I. PENDAHULUAN. kepada daerah untuk menyelenggarakan Otonomi Daerah. Penyelenggaraan

dokumen-dokumen yang mirip
Rencana Induk Pengembangan E Government Kabupaten Barito Kuala Sistem pemerintahan daerah disarikan dari UU 32/2004 tentang

BAB I PENDAHULUAN. Republik Indonesia dibagi atas daerah-daerah provinsi dan daerah provinsi itu dibagi atas

BAB I PENDAHULUAN. Sesuai dengan diberlakukannya Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1999 tentang

NOMOR 32 TAHUN 2004 TENTANG PEMERINTAHAN DAERAH

BAB I PENDAHULUAN. Sistem pemerintahan Republik Indonesia mengatur asas desentralisasi,

I. PENDAHULUAN. Berdasarkan pasal 18 ayat 2 Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan otonomi daerah khususnya Daerah Tingkat II (Dati II) merupakan titik awal pelaksanaan pembangunan,

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG. Dalam penyelenggaraan pemerintahan dan pembangunan nasional,

BAB I PENDAHULUAN. titik awal pelaksanaan pembangunan, sehingga daerah diharapkan bisa lebih mengetahui

BAB 1 PENDAHULUAN. pusat dengan daerah, dimana pemerintah harus dapat mengatur dan mengurus

BAB I PENDAHULUAN. adalah ketersediaan dana oleh suatu negara yang diperlukan untuk pembiayaan

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan ekonomi daerah khususnya Daerah Tingkat II (Dati II)

BAB I PENDAHULUAN. mengurus keuangannya sendiri dan mempunyai hak untuk mengelola segala. sumber daya daerah untuk kepentingan masyarakat setempat.

EVALUASI PEMUNGUTAN PAJAK DAERAH DALAM MENINGKATKAN PENDAPATAN ASLI DAERAH DI KOTA SURAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. No.22 tahun 1999 dan Undang-undang No.25 tahun 1999 yang. No.33 tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat

BAB 1 PENDAHULUAN. pusat (sentralistik) telah menimbulkan kesenjangan antara Jawa dan luar Jawa

2014 ANALISIS POTENSI PENERIMAAN PAJAK PENERANGAN JALAN DI KOTA BANDUNG TAHUN

BAB I PENDAHULUAN. yang baik. Melalui sistem pemerintahan yang baik, setidaknya hal tersebut dapat

BAB I PENDAHULUAN. terdiri dari pulau-pulau atau dikenal dengan sebutan Negara Maritim. Yang mana dengan letak

BAB I PENDAHULUAN. Dalam sebuah perusahaan tentunya mempunyai masalah dalam menyusun

I. PENDAHULUAN. Kemajuan dan perkembangan ekonomi Kota Bandar Lampung menunjukkan

BAB 1 PENDAHULUAN. 1 Universitas Bhayangkara Jaya

BAB I PENDAHULUAN. Pajak merupakan salah satu sumber pendapatan negara terbesar, dimana sampai saat

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan yang mensejahterakan rakyat dapat dilihat dari tercukupinya

I. PENDAHULUAN. Pembangunan merupakan serangkaian kegiatan untuk meningkatkan kesejahteraan dan

BAB I PENDAHULUAN. Dalam rangka menyelenggarakan pemerintahan, setiap daerah memiliki

ANALISIS EFEKTIFITAS PEMUNGUTAN PAJAK DAERAH DALAM RANGKA PENINGKATAN PENDAPATAN ASLI DAERAH KABUPATEN BOJONEGORO

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. Undang-Undang No. 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah adalah salah satu

I. PENDAHULUAN. Proses desentralisasi pemerintahan yang dilakukan oleh Pemerintah. daerah memberikan konsekuensi terhadap Pemerintah Daerah untuk

BAB I PENDAHULUAN. Konsekuensi dari pelaksanaan otonomi daerah dan desentralisasi tersebut yakni

BAB I PENDAHULUAN. merupakan titik awal pelaksanaan pembangunan, sehingga daerah diharapkan

BAB I PENDAHULUAN. Dalam penyelenggaraan pemerintahan serta pembangunan nasional, Indonesia menganut

I. PENDAHULUAN. pemungutan yang dapat dipaksakan oleh pemerintah berdasarkan ketentuan

BAB I PENDAHULUAN. semua itu kita pahami sebagai komitmen kebijakan Pemerintah Daerah kepada. efisien dengan memanfaatkan sumber anggaran yang ada.

PEMERINTAHAN DAERAH. Harsanto Nursadi

BAB 1 PENDAHULUAN. penelitian, proses penelitian dan sistematika penulisan.

I. PENDAHULUAN. kepedulian terhadap potensi dan keanekaragaman daerah. daerah sesuai dengan amanat Undang-Undang Dasar Negara Republik

BAB I PENDAHULUAN. (Bratahkusuma dan Solihin, 2001:1). Menurut Undang-Undang Nomor 32

I. PENDAHULUAN. Organisasi sebagai satu kesatuan yang dinamis merupakan alat untuk mencapai

BAB I PENDAHULUAN. dalam lingkungan Pemerintah kabupaten Karanganyar yang berkedudukan

BAB I PENDAHULUAN. Negara Republik Indonesia sebagai negara Kesatuan menganut asas

BAB I PENDAHULUAN. Sesuai dengan Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1999 yang telah direvisi menjadi Undang-

EVALUASI RETRIBUSI PASAR TERHADAP PENDAPATAN ASLI DAERAH (PAD) DI SURAKARTA

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Otonomi daerah merupakan peluang dan sekaligus juga sebagai tantangan.

ANALISIS RASIO UNTUK MENGUKUR KINERJA PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH KABUPATEN BANTUL

BAB I PENDAHULUAN` dengan diberlakukannya otonomi daerah, pemerintah. Pemerintah Pusat dan Daerah, setiap daerah otonom diberi wewenang yang lebih

BAB I PENDAHULUAN. menyatakan pemberian Otonomi Daerah kepada Daerah atas dasar. desentralisasi dalam wujud otonomi yang luas, nyata dan bertanggung

BAB I PENDAHULUAN. penyelenggaraan pemerintahan dengan memberikan keleluasaan pada

I. PENDAHULUAN. meningkatkan nilai tambah sumber daya alam. Sumber daya potensial yang

BAB II KAJIAN PUSTAKA. kepentingan masyarakat setempat menurut prakarsa sendiri berdasarkan aspirasi. mendasari otonomi daerah adalah sebagai berikut:

BAB I PENDAHULUAN. Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 yang. Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Pemerintahan Daerah, maka

BAB 1 PENDAHULUAN. pajak. Pajak merupakan alat bagi pemerintah dalam mencapai tujuan untuk

BAB I PENDAHULUAN. rakyat dalam rangka mewujudkan tujuan dari pembangunan nasional.

BAB I PENDAHULUAN. daerah dilaksanakan melalui berbagai arah kebijakan, utamanya adalah: berbagai lembaga ekonomi dan masyarkat di daerah;

TINJAUAN PUSTAKA. Menurut M. Suparmoko (2001: 18) otonomi daerah adalah kewenangan daerah

I. PENDAHULUAN. Pelaksanaan pembangunan daerah merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. Undang Nomor 23Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah dan Undang-

BAB 1 PENDAHULUAN. otonomi daerah. Otonomi membuka kesempatan bagi daerah untuk mengeluarkan

I. PENDAHULUAN. Penerimaan Pemerintah baik Pemerintah Pusat maupun Pemerintah Daerah dapat

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan nasional adalah kegiatan yang berlangsung terus menerus dan

BAB I PENDAHULUAN. dengan kata lain Good Governance, terdapat salah satu aspek di dalamnya yaitu

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan daerah merupakan upaya pencapaian sasaran nasional di daerah sesuai

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Dalam konteks pembangunan, bangsa Indonesia sejak lama telah

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Indonesia merupakan negara yang kaya akan sumber daya alam,

BAB I PENDAHULUAN. mayoritas bersumber dari penerimaan pajak. Tidak hanya itu sumber

BAB I PENDAHULUAN. kecerdasan dan kesejahteraan seluruh rakyat. Dalam rangka mewujudkan tujuan

I. PENDAHULUAN. Sejak diberlakukannya Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1999 tentang Otonomi

OTONOMI DAERAH PERTEMUAN 7

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Negara membutuhkan pendanaan dalam menggerakan dan

I. PENDAHULUAN. sekaligus mendukung terciptanya suatu tujuan nasional. Pembangunan nasional. rakyat serta kemakmuran yang adil dan merata bagi publik.

BAB I PENDAHULUAN. bagian yang tidak dapat dipisahkan dari keberhasilan kebijakan yang. daerahnya masing-masing atau yang lebih dikenal dengan sebutan

BAB I PENDAHULUAN. dilaksanakan secara merata bagi seluruh rakyat Indonesia yang sesuai dengan sila

WALIKOTA TEGAL KEPUTUSAN WALIKOTA TEGAL NOMOR / 164 / 2011 TENTANG PENETAPAN PROGRAM LEGISLASI DAERAH PEMERINTAH KOTA TEGAL TAHUN 2012

BAB I PENDAHULUAN. Undang-Undang Dasar 1945 telah mengatur tentang pemerintahan provinsi,

BAB I PENDAHULUAN. dalam melaksanakan pembangunan nasional telah ditempuh berbagai upaya perbaikan

BAB I PENDAHULUAN. finansial Pemerintah Daerah kepada pihak-pihak yang berkepentingan. Undang-undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan

BAB I PENDAHULUAN. Perubahan sistem pemerintahan dari yang semula terpusat menjadi

BAB I PENDAHULUAN. diatur dalam Pasal 1 ayat (3) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945

BAB I PENDAHULUAN. untuk mempersiapkan diri dalam hal pelaksanaan, pengelolaan dan pengoptimalan

KONTRIBUSI PAJAK DAERAH DAN RETRIBUSI DAERAH TERHADAP PENDAPATAN ASLI DAERAH DALAM RANGKA PELAKSANAAN OTONOMI DAERAH KOTA SAMARINDA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

I. PENDAHULUAN. dilepaskan dari prinsip otonomi daerah. Sesuai dengan amanat Undang-Undang

BAB 1 PENDAHULUAN. pembangunan senantiasa memerlukan sumber penerimaan yang memadai dan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Pemerintah daerah diberi kewenangan yang luas untuk mengurus rumah

ANALISIS KEMANDIRIAN FISKAL DALAM UPAYA MENDUKUNG PELAKSANAAN URUSAN PEMERINTAHAN DAERAH DI KABUPATEN INDRAGIRI HULU

BAB I PENDAHULUAN. Sejak diberlakukannya Undang-Undang No.32 Tahun 2004 tentang Otonomi

BAB I PENDAHULUAN. ditinggalkan karena dianggap tidak menghargai kaidah-kaidah demokrasi. Era reformasi

BAB 2 TINJAUAN TEORETIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS. Menurut Undang-Undang No. 32 Tahun 2004 tentang pemerintahan daerah

BAB I PENDAHULUAN. 1 januari 2001 menghendaki daerah untuk berkreasi dalam mencari sumber

I. PENDAHULUAN. Era desentralisasi pasca disahkannya Undang-Undang Republik Indonesia Nomor

BAB III GAMBARAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH DAN KERANGKA PENDANAAN

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia dalam menyikapi berbagai permasalahan di daerah akhir-akhir ini,

I. PENDAHULUAN. daerah (dioscretionary power) untuk menyelenggarakan pemerintahan sendiri

BAB I PENDAHULUAN. pertumbuhan ekonomi yang dibarengi dengan pelaksanaan otonomi daerah

BAB I PENDAHULUAN. didalam Undang- Undang Republik Indonesia Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan

BAB 1 PENDAHULUAN. menyebabkan peran pemerintah pusat semakin kecil, sebaliknya pemerintah

Transkripsi:

1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Negara Indonesia adalah negara kesatuan sebagaimana diatur dalam Pasal 1 ayat (1) UUD 1945. Sistem pemerintahan Negara Kesatuan Republik Indonesia menurut Undang-Undang Dasar 1945 memberikan keleluasaan kepada daerah untuk menyelenggarakan Otonomi Daerah. Penyelenggaraan Otonomi Daerah perlu lebih menekankan pada prinsip-prinsip demokrasi, peran serta masyarakat, pemerataan dan keadilan, serta memperhatikan potensi dan keanekaragaman daerah yang seyogyanya pula disertai dengan asas-asas umum pemerintahan yang baik (good governance). Penyelenggaraan otonomi daerah tidak terlepas dari pelaksanaan hubungan kekuasaan antara Pemerintah Pusat dan daerah melahirkan adanya 2 (dua) macam organ pemerintahan di daerah, yaitu Pemerintah Daerah dan Pemerintah Wilayah. Pemerintah Daerah adalah organ daerah otonom yang berhak mengurus rumah tangganya sendiri dalam rangka desentralisasi, sedangkan Pemerintah Wilayah adalah organ Pemerintah Pusat di wilayahwilayah administratif dalam rangka pelaksanaan dekonsentrasi yang terwujud dalam bentuk Provinsi dan Ibukota Negara, Kabupaten atau Kota, yang tentu

2 saja tidak terkait dengan kewenangan yang muncul dari otonomi daerah (Syaukani, 2005:21). Salah satu asas dalam pelaksanaan otonomi daerah adalah asas desentralisasi, yakni memberikan keleluasaan organ daerah otonom untuk mengurus rumah tangganya sendiri. Konsep asas desentralisasi terjadi penyerahan wewenang sepenuhnya dari Pemerintah Pusat kepada Pemerintah Daerah tentang urusan tertentu, sehingga Pemerintah Daerah dapat mengambil prakarsa sepenuhnya, baik yang menyangkut policy, perencanaan, pelaksanaan, maupun pembiayaannya. Pemerintah Daerah melaksanakan urusan pemerintahan yang dilimpahkan agar menjadi urusan rumah tangganya sendiri (Syaukani, 2005:27). Desentralisasi merupakan sebuah proses di mana Pemerintah Daerah menjalankan otonomi seluas-luasnya dengan tujuan meningkatkan kesejahteraan masyarakat, pelayanan umum dan daya saing daerah. Pemerintah Daerah memiliki kewenangan untuk menjalankan segala urusan pemerintahan kecuali urusan pemerintahan yang berkaitan dengan urusan Politik Luar Negeri, Pertahanan, Keamanan, Yustisi, Moneter dan Fiskal Nasional, dan Agama karena merupakan urusan pemerintahan yang hanya menjadi kewenangan Pemerintah Pusat (Fakrulloh, 2004:27). Berdasarkan ketentuan dalam Pasal 10 Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2008 perubahan kedua atas Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah dijelaskan bahwa urusan wajib yang menjadi kewenangan

3 Pemerintah Kabupaten atau Kota merupakan urusan yang berskala Kabupaten atau Kota meliputi: a. perencanaan dan pengendalian pembangunan; b. perencanaan, pemanfaatan, dan pengawasan tata ruang; c. penyelenggaraan ketertiban umum dan ketentraman masyarakat; d. penyediaan sarana dan prasarana umum; e. penanganan bidang kesehatan; f. penyelenggaraan pendidikan; g. penanggulangan masalah social; h. pelayanan bidang ketenagakerjaan; i. fasilitas pengembangan koperasi, usaha kecil dan menengah; j. pengendalian lingkungan hidup; k. pelayanan pertanahan; l. pelayanan kependudukan, dan catatan sipil; m. pelayanan administrasi umum pemerintahan; n. pelayanan administrasi penanaman modal; o. penyelenggaraan pelayanan dasar lainnya; dan p. urusan wajib lainnya yang diamanatkan oleh peraturan perundangundangan. Penyelenggaran urusan wajib Pemerintah Daerah telah dijelaskan dalam Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2008 perubahan kedua atas Undang- Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah. Khusus mengenai urusan keuangan diatur dalam Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan keuangan antara Pemerintah dengan Pemerintah Daerah. Perimbangan keuangan antara Pemerintah dengan Pemerintah Daerah merupakan subsistem Keuangan Negara sebagai konsekuensi pembagian tugas antara Pemerintah dengan Pemerintah Daerah. Pemberian sumber keuangan Negara kepada Pemerintah Daerah didasarkan atas penyerahan tugas kepada Pemerintah Daerah dengan memperhatikan stabilitas dan keseimbangan fiskal. Kota Bandar Lampung merupakan salah satu Daerah Otonom di Indonesia. Kota Bandar Lampung melaksanakan tugas otonomi daerahnya melalui

4 perangkat daerah Kota Bandar Lampung diatur dalam Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2007 tentang Pembagian Urusan Pemerintahan antara Pemerintah, Pemerintah Daerah Provinsi, dan Pemerintah Daerah Kabupaten atau Kota. Kota Bandar Lampung dalam melaksanakan tugas Otonomi Daerah khususnya mengenai pengelolaan Asli Daerah (PAD) dilaksanaan oleh salah satu Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) yakni Daerah (Dispenda) Kota Bandar Lampung sebagaimana diatur dalam Peraturan Daerah Kota Bandar Lampung Nomor 3 Tahun 2011 tentang Pembentukan Organisasi dan Tata Kerja Perangkat Daerah Kota Bandar Lampung. Berdasarkan ketentuan Pasal 32 Peraturan Daerah Kota Bandar Lampung Nomor 3 Tahun 2011 tentang Pembentukan Organisasi dan Tata Kerja Perangkat Daerah Kota Bandar Lampung dijelaskan bahwa tugas pokok dan fungsi Daerah (Dispenda) Kota Bandar Lampung yakni: (1) Daerah merupakan unsur pelaksana tugas Walikota, mempunyai tugas pokok melaksanakan sebagian urusan Pemerintahan Kota di bidang pendapatan daerah berdasarkan asas otonomi dan tugas pembantuan. (2) Untuk menyelenggarakan tugas pokok sebagaimana dimaksud pada ayat (1) pasal ini, Daerah menyelenggarakan fungsi: a. perumusan kebijakan teknis di bidang pendapatan daerah; b. penyelenggaraan sebagian urusan pemerintahan dan pelayanan umum di bidang pendapatan daerah; c. pembinaan dan pelaksanaan tugas di bidang pendapatan daerah; d. pelayanan administratif; dan e. pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh Walikota di bidang pendapatan daerah. Daerah (Dispenda) Kota Bandar Lampung mempunyai tugas pokok melaksanakan sebagian urusan Pemerintahan Kota Bandar

5 Lampung di bidang pendapatan daerah. daerah merupakan unsur pokok dalam keuangan daerah. Peranan Daerah (Dispenda) Kota Bandar Lampung dalam Tahun Anggaran 2013 pada dasarnya sudah dilaksanakan sesuai tugas pokok dan fungsinya namun belum maksimal. Hal ini terbukti dari target penerimaan Asli Daerah (PAD) dengan realisasinya tidak mencapai target sebagaimana dikutip dari sumber media masa Lampung Post Online sebagai berikut: Bandar Lampung (Lampost.Co): Asli Daerah (PAD) Pemerintah Kota (Pemkot) Bandar Lampung pada Tahun 2013 tidak mencapai target. PAD secara keseluruhan Tahun 2013 mencapai Rp 374,096 miliar. Kemudian pada APBD Perubahan Tahun Anggaran 2013, PAD ditingkatkan dan ditargetkan mencapai Rp 418,1 miliar lebih. Pada akhir Desember 2013 atau sampai pada triwulan keempat, PAD Kota Bandar Lampung mencapai sekitar Rp 356,6 miliar lebih atau sekitar baru 86,01 persen dari target yang ditentukan sebesar Rp 418,1 miliar. PAD kita baru mencapai sekitar Rp 356,6 miliar atau sekitar 86,01 persen, memang tidak mencapai target, kata Wali Kota Bandar Lampung Herman HN, usai peresmian fly over Gajah Mada Ir. Djuanda. Menurut Herman, tak tercapainya target PAD Tahun Anggaran 2013 dikarenakan PAD di beberapa Satuan Kerja Perangkat Daerah tak tercapai. Selain itu, lonjakan atau peningkatan target PAD di beberapa sektor memang tinggi. "Karena ada beberapa Satker yang PAD-nya memang stagnan (berhenti), kalau sudah seperti itu, mau di apain lagi, serta ada beberapa kendala lainnya. Dan kedepan akan kita evaluasi," ungkapnya. Namun menurut Herman, kedepan atau pada Tahun Anggaran 2014 mendatang, pihaknya optimis dan tetap akan berupaya maksimal dalam merealisasikan PAD ini agar mencapai target atau over target. "Ya ke depan, pada tahun 2014 akan kita maksimalkan kinerja satker-satker agar PAD kita mencapai target di semua sektor. Karena target PAD kita Tahun 2014 sekitar Rp 438 miliar," kata wali kota kesepuluh di Bandar Lampung ini (http://lampost.co/berita/pad-bandarlampung-tak-capai-target, diakses tanggal 28 Maret 2014, pukul 19:45 WIB). Merujuk pada sumber media masa tersebut bahwa dalam pencapaian target PAD pada Tahun Anggaran 2013 Kota Bandar Lampung tidak tercapai. Hal ini menunjukkan bahwa upaya Daerah (Dispenda) Kota

6 Bandar Lampung dalam pengelolaan keuangan daerah sesuai dengan tugas pokok dan fungsinya belum berjalan maksimal. Pengelolaan PAD oleh Daerah (Dispenda) Kota Bandar Lampung Tahun 2013 masih mengalami berbagai permasalahan dalam pencapaian target penerimaan Asli Daerah sehingga tidak mampu mencapai target yang ditetapkan dalam APBD-P. Hal ini berarti bahwa selain defisit, realisasi penerimaan PAD pada Tahun Anggaran 2013 menurun dibandingkan dengan Tahun Anggaran sebelumnya. Daerah (Dispenda) Kota Bandar Lampung memiliki peran yang sangat penting dalam pengelolaan PAD. Berdasarkan data dari Daerah (Dispenda) Kota Bandar Lampung berikut ini dapat dilihat bahwa tidak mencapai dari target yang sudah ditentukan sehingga terjadi defisit realisasi penerimaan dalam pengelolaan PAD dalam Tahun Anggaran 2013 dalam tabel berikut: Tabel 1. Pencapaian Target,, dan Sisa PAD Tahun Anggaran 2013 No Tahun Anggaran Target dalam APBD-P 1. 2013 Rp.418.111.740.815 Rp.359.628.303.287 Keterangan Defisit Rp.58.483.437.527 Sumber: Dokumen Sistem Informasi Akuntansi Pencatatan (SIAPPAD) Daerah Kota Bandar Lampung 2013 Berdasarkan Tabel 1 dapat diketahui bahwa pada Tahun Anggaran 2013, target PAD Kota Bandar Lampung tidak tercapai dan mengalami defisit. Jumlah Satuan Kerja Perangkat Daearah (SKPD) yang ada di Kota Bandar Lampung adalah 22 SKPD. Masing-masing SKPD itu dalam melaksanakan

7 fungsi pengelolaannya dibantu dengan UPTD SKPD yang bersangkutan, sehingga dalam hal terjadi defisit maka perlu dilakukan peningkatan dari sektor yang masih sangat rendah dalam memenuhi pencapaian target PAD. dalam menjalankan peranannya memiliki UPTD di setiap kecamatan yang diberikan kewenangan dalam pengelolaan PAD khususnya dalam pemungutan PAD dari beberapa jenis PAD seperti Pajak Hotel, Pajak Restoran, Pajak Hiburan, Pajak Reklame, dan Retribusi Pasar serta PBB sektor Pedesaan atau Perkotaan. Sumber-sumber penerimaan PAD berasal dari Pajak Daerah, Retribusi Daerah, Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah yang Dipisahkan, dan Lain-Lain PAD yang Sah. Adapun Penerimaan PAD dari Sumber Penerimaan Pajak Daerah Terbesar dan terkecil SKPD per 30 Desember 2013 sebagai berikut: Tabel 2. Penerimaan PAD dari Sumber Penerimaan Pajak Daerah Terbesar dan terkecil SKPD per 30 Desember 2013 NO 1 2 SKPD Daerah Perhubungan Target Dalam APBD-P Persentase Jumlah Sisa Lebih/Kurang Rp.264.651.003.114 Rp.238.118.796.465 89,97% Rp.26.532.206.648 Defisit Rp.5.364.247.192 Rp.2.527.275.700 47,11% Rp.2.836.971.492 Defisit Ket 3 BPPLH Rp.1.500.840.000 Rp.2.008.965.167 133,86% Rp.508.125.167 Surplus Sumber: Dokumen Sistem Informasi Akuntansi Pencatatan (SIAPPAD) Daerah Kota Bandar Lampung 2013 Berdasarkan Tabel 2 dapat dilihat bahwa Penerimaan PAD dari Sumber Penerimaan Pajak Daerah per 30 Desember 2013 SKPD terbesar yakni Daerah yang bersumber dari Pajak Hotel, Pajak Restoran, Pajak Hiburan, Pajak Reklame, dan Retribusi Pasar serta PBB

8 sektor Pedesaan atau Perkotaan sedangkan Penerimaan PAD dari Sumber Penerimaan Pajak Daerah SKPD tingkat ke dua yakni Perhubungan yang bersumber dari Pajak Kendaraan Bermotor, Pajak Lalu Lintas dan Angkutan Jalan Raya dan sebagainya. Penerimaan PAD dari Sumber Penerimaan Pajak SKPD terkecil yakni BPPLH namun SKPD dengan ketercapaian target dan realisasi Penerimaan PAD hanya dicapai oleh BPPLH dengan Persentase sebesar 133,86% selain itu SKPD lain juga masih belum tercapai sebagaimana diuraikan dalam lampiran data Penerimaan PAD dari Sumber Penerimaan Pajak Tahun Anggaran 2013. Penerimaan PAD dari Sumber Penerimaan Retribusi Daerah Terbesar dan terkecil SKPD per 30 Desember 2013 sebagai berikut: Tabel 3. Penerimaan PAD dari Sumber Penerimaan Retribusi Daerah Terbesar dan terkecil SKPD per 30 Desember 2013 NO 1 SKPD Perhubungan Target Dalam APBD-P Persentase Jumlah Sisa Lebih/Kurang Rp.10.411.983.912 Rp.7.810.133.930 75,01% Rp.2.601.849.982 Defisit Ket 2 Kebersihan dan Pertamanan Rp.8.501.000.000 Rp.4.183.421.000 49,21% Rp.4.317.579.000 Defisit 3 Pengelolaan Pasar Rp.4.600.000.000 Rp.3.640.386.025 79,14% Rp.959.613.975 Defisit 4 Kependudukan dan Catatan Sipil Rp.50.000.000 Rp.55.355.000 110,71% Rp.5.355.000 Surplus 5 Pekerjaan Umum Rp.259.728.000 Rp.252.637.050 97,25% Rp.7.142.950 Defisit 6 BPKAD Rp.74.500.000 Rp.121.039.000 162,47% Rp.46.539.000 Surplus

9 7 Kelautan dan Perikanan Rp.126.000.000 Rp.23.080.000 18,32% Rp.102.920.000 Defisit 8 9 Pendidikan Pertanian Rp.30.024.000 Rp.42.563.200 141,76% Rp.12.539.200 Surplus Rp.260.000.000 Rp.250.382.000 100,15% Rp.382.000 Defisit 10 Badan Penanaman Modal dan Perizinan Rp.49.564.250.000 Rp.34.122.201.192 68,84% Rp.15.442.048.807 Defisit 11 Koperindag Rp.26.250.000 Rp.48.100.000 183,24% Rp.21.850.000 Surplus Sumber: Dokumen Sistem Informasi Akuntansi Pencatatan (SIAPPAD) Daerah Kota Bandar Lampung 2013 Berdasarkan Tabel 3 dapat dilihat bahwa Penerimaan PAD dari Sumber Penerimaan Retribusi Daerah per 30 Desember 2013 SKPD terbesar yakni Badan Penanaman Modal dan Perizinan yang bersumber dari retribusi kepengurusan perizinan umum, retribusi penanaman modal asing dan sebagainya. Penerimaan PAD dari Sumber Penerimaan Retribusi Perhubungan yang bersumber dari retribusi angkutan umum dan jalan raya, retribusi parkir sebagainya. Penerimaan PAD dari Sumber Penerimaan Retribusi Kebersihan dan Pertamanan yang bersumber dari retribusi kebersihan dan sampah, retribusi tata kota dan sebagainya. Penerimaan PAD dari Sumber Penerimaan Retribusi Pengelolaan Pasar yang bersumber dari retribusi pasar. Penerimaan PAD dari Sumber Penerimaan Retribusi Kependudukan dan Catatan Sipil yang bersumber dari retribusi pencatatan dan akta kelahiran.

10 Penerimaan PAD dari Sumber Penerimaan Retribusi Pekerjaan Umum yang bersumber dari retribusi pembangunan. Penerimaan PAD dari Sumber Penerimaan Retribusi BPKAD yang bersumber dari retribusi asset daerah. Penerimaan PAD dari Sumber Penerimaan Retribusi Kelautan dan Perikanan yang bersumber dari retribusi pengolahan kekayaan laut. Penerimaan PAD dari Sumber Penerimaan Retribusi Pertanian yang bersumber dari retribusi hasil pengolahan pertanian. Penerimaan PAD terkecil SKPD yakni Kelautan dan Perikanan. SKPD dengan ketercapaian target dan realisasi Penerimaan PAD dicapai oleh Kependudukan dan Catatan Sipil dengan Persentase sebesar 110,71% dan Pendidikan dengan Persentase sebesar 141,76% serta Koperindag dengan Persentase sebesar 183,24% sedangkan SKPD lain masih belum tercapai sebagaimana diuraikan dalam lampiran data Penerimaan PAD dari Sumber Penerimaan Retribusi Daerah Tahun Anggaran 2013. Selanjutnya Penerimaan PAD dari Sumber Penerimaan Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah yang Dipisahkan Terbesar dan terkecil SKPD per 30 Desember 2013 sebagai berikut:

11 Tabel 4. Penerimaan PAD dari Sumber Penerimaan Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah yang Dipisahkan Terbesar dan terkecil SKPD per 30 Desember 2013 NO SKPD Target Dalam APBD-P Persentase Jumlah Sisa Lebih/Kurang 1 PD Bank Pasar Rp.5.550.000.000 Rp.5.568.508.701 100,33% Rp.18.508.701 Surplus Ket 2 PT. Bank Lampung Rp.2.400.000.000 Rp.2.418.737.568 100,78% Rp.18.737.568 Surplus 3 PDAM Rp.250.000.000 Rp.250.000.000 100,00% Rp.0 Balance Sumber: Dokumen Sistem Informasi Akuntansi Pencatatan (SIAPPAD) Daerah Kota Bandar Lampung 2013 Berdasarkan Tabel 4 dapat dilihat bahwa Penerimaan PAD dari Sumber Penerimaan Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah yang Dipisahkan per 30 Desember 2013 SKPD terbesar yakni PD Bank Pasar yang bersumber dari pengelolaan asset PD Bank Pasar. Penerimaan PAD dari Sumber Penerimaan Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah yang Dipisahkan SKPD PT. Bank Lampung yang bersumber dari pengelolaan asset PT. Bank Lampung sedangkan dan terkecil SKPD yakni PDAM. Dalam hal ini seluruh SKPD mengalami ketercapaian target sebagaimana diuraikan dalam lampiran data Penerimaan PAD dari Sumber Penerimaan Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah yang Dipisahkan Tahun Anggaran 2013. Penerimaan PAD dari Sumber Penerimaan Lain-Lain PAD yang Sah Terbesar dan terkecil SKPD per 30 Desember 2013 sebagai berikut:

12 Tabel 5. Penerimaan PAD dari Sumber Penerimaan Lain-Lain PAD yang Sah Terbesar dan terkecil SKPD per 30 Desember 2013 NO 1 SKPD Sekretariat Kota Target Dalam APBD-P Persentase Jumlah Sisa Lebih/Kurang Rp.136.762.500 Rp.892.177.390 652,36% Rp.18.508.701 Surplus Ket 2 BPKAD Rp.12.934.300.000 Rp.11.411.472.286 88,23% Rp.1.522.827.713 Defisit 3 Pengelolaan Pasar Rp.26.674.192.000 Rp.16.723.061.000 62,69% Rp.9.951.131.000 Defisit 4 BLUD Rp.24.596.608.097 Rp.25.849.692.680 105,09% Rp.1.253.084.583 Surplus Sumber: Dokumen Sistem Informasi Akuntansi Pencatatan (SIAPPAD) Daerah Kota Bandar Lampung 2013 Berdasarkan Tabel 5 dapat dilihat bahwa Penerimaan PAD dari Sumber Penerimaan Lain-Lain PAD yang Sah per 30 Desember 2013 SKPD terbesar yakni BLUD sedangkan dan terkecil SKPD yakni BPKAD. SKPD dengan ketercapaian target dan realisasi Penerimaan PAD dicapai oleh Sekretariat Kota Bandar Lampung dengan Persentase sebesar 652,36% dan BLUD dengan Persentase sebesar 105,09% sedangkan SKPD lain masih belum tercapai. Capaian target dan realisasi penerimaan PAD untuk tingkat Kecamatan dari berbagai sektor PAD hingga 30 Desember 2013 dengan ketercapaian terbesar terdapat di Kecamatan Tanjung Karang Pusat sebagaimana dijelaskan dalam tabel berikut:

13 Tabel 6. Penerimaan PAD Kecamatan Tanjungkarang Pusat per 30 Desember 2013 NO Kelurahan Target Dalam APBD-P Persentase 1 Durian Payung Rp.1.068.152.672 Rp.708.913.195 75% 2 Gotong Royong Rp.729.831.423 Rp.464.224.976 60% 3 Palapa Rp.387.732.732 Rp.204.008.213 54% 4 Kaliawi Rp.279.290.985 Rp.100.625.034 40% 5 Kelapa Tiga Rp.838.529.739 Rp.550.548.110 68% 6 Pasir Gintung Rp.330.126.957 Rp.211.054.680 72% 7 Kaliawi Persada Rp.408.627.776 Rp.225.013.456 60% JUMLAH Rp.4.042.292.284 Rp.2.464.387.664 66% Sumber: Laporan Target dan PAD Kecamatan Tanjungkarang Pusat Bulan Januari smapai Desember 2013 Merujuk pada data-data Daerah (Dispenda) Kota Bandar Lampung menunjukkan bahwa peran Dispenda Kota Bandar Lampung masih belum maksimal dalam melakukan intensifikasi dan ekstensifikasi PAD. Intensifikasi merupakan suatu kegiatan peningkatan intensitas terhadap suatu subyek dan obyek PAD yang potensial namun belum tergarap atau terjaring serta memperbaiki kinerja peningkatan PAD. Ekstensifikasi yaitu upaya memperluas subyek dan obyek PAD potensial serta penyesuaian tarif pajak dan retribusi daerah. Sumber-sumber PAD yang bisa dioptimalkan seperti pariwisata, hiburan, peningkatan jumlah wajib pajak, pajak barang mewah, home industry perdagangan, retribusi daerah dan sebagainya, jika dikelola secara maksimal akan membantu mempercepat pertumbuhan perekonomian yang akan menambah jumlah objek PAD.

14 Sektor hiburan yang terus meningkat di Kota Bandar Lampung dapat menambah jumlah objek PAD seperti tempat-tempat hiburan dan rekreasi, para pengusaha hiburan untuk melaksanakan usahanya pasti mengurus Surat Izin Usaha dan dokumen-dokumen lain yang dikenakan pajak maupun retribusi. Kota Bandar Lampung yang memiliki banyak kekayaan sumber daya alam, pengelolaan kekayaan alam itu berbanding lurus dengan peningkatan jumlah wajib pajak dan retribusi daerah. Kota Bandar Lampung sebagai salah satu SKPD memiliki peran penting untuk memaksimalkan pengelolaan keuangan daerah hasil penerimaan dari sumber-sumber PAD sesuai dengan tugas pokok dan fungsinya sebagaimana diamanatkan dalam Peraturan Daerah Kota Bandar Lampung Nomor 3 Tahun 2011 tentang Pembentukan Organisasi dan Tata Kerja Perangkat Daerah Kota Bandar Lampung. Berdasarkan uraian tersebut, maka peneliti memandang perlu mengkaji lebih lanjut berbagai masalah pengelolaan PAD, sehingga peneliti menganggap perlu diadakan penelitian mengenai Peranan dalam Pengelolaan Asli Daerah (PAD) di Kota Bandar Lampung Tahun 2013.

15 B. Rumusan Masalah Berdasarkan uraian latar belakang maka rumusan masalah dalam penelitian ini sebagai berikut: 1. Bagaimanakah Peranan dalam Pengelolaan Asli Daerah (PAD) Kota Bandar Lampung pada Tahun 2013? 2. Apakah faktor-faktor penghambat dalam Pengelolaan Asli Daerah (PAD) Kota Bandar Lampung pada Tahun 2013? C. Tujuan Penelitian Berdasarkan rumusan masalah tersebut maka tujuan dari penulisan skripsi ini adalah untuk mengetahui Peranan dalam Pengelolaan Asli Daerah (PAD) Kota Bandar Lampung pada Tahun 2013 dan faktor-faktor penghambatnya. D. Kegunaan Penelitian 1. Secara Teoritis Penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan pemikiran, informasi, menjadi bahan referensi dalam ilmu pemerintahan dan menambah khasanah ilmu pengetahuan khususnya ilmu tentang manajemen pemerintahan dalam Pengelolaan Asli Daerah (PAD) di Kota Bandar Lampung.

16 2. Secara Praktis Hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai bahan masukan bagi pemerintahan Kota Bandar Lampung khususnya dalam Pengelolaan Asli Daerah (PAD).