BAB 1 PENDAHULUAN. Sering kita jumpai dijalanan banyak anak-anak yang masih dibawah umur

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Anak merupakan amanah dari Tuhan Yang Maha Esa, seorang anak

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan baik fisik maupun mental untuk mencapai pemenuhan hak-hak

BAB I PENDAHULUAN. Panti Sosial Bina Remaja sebagai salah satu Panti Sosial dari Unit Pelaksana

BAB I PENDAHULUAN. dan bernegara demi terwujudnya kehidupan yang lebih baik di masa mendatang.

BAB 1 PENDAHULUAN. dalam rangka memperbaiki dan meningkatkan kualitas pembangunan. Sumber Daya Manusia (SDM) merupakan unsur terpenting dalam

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pembangunan ekonomi yang telah dilakukan selama ini oleh pemerintah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Shinta Yunita, 2013

BAB I PENDAHULUAN. Manusia memegang peranan penting dalam pembangunan suatu bangsa,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan adalah salah satu kebutuhan yang sangat penting bagi manusia.

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu sektor penting yang secara langsung memberikan kontribusi

BAB I PENDAHULUAN. maka akan goncanglah keadaan masyarakat itu. diantara sifat beliau adalah benar, jujur, adil, dan dipercaya.

BAB I PENDAHULUAN. Sasaran Pendidikan adalah manusia.pendidikan bertujuan untuk. menumbuh kembangkan potensi sumber daya manusia (SDM) agar menjadi

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan dan tidak dapat di pisahkan dari kehidupan. Sifatnya mutlak dari

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan bangsa pada masa yang akan datang, diperlukan anak-anak yang

pendidikan yang berjenjang. Jenjang pendidikan formal terdiri atas pendidikan dasar, pendidikan menengah dan pendidikan tinggi.

I. PENDAHULUAN. Anak adalah amanah dan karunia Tuhan Yang Maha Esa, yang didalam

BAB I PENDAHULUAN. kelak menjadi motor penggerak bagi kehidupan bermasyarakat, dan bernegara demi

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Anak merupakan aset masa depan yang sangat berharga, dapat dikatakan

I. PENDAHULUAN. keberadaan pekerja anak telah memberikan kontribusi dalam perekonomian.

I. PENDAHULUAN. yang lebih dikenal dengan Indeks Pembangunan Manusia (IPM) merupakan

BAB I PENDAHULUAN. pertama dituliskan bahwa setiap warga negara berhak mendapatkan pendidikan. UKDW

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Anak merupakan aset masa depan yang sangat berharga, dapat dikatakan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Pendidikan pada hakikatnya merupakan suatu upaya untuk menyiapkan

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. Dalam mewujudkan pendidikan yang lebih upaya untuk meningkatkan

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan hal yang terpenting dalam kehidupan kita, Hal ini berarti

2015 MENINGKATKAN MINAT BACA MASYARAKAT MELALUI PROGRAM PERPUSERU DALAM PENGELOLAAN TAMAN BACAAN MASYARAKAT BERBASIS INFORMATION TECHNOLOGY

I. PENDAHULUAN. Pendidikan menjadi hak dasar warga negara. Pendidikan merupakan salah satu

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang B. Rumusan Masalah C. Tujuan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Fenomena merebaknya anak jalanan di Indonesia saat ini mudah dijumpai

BAB I PENDAHULUAN. pengetahuan dan teknologi tersebut diperlukan sumber daya manusia yang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. Penyelenggaraan pendidikan di Negara Indonesia merupakan suatu sistem

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Indeks Pembangunan Manusia (IPM) atau Human Development Index

Pengaruh kepramukaan dan bimbingan orang tua terhadap kepribadian siswa kelas I SMK Negeri 3 Surakarta tahun ajaran 2005/2006. Oleh : Rini Rahmawati

I. PENDAHULUAN. kepribadiaannya sesuai dengan nilai - nilai di dalam masyarakat dan kebudayaan.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Perkembangan zaman yang semakin modern terutama pada era

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. tidak asing lagi melihat anak-anak mengerumuni mobil-mobil dipersimpangan lampu

II TINJAUAN PUSTAKA. Kata sekolah berasal dari Bahasa Latin: skhole, scola, scolae atau skhola yang

BAB 1 PENDAHULUAN. tetapi berbagai permasalahan yang sangat mendasar, terutama dalam upaya

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan suatu topik yang menarik untuk dibahas, karena

BAB V GAMBARAN UMUM RESPONDEN

BAB 1 PENDAHULUAN. pembangunan disegala bidang demi tercapainya tujuan bangsa, oleh karena itu

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pendidikan adalah salah satu aspek kehidupan yang sangat penting

BAB I PENDAHULUAN. Pada dasarnya pendidikan nasional berfungsi mengembangkan. kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat.

BAB I PENDAHULUAN. sangat penting di segala sektor. Manusia membutuhkan pendidikan dalam

BAB I PENDAHULUA N. mensejahterakan kehidupan masyarakat. Ketatnya persaingan dunia dengan

BAB I PENDAHULUAN. diperhatikan betul hak-haknya agar mereka dapat tumbuh dan berkembang dengan

BAB I PENDAHULUAN. A.Latar Belakang Masalah. Setiap Negara atau bangsa selalu menyelenggarakan pendidikan demi citacita

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah Hasim Bisri, 2016

BAB I PENDAHULUAN. disebabkan oleh faktor ekonomi, sosial, budaya, dan sebagainya.

BAB 1 PENDAHULUAN. Sebagai negara yang masih berkembang, pendidikan di Indonesia masih. sangat rendah dari segi Sumber Daya Manusia (SDM)

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Pendidikan merupakan suatu proses menyiapkan individu untuk mampu

1. PENDAHULUAN. Pendidikan mempunyai peranan yang sangat penting dalam kehidupan suatu

BAB I PENDAHULUAN. pelayanan-pelayanan sosial personal yang tergolong sebagai pelayanan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Raden Aufa Mulqi, 2016

BAB I PENDAHULUAN. Kemiskinan merupakan masalah utama yang sedang dihadapi dan masih

BAB I PENDAHULUAN. rumusan masalah, pertanyaan penelitian, hipotesis dan definisi operasional yang

BAB 1 PENDAHULUAN. dilakukan pembaharuan pendidikan secara terencana, terarah dan berkesinambungan.

BAB I PENDAHULUAN. khususnya kebutuhan akan pendidikan sebagai suatu investasi. Oleh karena itu,

2015 STUDI TENTANG PERAN PONDOK PESANTREN DALAM MENINGKATKAN KEDISIPLINAN SANTRI AGAR MENJADI WARGA NEGARA YANG BAIK

I. PENDAHULUAN. Pesatnya kemajuan tehnologi di bidang industri akan berdampak positif maupun

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Wina Desi Fitriana Witarsa, 2013

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Era globalisasi ini masih banyak masyarakat Indonesia yang tingkat

BAB I PENDAHULUAN. sebagai kualitas hidup. Istilah kualitas hidup digunakan untuk mengevaluasi

I PENDAHULUAN. pendidikan di sekolah maupun pendidikan luar sekolah. Pendidikan merupakan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pendidikan lingkungan merupakan salah satu faktor penting untuk

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Tingkat persaingan hidup semakin hari semakin ketat dan sulit. Banyak

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. upaya sekolah dalam mendukung tujuan pendidikan nasional, Undang-Undang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pembangunan kesehatan bertujuan meningkatkan kesadaran, kemauan dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan usaha sadar dan terencana untuk mengembangkan. kepribadian manusia melalui pemberian pengetahuan, pengajaran

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pendidikan bagi seorang anak merupakan bagian yang tak terpisahkan dari

PENDAHULUAN. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH

BAB I PENDAHULUAN. upaya telah dilakukan oleh pemerintah untuk mengetaskan kemiskinan, tetapi hingga

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Anissa Dwi Ratna Aulia, 2014

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

B A B I P E N D A H U L U A N

Pendidikan Dasar Pendidikan dasar merupakan jenjang pendidikan yang melandasi jenjang pendidikan menengah.

BAB I PENDAHULUAN. jendela tersebut. Tanpa membaca, tidak akan mengetahui dunia. Dalam dunia

BAB I PENDAHULUAN. Pembinaan moral bagi siswa sangat penting untuk menunjang kreativitas. siswa dalam mengemban pendidikan di sekolah dan menumbuhkan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1. latar Belakang Pendidikan di Indonesia semakin hari kualitasnya semakin rendah.

dan teori yang dipegang dalam penafsiran pendidikan tersebut. keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, dan Negara.

BAB I PENDAHULUAN. Undang No.20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional dijelaskan pada Pasal

2015 PELAKSANAAN PROGRAM BINA KELUARGA BALITA D ALAM PENINGKATAN PERAN PENGASUHAN IBU UNTUK ANAK USIA D INI D I BKB D AHLIA PURWAKARTA

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Menurut data Badan Pusat Statistik, Penduduk buta aksara usia tahun

BAB I PENDAHULUAN. meningkatkan kualitas pendidikan. daya manusia dan merupakan tanggung-jawab semua pihak, baik

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan individu dan perkembangan masyarakat, selain itu pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. Secara umum, laki-laki dan perempuan mempunyai perbedaan baik biologis

BAB I PENDAHULUAN. strategis dalam sistem pemerintahan. Sebagai sumber daya manusia (human

BAB 1 PENDAHULUAN. untuk mengklasifikasikan apakah sebuah negara adalah negara maju, negara. kebijaksanaan ekonomi terhadap kualitas hidup.

Transkripsi:

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 latar Belakang Masalah Sering kita jumpai dijalanan banyak anak-anak yang masih dibawah umur sudah mencari nafkah, misalnya saja menjadi pengamen, pengemis, pemulung, gelandangan dan masih banyak lagi. Tentu saja hal itu membuat prihatin bagi setiap orang yang melihatnya, terlebih pada usia-usia seperti mereka seharusnya sedang asyik menikmati masa anak-anaknya, bermain bersama teman sebayanya dan merasakan bangku sekolah. Di tengah masyarakat lain sedang berlomba untuk mengenyam pendidikan yang tinggi, namun di sisi lain ada masyarakat yang tidak dapat bersekolah, bahkan mencari uang untuk sesuap nasi saja sulit. Sungguh kenyataan yang ironis ditengah usaha pemerintah untuk memajukan pendidikan di negeri ini. pendidikan merupakan peran yang sangat penting untuk membangun suatu Negara. Pemberian pendidikan formal, non formal maupun informal dari usia dini bisa menciptakan sumber daya manusia yang berkualitas pada masa yang akan datang dan diharapkan dapat member kontribusi positif dalam berbagai aspek kehidupan untuk kemajuan Negara. Pendidikan pada hakekatnya merupakan suatu keharusan bagi setiap manusia secara keseluruhan. Setiap manusia berhak mendapatkan atau memperoleh pendidikan, baik secara formal, informal maupun nonformal, sehingga pada gilirinanya ia akan memiliki mental, akhlak, moral dan fisik yang kuat serta menjadi manusia yang berbudaya tinggi dalam melaksanakan tuga, kewajiban dan tanggung jawab didalam masyarakat. 1

Pendidikan berfungsi untuk menyampaikan meneruskan atau entranmisi kebudayaan, dianataranya nilai-nilai nenek moyang, kepada generasi muda. Dalam fungsi ini sekolah itu konservatif dan berusaha mempertahankan status quo demi kestabilan politik, kesatuan dan kesatuan bangsa.disamping itu sekolah jugu turut mendidik generasi muda agar hidup an menyusaikan diri dengan perubahanperubahan yang sangat cepat akibat kemajuan teknologi dan ilmu ( Nasution : 2010) Pendidikan pada hakekatnya merupakan suatu keharusan bagi setiap manusia secara keseluran hal ini juga tertulis pada undang- undang dasar Negara republik Indonesia pasal 31 ayat 1 tentang pendidikan dan kebudayaan setiap warga Negara berhak mendapatkan pendidikan dan ayat (3) menegaskan bahwa Pemerintah mengusahakan dan menyelenggarakan satu sistem pendidikan nasional yang meningkatkan keimanan dan ketakwaan serta akhlak mulia dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa yang diatur dengan undang-undang.. Dalam menindak lanjuti undang-undang tersebut, kementrian pendidikan nasional melakukan upaya dalam mencerdaskan kehidupan bangsa yakni dengan wajib pendidikan Dasar Enam Tahun yang dimulai pada tahun 1984 sampai dengan tahun 1993. Pada tahun 1994 pemerintah mencanangkan program wajib belajar Sembilan tahun yakni program ini diwajibkan bagi setiap warga Negara Indonesia untuk bersekolah selama sembilan tahun pada jenjang pendidikan dasar, yaitu dari SD atau MI hingga kelas Sembilan SMP atau MI.melalui program tersebut diharapkan dapat mengembangkan sikap, pengetahuan, dan keterampilan dasar yang perlu dimiliki semua warga Negara sebagai bekal untuk dapat hidup dengan layak dimasyarakat dan dapat melanjutkan ketingkat yang lebih tinggi 2

baik kelembaga pendidikan maupun luar sekolah. Namun fakta dilapangan menunjukkan bahwa program tersebut tidak berjalan sesuai dengan yang diharapakan. Hal ini ditunjukkan masih banyaknya angka anak putus sekolah di Indonesia yang disebabkan berbagai faktor. Banyaknya kasus anak putus sekolah dapat mengakibatkan rendahnya pendidikan suatu bangsa dan akan berpengaruh terhadap peningkatan Human Development Indek ( HDI) atau indeks pembangunan manusia, padahal peringkat HDI mencerminkan kualitas sumber daya manusia. Indeks Pmbangunan Manusia (IPM) / human development index (HDI) adalah pengukuran perbandingan ari harapan baik, melek huruf, pendidikan dan standar hidup untuk semua Negara di seluruh dunia. HDI digunakan untuk mengklasifikasikan apakah sebuah Negara adalah Negara maju, Negara berkembang, atau Negara terbelakang dan juga untuk mengukur pengaruh dari kebijaksanaan ekonomi terhadap kualitas hidup. Menurut gunawan (2010 :71), menyatakan putus sekolah merupakan predikat yang diberikan kepada mantan peserta didik yang tidak mampu menyelesaikan suatu jenjang pendidikan, sehingga tidak dapat mampu melanjutkan studinya kejenjang pendidkan berikutnya. Misalanya, seorang warga masyarakat atau anak yang hanya mengikuti pendidikan di SD sampai kelas 5, disebut sebagai anak putus sekolah SD.demikian juga seorang warga masyarakat yang memiliki ijazah SD kemudian mengikuti pendidikan di SMP sampai kelas 2 saja disebut putus sekolah SMP, dan seterusnya. Hal ini terjadi disebabkan karena beberapa faktor seperti permasalahan ekonomi yang sangat dominan menjadi penyebab anak tidak sekolah, mayoritas anak berumur 7-17 tahun belum pernah bersekolah atau tidak sekolah lagi dengan 3

alasan tidak ada biaya yaitu sebesar 49,51 %.faktor ekonomi juga bisa menyebabkan seorang anak harus bekerja dan mencari nafkah sehingga mendorong untuk tidak sekolah.ada 9,20 % anak yang tidak sekolah dengan alasan bekerja mencari nafkah. Selain itu terdapat anak yang tidak bersekolah karena alasan sekolah jauh 3,87 %, merasa pendidikan cukup 3,76 %, cacat 3,71 %, menikah/ mengurus rumah tangga 3,05 %, malu karena ekonomi 1,25 %, menunggu pengumuman 0,61 %, tidak diterima 0,42 %, dan sisanya adalah alasan lainnya 24,62 %, (kementrian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan anak 2012 : 49). Biro pusat statistic menyebutkan angka putus sekolah di Indonesia masih tinggi. Pada tahun 2003 terdapat angka putus sekolah sebesar 616.416 anak. Untuk 7-12 tahun sebanyak 182.773 anak, usia 13-15 tahun sebanyak 209.976 anak, dan usia 16-18 tahun sebanyak 223.676 anak. Sedangkan United Nations Educatinal and Cultural prganization (UNESCO) data terbaru menunjukkan bahwa 260.000 anak Indonesia putus sekolah tahun 2011,hal ini mengalami peningkatan yang tajam dibandingkan tahun 2010 hanya 160.000 anak(https://acdpindonesia.wordpress.com/2013/06/10/unesco-semakin-banyakanak-putus-sekolah-di-indonesia/ diakses 28 april 2015 pukul 21: 38 WIB). Berdasarkan sumber dari Koran tribun Medan menyebutkan daerah Provinsi Sumatera Utara sepanjang 2011 jumlah anak usia sekolah yang tidak sekolah termasuk tinggi, yaitu mencapai sekitar 22.803 jiwa anak. Dari jumlah 22.803 siswa putus sekolah, 4.879 siswa berasal dari bangku Sekolah Dasar, 7.569 dari tingkat SMP, dan 10.355 siswa dari tingkat SMA. Persentase jumlah anak sekolah yang berkisar 5,08 % dari 448.893 jiwa penduduk Medan yang berada pada usia 4

Sekolah 7-18 tahun atau sekitar 22.2803 jiwa. Dari persentase tersebut dketahui jumlah siswa yang putus sekolah tertinggi/terbesar di tingkat sekolah menengah atas (SMA). Menurut data statistic kota Medan bahawa persentase jumlah anak putus sekolah pada tahun ini yang putus sekolah memasuki SMA berkisar 23,9% dari 109.898 remaja kelompk usia 16-18 tahun. Jumlah ini terlalu jauh dari siswa putus sekolah saat memasuki SMP berkisar 6,25% dari 112.636 remaja kelompok usia 13-15 tahun dan berkisar 1,42% anak putus sekolah pada tingkat SD (kelompok umur 7-12 tahun) 223.356 anak. ( tribun news, 2012 ) Kota Medan merupakan salah satu kota terbesar ke 3 di Indonesia. Kota Medan memiliki 21 Kecamatan dan 151 Kelurahan. Salah satunya adalah Kecamatan Medan Johor yang terdiri dari 6 Kelurahan yaitu Kelurahan Kwala Bekala, Kelurahan Pangkalan Mansyur, Kelurahan Gedung Johor, Kelurahan Kedai Durian, Kelurahan Suka Maju, Kelurahan Titi Kuning. Kelurahan Kwala Bekala merupakan salah satu Kelurahan Medan johor dengan jumlah penduduk 34.316 jiwa dengan kepala keluarga sebanyak 7.693 kepala Keluarga. Mayoritas pendidikan masyarakat di kelurahan ini adalah mayoritas jenjang pendidikan tingkat SMA dan sebagiannya Sarjana. Walaupun demikian namun didaerah tersebut memiliki jumlah anak putus sekolah yang tinggi dibandingkan kelurahan lainnya. Menurut data lembaga PKBM HANUBA anak putus sekolah dikelurahan kwala bekala tergolong tinggi dibanding kelurahan lainnya dikecamatan Medan Johor. Terdapat anak putus sekolah sebanyak 33 jiwa, setara SD sebanyak 13 orang setara SMP sebanyak 12 orang dan setara SMA sebanyak 9 orang. 5

Sedangkan Kelurahan lain yang ada di Kecamatan hanya memiliki beberapa orang anak yang putus sekolah.. Berdasarkan pra penelitian yang dilakukan oleh penulis, Revandro (11) dan Eben (12) bersaudara ini merupakan anak dari ibu Rasmin (37) yang merupakan anak putus sekolah yang kesehariannya mengamen di lampu merah simpang pos kelurahan kwala bekala kecamatan Medan johor tepatnya di bawah fly over. Mereka putus sekolah sejak SD kelas 3 disebabkan karena kondisi ekonomi keluarga yang rendah sehingga mereka tidak mampu melanjutkan pendidikannya dan mereka mengamen untuk memenuhi kebutuhan mereka sehari-hari. Ibu Rasmin merupakan pedagang asongan yang kesehariannya berjualan disekitar lampu merah simpang pos. penghasilan ibu rasmin yang rendah hanya mampu untuk memenuhi kebutuhan hidup mereka sehari-hari yaitu berkisar untung 30 ribu perhari. Dengan kondisi ekonomi yang rendah mengakibatkan anak-anaknya ikut membantu ibunya dalam mencari nafkah dengan cara mengamen pada saat lampu merah. Permasalahan yang dilihat peneliti adalah apa yang menjadi faktor penyebab anak putus sekolah. Beberapa teori menjelaskan bahwa faktor utama penyebab anak putus sekolah adalah faktor ekonomi keluaraga yang rendah. Sehubungan dengan tersebut maka untuk dapat mengetahui apa yang menyebabkan anak putus sekolah perlu dilakukan kajian lebih lanjut. Berdasarkan pemaparan-pemaparan tersebut, maka peneliti merasa tertarik untuk mengkaji lebih lanjut masalah ini dalam bentuk Skripsi dengan judul faktor-faktor penyebab anak putus sekolah di Keluraha Kwala Bekala Kecamatan Medan Johor Kota Medan. 6

1.2 Rumusan Masalah Berdasarkan latarbelakang yang telah diuraikan, maka penulis merumuskan permasalahan dalam penelitian ini adalah : 1.faktor-faktor apa saja yang menyebabkan anak putus sekolah di Kelurahan Kwala bekala Kecamatan Medan johor Kota Medan? 1.3 Tujuan dan Manfaat Penelitian 1.3.1 Tujuan Penelitian 1. Untuk menemukan faktor-faktor yang menyebabkan anak putus sekolah di Kelurahan Kwala Bekala Kecmatan Medan Johor Kota Medan. 1.3.2 Manfaat penelitian Hasil penelitian ini diharapkan dapat berguna dalam rangka : 1. Secara teoritis Dapat menambah wawasan, pengalaman dan pemahaman yang berkenaan dengan anak putus sekolah serta mengetahui fakto-faktor penyebab anak putus sekolah, sehingga dapat menghasilkan berbagai pendekatan dalam mengatasi masalah anak putus sekolah khususnya di Kelurahan Kwala Bekala Kecamatan Medan Johor Kota Medan. 2. Secara praktis Dapat menjadi bahan masukan dalam pengembangan konsep-konsep, teori-teori tentang anak putus sekolah bagi penulis sendiri, dan masyarakat luas. 7

3. Secara akademis Dapat memberikan kontribusi keilmuan dalam menambah referensi dan kajian serta studi komparasi bagi peneliti atau mahasiswa yang tertarik terhadap peneleitian yang berkaitan dengan penanganan anak putus sekolah 1.4 sistematika penulisan Untuk memudahkan memahami dan mengetahui isi yang terkandung dalam skripsi ini, maka diperlukan sistematika. Sistematika penulisan skripsi ini meliputi : BAB I : PENDAHULUAN Bab ini berisikan latar belakang masalah, perumusan masalah, tujuan dan mamfaat penelitian serta sistematika penulisan. BAB II : TINJAUAN PUSTAKA Bab ini berisikan uraian dan konsep yang berkaitan dengan masalah dan objek yang diteliti, kerangka pemikiran, defenisi konsep dan defenisi operasional. BAB III : METODE PENELITIAN Bab ini berisikan tipe penelitian, lokasi penelitian, populasi, teknik pengumpulan data, serta teknik analisis data. BAB IV : DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN 8

Bab ini berisikan sejarah singkat gambaran umum lokasi penelitian dan data-data lain yang turut memperkaya karya ilmiah ini. BAB V : ANALISIS DATA Bab ini berisikan tentang uraian data yang diperoleh dari hasil penelitian beserta dengan analisisnya. BAB VI : PENUTUP Bab ini berisikan kesimpulan dan saran yang bermanfaat sehubungan dengan hasil penelitian. 9