP) untuk jangka waktu 1 tahun terhitung mulai tanggal ditetapkannya Keputusan ini sampai dengan tanggal 4 Maret Tahun 2015. KETIGA : Izin Usaha Pertambangan (IUP) Eksplorasi Tahap III ini dilarang dipindahtangankan kepada pihak lain tanpa Persetujuan Bupati, dan apabila dilakukan pemindahtanganan tanpa persetujuan Bupati maka Izin Usaha Pertambangannya akan dicabut.

KEEMPAT : PT. BUMI PERTIWI MAKMUR pemegang Izin Usaha Pertambangan (IUP) Eksplorasi Tahap III dalam melaksanakan kegiatannya mempunyai hak dan kewajiban, sebagaimana tercantum dalam lampiran III Keputusan ini. KELIMA : Selambat-lambatnya 60 (enam puluh) hari kerja setelah diterbitkannya Keputusan ini sudah harus menyampaikan Rencana Kerja Anggaran dan Biaya (RKAB) kepada Bupati untuk mendapat persetujuan. KEENAM : Terhitung sejak 90 (sembilan puluh) hari kerja sejak persetujuan Rencana Kerja Anggaran dan Biaya (RKAB) sebagaimana dimaksud dalam diktum kelima Pemegang IUP Eksplorasi Tahap III sudah harus memulai aktifitas di lapangan. KETUJUH : Tanpa mengurangi ketentuan peraturan perundang-undangan maka IUP Eksplorasi Tahap III dapat diberhentikan sementara, dicabut, atau dibatalkan, apabila pemegang IUP eksplorasi Tahap III tidak memenuhi kewajiban dan larangan sebagaimana dimaksud dalam diktum ketiga, keempat, dan kelima dalam Keputusan ini. KEDELAPAN : Keputusan ini mulai berlaku pada tanggal ditetapkan. Ditetapkan di Polewali pada tanggal 4 Maret 2014 BUPATI POLEWALI MANDAR, ANDI IBRAHIM MASDAR

LAMPIRAN I KEPUTUSAN BUPATI POLEWALI MANDAR NOMOR : KPTS/540/152/HUK TANGGAL : 4 MARET 2014 PETA LOKASI

LAMPIRAN II KEPUTUSAN BUPATI POLEWALI MANDAR NOMOR : KPTS/540/152/HUK TANGGAL : 4 MARET 2014 TITIK KOORDINAT WILAYAH IZIN USAHA PERTAMBANGAN (IUP EKSPLORASI TAHAP III). LOKASI PROVINSI KABUPATEN KOMODITAS LUAS WILAYAH KODE WILAYAH : Sulawesi Barat : Polewali Mandar : Mineral Logam (Biji Besi) : 4.475 Ha : 001/DP&E/BPM-IUP/III/2014 NO GARIS BUJUR, BUJUR TIMUR (BT) BUJUR BARAT (BB) GARIS LINTANG, LINTANG UTARA (LU) / LINTANG SELATAN (LS) BT/BB LU/LS 1 119 10 26,40 BT 03 16 18,12 LS 2 119 14 42,36 BT 03 16 18,12 LS 3 119 14 42,36 BT 03 19 00,12 LS 4 119 13 38,92 BT 03 19 00,12 LS 3 119 13 38,92 BT 03 19 30,00 LS 4 119 10 26,40 BT 03 19 30,00 LS BUPATI POLEWALI MANDAR, ANDI IBRAHIM MASDAR

LAMPIRAN III KEPUTUSAN BUPATI POLEWALI MANDAR NOMOR : KPTS/540/152/HUK TANGGAL : 4 MARET 2014 Hak dan Kewajiban A. Hak 1. memasuki WIUP sesuai dengan peta dan daftar koordinat; 2. melaksanakan kegiatan Izin Usaha Pertambangan (IUP) Eksplorasi Tahap III (Penyelidikan Umum, eksplorasi, study kelayakan dan AMDAL), sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan; 3. membangun fasilitas penunjang kegiatan IUP Eksplorasi Tahap III (Penyelidikan Umum, eksplorasi, study kelayakan dan AMDAL), di dalam Wilayah Izin Usaha Pertambangan (WIUP); 4. dapat mengajukan permohonan untuk sewaktu-waktu menghentikan kegiatan IUP Eksplorasi Tahap III disetiap bagian atau beberapa bagian Wilayah Izin Usaha Pertambangan (WIUP) dengan alasan bahwa kelanjutan dari kegiatan IUP Eksplorasi Tahap III tersebut tidak layak atau praktis secara komersial maupun karena keadaan kahar, keadaan yang menghalangi sehingga menimbulkan penghentian sebagian atau seluruh kegiatan usaha pertambangan; 5. mengajukan permohonan pengusahaan mineral lain yang bukan merupakan asosiasi mineral utama yang diketemukan dalam Wilayah Izin Usaha Pertambangan (WIUP); 6. mengajukan pernyataan tidak berminat terhadap pengusahaan mineral lain yang bukan merupakan asosiasi mineral utama yang diketemukan dalam Wilayah Izin Usaha Pertambangan (WIUP); 7. memanfaatkan sarana dan prasrana umum untuk keperluan kegiatan Izin Usaha Pertambangan (IUP) Eksplorasi Tahap III (Penyelidikan Umum, eksplorasi, study kelayakan dan AMDAL) setelah memenuhi ketentuan peraturan perundang-undangan; 8. mengajukan permohonan izin sementara untuk melakukan pengangkutan dan penjualan atas mineral atau batubara yang tergali; 9. mengajukan permohonan tertulis untuk melanjutkan atau tidak melanjutkan ketahap kegiatan IUP Operasi Produksi pada sebagian atau beberapa wilayah dalam Wilayah Izin Usaha Pertambangan (WIUP). B. Kewajiban 1. memilih yurisdiksi pada Pengadilan Negeri tempat dimana lokasi Wilayah Izin Usaha Pertambangan (WIUP) berada; 2. mendirikan kantor perwakilan di lokasi tempat dimana Wilayah Izin Usaha Pertambangan (WIUP) berada; 3. melaporkan rencana investasi; 4. menyampaikan Rencana Kerja Anggaran dan Belanja (RKAB) selambatlambatnya pada bulan November yang meliputi rencana tahun depan dan realisasi kegiatan setiap tahun berjalan kepada Bupati dengan tembusan kepada menteri dan gubernur; 5. menyampaikan laporan Kegiatan Triwulanan yang harus diserahkan dan jangka waktu 30 (Tiga Puluh) hari setelah akhir dari triwulan takwin secara berkala kepada Bupati dengan tembusan kepada Menteri dan Gubernur; 6. apabila ketentuan batas waktu penyampaian Rencana Kerja Anggaran dan Belanja (RKAB) dan pelaporan sebagaimana dimaksud pada angka 5 (lima) dan 6 (enam) tersebut di atas terlampaui, maka pemegang Izin Usaha Pertambangan (IUP) Eksplorasi akan diberikan peringatan tertulis;

7. menyampaikan Rencana Pengembangan dan Pemberdayaan Masyarakat (RPPM) sekitar wilayah pertambangan sebagai bagian dari RKAB kepada Bupati Polewali Mandar; 8. memenuhi ketentuan perpajakan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan; 9. membayar iuran tetap setiap tahun sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan; 10. menyusun AMDAL atau UKL/UPL sesuai ketentuan peraturan perundangundangan dan merupakan bagian dari dokumen studi kelayakan; 11. menyusun dokumen reklamasi dan dokumen pasca tambang berdasarkan pada dokumen studi kelayakan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan; 12. menyusun dokumen Rencana Pengembangan dan Pemberdayaan Masyarakat (RPPM) setempat; 13. menempatkan dana jaminan reklamasi dan pasca tambang sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan; 14. mengangkat seorang kepala teknik tambang yang bertanggung jawab atas kegiatan IUP Eksplorasi Tahap III, keselamatan dan kesehatan Kerja pertambangan serta pengelolaan lingkungan pertambangan; 15. permohonan Peningkatan Izin Usaha Pertambangan (IUP) Eksplorasi Tahap III untuk Izin Usaha Pertambangan (IUP) Operasional produksi harus diajukan paling lambat 3 (tiga) bulan sebelum berakhirnya masa izin ini dengan dilengkapi persyaratan sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan. 16. kelalaian atas ketentuan tersebut pada butir 16, mengakibatkan Izin Usaha Pertambangan (IUP) Eksplorasi Tahap III berakhir menurut hukum dan segala usaha pertambangan dihentikan. Dalam jangka waktu paling lama 6 (enam) bulan sejak berakhirnya Keputusan ini pemegang IUP harus mengangkat keluar segala sesuatu yang menjadi miliknya, kecuali benda-benda/ bangunan-bangunan yang dipergunakan untuk kepentingan umum; 17. menerapkan kaidah pertambangan yang baik; 18. mengelola keuangan sesuai dengan sistem akutansi Indonesia; 19. melaporkan pelaksanaan pengembangan dan pemberdayaan masyarakat setempat secara berkala; 20. melaporkan dan menjaga kelestarian fungsi dan daya dukung sumber daya air yang bersangkutan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan; 21. mengutamakan pemamfaatan tenaga kerja setempat barang dan jasa dalam negeri sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan; 22. mengikutsertakan seoptimal mungkin pengusaha lokal yang ada di daerah tersebut; 23. mengutamakan penggunaan perusahaan jasa pertambangan lokal dan/atau nasional serta menyampaikan data dan pelaksanaan penggunaan usaha jasa penunjang secara berkala atau sewaktu-waktu apabila diperlukan; 24. dilarang melibatkan anak perusahaan dan/atau apiliansinya dalam bidang usaha pertambangan di WIUP yang di usahakannya, kecuali dengan izin Menteri; 25. menyerahkan seluruh data hasil kegiatan Izin Usaha Pertambangan (IUP) Eksplorasi Tahap III kepada Bupati dan ditembuskan kepada menteri dan Gubernur; 26. melaporkan pelaksanaan pengembangan dan pemberdayaan masyarakat setempat sebagai bagian laporan berkala; 27. memberikan ganti rugi kepada pemegang hak atas tanah dan tegakan yang terganggu akibat kegiatan Izin Usaha Pertambangan (IUP) Eksplorasi Tahap III; 28. mengajukan permohonan penghentian kegiatan IUP eksplorasi dan pengembalian WIUP; 29. melaporkan mineral atau batubara yang tergali pada saat pelaksanaan kegiatan IUP eksplorasi Tahap III;

30. menyampaikan laporan akhir kegiatan Izin Usaha Pertambangan (IUP) Eksplorasi Tahap III berupa laporan akhir kegiatan,laporan akhir kegiatan eksplorasi, laporan akhir studi kelayakan, termasuk laporan pemetaan untuk seluruh WIUP yan antara lain meliputi : a. peta-peta yang menunjukan semua tempat dalam wilayah kegiatan eksplorasi dimana pemegan IUP talah mengadakan pemboran atau menggali sumur-sumur; b. salinan daftar dari lubang bor (Drilling log) dan sumur-sumur tersebut serta hasil pemeriksaan dari contoh yang telah diambil dan dianalisa; c. salinan dari setiap peta geologi denagan skala 1: 50.000 dan geofisika, serta geokimia dari wilayah kegiatan eksplorasi; dan d. peta topografi dengan skala 1 : 50.000. 32. menyampaikan laporan studi kelayakan mencakup: a. suatu penyelidikan geologi yang mendalam dan pembuktian endapanendapan bijih dalam WIUP termasuk cadangan-cadangan bijih/batubara yang terukur, terunjuk dan terkira sepanjang diperlukan bagi kelayakan ekonomis daripada pengusahaan untuk dipertimbangkan dan pengujianpengujian serta pengambilan contoh endapan-endapan yang bernilai tersebut sesuai dengan rencana kerja yang telah disetujui; b. suatu pengamatan dan informasi yang terinci mengenai lokasi untuk kegiatan operasi yang termasuk dalam pengusahaan berikut penyiapan peta-peta dan gambar-gambar yang berhubungan dengan mengenai lokasi lokasi tersebut; c. suatu study kelayakan teknis dan ekonomis mengenai penambangan, pengangkutan, pemuatan dan pengapalan bijih/batubara, konsentratkonsentrat dan hasil dalam bentuk lain dari WIUP, termasuk penyelidikan teknis tentang kemungkinan lokasi pelabuhan, jalan-jalan penghubung dari tambang ke pelabuhan sungai dan cara pengangkutan lain yang cocok; d. suatu penyelidikan tentang setiap kemungkinan pengaruh pengangkutan dengan menggunakan tongkan atau kapal; e. suatu penyelidikan tentang lokasi dan rancang bangun lapangan terbang dan termasuk fasilitas pelabuhan dan pendaratan, apabila dianggap perlu; f. penyelidikan dan perencanaan bagi pengembangan yang berhubungan dengan kemungkinan tetap sesuai, termasuk rancang bangun fasilitas perumahan dan fasilitas sosial, kebudayaan dan kemasyarakatan sejauh diperlukan untuk memenuhi kebutuhan masyarakat yang mungkin berkembang akibat kegiatan-kegiatan perusahaan dalam waktu 5 (lima) tahun setelah dimulainya periode operasi; g. suatu studi tentang kebutuhan tenaga kerja dikemudian hari untuk pengusahaan dengan memperkirakan jenis dan lamanya pelatihan yang diperlukan untuk menjamin penggantian tenaga kerja asing oleh tenaga kerja Indonesia dan penggunaan tenaga kerja setempat semaksimal mungkin sejalan dengan operasi yang aman dan efisien dari pengusahaan; h. studi dampak fisik mengenai pengaruh yang akan timbul terhadap lingkungan hidup sebagai akibat kegiatan pengusahaan, studi tersebut akan dilakukan dengan berkonsultasi dengan konsultan independen yang memenuhi persyaratan; i. suatu penyelidikan tentang jumlah dan jenis usaha setempat yang mungkin diperlukan untuk melayani kebutuhan pengusahaan dan pemukiman tetap yang mungkin berkembang dalam jangka waktu 5 (lima) tahun setelah dimulainya operasi produksi; j. penelitian metalurgi dan pemasaran untuk menentukan perolehan hasil mineral dan penjualannya, serta kontrak penjualannya; k. penelitian pemasaran untuk menetukan kemampuan hasil batubara dan kemungklinan penjualan batubara yang telah ditingkatkan mutunya serta persyaratan kontrak yang sesuai terhadap produk yang dapat dijual;

l. suatu penyelidikan pendahuluan tentang kelayakan mendirikan fasilitas peleburan dan pemurnian, yang cukup untuk memperkirakan modal dan biaya operasi serta kemungkinan sumber tenaga listrik yang diperlukan dikemudian hari; m. suatu analisa keuangan yang menyeluruh, berdasarkan kriteria yang tepat untuk suatu usaha pertambangan, atas aliran kas (cash flow) yang prospek dan tingkat pengembalian (rate of return) dari pengusahaan; n. suatu penyelidikan tentang fasilitas penyediaan air yang sesuai untuk keperluan usaha pertambangan, industri dan pemukiman tetap; o. study dan penyelidikan yang lengkap sehubungan dengan hal-hal berikut: 1) kelayakan dan biaya untuk membangun fasilitas telekomonikasi yang sesuai; 2) kelayakan dan biaya peembangunan serta fasilitas pengoperasian untuk penyediaan tenaga listrik yang diperlukan bagi konstruksi, penambangan, industri, dan pemukiman tetap sehubungan dengan pengusahaan. 33. rencana pengolahan dan pemurnian di dalam negeri; 34. wajib melakukan penciutan wilayah sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan; 35. memelihara, menjaga dan membiayai apabila terjadi kerusakan sarana dan prasarana yang merupakan fasilitas umum, yang digunakan selama pelaksanaan eksplorasi; 36. apabila terdapat mineral pengikut lainnya diluar mineral Izin Usaha Pertambangan (IUP) Eksplorasi Tahap III yang diterbitkan, maka wajib mendapat izin baru yang tidak berasosiasi dengan mineral induknya atau mineral yang mendapat izin. BUPATI POLEWALI MANDAR, ANDI IBRAHIM MASDAR