BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Bidang konstruksi memiliki peran yang sangat penting dalam pembangunan prasarana yang diperlukan dalam mempertahankan dan mengembangkan peradaban manusia. Di era globalisasi ini, pembangunan infrastuktur di dunia sangat berkembang dengan pesat, dimana semakin banyak bangunan pencakar langit serta jembatan-jembatan panjang yang berdiri kokoh di muka bumi ini. Dengan banyaknya tuntutan manusia terhadap prasarana yang tersedia mengakibatkan berkembangnya ilmu dan inovasi di bidang konstruksi. Terdapat dua tahap dalam pembangunan konstruksi yaitu tahap perencanaan dan tahap pelaksanaan. Perencanaan struktur dapat didefinisikan sebagai campuran antara seni dan ilmu pengetahuan yang dikombinasikan dengan intuisi seorang ahli struktur mengenai perilaku struktur dengan dasardasar pengetahuan dalam statika, dinamika, mekanika bahan, dan analisa struktur, untuk menghasilkan suatu struktur yang ekonomis dan aman, selama masa layannya. Salah satu tahapan penting dalam perencanaan suatu konstruksi adalah pemilihan jenis material yang digunakan. Telah banyak material yang diteliti dan dipakai sebagai bahan material konstruksi, mulai dari yang sederhana, material produk alam maupun bahan material khusus produk pabrik yang mahal. Contohnya seperti tanah, batuan, kayu, bambu, beton, baja dan lain sebagainya. Namun di Indonesia jenis material yang sangat familiar digunakan adalah kayu, beton, baja atau kombinasi dari ketiganya. Pemilihan bahan material konstruksi memiliki kriteria dasar yaitu kekuatan, kekuatan dan daktilitas. Baja merupakan salah satu bahan bangunan yang unsur utamanya terdiri dari besi. Baja ditemukan ketika dilakukan penempaan dan pemanasan yang menyebabkan tercampurnya besi dengan bahan karbon pada proses
pembakaran, sehingga membentuk baja yang mempunyai kekuatan yang lebih besar dari pada besi. Beberapa keunggulan baja sebagai material konstruksi, antara lain adalah sebagai berikut : 1. Mempunyai kekuatan yang tinggi, sehingga dapat mengurangi ukuran struktur serta mengurangi pula berat sendiri dari struktur. Hal ini cukup menguntungkan bagi struktur-struktur jembatan yang panjang, gedung yang tinggi atau juga bangunan-bangunan yang berada pada kondisi tanah yang buruk. 2. Keseragaman dan keawetan yang tinggi, tidak seperti halnya material beton bertulang yang terdiri dari berbagai macam bahan penyusun, material baja jauh lebih seragam/homogen serta mempunyai tingkat keawetan yang jauh lebih tinggi jika prosedur perawatan dilakukan secara semestinya 3. Sifat elastis, baja mempunyai perilaku yang cukup dekat dengan asumsiasumsi yang digunakan untuk melakukan analisa, sebab baja dapat berperilaku elastis hingga tegangan yang cukup tinggi mengikuti Hukum Hooke. Momen inersia dari suatu profil baja juga dapat dihitung dengan pasti, sehingga memudahkan dalam melakukan proses analisa struktur 4. Daktilitas baja cukup tinggi, karena suatu batang yang menerima tegangan tarik yang tinggi akan mengalami regangan tarik cukup besar sebelum terjadi keruntuhan 5. Beberapa keuntungan lain pemakaian baja sebagai material konstruksi adalah kemudahan penyambungan antarelemen yang satu dengan lainnya menggunakan alat sambung las atau baut. Pembuatan baja melalui proses gilas panas mengakibatkan baja menjadi mudah dibentuk menjadi penampang-penampang yang diinginkan. Kecepatan pelaksanaan konstruksi baja juga menjadi suatu keunggulan material baja. Walaupun baja memiliki keuntungan-keuntungan yang disebutkan serta lebih unggul dibanding kayu dan beton, bukan berarti baja merupakan
material konstruksi yang paling banyak digunakan di Indonesia. Material baja dirasa memiliki beberapa kekurangan, terutama dari sisi pemeliharaan dan biaya. Konstruksi baja berhubungan langsung dengan udara atau air, secara periodik harus dicat. Perlindungan terhadap bahaya kebakaran juga harus menjadi perhatian serius, sebab meterial baja akan mengalami penurunan kekuatan secara drastis akibat kenaikan temperatur yang cukup tinggi, di samping itu baja juga merupakan konduktor panas yang baik, sehingga nyala api dalam suatu bangunan justru dapat menyebar dengan lebih cepat. Kelemahan lain dari struktur baja adalah masalah tekuk yang merupakan fungsi dari kelangsingan suatu penampang. Perencanaan struktur baja di Indonesia diatur oleh peraturan yang dikeluarkan oleh Badan Standardisasi Nasional (BSN) Indonesia yang disebut Standar Nasional Indonesia (SNI). Dari tanggal 28 Maret 2002 digunakan Tata Cara Perencanaan Struktur Baja untuk Bangunan Gedung atau SNI 03-1729-2002 dalam merencanakan struktur baja. Seiring berkembangnya ilmu dibidang struktur baja seperti yang dikeluarkan oleh American Institute of Steel Construction (AISC) pada tahun 2010 yang memiliki perubahan yang sangat mendasar dibanding peraturan-peraturan sebelumnya, sehingga menuntut Badan Standardisasi Nasional Indonesia merevisi SNI 03-1729-2002. Pada tanggal 12 Maret 2015, Badan Standardisasi Nasional Indonesia mengeluarkan peraturan baru yang digunakan untuk merencakan struktur baja yaitu Spesifikasi untuk Bangunan Gedung Baja Struktural atau SNI 1729:2015. Dengan diberlakukannya SNI 1729:2015 tersebut maka semua gedung saat ini harus direncanakan dengan peraturan yang baru.
1.2. Perumusan Masalah Dari latar belakang diperoleh perumusan masalah sebagai berikut : 1. Hal-hal apa saja yang mempengaruhi perencanaan struktur rangka portal? 2. Bagaimana perencanaan elemen balok, balok kolom dan sambungan koneksinya pada struktur rangka pemikul momen (Moment Resisting Frame) berdasarkan SNI 1729:2015? 1.3. Tujuan 1. Menjelaskan hal-hal yang berhubungan dengan perencanaan struktur rangka portal. 2. Untuk mengetahui perencanaan struktur rangka portal berdasarkan SNI 1729:2015. 3. Untuk mengetahui perencanaan beban minimum struktur berdasarkan SNI 1727:2013. 4. Untuk mengetahui perencanaan beban gempa berdasarkan SNI 1726:2012. 1.4. Pembatasan Masalah 1. Direncanaakan sebuah bangunan gedung perkantoran 3 lantai di Daerah Istimewa Yogyakarta dengan luas 12 m x 24 m. 2. Profil yang digunakan adalah profil IWF 3. Parameter-parameter perhitungan diasumsikan sesuai standar yang berlaku. 4. Peraturan perencanaan baja mengacu pada SNI 1729:2015 5. Peraturan perencanaan gempa mengacu pada SNI 1726:2012 6. Peraturan pembebanan mengacu pada SNI 1727:2013 7. Analisis struktur bangunan dibantu dengan menggunakan program ETABS 2013
1.5. Sistematika Penulisan Sistematika laporan Tugas Akhir ini dibagi dalam enam bab, yaitu : BAB I PENDAHULUAN Berisi latar belakang, perumusan masalah, tujuan, pembatasan masalah, metode pembahasan, dan sistematika laporan. BAB II TINJAUAN PUSTAKA Membahas tentang pengertian dasar dari pustaka yang digunakan dalam penulisan Tugas Akhir ini dengan mengambil dari referensi yang telah ada. BAB III LANDASAN TEORI Menjelaskan mengenai rumus-rumus yang digunakan dalam penulisan Tugas Akhir ini berdasarkan landasan peraturan yang digunakan. BAB IV METODE PENELITIAN Menjelaskan mengenai tahapan dalam analisis desain yang berdasarkan ruang lingkup dari Tugas Akhir ini. BAB V ANALISIS DESAIN STRUKTUR RANGKA PORTAL Menguraikan analisis rangka portal dengan bantuan analisis program komputer. Analisis dilakukan berdasarkan desain data yang telah direncanakan. BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN Membahas tentang kesimpulan yang dapat diambil dari keseluruhan rangkaian proses yang telah dilakukan, beserta saran yang dapat menunjang analisis desain rangka atap baja ringan pada khususnya dan perkembangan dunia struktur umumnya. DAFTAR PUSTAKA Mencantumkan literatur-literatur yang digunakan sebagai pendukung dalam laporan Tugas Akhir.